Jilid 1 Bab 1
Menyiapkan Tempat
Tinggal
5000
yen. Itulah biaya sewa bulanan kamar 106 Rumah Corona.
Rumah Corona adalah apartemen kayu dua lantai yang dibangun 25 tahun lalu.
Dan
biaya sewanya lebih murah karena lokasinya cukup jauh dari pusat kota.
Namun,
sebuah kamar berukuran enam tikar tatami[1] dengan sebuah dapur, kamar mandi dan
toilet dengan sewa 5000 yen sebulan terbilang apartemen yang sangat murah.
Kenyataannya,
selain kamar 106, biaya sewa kamar lainnya 10 kali lipat dari biaya sewa kamar 106.
Ditambah
lagi, kamar ini bebas deposit. Tapi ada alasan mengapa hanya kamar 106 yang
disewakan super murah.
Setiap
orang yang menyewa kamar ini tanpa kecuali, meninggalkan kamar ini sama
cepatnya.
Yang
paling cepat adalah 3 jam dan yang paling lama adalah 3 bulan. Meninggalkan
kamar ini pada hari ketiga adalah normanya.
Karena
itu biaya sewanya terus turun.
Memasuki
tahun ini, biaya sewa yang awalnya 10.000 yen sudah dipotong menjadi setengahnya
sebelum musim semi.
“Jangan
memperlakukannya sembarangan, Mackenzie. Isi kotak itu lebih berharga dari
nyawamu”
Kata
pemuda yang pindah ke apartemen super murah ini.
“Kau
bilang begitu, Kou? Dibandingkan kau aku selalu hati-hati”
“Selama
kau mengerti. Terus bekerja, Mackenzie-kun”
“Yah
yah... Aku penasaran siapa yang sebenarnya membantu siapa? Geez”
Orang
yang sedang pindah adalah Satomi Koutarou, 15 tahun.
Teman
masa kecilnya Matsudaira Kenji, juga 15 tahun, memanggilnya Kou.
Sebagai
balasannya Koutarou memanggilnya Mackenzie.
Setelah
upacara penerimaan lusa nanti, mereka akan menjadi anak SMA.
Hari
ini adalah Sabtu tanggal 4 April.
Karena
pemindahan kerja ayahnya yang mendadak, Koutarou mulai hidup mandiri musim semi
ini.
Koutarou
sudah mengunjungi agen perumahan yang mengenalkannya pada Rumah Corona.
Koutarou
yang tumbuh sendirian bersama ayah tunggalnya tidak mau menjadi beban dan langsung menerima tawaran itu, bahkan sebelum mendengar alasan kenapa biaya
sewanya murah.
“Ngomong-ngomong,
Kou, bagus sekali kau bisa mendapat kamar kosong dalam waktu seperti ini, ya?”
“Aku
beruntung. Saat pak tua bilang mengenai pemindahannya saat itu, aku benar-benar
panik”
Pemindahan
ayah Koutarou sudah diputuskan sesaat setelah pertengahan Februari.
Hal
itu terjadi saat Koutarou menunggu hasil ujian SMAnya.
“Begitulah,
apa boleh buat saat rekan kerjanya terluka dan tidak bisa pergi”
“Benar”
Awalnya
bukan ayah Koutarou yang harusnya pergi tapi rekan kerjanya itu.
Namun
rekan kerja itu mengalami kecelakan dan menderita luka yang serius dan ayah
Koutarou harus menggantikannya.
“Pemindahannya cukup mendadak tapi ini mungkin kesempatan bagus untuk seorang pria memperoleh kebebasannya.
Selain itu, kita sudah menjadi siswa SMA”
“Positif
banget”
“Bagaimana
kalau kau merayakan awal perjalananku menjadi seorang pria”
“Apa maksudmu?”
Koutarou
dan Kenji membawa koper penuh dengan pakaian.
Keduanya
sudah membawa barang-barang selama beberapa saat, berjalan bolak-balik dari
apartemen ke mobil pengangkut.
