Jilid 1 Bab 1
Menyiapkan Tempat Tinggal


5000 yen. Itulah biaya sewa bulanan kamar 106 Rumah Corona.
Rumah Corona adalah apartemen kayu dua lantai yang dibangun 25 tahun lalu.
Dan biaya sewanya lebih murah karena lokasinya cukup jauh dari pusat kota.
Namun, sebuah kamar berukuran enam tikar tatami[1] dengan sebuah dapur, kamar mandi dan toilet dengan sewa 5000 yen sebulan terbilang apartemen yang sangat murah.
Kenyataannya, selain kamar 106, biaya sewa kamar lainnya 10 kali lipat dari biaya sewa kamar 106.
Ditambah lagi, kamar ini bebas deposit. Tapi ada alasan mengapa hanya kamar 106 yang disewakan super murah.
Setiap orang yang menyewa kamar ini tanpa kecuali, meninggalkan kamar ini sama cepatnya.
Yang paling cepat adalah 3 jam dan yang paling lama adalah 3 bulan. Meninggalkan kamar ini pada hari ketiga adalah normanya.
Karena itu biaya sewanya terus turun.
Memasuki tahun ini, biaya sewa yang awalnya 10.000 yen sudah dipotong menjadi setengahnya sebelum musim semi.
“Jangan memperlakukannya sembarangan, Mackenzie. Isi kotak itu lebih berharga dari nyawamu”
Kata pemuda yang pindah ke apartemen super murah ini.
“Kau bilang begitu, Kou? Dibandingkan kau aku selalu hati-hati”
“Selama kau mengerti. Terus bekerja, Mackenzie-kun”
“Yah yah... Aku penasaran siapa yang sebenarnya membantu siapa? Geez”
Orang yang sedang pindah adalah Satomi Koutarou, 15 tahun.
Teman masa kecilnya Matsudaira Kenji, juga 15 tahun, memanggilnya Kou.
Sebagai balasannya Koutarou memanggilnya Mackenzie.
Setelah upacara penerimaan lusa nanti, mereka akan menjadi anak SMA.
Hari ini adalah Sabtu tanggal 4 April.
Karena pemindahan kerja ayahnya yang mendadak, Koutarou mulai hidup mandiri musim semi ini.
Koutarou sudah mengunjungi agen perumahan yang mengenalkannya pada Rumah Corona.
Koutarou yang tumbuh sendirian bersama ayah tunggalnya tidak mau menjadi beban dan langsung menerima tawaran itu, bahkan sebelum mendengar alasan kenapa biaya sewanya murah.
Ngomong-ngomong, Kou, bagus sekali kau bisa mendapat kamar kosong dalam waktu seperti ini, ya?”
“Aku beruntung. Saat pak tua bilang mengenai pemindahannya saat itu, aku benar-benar panik”
Pemindahan ayah Koutarou sudah diputuskan sesaat setelah pertengahan Februari.
Hal itu terjadi saat Koutarou menunggu hasil ujian SMAnya.
“Begitulah, apa boleh buat saat rekan kerjanya terluka dan tidak bisa pergi”
“Benar”
Awalnya bukan ayah Koutarou yang harusnya pergi tapi rekan kerjanya itu.
Namun rekan kerja itu mengalami kecelakan dan menderita luka yang serius dan ayah Koutarou harus menggantikannya.
“Pemindahannya cukup mendadak tapi ini mungkin kesempatan bagus untuk seorang pria memperoleh kebebasannya. Selain itu, kita sudah menjadi siswa SMA”
“Positif banget”
“Bagaimana kalau kau merayakan awal perjalananku menjadi seorang pria”
“Apa maksudmu?”
Koutarou dan Kenji membawa koper penuh dengan pakaian.
Keduanya sudah membawa barang-barang selama beberapa saat, berjalan bolak-balik dari apartemen ke mobil pengangkut.
“Haruskah kuletakkan lemari esnya di sebelah wastafel?”
Seorang pria paruh baya berpakaian kerja mengeluarkan kepalanya dari apartemen dan bertanya. Dia adalah supir mobil pengangkut tadi dan sudah membantu Koutarou dan Kenji memindahkan barang.
“Iya, tolong!”
“Baiklah”
Setelah mendengar jawaban Koutarou, Pria itu kembali ke dalam kamar.
Koutarou dan Kenji mengikuti dan masuk ke kamar.
