Diam Saja (5)

(Penerjemah : Ei-chan)


Ahem. Mm! Tuan Muda Neo, lama tidak berjumpa.”

Eric segera bergerak ke antara Cale dan Neo. Tatapan Neo terlihat seperti kalah.

Dia tadinya berpikir telah menemukan mangsa empuk, tapi sekarang sulit untuk memburu mangsanya ini dengan adanya Eric Wheelsman.

“Benar, Tuan Muda Eric. Saya harap kabar Anda dalam keadaan baik-baik saja.”

Neo menyapa Eric seperti itu sebelum menyapa Nona Amiru dan Tuan Muda Gilbert juga. Dia kemudian melihat mereka semua berdiri di depan Cale, dan mendecakkan lidah.

‘Kurasa mereka melindungi dia. Bahkan sekalipun dia adalah sampah, masih ada orang-orang di sisinya.’

Neo memutuskan untuk tidak melakukan apapun setelah melihat mereka bertiga melindungi Cale. Eric menyadari niat Neo dan perlahan menoleh pada Cale.

Pandangan Neo pun ikut beralih pada Cale.

“Mm.”

Neo tanpa sadar mengeluarkan suara erangan.

Cale dengan tenang memperhatikan Neo dengan tangan bersedekap. Tatapan Cale terlihat sangat mencemoohnya. Dia tidak berkata apapun pada Neo sejak tadi, tapi pandangan dan bahasa tubuhnya mengatakan semua yang perlu diucapkan.

‘Si bodoh tak berkelas.’

Itu membuat Neo teringat pada pandangan yang biasa Venion tujukan padanya. Meskipun Neo marah saat Venion menatapnya dengan pandangan seperti itu, dia menghibur dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa itu adalah tatapan dari bangsawan dengan tingkatan lebih tinggi dan membiarkannya.

Cale memalingkan wajah setelah menyaksikan sesaat pupil mata Neo yang bergetar, dan melirik ke belakangnya. Dia mendengar laporan si Naga Hitam di telinganya.

Ada alasan kenapa dia membawa Naga Hitam hari ini.

[Alat perekam suara sudah siap.]

Cale telah meminta Naga Hitam untuk merekam semua yang terjadi hari ini. Rekaman video memerlukan banyak mana dan sulit untuk mempertahankannya dalam jangka waktu panjang, jadi Cale hanya bisa puas dengan rekaman suara.

Cale tadinya tidak akan melakukan ini karena istana akan ada banyak penyihir yang sensitif terhadap mana, tapi Naga Hitam menenangkannya bahwa dia tidak akan terdeteksi selama jangkauan perekam suaranya sempit.

Cale memantapkan niatnya untuk menggunakan benda tersebut di masa yang akan datang , sebelum menuju ke pintu masuk istana. Cale adalah tipe orang yang selalu ‘melunasi hutang’nya.

Eric Wheelsman memperhatikan Cale yang berjalan menjauh seperti seorang kakak yang bangga. Dia berpikir bahwa surat-surat yang dia kirimkan setiap hari tentunya berdampak.

Di sisi lain, Gilbert dan Amiru mengamati Cale dengan penasaran. Cale Henituse, pria yang terbiasa memakai pakaian-pakaian menyolok, memilih untuk mengenakan setelan hitam sederhana tanpa aksesoris apapun. Bahkan rambut merahnya pun bersih dan berkilauan ditimpa cahaya matahari.

Mereka bertanya-tanya apakah itu karena Cale tidak mabuk.

Setiap langkah Cale terlihat santai dan tenang.

Amiru dan Gilbert menyaksikan Cale yang berbalik begitu dia sampai di pintu masuk istana.

Tatapan Cale, yang sepertinya memanggil mereka mendekat, adalah hal yang paling membuat mereka penasaran.

“Tuan Muda Neo, saya akan menemui Anda di dalam. Nona Muda Amiru dan Tuan Muda Gilbert, mari kita pergi.”