“Haruskah
kuletakkan lemari esnya di sebelah wastafel?”
Seorang
pria paruh baya berpakaian kerja mengeluarkan kepalanya dari apartemen dan
bertanya. Dia adalah supir mobil pengangkut tadi dan sudah membantu Koutarou
dan Kenji memindahkan barang.
“Iya,
tolong!”
“Baiklah”
Setelah
mendengar jawaban Koutarou, Pria itu kembali ke dalam kamar.
Koutarou
dan Kenji mengikuti dan masuk ke kamar.
“Tidak
kusangka sewanya 5.000 yen per bulan... Itu terlalu murah”
Saat
keduanya melewati pintu yang terbuka, Kenji menghela nafas.
“Iri,
ya?”
“Jika
kau bisa menyewa kamar ini dengan 5.000, aku ingin menyewanya”
Kamar
ini sedikit bergaya Jepang kuno.
Di
pintu masuk ada aula berlantai kayu yang menuju kamar dalam berukuran enam
tikar tatami.
Di
bagian kiri aula ada satu unit dapur dan di bagian kanan ada toilet dan kamar
mandi.
Walaupun
kamarnya kuno, kamar ini dikelola dengan baik dan bersih.
“Hati-hati
Kou, kopernya hampir kena dinding”
“Aku
tahu, aku tahu”
“Baiklah...
Kami datang paman”
“Oh,
maaf mengenai hal ini Kacamata-kun”
Menyelip
melewati pria yang sedang memasang lemari es di dapur, Koutarou dan Kenji sampai
di kamar berukuran enam tikar tatami.
Keduanya
melewati kamar yang dipenuhi kardus dan perabotan.
“Baiklah,
apa yang kita lakukan dengan koper ini?”
“Hmm,
letakkan di lemari saja”
“Oke”
Koutarou
dan Kenji bekerjasama untuk menaruh kopernya di dalam lemari.
Saat
mereka berdiri, si pekerja memasuki kamar.
“Itu
barang terakhir kan?”
“Ya,
sudah semuanya”
“Baiklah,
kalau begitu aku permisi”
“Terima
kasih banyak”
Koutarou,
yang bertipe atletis, dididik untuk menghormati orang tua dan secara alami
membungkuk ke arah pria itu.
“Yang
seharusnya membungkuk itu aku, terima kasih banyak”
Pria
itu tersenyum lembut dan menundukkan kepalanya dalam-dalam dan keluar dari
kamar itu sambil meninggalkan beberapa dokumen.
“Baiklah,
bagian pertama sudah selesai”
“Nih,
Mackenzie”
Saat
Kenji membetulkan kacamatanya, Koutarou melemparkan botol plastik berisi teh ke
arahnya.
“Whoa,
makasih”
Sudah
bersama sejak lama dan terbiasa dengan hal ini, Kenji menangkap botol plastik
tanpa kesulitan.
“Tehnya
sedikit hangat karena lemari esnya baru saja dipasang”
Seraya
berkata begitu Koutarou mengulurkan tangannya ke dalam kantong plastik dan
mengambil botol tehnya sendiri yang dia beli beberapa saat yang lalu di toserba
terdekat.
“Aku
tahu”
Mereka
membuka botolnya dan minum di saat yang sama.
“Ah...
Aku merasa hidup kembali”
Koutarou
duduk di atas salah satu kardus sementara Kenji bersandar di pintu kamar.
Kenji
menoleh ke arah kalender yang dipasang di dinding.
“Waktu
benar-benar berlalu dengan cepat... lusa adalah hari upacara penerimaan”
“Benar
juga, aku harus membongkar barang-barang yang diperlukan hari ini”
Koutarou
juga melihat ke arah kalender yang dia pasang bersama dengan sebuah jam di hari
pertama dia mengunjungi kamar ini.
“Hmm?
Kau tidak bisa melakukannya besok?”
“Aku
punya kerja paruh waktu besok”
“Kenapa
kau melakukannya? Kau tidak bisa cuti selagi kau pindah?”
