—Fran—

Melayani Sebagai Pelayan Uskup Besar



“Permisi, Suster Myn— Lady Rozemyne. Saat bel ketiga berbunyi, saya akan pergi bersama Gil untuk membersihkan ruang Uskup Besar.”

“Fran, apa kau sudah merasa lebih baik? Kau sama sekali tidak merasa kesakitan?” tanya Lady Rozemyne, wajahnya sedikit memerah karena demam sementara dia beristirahat di tempat tidurnya di kamar direktur panti asuhan. Dia bertanya sekali lagi tentang luka yang kudapat saat melawan para prajurit Pelahap yang dibawa oleh Uskup Besar sekaligus Count Bindewald ke kuil, dan aku tidak bisa menahan senyum melihatnya terus-menerus memperhatikanku.

“Seperti yang telah saya katakan, luka saya sudah sembuh total oleh cahaya yang tiba-tiba muncul dan bertaburan di atas saya. Tolong lebih mengkhawatirkan diri Anda sendiri daripada saya. Anda sekarang harus menjalani hidup sebagai seorang putri bangsawan, Lady Rozemyne, dan itu jauh lebih memprihatinkan.”

Ada cincin sihir dengan batu biru yang terlihat berat di jari tengah tangan kiri Lady Rozemyne—simbol statusnya saat ini. Dia melihatku meliriknya dan memaksakan seulas senyum kecil.

“Rasanya sedikit menyakitkan setiap kali ada yang memanggilku Rozemyne, seakan-akan aku diingatkan bahwa aku bukan lagi Myne. Kuharap aku bisa segera terbiasa dengan itu... Setidaknya sebelum aku pergi ke Area Bangsawan.”

Tampaknya bukan hanya kami yang kesulitan menyesuaikan diri dengan nama barunya. Aku telah diberi tahu cukup banyak untuk memahami bahwa Lady Rozemyne ​​adalah putri seorang bangsawan besar, dan akan segera diadopsi oleh sang archduke.

"Fran, kau berhadapan dengan Count Bindewald dan berada di sana saat Lord Sylvester muncul—kau bisa menebak apa yang kurasakan tanpa perlu aku mengatakannya, bukan? Tolong rahasiakan ini dari Pastor Kepala," katanya, sebelum bergumam lemah tentang betapa khawatirnya dia akan keluarga rakyat jelatanya dan betapa dia meragu apakah dirinya akan bisa menjadi seorang bangsawan sejati.

... Pastor Kepala telah menyuruhku untuk selalu melapor saat Lady Rozemyne ​​merasa sedih atau gelisah, karena emosi yang tidak stabil dapat menyebabkannya kehilangan kendali atas mana-nya. Tindakan terbaik apa yang seharusnya kulakukan di sini? Sambil bergumul memutuskan apakah sebaiknya aku merahasiakan perasaannya, aku mengeluarkan buku yang kupinjam dari ruang buku dan menawarkan itu kepadanya.

“Karena demam Anda tampaknya sudah hampir turun, Anda boleh membaca selama Anda tetap di tempat tidur. Apakah itu akan membantu Anda merasa lebih baik?”

“Terima kasih, Fran!”

Saat Lady Rozemyne ​​memeluk buku tebal itu dengan gembira di dadanya, aku memberinya sedikit ruang dan mulai melihat ke sekeliling ruangan. Aku bisa melihat Rosina tersenyum cerah saat dia memoles harspiel besar itu.

“Rosina, aku harus pergi dan membersihkan kamar Uskup Besar bersama Gil. Tolong jaga Lady Rozemyne ​​saat aku pergi. Dia tidak diragukan lagi akan begitu keasyikan membaca buku, jadi kau harus memperhatikan waktu dan menyuruhnya minum air jika perlu.”

"Aku mengerti," jawab Rosina, matanya tak lepas dari harspiel sedetik pun. Aku bisa mengerti bahwa dia sangat gembira bisa naik dari seorang gadis kuil kelabu menjadi musisi pribadi bangsawan, tetapi dia masih harus melakukan banyak hal, termasuk mengajar Monika dan Nicola; aku tidak bisa mempercayai dua pelayan magang yang baru diangkat untuk mengurus Lady Rozemyne.