“Tidak kusangka sewanya 5.000 yen per bulan... Itu terlalu murah”
Saat keduanya melewati pintu yang terbuka, Kenji menghela nafas.
“Iri, ya?”
“Jika kau bisa menyewa kamar ini dengan 5.000, aku ingin menyewanya”
Kamar ini sedikit bergaya Jepang kuno.
Di pintu masuk ada aula berlantai kayu yang menuju kamar dalam berukuran enam tikar tatami.
Di bagian kiri aula ada satu unit dapur dan di bagian kanan ada toilet dan kamar mandi.
Walaupun kamarnya kuno, kamar ini dikelola dengan baik dan bersih.
“Hati-hati Kou, kopernya hampir kena dinding”
“Aku tahu, aku tahu”
“Baiklah... Kami datang paman”
“Oh, maaf mengenai hal ini Kacamata-kun”
Menyelip melewati pria yang sedang memasang lemari es di dapur, Koutarou dan Kenji sampai di kamar berukuran enam tikar tatami.
Keduanya melewati kamar yang dipenuhi kardus dan perabotan.
“Baiklah, apa yang kita lakukan dengan koper ini?”
“Hmm, letakkan di lemari saja”
“Oke”
Koutarou dan Kenji bekerjasama untuk menaruh kopernya di dalam lemari.
Saat mereka berdiri, si pekerja memasuki kamar.
“Itu barang terakhir kan?”
“Ya, sudah semuanya”
“Baiklah, kalau begitu aku permisi”
“Terima kasih banyak”
Koutarou, yang bertipe atletis, dididik untuk menghormati orang tua dan secara alami membungkuk ke arah pria itu.
“Yang seharusnya membungkuk itu aku, terima kasih banyak”
Pria itu tersenyum lembut dan menundukkan kepalanya dalam-dalam dan keluar dari kamar itu sambil meninggalkan beberapa dokumen.
“Baiklah, bagian pertama sudah selesai”
“Nih, Mackenzie”
Saat Kenji membetulkan kacamatanya, Koutarou melemparkan botol plastik berisi teh ke arahnya.
“Whoa, makasih”
Sudah bersama sejak lama dan terbiasa dengan hal ini, Kenji menangkap botol plastik tanpa kesulitan.
“Tehnya sedikit hangat karena lemari esnya baru saja dipasang”
Seraya berkata begitu Koutarou mengulurkan tangannya ke dalam kantong plastik dan mengambil botol tehnya sendiri yang dia beli beberapa saat yang lalu di toserba terdekat.
“Aku tahu”
Mereka membuka botolnya dan minum di saat yang sama.
“Ah... Aku merasa hidup kembali”
Koutarou duduk di atas salah satu kardus sementara Kenji bersandar di pintu kamar.
Kenji menoleh ke arah kalender yang dipasang di dinding.
“Waktu benar-benar berlalu dengan cepat... lusa adalah hari upacara penerimaan”
“Benar juga, aku harus membongkar barang-barang yang diperlukan hari ini”
Koutarou juga melihat ke arah kalender yang dia pasang bersama dengan sebuah jam di hari pertama dia mengunjungi kamar ini.
“Hmm? Kau tidak bisa melakukannya besok?”
“Aku punya kerja paruh waktu besok”
“Kenapa kau melakukannya? Kau tidak bisa cuti selagi kau pindah?”
Kenji menatap heran ke arah Koutarou.
“Ada banyak kebutuhan yang diperlukan di awal musim semi. Jangan samakan aku dengan kalian yang tinggal bersama orang tuanya”
“Ayahmu memberimu uang kan?”
“Aku tidak mau menggunakannya kecuali kalau perlu, itulah yang disebut hidup”
“... Aku tidak peduli itu buat kehidupanmu atau apapun, tapi jika kau roboh, jangan bilang aku tidak mengingatkanmu”
“Tidak seperti kalian orang cerdas, aku percaya sepenuhnya pada staminaku”
“Ya ya, oke oke...”
Kenji mengangkat bahu dan menghela nafas melihat Koutarou yang sedang membusungkan dadanya dengan bangga.
“Jadi kapan kau mulai berkerja besok, Kou?”
“Pagi hari, seperti biasanya”
“Baiklah, aku akan menjemputmu seperiti biasanya”
“Silakan”
Keduanya sebenarnya bekerja di tempat yang sama.