Kenji
menatap heran ke arah Koutarou.
“Ada
banyak kebutuhan yang diperlukan di awal musim semi. Jangan samakan aku dengan
kalian yang tinggal bersama orang tuanya”
“Ayahmu
memberimu uang kan?”
“Aku
tidak mau menggunakannya kecuali kalau perlu, itulah yang disebut hidup”
“...
Aku tidak peduli itu buat kehidupanmu atau apapun, tapi jika kau roboh, jangan
bilang aku tidak mengingatkanmu”
“Tidak
seperti kalian orang cerdas, aku percaya sepenuhnya pada staminaku”
“Ya
ya, oke oke...”
Kenji
mengangkat bahu dan menghela nafas melihat Koutarou yang sedang membusungkan
dadanya dengan bangga.
“Jadi
kapan kau mulai berkerja besok, Kou?”
“Pagi
hari, seperti biasanya”
“Baiklah,
aku akan menjemputmu seperiti biasanya”
“Silakan”
Keduanya
sebenarnya bekerja di tempat yang sama.
Saat
mereka lulus ujian SMA, mereka berdua melamar pekerjaan yang sama.
Seakan
keberuntungan menghendakinya, mereka berdua dipekerjakan dan sudah mulai
bekerja.
“...
Hey Kou, apa kau bisa bangun tepat waktu saat sekolah dimulai?”
“Tidak
masalah, Tidak masalah”
“Untuk
orang yang membutuhkanku untuk membangunkannya setiap akhir pekan untuk
bekerja, kau tidak meyakinkan...”
“Jangan
cerewet”
Karena
kerja saat akhir pekan biasanya dimulai pagi hari, Kenji membangunkan Koutarou
adalah hal yang biasa.
“Aku
mulai hidup mandiri, aku bergabung dengan jajaran orang dewasa. Aku tidak bisa
bertingkah seperti anak kecil selamanya”
“Apa
ini berarti aku tidak perlu menjemputmu?”
“Hal
ini dan hal itu adalah 2 hal yang berbeda, Mackenzie-kun. Kau sebaiknya
menjemputku besok”
“Sudah
kuduga...”
Kenji
menjatuhkan bahunya dalam keheranan.
“Terima
kasih seperti biasanya, pak tua”
“...
Semua motivasiku baru saja hilang”
“Jangan
bilang begitu, kau kan masih muda”
Bel
di pintu depan berdering.
“Hmm?”
“Tamu?”
Dan
sebelum Koutarou dapat menjawab, pintu di depan dibuka dan tamunya masuk.
“Halo!
Apa Satomi-san ada?”
Suara
seorang gadis terdengar.
Suara
yang pernah Koutarou dengar sebelumnya.
“Itu
ibu kos”
“Ibu
kos?”
“Ah...
Ya, aku datang!”
Koutarou
menjawab sambil melompat dari kardus yang dia duduki.
Kenji
juga berhenti bersandat di pintu masuk kamar.
“Suaranya
terdengar manis”
“Ayo
Mackenzie, kau akan terkejut”
“Baiklah”
Keduanya
menuju pintu bersama.
“Halo,
ibu kos-san”
“Halo,
Satomi-san”
Di
depan pintu masuk adalah seorang gadis memakai celemek di atas pakaian
biasanya.
Seraya
mengatakan salamnya, dia menundukkan kepalanya dengan anggun.
Dia
hampir sebaya dengan Koutarou dan Kenji, dengan raut wajah yang sedikit
kekanakan masih tersisa.
Rambut
panjangnya diikat dengan pita yang besar, memberikan kesan seorang gadis yang
menyegarkan dan sehat.
“Eh?
Ibu kos? Gadis ini?”
“Benar
sekali! Orang ini adalah ibu kos Rumah Corona. Kau terkejut, kan Mackenzie”
“Ye-Yeah...”
Kenji
menatap, kaget dan mengangguk.
Kata
ibu kos dan gadis manis yang dia lihat sekarang tidak bersambung di dalam
kepala Mackenzie, membuatnya tercengang.