“Rosina, tolong selesaikan pekerjaanmu dengan baik. Jika Monika dan Nicola tidak terlatih untuk menggantikanmu, akan butuh waktu lebih lama sebelum aku bisa menginformasikan Pastor Kepala bahwa kau siap untuk berangkat ke Area Bangsawan.”

Mengingat Lady Rozemyne ​​adalah seorang wanita, ada banyak tugas yang hanya bisa dilakukan oleh gadis kuil jubah abu-abu—salah satu tugas mereka adalah memandikan dan menggantikan pakaiannya. Dahulu, aku mengira bisa mengajari mereka karena aku telah belajar melakukan keduanya saat melayani Pastor Kepala, tetapi aku terpaksa berubah pikiran setelah melihat Rosina mengajari Delia. Pekerjaannya memang sama, tetapi ada banyak ekspetasi berbeda antara kedua jenis kelamin.

“Aku cukup mampu mengajari mereka cara mengganti pakaian, menyimpan pakaian, membantu mandi, dan membantu mempersiapkan ritual, tetapi menata rambutnya, memilih perhiasan, dan bentuk perawatan lainnya berada di luar jangkauanku. Kau harus mengajari mereka berdua apa yang kau ketahui agar Lady Rozemyne ​​tidak akan menderita saat tinggal di kuil ini sebagai Uskup Besar. Ingatlah bahwa meskipun kau mungkin telah selesai mengajar Delia, dia sudah tidak ada lagi di sini.”

Rosina mengerjap kaget, lalu melepaskan harspiel dan pergi menjemput Monika dan Nicola; peringatan itu mungkin sudah cukup baginya untuk mengajari mereka dengan benar. Aku sendiri pergi menjemput Gil, yang sedang sibuk membersihkan lantai pertama, dan kami bersama-sama keluar dari ruang direktur untuk menemui Pastor Kepala.

“Ah, kalian berdua yang di sana. Mari menuju ruang Uskup Besar. Zahm, beri tahu Fran tentang situasi kita saat ini.”

Zahm, salah satu pelayan Pastor Kepala, memberitahukanku tentang kejadian itu sembari kami berjalan. Tampaknya para pendeta jubah biru itu masih belum diberi tahu tentang detail kejadiannya—yang mereka tahu hanyalah bahwa Uskup Besar telah meninggal dunia, dan mereka yang memiliki hubungan dekat dengannya gemetar ketakutan atas apa pun yang telah menjatuhkan orang tersebut.

“Fran, Gil—singkirkan altar itu. Kita akan mengurus dokumennya.”

“Baik.”

Barang-barang pribadi Uskup Besar harus dipindahkan agar kamarnya dapat dipersiapkan bagi Lady Rozemyne. Di dalam, para pelayan Pastor Kepala sibuk hilir-mudik, meskipun aku merasa aneh karena tidak dapat melihat Arno di antara mereka. Gil dan aku mulai menggunakan kain untuk membungkus kitab suci, lilin-lilin di altar, dan sebagainya dengan hati-hati sebelum memindahkannya ke dalam kotak kayu untuk disimpan. Aku juga mengukur berbagai perabot, menuliskan hasil pengukuranku pada diptych untuk digunakan sebagai dasar saat memesan perabot baru untuk Lady Rozemyne.

"Wah, aku yakin saat menjadi Uskup Besar, Myne— Eh, maksudku, Lady Rozemyne ​​pasti akan bersemangat banget. Eh, akan sangat bersemangat," kata Gil, mencoba berbicara dengan benar sekarang karena ada orang di sekitar. Aku mengoreksinya dengan lembut, dengan mengatakan bahwa "bersemangat" seharusnya "sangat senang", tetapi aku juga bisa merasa sedikit lebih tenang karena tahu bahwa Lady Rozemyne ​​akan dapat menemukan pelipur laranya dengan memiliki buku-buku baru untuk dibaca mengingat semua hal lain tentang hidupnya telah berubah.