Saat mereka lulus ujian SMA, mereka berdua melamar pekerjaan yang sama.
Seakan keberuntungan menghendakinya, mereka berdua dipekerjakan dan sudah mulai bekerja.
“... Hey Kou, apa kau bisa bangun tepat waktu saat sekolah dimulai?”
“Tidak masalah, Tidak masalah”
“Untuk orang yang membutuhkanku untuk membangunkannya setiap akhir pekan untuk bekerja, kau tidak meyakinkan...”
“Jangan cerewet”
Karena kerja saat akhir pekan biasanya dimulai pagi hari, Kenji membangunkan Koutarou adalah hal yang biasa.
“Aku mulai hidup mandiri, aku bergabung dengan jajaran orang dewasa. Aku tidak bisa bertingkah seperti anak kecil selamanya”
“Apa ini berarti aku tidak perlu menjemputmu?”
“Hal ini dan hal itu adalah 2 hal yang berbeda, Mackenzie-kun. Kau sebaiknya menjemputku besok”
“Sudah kuduga...”
Kenji menjatuhkan bahunya dalam keheranan.
“Terima kasih seperti biasanya, pak tua”
“... Semua motivasiku baru saja hilang”
“Jangan bilang begitu, kau kan masih muda”
Bel di pintu depan berdering.
“Hmm?”
“Tamu?”
Dan sebelum Koutarou dapat menjawab, pintu di depan dibuka dan tamunya masuk.
“Halo! Apa Satomi-san ada?”
Suara seorang gadis terdengar.
Suara yang pernah Koutarou dengar sebelumnya.
“Itu ibu kos”
“Ibu kos?”
“Ah... Ya, aku datang!”
Koutarou menjawab sambil melompat dari kardus yang dia duduki.
Kenji juga berhenti bersandat di pintu masuk kamar.
“Suaranya terdengar manis”
“Ayo Mackenzie, kau akan terkejut”
“Baiklah”
Keduanya menuju pintu bersama.
“Halo, ibu kos-san”
“Halo, Satomi-san”
Di depan pintu masuk adalah seorang gadis memakai celemek di atas pakaian biasanya.
Seraya mengatakan salamnya, dia menundukkan kepalanya dengan anggun.
Dia hampir sebaya dengan Koutarou dan Kenji, dengan raut wajah yang sedikit kekanakan masih tersisa.
Rambut panjangnya diikat dengan pita yang besar, memberikan kesan seorang gadis yang menyegarkan dan sehat.
“Eh? Ibu kos? Gadis ini?”
“Benar sekali! Orang ini adalah ibu kos Rumah Corona. Kau terkejut, kan Mackenzie”
“Ye-Yeah...”
Kenji menatap, kaget dan mengangguk.
Kata ibu kos dan gadis manis yang dia lihat sekarang tidak bersambung di dalam kepala Mackenzie, membuatnya tercengang.
“Aku juga terkejut saat pertama kali”
“Semuanya terkejut saat pertama kali. Fufufu...”
Gadis itu tersenyum lembut dan menoleh ke arah Kenji.
“Senang bertemu denganmu, aku ibu kos Rumah Corona, Kasagi Shizuka”
“Se-Senang bertemu denganmu. Aku Matsudaira Kenji”
“Semoga kita akrab, Matsudaira-san”
“Ya, aku juga”
Kenji dan Shizuka saling membungkuk.
“Ibu kos-san, orang ini adalah teman masa kecilku”
“Oh, benarkah?”
“Kau mungkin akan melihatnya di sekitar sini di masa depan, jadi tolong panggil dia Mackenzie”
Shizuka berkedip beberapa kali dan menatap ke arah Kenji.
“Kau orang Jepang, kan? Dengan nama seperti Matsudaira...”
“Ah, Ya, tentu saja dia orang Jepang. Nama lengkapnya Matsudaira Kenji, dan jika kau menyingkatnya maka kau mendapat Mackenzie”
“Begitu, Ma dan Kenji menjadi Mackenzie”
Merasa puas, Shizuka meletakkan tangannya di mulutnya dan mulai tertawa.
“Nama itu hanya digunakan oleh Kou”
“Jadi kau lebih memilih aku memanggilmu Matsudaira-san?”
“Tidak, Mackenzie saja tidak apa-apa, lagipula aku sudah terbiasa”
“Baiklah, Mackenzie-san”
Melihat Kenji yang mengangkat bahunya, Shizuka mulai tertawa lagi.