“Aku
juga terkejut saat pertama kali”
“Semuanya
terkejut saat pertama kali. Fufufu...”
Gadis itu tersenyum lembut dan menoleh ke arah Kenji.
“Senang
bertemu denganmu, aku ibu kos Rumah Corona, Kasagi Shizuka”
“Se-Senang
bertemu denganmu. Aku Matsudaira Kenji”
“Semoga
kita akrab, Matsudaira-san”
“Ya,
aku juga”
Kenji
dan Shizuka saling membungkuk.
“Ibu
kos-san, orang ini adalah teman masa kecilku”
“Oh,
benarkah?”
“Kau
mungkin akan melihatnya di sekitar sini di masa depan, jadi tolong panggil dia
Mackenzie”
Shizuka
berkedip beberapa kali dan menatap ke arah Kenji.
“Kau
orang Jepang, kan? Dengan nama seperti Matsudaira...”
“Ah,
Ya, tentu saja dia orang Jepang. Nama lengkapnya Matsudaira Kenji, dan jika kau
menyingkatnya maka kau mendapat Mackenzie”
“Begitu,
Ma dan Kenji menjadi Mackenzie”
Merasa
puas, Shizuka meletakkan tangannya di mulutnya dan mulai tertawa.
“Nama
itu hanya digunakan oleh Kou”
“Jadi
kau lebih memilih aku memanggilmu Matsudaira-san?”
“Tidak,
Mackenzie saja tidak apa-apa, lagipula aku sudah terbiasa”
“Baiklah,
Mackenzie-san”
Melihat
Kenji yang mengangkat bahunya, Shizuka mulai tertawa lagi.
Dan
rambut panjang serta pitanya mulai berkibas lembut.
“Benar
juga, Ibu kos-san juga mulai sekolah di Kitsushouharukaze tahun ini”
“Heh,
benar-benar kebetulan”
“Dengan
sedikit keberuntungan, kita bisa berakhir di kelas yang sama”
“Fufu,
mari kita berteman akrab di sekolah juga”
Shizuka
membungkuk sopan sekali lagi.
“Jadi
Ibu kos-san, ada urusan apa denganku?”
“Oh,
benar juga, aku hampir lupa”
Shizuka
menepukkan tangannya dan menunjuk ke arah jendela di belakang Koutarou dan
Kenji.
“Sebenarnya
beberapa saat yang lalu, aku melihat mobil pengangkutnya pergi dari jendela dan
berpikir kalau waktunya aku membantu”
“Dari
jendela?”
“Ya
Mackenzie-san, kebetulan aku tinggal di atas kamar ini”
“Bukannya
bagus, aku berbagi atap dengan Ibu kos-san yang manis”
“Yah...”
Shizuka
menatap dengan senyuman.
“Kau
menyanjungku, Satomi-san”
“...
Tentu saja kalian berbagi atap, ini kan apartemen”
“Ini
masalah perasaan”
“Fufufu,
kalian berdua benar-benar akrab... Oh, benar juga, aku datang untuk membantu.
Tidak seperti kerja fisik sebelumnya, sekarang aku harusnya bisa membantu”
“Kau
akan sangat membantu, Ibu kos-san. Kou itu ahli dalam hal merusak barang dan
membuat berantakan dan jelek dalam hal membereskan”
“Hey,
Mackenzie! Jangan mengatakan hal yang tidak patut!”
“Toh
itu kebenarannya. Kau selalu memberiku masalah”
Dan
Kenji menghela nafas panjang sambil membetulkan posisi kacamatanya.
“Kalau
begitu Mackenzie-san selalu...?”
“Ya,
aku selalu dalam kesulitan”
“Aku
berterima kasih”
“...
Hanya rasa terima kasih saja. Oh iya, Ibu kos-san, aku punya pertanyaan, kalau
boleh?”
“Ya,
apa itu?”
Shizuka
tersenyum dan mengangguk.
“Kenapa
biaya sewa kamar ini hanya 5.000 yen?”