"Hanya itu saja dokumennya? Tidak sebanyak yang kuharapkan," kata Pastor Kepala.

"Kami menemukan beberapa papan kayu di salah satu rak," jawab salah satu pelayannya.

Karena Pastor Kepala akan mengambil alih hampir semua tugas Uskup Besar, dia dan para pelayannya memprioritaskan dokumen dari antara semua hal lainnya. Namun karena Pastor Kepala telah mengambil alih begitu banyak pekerjaan dari Uskup Besar untuk mengatasi kemalasan dan ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas, sebenarnya tidak ada banyak dokumen di sini.

"Saya kini akan membawa ini semua ke ruang direktur panti asuhan untuk dirapikan," kataku sambil menunjuk ke sejumlah kotak kayu berisi dokumen dan peralatan. Gil dan aku mengambil yang pertama, tetapi saat kami hendak pergi, Pastor Kepala memanggilku.

“Fran, datang ke kamarku setelah tengah hari. Kita harus membahas pemindahan perabotan Uskup Besar, serta tugas Uskup Besar yang harus dilakukan Rozemyne.”

“Baik, saya mengerti.”

Aku kembali ke ruang direktur, di mana aku membandingkan pengukuranku dengan yang telah diukur Rosina sebelumnya. Sebagai putri dari Archduke, perabotan Lady Rozemyne ​​haruslah modis, mahal, dan tentu saja, diukur dengan cermat.

Bel keempat berbunyi. Aku mengambil buku Lady Rozemyne ​​darinya agar dia mau makan, lalu pergi ke dapur untuk menyantap makanan apapun yang tersisa, sebagaimana halnya kebiasaan kami sebagai para pelayan. Namun, rasanya aneh berada di sini tanpa Delia, peran dia sebelumnya telah diambil alih oleh Monika dan Nicola.

“Bagaimana pembelajaran kalian?” tanyaku kepada mereka. “Menurut kalian, apakah kalian bisa menjadi pelayan?”

“Tidak semua orang bisa cukup beruntung untuk diterima sebagai pelayan magang. Kami tidak punya banyak waktu untuk belajar, tetapi kami tetap akan berusaha sekuat tenaga,” kata Monika dengan ekspresi serius. Nicola mengangguk sambil tersenyum, menambahkan bahwa dengan makanan yang enak ini, dia akan bekerja sekeras mungkin sebagaimana harusnya.

Sikapnya yang mengutamakan perut di atas segalanya itu membuatku tersenyum; dengan antusiasme seperti itu, mereka berdua akan menguasai pekerjaan mereka dalam waktu singkat. Menurut Rosina, mereka telah dilatih sebelumnya di panti asuhan oleh Wilma, jadi pelatihan mereka di sini berlangsung lebih cepat dari yang diantisipasi.

Setelah makan, aku membawa pemberian suci itu ke panti asuhan. Begitu Wilma dan Fritz bergegas mengambil pemberian-pemberian itu, aku melihat sekeliling. Semuanya tampak berjalan seperti biasa.

“Bagaimana keadaannya, Wilma?”

“Yah... Aku agak khawatir dengan Delia. Dia mengurus Dirk sendirian, tidak mau menerima bantuan dari siapa pun. Kurasa tidak lama lagi dia akan pingsan...”

Aku menurunkan pandanganku sedikit saat mendengar nama Delia. Sejujurnya, dia bukanlah seseorang yang kusukai. Baik tindakannya yang menggunakan kewanitaannya sebagai senjata untuk membuat Uskup Besar untuk menerimanya, maupun memprioritaskan Dirk si yatim piatu daripada tuannya sendiri, tidaklah cocok untukku. Secara pribad, aku sekarang tidak peduli apa yang terjadi pada Delia setelah dia mengkhianati tuannya demi Uskup Besar, tetapi Lady Rozemyne ​​tetap akan merasa khawatir jika sesuatu terjadi padanya atau Dirk—bagaimanapun dia telah secara langsung memohon kepada sang archduke untuk menyelamatkan nyawa mereka.