Dan rambut panjang serta pitanya mulai berkibas lembut.
“Benar juga, Ibu kos-san juga mulai sekolah di Kitsushouharukaze tahun ini”
“Heh, benar-benar kebetulan”
“Dengan sedikit keberuntungan, kita bisa berakhir di kelas yang sama”


“Fufu, mari kita berteman akrab di sekolah juga”
Shizuka membungkuk sopan sekali lagi.
“Jadi Ibu kos-san, ada urusan apa denganku?”
“Oh, benar juga, aku hampir lupa”
Shizuka menepukkan tangannya dan menunjuk ke arah jendela di belakang Koutarou dan Kenji.
“Sebenarnya beberapa saat yang lalu, aku melihat mobil pengangkutnya pergi dari jendela dan berpikir kalau waktunya aku membantu”
“Dari jendela?”
“Ya Mackenzie-san, kebetulan aku tinggal di atas kamar ini”
“Bukannya bagus, aku berbagi atap dengan Ibu kos-san yang manis”
“Yah...”
Shizuka menatap dengan senyuman.
“Kau menyanjungku, Satomi-san”
“... Tentu saja kalian berbagi atap, ini kan apartemen”
“Ini masalah perasaan”
“Fufufu, kalian berdua benar-benar akrab... Oh, benar juga, aku datang untuk membantu. Tidak seperti kerja fisik sebelumnya, sekarang aku harusnya bisa membantu”
“Kau akan sangat membantu, Ibu kos-san. Kou itu ahli dalam hal merusak barang dan membuat berantakan dan jelek dalam hal membereskan”
“Hey, Mackenzie! Jangan mengatakan hal yang tidak patut!”
“Toh itu kebenarannya. Kau selalu memberiku masalah”
Dan Kenji menghela nafas panjang sambil membetulkan posisi kacamatanya.
“Kalau begitu Mackenzie-san selalu...?”
“Ya, aku selalu dalam kesulitan”
“Aku berterima kasih”
“... Hanya rasa terima kasih saja. Oh iya, Ibu kos-san, aku punya pertanyaan, kalau boleh?”
“Ya, apa itu?”
Shizuka tersenyum dan mengangguk.
“Kenapa biaya sewa kamar ini hanya 5.000 yen?”
“O-oi Mackenzie! Jangan tiba-tiba bertanya hal itu”
Koutarou, yang sadar akan situasinya, mulai panik.
“Itu karena aku ingin tahu. Dengan kamar sebagus ini dan Ibu kos yang dapat diandalkan, aku tidak bisa menemukan hal yang salah dengan kamar ini”
“Tapi kan, apartemen ini diwariskan oleh orang tua Ibu kos-san dan...”
“Aku tidak keberatan, Satomi-san”
Koutarou khawatir akan membuat Shizuka marah tapi dia tersenyum dengan tenang dan menggelengkan kepalanya.
“Kekhawatiran Mackenzie-san dapat dipahami. Fufufu, selain itu, bukannya kau tahu kalau Mackenzie-san khawatir mengenai dirimu Satomi-san?”
“Ibu kos-san...”
“Selain itu, tidak banyak yang bisa kulakukan dalam hal ini”
“Ha, haah....”
Koutarou mengangguk dengan raut meminta maaf di wajahnya dan Shizuka menoleh ke arah Kenji.
“Sebenarnya... Di kamar ini... Mereka muncul”
“Muncul? Apanya yang muncul?”
“Menurut rumor di kamar ini muncul seorang hantu”
“Ha-hantu!?”
Kenji yang terkejut mulai melihat-lihat sekitar kamar dengan buru-buru.
“Aku sendiri belum pernah melihatnya, tapi semua penyewa di sini melihatnya.... Dan mereka tidak tinggal dalam waktu lama”
“Hantu... Sulit dipercaya sih...”
“Aku juga berpikir begitu... Tapi itu yang semua penyewa katakan saat mereka pindah, jadi itulah kebenarannya”
Kenji kebingungan dan tersenyum pahit ke arah Shizuka seraya menjatuhkan bahunya.
“Serahkan padaku Ibu kos-san! Aku tidak akan kalah oleh seorang hantu!”
“Sangat diandalkan. Tolong tinggal disini cukup lama untuk menghapus isu hantu”
“Tentu saja!”
“Tapi tak disangka ada hantu di kamar ini...”
