“Aku sudah bertemu banyak orang yang bilang begitu. Semuanya ternyata penipu. Bagaimana caramu menyelamatkan bunga yang bahkan si otaku tanaman ini pun tak bisa lakukan?”
“Kalau begitu, bagaimana kalau aku berhasil?”
“Apa? Omong kosong apa lagi ini….”
“Kenapa? Tidak boleh berhasil? Entah aku berhasil atau gagal, kau tidak akan rugi apa-apa. Jadi kenapa tidak kau biarkan saja aku mencoba?”
Choi Cedric menatapku dengan ekspresi yang tak bisa menyembunyikan kegelisahannya.
Harapan, sekaligus ketakutan akan harapan itu sendiri, lalu kekecewaan yang lebih dalam. Namun di balik itu, mungkin terselip harapan tipis bahwa kali ini akan berbeda.
Hanya dengan melihat ekspresi rumit itu, aku bisa menebak seperti apa jalan yang telah dilalui Choi Cedric. Mungkin ini bukan pertama kalinya—berharap, lalu kecewa, lalu berharap lagi.
Selama ini, citra Choi Cedric yang dikenal luas adalah Ranker yang arogan, keras kepala, dan emosian.
Namun saat kulihat langsung seperti ini… dia terasa lebih seperti seorang anak kecil.
0 Comments
Posting Komentar