“Kurasa tidak banyak hal yang bisa kita lakukan selain membiarkan Delia terus bertahan sampai dia pingsan. Dia sangat tersiksa sekarang sehingga mungkin dia tidak akan mendengarkan apa pun yang kita katakan padanya. Tindakan terbaik kita adalah menyiapkan seseorang untuk menjaga Dirk dan seseorang untuk menjaga Delia begitu dia pingsan.”

“...Aku mengerti. Baiklah kalau begitu.” Wilma melirik khawatir ke bagian belakang ruang makan, lalu mengangguk.

Saat kembali ke ruang direktur, saya mendapati Gil menungguku dengan cemas. "Kau harus pergi ke ruang Imam Besar, ‘kan? Aku akan memeriksa bengkel. Kami akan pergi ke hutan besok," katanya, begitu khawatir ucapannya akan berantakan. Aku memberinya peringatan, dan dia mengoreksi dirinya sendiri setelah menghirup udara.

"Aku akan memeriksa bengkel."

“Gil, aku merasa ada saat-saat di mana kau terlalu membebani dirimu sendiri dengan pekerjaan yang hanya  kau yang bisa melakukannya, untuk mengamankan tempatmu di antara para pelayan Lady Rozemyne. Namun, jika kau akan menjadi pelayan magang Uskup Besar, kau harus belajar mendelegasikan pekerjaanmu kepada pendeta abu-abu lainnya. Lady Rozemyne ​​bukanlah tipe orang yang akan menyingkirkanmu saat kau bekerja keras untuk melayaninya.”

Gil mengerutkan kening dan berlari ke bengkel, sementara Rosina kembali mengajar Monika dan Nicola. Aku memberikan Lady Rozemyne ​​buku lain agar dia tidak meninggalkan tempat tidurnya, lalu pergi ke kamar Pastor Kepala. Begitu masuk, aku mendapati Pastor Kepala sedang sibuk memilah-milah papan dan dokumen. Semuanya kemungkinan diambil dari kamar Uskup Besar.

“Aku menghargai kedatanganmu, Fran. Bagaimana keadaan gadis itu? Kudengar demamnya berlangsung lebih lama dari biasanya.”

"Sekarang sudah hampir hilang sepenuhnya. Namun, saya yakin dia masih tidak stabil secara emosional. Dia mengutarakan kekhawatirannya tentang keluarganya dan merasa gelisah tentang posisinya saat ini," laporku, dan ekspresi Pastor Kepala sedikit melunak karena lega.

“Kita tidak perlu khawatir jika dia cukup nyaman untuk berbagi kecemasannya denganmu. Ramuan yang kuberikan padanya kali ini tidak begitu memulihkan mana, dan mengingat betapa banyak yang dihabiskannya, mana-nya seharusnya baik-baik saja untuk beberapa waktu. Namun, beri tahu aku jika kau melihat adanya perubahan.”

Para pelayan Pastor Kepala dan aku mendiskusikan tentang apa yang harus dilakukan mengenai perabotan yang diambil dari bekas kamar Uskup Besar. Keluarganya tidak mau repot-repot untuk memilikinya, jadi perabotan itu akan dibagikan kepada para pendeta jubah biru. Setelah kami selesai mengatur susunan di mana kami akan menaruh perabotan-perabotan ini dan siapa yang akan menjaganya, Pastor Kepala melambaikan tangan.

“Sekarang aku akan membahas ritual yang akan dilakukan Rozemyne ​​sebagai Uskup Besar. Kembalilah bekerja,” katanya, dan semua pelayannya segera menjauhkan diri dari mejanya, hanya menyisakan saya dan Pastor Kepala di sana. Aku mengeluarkan diptych-ku setelah mereka semua pergi untuk menuliskan apa yang akan dia katakan, dan di saat itulah dia melirikku, lalu merendahkan suaranya dan tampak memaksakan kata-kata berikutnya keluar. “Fran, aku telah mendengar tentang situasimu dari Arno.”