Kenji yang masih belum percaya melihat-lihat ke sekeliling kamar lagi.
“Berpikir terlalu keras tentang hal ini tidak akan menghasilkan apapun Mackenzie. Ibu kos sudah datang jadi ayo mulai bongkar muatan”
“Ah, kau benar”
Didesak oleh Koutarou, Kenji kembali normal.
“Kou itu keras kepala jadi dia mungkin akan baik-baik saja jika si hantu muncul”
“Kata-kata itu menyakitkan...”
“Aku sengaja”
“Aku tahu... Baiklah, haruskah kita mulai, Ibu kos-san?”
“Tentu saja Satomi-san, tapi kalian berdua benar-benar tim yang bagus”
Melihat Koutarou dan Kenji bercakap-cakap, Shizuka mulai tertawa.
“Benarkah?”
“Ibu kos-san, tolong jangan berkata hal yang mengerikan seperti itu”
“Mackenzie, kau tidak harus mengatakannya seperti itu, kan?”
Sambil Koutarou dan yang lainnya membuat keributan, mereka membongkar barang muatannya.
Berkat bantuan Kenji dan Shizuka, cukup banyak barang bawaan yang sudah dibongkar sebelum waktunya makan malam.
“Aku akan pulang sekarang, jangan lupa besok ada pekerjaan jadi membongkarnya jangan banyak-banyak dan pergilah tidur”
“Aku tahu, aku tahu... Kesiangan akan gawat, kan?”
“Kata-kata 'Aku tahu' milikmu adalah hal paling tidak kupercaya...”
Kenji menghela nafas lagi saat dia memakai sepatunya yang berantakan di pintu masuk.
“Kalau begitu, aku juga akan pergi sekarang, Satomi-san”
“Ibu kos-san, kau tidak perlu memanggilku Satomi-san, kita akan jadi teman sekelas lusa nanti.
“Hmm, oke... Satomi-kun”
“Ya, itu lebih baik”
”Oke, kalau begitu aku akan memanggilmu begitu”
Shizuka tersenyum ceria dan memakai sepatunya yang disimpan rapih.
Di saat yang sama Kenji membuka pintu depan.
“Terima kasih banyak untuk hari ini, Ibu kos-san”
Mendengar ucapan terima kasih Koutarou, keduanya keluar melalui pintu tersebut.
“Tidak perlu, aku senang bisa membantu”
“... Tidak ada terima kasih untukku, ya?”
“Kau kan jenis orang yang meminta imbalan”
“Aku tidak berpikir demikian tahu...”
“Baiklah, Satomi-kun, selamat tinggal”
“Selamat tinggal, Ibu kos-san”
“Jangan tidur terlalu larut”
“Aku mengerti, aku mengerti”
Dengan suara bang dari pintu, Kenji dan Shizuka menghilang.
Koutarou yang sekarang sendirian mulai membongkar barang lagi setelah memakan bento[2] yang dia beli di toserba.
“Hmm... Apa yang harus kulakukan dengan tongkat pemukul ini... Aku tidak bisa memperlakukan benda ini seperti tongkat pemukul tua lainnya... Dan aku juga tidak bisa meninggalkannya di tempat payung begitu saja...”
Koutarou memegang tongkat pemukul itu di tangannya, memikirkan tempat untuk menyimpannya. Tongkat itu sendiri ditandatangani dan digunakan oleh orang yang dijuluki Dewa Pemukul, sang Slugger[3] legendaris.
Tongkat ini adalah salah satu harta karun paling berharga bagi Koutarou.
“Baiklah, aku akan membeli wadah untuk menghiasnya, tapi untuk hari ini, tempatnya di sudut ruangan”
Koutarou meletakkan tongkat itu dan membuka kardus lainnya.
“Kira-kira isinya apa...”
Menyobek plester dan mengintip ke dalam.
“Ini juga harta karun...”
Trofi, sertifikat, perisai kenang-kenangan. Dan sarung tangan tercintanya.
Benda-benda ini adalah kenang - kenangan dari era SMP Koutarou.
“Ups, apa benda ini juga ada disini?”
Diantara koleksi kenang-kenangan, ada satu benda yang tidak cocok dengan lainnya.
“Aku harus mencari tempat yang bagus untuk menyimpan ini...”
Benda itu adalah sweater rajutan. Koutarou mengambil koran terdekat dan membungkus sweater itu dengan rapihnya menyimpannya kembali di lemari bersama koper.
