“Ottilie, lepaskan sabuknya untukku.”
Ada seorang asisten pelayan lain yang menunggu bersama Rihyarda—seorang perempuan yang kira-kira seumuran dengan Elvira, dan tampaknya dipanggil “Ottilie.” Mereka berdua bekerja sama melepas gaunku, sementara aku hanya bisa berdiri diam membiarkan mereka melakukan tugasnya. Sepatuku diganti, lalu jubah upacara Uskup Kepala dikenakan padaku. Mereka bekerja begitu cepat, jelas sudah terbiasa mengganti pakaian anak-anak.
Nicola dan Monika sempat kesulitan memakaikanku pakaian upacara itu pagi tadi, tetapi Rihyarda dan Ottilie berhasil mendandani diriku dalam waktu singkat. Dari cermin kulihat sabuk kecil diikatkan pada jubah berlipat indah itu, sementara sabuk yang lebih besar dikenakan secara menyilang di dadaku bersama deretan ornamen hiasan lainnya.
Saat kotak hiasan itu kosong, Rihyarda mundur selangkah dan mengamatiku sebelum mengangguk mantap, puas. Aku menatap cermin dan menyadari hanya ada satu bagian dari diriku yang belum berubah. Tanganku perlahan terangkat menyentuh tusuk rambutku. Aku ingin menukarnya dengan yang dibuat keluargaku.
“Rihyarda, bisakah kau menukar tusuk rambut ini dengan... yang di sana, berwarna musim panas?” Begitu aku memintanya, Rihyarda langsung menggantinya, menyempurnakan penampilanku.
0 Comments
Posting Komentar