“O-oi
Mackenzie! Jangan tiba-tiba bertanya hal itu”
Koutarou,
yang sadar akan situasinya, mulai panik.
“Itu
karena aku ingin tahu. Dengan kamar sebagus ini dan Ibu kos yang dapat
diandalkan, aku tidak bisa menemukan hal yang salah dengan kamar ini”
“Tapi
kan, apartemen ini diwariskan oleh orang tua Ibu kos-san dan...”
“Aku
tidak keberatan, Satomi-san”
Koutarou
khawatir akan membuat Shizuka marah tapi dia tersenyum dengan tenang dan
menggelengkan kepalanya.
“Kekhawatiran
Mackenzie-san dapat dipahami. Fufufu, selain itu, bukannya kau tahu kalau
Mackenzie-san khawatir mengenai dirimu Satomi-san?”
“Ibu
kos-san...”
“Selain
itu, tidak banyak yang bisa kulakukan dalam hal ini”
“Ha,
haah....”
Koutarou
mengangguk dengan raut meminta maaf di wajahnya dan Shizuka menoleh ke arah
Kenji.
“Sebenarnya...
Di kamar ini... Mereka muncul”
“Muncul?
Apanya yang muncul?”
“Menurut
rumor di kamar ini muncul seorang hantu”
“Ha-hantu!?”
Kenji
yang terkejut mulai melihat-lihat sekitar kamar dengan buru-buru.
“Aku
sendiri belum pernah melihatnya, tapi semua penyewa di sini melihatnya.... Dan
mereka tidak tinggal dalam waktu lama”
“Hantu...
Sulit dipercaya sih...”
“Aku
juga berpikir begitu... Tapi itu yang semua penyewa katakan saat mereka pindah,
jadi itulah kebenarannya”
Kenji
kebingungan dan tersenyum pahit ke arah Shizuka seraya menjatuhkan bahunya.
“Serahkan
padaku Ibu kos-san! Aku tidak akan kalah oleh seorang hantu!”
“Sangat
diandalkan. Tolong tinggal disini cukup lama untuk menghapus isu hantu”
“Tentu
saja!”
“Tapi
tak disangka ada hantu di kamar ini...”
Kenji
yang masih belum percaya melihat-lihat ke sekeliling kamar lagi.
“Berpikir
terlalu keras tentang hal ini tidak akan menghasilkan apapun Mackenzie. Ibu kos
sudah datang jadi ayo mulai bongkar muatan”
“Ah,
kau benar”
Didesak
oleh Koutarou, Kenji kembali normal.
“Kou
itu keras kepala jadi dia mungkin akan baik-baik saja jika si hantu muncul”
“Kata-kata
itu menyakitkan...”
“Aku
sengaja”
“Aku
tahu... Baiklah, haruskah kita mulai, Ibu kos-san?”
“Tentu
saja Satomi-san, tapi kalian berdua benar-benar tim yang bagus”
Melihat
Koutarou dan Kenji bercakap-cakap, Shizuka mulai tertawa.
“Benarkah?”
“Ibu
kos-san, tolong jangan berkata hal yang mengerikan seperti itu”
“Mackenzie,
kau tidak harus mengatakannya seperti itu, kan?”
Sambil
Koutarou dan yang lainnya membuat keributan, mereka membongkar barang
muatannya.
Berkat
bantuan Kenji dan Shizuka, cukup banyak barang bawaan yang sudah dibongkar
sebelum waktunya makan malam.
“Aku
akan pulang sekarang, jangan lupa besok ada pekerjaan jadi membongkarnya jangan
banyak-banyak dan pergilah tidur”
“Aku
tahu, aku tahu... Kesiangan akan gawat, kan?”
“Kata-kata
'Aku tahu' milikmu adalah hal paling tidak kupercaya...”
Kenji
menghela nafas lagi saat dia memakai sepatunya yang berantakan di pintu masuk.