“Dan selesai”
Koutarou menepukkan tangannya serasa menjauh dari lemari.
Dan tiba-tiba saja ponselnya yang sedang diisi dayanya di sudut ruangan mulai berdering.
“Hm? Apa itu pak tua?”
Hanya ada satu orang dengan nada dering seperti itu diantara kontak-kontak Koutarou.
Satomi Yuichirou.
Nama yang muncul di layar ponselnya dalah nama ayah Koutarou.
Koutarou mengangkat ponselnya dan meletakkannya di samping telinganya.
“Halo, pak tua?”
“Oh, kau disana, Koutarou”
Suara di ponsel itu memang suara ayah Koutarou, Yuichirou.
“Bagaimana keadaan disana? Kau sudah membongkar semua barang bawaanmu?”
“Lambat tapi pasti, Mackenzie dan Ibu kos membantuku jadi setidaknya kamarnya bisa dihuni”
“Begitu. Apa kau sudah berterima kasih kepada mereka berdua?”
“Tentu saja, bgaimana dengan keadaanmu disana?”
“Aku kan tinggal di asrama, jadi walaupun aku tidak melakukan apapun, makan malam akan dihidangkan dan kamar mandinya disiapkan. Kalau saja mereka mencucikan pakaianku juga, maka tidak ada hal yang harus dikhawatirkan”
“Bagus, kau lebih buruk dariku mengenai tinggal sendirian jadi aku khawatir, pak tua”
“Hahaha, benar juga”
Keluarga Satomi hanya terdiri dari Koutarou dan Yuichirou, dan Koutaroulah yang mengerjakan hampir semua pekerjaan rumah tangga sendirian.
Tentu saja, dia tidak terlalu ahli dalam hal itu.
Namun jika Koutarou tidak melakukannya, Yuichirou akan membuatnya menjadi lebih berantakan.
Yuichirou adalah pria yang sangat buruk dalam hal pekerjaan rumah tangga.
“Tinggal berpisah ini adalah peluang bagus bagimu untuk mencari pasangan yang baik”
Koutarou ingin ayahnya menikah lagi secepat mungkin.
Dia khawatir ayahnya akan mati kelaparan atau kamarnya dipenuhi kotoran jika dia tidak menikah lagi.
“Guhahaha, itu sedikit...”
Namun hal itu mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Alasannya adalah Yuichirou masih mencintai almarhumah istrinya.
Koutarou mengerti hal itu dan tidak mengeluarkan keluhan apapun.
“Hmm, yah, sepertinya semuanya berjalan baik”
“Kau juga pak tua, jangan lupa untuk membuang sampahnya”
“Aku tahu, aku tahu”
“Kita lihat nanti”
Koutarou merasa dia bisa mengerti perasaan Kenji saat berada di sekitarnya.
“Yah, aku tidak akan menyita waktu lagi, selain itu aku masih harus membongkar sedikit barang"
“Aku juga, sampai nanti, pak tua”
“Ya, selamat malam Koutarou”
“Selamat malam”
Koutarou menutup teleponnya dengan santai.
“Aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi saat dia tiba-tiba bicara mengenai pemindahan kerjanya, tapi...”
Koutarou kemudian memasangkan kembali pengisi daya ke ponselnya.
“Semuanya berjalan mulus sampai saat ini”
Dia tersenyum dan setelah dia beristirahat sejenak, dia mulai merapihkan kamarnya.
“Sudah jam sebelas?”
Koutarou berhenti saat dia melihat jam menunjukkan hampir pukul 11 malam.
“Kukira aku akan berhenti hari ini dan pergi tidur, kalau aku kesiangan aku tidak akan pernah mendengar Mackenzie berhenti bicara”
Koutarou sudah sibuk pindah beberapa hari ini, ditambah lagi dia harus bekerja besok pagi.
Jadi dia memutuskan akan lebih baik untuk tidur lebih awal.
“Baiklah, waktunya tidur”
Koutarou membuka lemarinya dan menarik keluar sebuah futon[4] dengan selimut bermotif bunga yang Shizuka siapkan untuknya.
Dengan sebuah dengusan, dia menyingkirkan sebuah kardus dan menjatuhkan futonnya.
Di saat itu dia menunduk ke arah futonnya.
“Kupikir aku harus menghamparkannya dengan benar”
Mengubah pikirannya, Koutarou menghamparkan futon berselimut motif bunga dengan benar.