Bulu kudukku meremang, dan aku menelan ludah. ​​Arno mengatakan bahwa dia akan memberi tahu Pastor Kepala tentang masa laluku jika diminta, tetapi sekarang setelah itu benar-benar terjadi, aku merasa seolah-olah aku bahkan tidak layak untuk berdiri di hadapan Pastor Kepala. Secara naluriah aku melangkah mundur.

“Meskipun saat itu aku tidak tahu, aku bisa membayangkan rasa sakit yang kau rasakan saat aku memerintahkanmu untuk melayani seorang gadis kuil jubah biru. Fran, apakah kau ingin terus melayani Rozemyne? Bisakah kau memandangnya sebagai tuanmu, seperti yang kau lakukan padaku di masa lalu?” tanyanya, menatapku dengan mata keemasannya, tidak mengatakan sepatah kata pun tentang masa laluku. Rasanya seolah-olah dia secara tidak langsung mengatakan bahwa masa lalu tidak penting, dan aku bisa merasakan beban di hatiku berkurang.

"Anda benar jika berasumsi bahwa pada awalnya saya merasa depresi. Tidak ada yang lebih buruk bagi saya daripada kembali ke kamar direktur panti asuhan untuk melayani seorang gadis kuil jubah biru."

Lady Rozemyne ​​telah diberi kamar-kamar dengan perabotan dan perkakas yang tidak berubah dari pemilik sebelumnya, yang memaksaku mengingat kembali masa laluku di sana. Namun, aku dibuat terkejut melihat betapa besar perbedaan yang dapat dibuat oleh seorang tuan baru.

Lady Rozemyne ​​membawa para pendeta jubah abu-abu ke kota bawah ketika biasanya mereka tidak diizinkan meninggalkan kuil, dan dia mengajari mereka yang ada di panti asuhan dan bengkel tentang cara hidup rakyat jelata. Aku bisa melihat lingkunganku berubah di depan mataku sendiri. Dia memulai satu demi satu hal-hal baru, dan aku begitu sibuk mengikuti Lady Rozemyne ​​saat dia mengubah kuil menggunakan pengaruh luarnya sehingga aku tidak punya waktu untuk memikirkan masa laluku.

“Lady Rozemyne ​​tidak seperti Suster Margaret. Dia tidak memanfaatkan panti asuhan demi keuntungannya sendiri. Sebaliknya, dia berjuang untuk memperbaikinya sebisa mungkin.”

Dia bisa saja memperlakukan anak-anak yatim piatu seperti alat untuk dieksploitasi. Dia bisa saja menggelapkan anggaran panti asuhan untuk memperkaya kantongnya sendiri. Dia bisa saja tidak melakukan pekerjaan yang berarti selain menerima pembayaran yang diberikan kepada orang-orang yang mengelola panti asuhan. Namun, dia tidak melakukannya, dan itulah yang membuat Lady Rozemyne ​​sama sekali berbeda dari setiap direktur panti asuhan yang sudah datang sebelumnya. Sebaliknya, dia menggunakan dananya sendiri untuk menyelamatkan anak-anak yatim piatu, memberi mereka pekerjaan dan sarana untuk bertahan hidup secara mandiri. Hanya mereka yang dibesarkan di panti asuhanlah yang benar-benar dapat memahami betapa hebat dan pentingnya dampak dari Lady Rozemyne, terlebih lagi mengingat dia harus melakukan semuanya di bawah pengawasan Uskup Besar dan para pendeta jubah biru.

“Semua orang di panti asuhan, dari pendeta jubah kelabu termuda hingga yang  tertua, menghormati dan berterima kasih padanya. Dia sering membuat saya bingung, tetapi meski demikian, saya ingin terus melayani dan berguna bagi Lady Rozemyne ​​sebisa mungkin.”

“Aku mengerti. Baguslah kalau begitu. Aku sudah menjauhkan Arno karena tindakannya sendiri telah terlalu dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya dengan gadis kuil jubah biru, tapi kuharap kau terus melayani Rozemyne ​​dengan baik.”