“Kalau
begitu, aku juga akan pergi sekarang, Satomi-san”
“Ibu
kos-san, kau tidak perlu memanggilku Satomi-san, kita akan jadi teman sekelas
lusa nanti.
“Hmm,
oke... Satomi-kun”
“Ya,
itu lebih baik”
”Oke,
kalau begitu aku akan memanggilmu begitu”
Shizuka
tersenyum ceria dan memakai sepatunya yang disimpan rapih.
Di
saat yang sama Kenji membuka pintu depan.
“Terima
kasih banyak untuk hari ini, Ibu kos-san”
Mendengar
ucapan terima kasih Koutarou, keduanya keluar melalui pintu tersebut.
“Tidak
perlu, aku senang bisa membantu”
“...
Tidak ada terima kasih untukku, ya?”
“Kau
kan jenis orang yang meminta imbalan”
“Aku
tidak berpikir demikian tahu...”
“Baiklah,
Satomi-kun, selamat tinggal”
“Selamat
tinggal, Ibu kos-san”
“Jangan
tidur terlalu larut”
“Aku
mengerti, aku mengerti”
Dengan
suara bang dari pintu, Kenji dan Shizuka menghilang.
Koutarou
yang sekarang sendirian mulai membongkar barang lagi setelah memakan bento[2] yang dia beli di
toserba.
“Hmm...
Apa yang harus kulakukan dengan tongkat pemukul ini... Aku tidak bisa
memperlakukan benda ini seperti tongkat pemukul tua lainnya... Dan aku juga
tidak bisa meninggalkannya di tempat payung begitu saja...”
Koutarou
memegang tongkat pemukul itu di tangannya, memikirkan tempat untuk
menyimpannya. Tongkat itu sendiri ditandatangani dan digunakan oleh orang yang
dijuluki Dewa Pemukul, sang Slugger[3] legendaris.
Tongkat
ini adalah salah satu harta karun paling berharga bagi Koutarou.
“Baiklah,
aku akan membeli wadah untuk menghiasnya, tapi untuk hari ini, tempatnya di
sudut ruangan”
Koutarou
meletakkan tongkat itu dan membuka kardus lainnya.
“Kira-kira
isinya apa...”
Menyobek
plester dan mengintip ke dalam.
“Ini
juga harta karun...”
Trofi,
sertifikat, perisai kenang-kenangan. Dan sarung tangan tercintanya.
Benda-benda
ini adalah kenang - kenangan dari era SMP Koutarou.
“Ups,
apa benda ini juga ada disini?”
Diantara
koleksi kenang-kenangan, ada satu benda yang tidak cocok dengan lainnya.
“Aku
harus mencari tempat yang bagus untuk menyimpan ini...”
Benda
itu adalah sweater rajutan. Koutarou mengambil koran terdekat dan membungkus
sweater itu dengan rapihnya menyimpannya kembali di lemari bersama koper.
“Dan
selesai”
Koutarou
menepukkan tangannya serasa menjauh dari lemari.
Dan
tiba-tiba saja ponselnya yang sedang diisi dayanya di sudut ruangan mulai
berdering.
“Hm?
Apa itu pak tua?”
Hanya
ada satu orang dengan nada dering seperti itu diantara kontak-kontak Koutarou.
Satomi
Yuichirou.
Nama
yang muncul di layar ponselnya dalah nama ayah Koutarou.
Koutarou
mengangkat ponselnya dan meletakkannya di samping telinganya.
“Halo,
pak tua?”
“Oh,
kau disana, Koutarou”
Suara
di ponsel itu memang suara ayah Koutarou, Yuichirou.
“Bagaimana
keadaan disana? Kau sudah membongkar semua barang bawaanmu?”
“Lambat
tapi pasti, Mackenzie dan Ibu kos membantuku jadi setidaknya kamarnya bisa
dihuni”
“Begitu.
Apa kau sudah berterima kasih kepada mereka berdua?”
“Tentu
saja, bgaimana dengan keadaanmu disana?”