Dia akan merasa tidak enak pada Ibu kosnya yang penuh perhatian jika dia sembarangan menjatuhkan futon itu.
“Selesai”
Selesai menghamparkan futonnya, Koutarou mematikan lampu dan merangkak ke dalamnya.
“Selamat malam”
Karena dia mengatakannya tanpa menujukannya pada siapapun, Koutarou menutup matanya.
Koutarou tertidur dengan cepat dan menghembuskan nafasnya dengan tenang.
”Zzzzz...”
Suara yang bisa terdengar di kamar 106 hanyalah nafas Koutarou, yang sekeras detikan jam.
Dan suara itu akan ditenggelamkan oleh TV di kamar 105 atau Shizuka yang membuka dan menutup pintu kamar 206 di atasnya.
Namun itu hanya sampai tengah malam, setelah pukul 2 pagi nafas tenang Koutarou bisa terdengar lagi.
Dan kemudian di kamar 106, sebuah suara kecil bisa terdengar.
Namun suara itu tidak berasal dari Koutarou yang tertidur pulas, tidak bergerak sedikitpun.
Suara itu berasal dari jendela, namun itu bukan karena jendelanya dibuat dengan buruk atau karena tiupan angin.
Meskipun begitu jendelanya tetap berderit, dengan suara yang terus membesar setiap waktu.
Dan setelah beberapa menit, suaranya tumbuh menjadi menjengkelkan.
”Zzzzz...”
Tapi meskipun ribut seperti itu, Koutarou tidak menunjukkan tanda-tanda untuk bangun.
“Mmm~, Mackenzie hentikan saja...”
Faktanya, dia bahkan mulai mengigau keras dalam tidurnya.
Jika suara sekeras itu saja tidak membangunkannya, begitu juga dengan suara jendela itu.
Dan seakan merespons suara Koutarou, suara dari jendela berhenti.
“Guehefuefuefue”
Namun, tepat saat Koutarou mulai mengigau lagi, jendelanya berbunyi, seakan ia terkejut.
Setelah kesunyian beberapa saat, Koutarou berhenti mengigau dan beberapa menit berlalu tapi kejadiannya tidak berhenti.
Suara bernada tinggi terdengar, suaranya terdengar seperti sebuah botol gelas kecil jatuh dan pecah.
Namun sumber suaranya tidak bisa ditemukan di dalam kamar ini.
Kebisingan itu berlanjut dan di saat yang sama, sebuah tongkat bisbol berguling melewati tikar tatami.
Tapi sumber suaranya masih tidak bisa ditemukan.
Kebisingannya berlanjut dan suaranya terus meningkat, beberapa kali lebih keras daripada suara jendela sebelumnya.
“Hehehe, Mackenzie, kau tidak bisa menangani Ibu kos-san? Dia kan memang manis~”
Meskipun keributan itu, Koutarou tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun, faktanya dia malah mengigau lagi.
“Kau punya penampilan bagus tapi tidak punya keberanian”
Dan seakan bertujuan untuk menenggelamkan igauan Koutarou, kebisingan misterius menjadi lebih keras dan berbagai benda di kamar mulai bergoyang.
Dengan kamar yang ada dalam kekacauan tingkat tinggi, perabotan dan kardus mulai bergetar dengan suara yang terus mengeras.
Bahkan dengan kebisingan keras tepat di depannya, Koutarou tidak terbangun.
Bahkan teman masa kecilnya Kenji kesulitan membangunkannya, kebisingan seperti ini itu tidak seberapa bagi Koutarou.
“Uehehehehe”
Kebisingannya disela oleh igauan Koutarou lagi.
Dan jika kebisingan ini disebabkan oleh seseorang...
“Diam dan hentikan suara getarannya Mackenzie!”
...Seseorang itu pasti merasa takjub dengan kedunguan Koutarou.
Note :
1.    Sejenis tikar yang digunakan sebagai bahan lantai, kira-kira berukuran 0,9m x 1,8m dan tebalnya sekitar 5cm.
2.   Makanan yang disiapkan dalam sebuah kotak makan yang biasanya dimakan saat waktuu makan siang di sekolah atau tempat kerja, semacam bekal.
3.   Orang yang ahli memukul memukul bola bisbol dengan keras.
4.   Kasur tipis Jepang yang berselimut kapas dan dihamparkan di lantai.