Aku menghela napas, memahami maksud di balik pesan singkat dan berkode Pastor Kepala. Aku sempat merasa aneh karena Arno tidak berada di antara para pelayan Pastor Kepala lainnya, tetapi tampaknya dia telah menaiki tangga yang menjulang tinggi. (TL: bahasa gampangnya – Arno dah mokad)

Dan mengingat masa lalunya dengan para gadis kuil jubah biru yang barusan dibahas, aku dapat menebak bahwa Arno juga merupakan salah satu korban Suster Margaret.

“Dalam lingkungan bangsawan, kesalahan sekecil apa pun dapat menyebabkan noda permanen. Ingatlah hal itu saat kau melayani Rozemyne. Tidak cukup hanya dengan tekun mengikuti perintahnya hingga tuntas; kau harus tegas dalam membimbingnya, sehingga dia memberikan hasil yang sepadan bukan hanya sebagai seorang bangsawan semata, tetapi juga sebagai putri seorang archduke,” kata Pastor Kepala, memberitahukanku apa yang perlu kami lakukan sebagai pelayan Lady Rozemyne, dan bagaimana kami perlu mempersiapkan diri untuk melayani putri seorang archduke.

“Saya mengerti. Saya akan melayaninya dengan baik dan benar.”

Pastor Kepala mengangguk tegas, lalu melambaikan tangan. Aku berlutut, menyilangkan tangan di dada, lalu meninggalkan kamar Pastor Kepala untuk kembali ke kamar direktur panti asuhan.

...Dia menginginkan hasil yang sesuai sebagai putri seorang archduke. Lady Rozemyne ​​tidak memiliki pengetahuan yang dimiliki semua bangsawan, dan tidak berpengalaman sebagai seorang novis gadis kuil. Mendukungnya sedemikian rupa sehingga dia akan memberikankan hasil yang sesuai sebagai seorang Uskup Besar yang diadopsi oleh archduke akan membutuhkan banyak usaha, dan beban tanggung jawab seperti itu membuat bulu kudukku merinding.

Lady Rozemyne ​​akan berdiri di hadapan publik sebagai Uskup Besar selama Upacara Ikatan Bintang. Sebelum hal lainnya, aku harus memastikan dia tidak gagal di situ.

“Rosina, Monika, Nicola—tolong bantu.”

Aku memanggil semua orang dan meminta mereka untuk mulai meringkaskan semua ritual di papan kayu sehingga akan lebih mudah bagi Lady Rozemyne ​​untuk menghafalnya nanti. Setiap tahun ada sejumlah ritual, yang masing-masing memerlukan hal-hal untuk dihafal. Dia harus melaksanakan tugas Uskup Besarnya dengan sempurna, dan kami semua harus mendukungnya sebaik mungkin untuk memastikan bahwa dia tidak akan gagal dalam keadaan apa pun.

Gil sangat terlibat dalam apa yang paling menarik bagi Lady Rozemyne—pembuatan buku—dan terbukti cukup berguna dalam hal itu. Dalam hal ini, sebagai kepala pelayan Lady Rozemyne, aku perlu fokus untuk mendukung tugas Uskup Besarnya sebisa mungkin.

Sambil melihat papan-papan tulis yang terus menumpuk, aku mengalihkan pandanganku ke tempat tidur tempat Lady Rozemyne ​​sedang beristirahat. Sekarang, bagaimana aku bisa membuat Lady Rozemyne ​​menghafal semua ini ketika dia kemungkinan besar akan meminta untuk pergi ke ruang buku saja? 

"Untuk mengajarinya, sepertinya aku harus terlebih dahulu mempelajari cara untuk menghentikan Lady Rozemyne ​​agar tidak selalu berlari ke arah buku," gumamku. Rosina mendengarnya dan melirik ke arah tempat tidur juga.

"Itu mungkin akan terbukti cukup sulit," katanya sambil terkekeh pelan, dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangguk setuju.


FB : https://www.facebook.com/kiminovelFP 

Donasi: https://trakteer.id/kiminovel 

Youtube: https://www.youtube.com/c/KimiNovelYT