“Aku
kan tinggal di asrama, jadi walaupun aku tidak melakukan apapun, makan malam
akan dihidangkan dan kamar mandinya disiapkan. Kalau saja mereka mencucikan
pakaianku juga, maka tidak ada hal yang harus dikhawatirkan”
“Bagus,
kau lebih buruk dariku mengenai tinggal sendirian jadi aku khawatir, pak tua”
“Hahaha,
benar juga”
Keluarga
Satomi hanya terdiri dari Koutarou dan Yuichirou, dan Koutaroulah yang mengerjakan
hampir semua pekerjaan rumah tangga sendirian.
Tentu
saja, dia tidak terlalu ahli dalam hal itu.
Namun
jika Koutarou tidak melakukannya, Yuichirou akan membuatnya menjadi lebih
berantakan.
Yuichirou
adalah pria yang sangat buruk dalam hal pekerjaan rumah tangga.
“Tinggal
berpisah ini adalah peluang bagus bagimu untuk mencari pasangan yang baik”
Koutarou
ingin ayahnya menikah lagi secepat mungkin.
Dia
khawatir ayahnya akan mati kelaparan atau kamarnya dipenuhi kotoran jika dia
tidak menikah lagi.
“Guhahaha,
itu sedikit...”
Namun
hal itu mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Alasannya
adalah Yuichirou masih mencintai almarhumah istrinya.
Koutarou
mengerti hal itu dan tidak mengeluarkan keluhan apapun.
“Hmm,
yah, sepertinya semuanya berjalan baik”
“Kau
juga pak tua, jangan lupa untuk membuang sampahnya”
“Aku
tahu, aku tahu”
“Kita
lihat nanti”
Koutarou
merasa dia bisa mengerti perasaan Kenji saat berada di sekitarnya.
“Yah,
aku tidak akan menyita waktu lagi, selain itu aku masih harus membongkar
sedikit barang"
“Aku
juga, sampai nanti, pak tua”
“Ya,
selamat malam Koutarou”
“Selamat
malam”
Koutarou
menutup teleponnya dengan santai.
“Aku
bertanya-tanya apa yang akan terjadi saat dia tiba-tiba bicara mengenai
pemindahan kerjanya, tapi...”
Koutarou
kemudian memasangkan kembali pengisi daya ke ponselnya.
“Semuanya
berjalan mulus sampai saat ini”
Dia
tersenyum dan setelah dia beristirahat sejenak, dia mulai merapihkan kamarnya.
“Sudah
jam sebelas?”
Koutarou
berhenti saat dia melihat jam menunjukkan hampir pukul 11 malam.
“Kukira
aku akan berhenti hari ini dan pergi tidur, kalau aku kesiangan aku tidak akan
pernah mendengar Mackenzie berhenti bicara”
Koutarou
sudah sibuk pindah beberapa hari ini, ditambah lagi dia harus bekerja besok
pagi.
Jadi
dia memutuskan akan lebih baik untuk tidur lebih awal.
“Baiklah,
waktunya tidur”
Koutarou
membuka lemarinya dan menarik keluar sebuah futon[4] dengan selimut
bermotif bunga yang Shizuka siapkan untuknya.
Dengan
sebuah dengusan, dia menyingkirkan sebuah kardus dan menjatuhkan futonnya.
Di
saat itu dia menunduk ke arah futonnya.
“Kupikir
aku harus menghamparkannya dengan benar”
Mengubah
pikirannya, Koutarou menghamparkan futon berselimut motif bunga dengan benar.
Dia
akan merasa tidak enak pada Ibu kosnya yang penuh perhatian jika dia
sembarangan menjatuhkan futon itu.
“Selesai”
Selesai
menghamparkan futonnya, Koutarou mematikan lampu dan merangkak ke dalamnya.
“Selamat
malam”
Karena
dia mengatakannya tanpa menujukannya pada siapapun, Koutarou menutup matanya.
Koutarou
tertidur dengan cepat dan menghembuskan nafasnya dengan tenang.
”Zzzzz...”
Suara
yang bisa terdengar di kamar 106 hanyalah nafas Koutarou, yang sekeras detikan
jam.
Dan
suara itu akan ditenggelamkan oleh TV di kamar 105 atau Shizuka yang membuka
dan menutup pintu kamar 206 di atasnya.
Namun
itu hanya sampai tengah malam, setelah pukul 2 pagi nafas tenang Koutarou bisa
terdengar lagi.
Dan
kemudian di kamar 106, sebuah suara kecil bisa terdengar.
Namun
suara itu tidak berasal dari Koutarou yang tertidur pulas, tidak bergerak
sedikitpun.
Suara
itu berasal dari jendela, namun itu bukan karena jendelanya dibuat dengan buruk
atau karena tiupan angin.
Meskipun
begitu jendelanya tetap berderit, dengan suara yang terus membesar setiap
waktu.
Dan
setelah beberapa menit, suaranya tumbuh menjadi menjengkelkan.
”Zzzzz...”
Tapi
meskipun ribut seperti itu, Koutarou tidak menunjukkan tanda-tanda untuk
bangun.
“Mmm~,
Mackenzie hentikan saja...”
Faktanya,
dia bahkan mulai mengigau keras dalam tidurnya.
Jika
suara sekeras itu saja tidak membangunkannya, begitu juga dengan suara jendela
itu.
Dan
seakan merespons suara Koutarou, suara dari jendela berhenti.
“Guehefuefuefue”
Namun,
tepat saat Koutarou mulai mengigau lagi, jendelanya berbunyi, seakan ia
terkejut.
Setelah
kesunyian beberapa saat, Koutarou berhenti mengigau dan beberapa menit berlalu
tapi kejadiannya tidak berhenti.
Suara
bernada tinggi terdengar, suaranya terdengar seperti sebuah botol gelas kecil
jatuh dan pecah.
Namun
sumber suaranya tidak bisa ditemukan di dalam kamar ini.
Kebisingan
itu berlanjut dan di saat yang sama, sebuah tongkat bisbol berguling melewati
tikar tatami.
Tapi
sumber suaranya masih tidak bisa ditemukan.
Kebisingannya
berlanjut dan suaranya terus meningkat, beberapa kali lebih keras daripada
suara jendela sebelumnya.
“Hehehe,
Mackenzie, kau tidak bisa menangani Ibu kos-san? Dia kan memang manis~”
Meskipun
keributan itu, Koutarou tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun, faktanya dia
malah mengigau lagi.
“Kau
punya penampilan bagus tapi tidak punya keberanian”
Dan
seakan bertujuan untuk menenggelamkan igauan Koutarou, kebisingan misterius
menjadi lebih keras dan berbagai benda di kamar mulai bergoyang.
Dengan
kamar yang ada dalam kekacauan tingkat tinggi, perabotan dan kardus mulai
bergetar dengan suara yang terus mengeras.
Bahkan
dengan kebisingan keras tepat di depannya, Koutarou tidak terbangun.
Bahkan
teman masa kecilnya Kenji kesulitan membangunkannya, kebisingan seperti ini itu
tidak seberapa bagi Koutarou.
“Uehehehehe”
Kebisingannya
disela oleh igauan Koutarou lagi.
Dan
jika kebisingan ini disebabkan oleh seseorang...
“Diam
dan hentikan suara getarannya Mackenzie!”
...Seseorang
itu pasti merasa takjub dengan kedunguan Koutarou.
Note :
1. Sejenis tikar yang
digunakan sebagai bahan lantai, kira-kira berukuran 0,9m x 1,8m dan tebalnya
sekitar 5cm.
2. Makanan yang
disiapkan dalam sebuah kotak makan yang biasanya dimakan saat waktuu makan
siang di sekolah atau tempat kerja, semacam bekal.
3. Orang yang ahli
memukul memukul bola bisbol dengan keras.
4. Kasur tipis Jepang
yang berselimut kapas dan dihamparkan di lantai.
1 Comments
otsukaresama desu
BalasHapusPosting Komentar