Eric memperhatikan Cale dengan bangga, tapi Amiru dan Gilbert merasakan sensasi yang lebih aneh lagi saat mereka berdiri di depan Cale.

Cale memandang kedua orang yang kebingungan itu, sekaligus Eric yang bangga, lalu bicara.

“Ayo.”

Mereka bertiga mengikuti Cale ke dalam istana. Sensasi aneh yang Gilbert dan Amiru rasakan semakin lama semakin besar seiring mereka mengikuti Cale. Meski begitu, Cale tidak mempedulikannya dan memutuskan hari ini akan memanfaatkan ketiga orang tersebut sebisa mungkin.

“Tuan Muda  Cale dari Keluarga Henituse memasuki aula!”

Cale bisa mendengar si pelayan meneriakkan nama Eric, Gilbert, dan Amiru juga saat dia memasuki aula.

“Lumayan.”

Dia melihat sekeliling aula yang besar itu sebelum berjalan di belakang Eric. Nona Amiru melirik Cale, sebelum berjalan di sebelahnya dan mulai bicara.

“Tuan Muda Cale. Di depan aula perjamuan ini adalah kursi Putera Mahkota, dan meja-meja dibagi berdasarkan kawasannya. Alasannya adalah karena—”

Amiru, yang tadinya akan menjelaskan alasan kenapa meja-mejanya dibagi berdasarkan kawasan, melihat ekspresi Cale sebelum mengubah apa yang akan dia katakan.

“Saya mungkin tidak perlu menjelaskan alasannya, ‘kan?”

“Terima kasih banyak, Nona Muda Amiru, tapi saya tahu alasannya.”

Cale melihat Amiri mengangguk dengan ekspresi penasaran di wajahnya, dan kemudian menuju ke meja area Timur-Laut ruangan itu.

Ada lima meja di dalam aula itu. Timur-Laut, Barat-Laut, Barat-Daya, Tenggara, dan Tengah. Mereka semua dibagi berdasarkan tiap fraksi bangsawan mereka.

‘Putera Mahkota pintar dalam hal-hal seperti ini.’

Dia mengendalikan banyak hal di balik layar untuk membuat fraksi-fraksi berkompetisi satu sama lain sambil juga memaksa mereka untuk datang berkumpul cukup sering. Itu adalah spesialisasinya. Tapi Putera Mahkota juga sangat saksama tentang perlakukan terhadap dirinya sendiri.

Meja Putera Mahkota berada di depan kelima meja ini, di lokasi yang kira-kira dua langkah lebih tinggi dari yang lainnya.

‘Kursi Pangeran Kedua dan Ketiga selangkah lebih rendah daripada dia.’

Satu langkah lebih rendah dari meja Putera Mahkota adalah meja untuk Pangeran Kedua dan Ketiga. Bahkan sekalipun acara ini diadakan oleh Putera Mahkota, akan aneh bagi Pangeran Kedua dan Ketiga untuk tidak menghadiri pertemuan para bangsawan. Karena Putera Mahkota yang menjadi tuan rumahnya, dia memastikan untuk menunjukkan jarak antara status mereka.

‘Dia benar-benar memberi perhatian pada detail-detail kecil tak berguna.’

Putera Mahkota, sebenarnya, dari semua orang dengan posisi kekuasaan itu, sama sekali bukan jenis orang yang disukai Cale.

“Meja kita yang terdekat dengan pintu masuk, sesuai dugaan.”

Cale tidak merespon nada getir Eric. Istana Kebahagiaan membuka pintu masuk bagian timur sebagai pintu masuk utama, dan meja bangsawan Timur-Laut berada paling dekat dengan pintu.

Walaupun kawasan Timur-Laut memiliki suara, mereka tidak memiliki keluarga dengan pengaruh yang besar. Cale mengangkat tangannya untuk menepuk bahu Eric.

“Sama sekali tidak ada masalah tempat duduk kita dekat dengan pintu. Selain itu, baguslah kita tidak perlu menundukkan kepala pada siapapun di meja kita.”

Kawasan lain memiliki orang-orang kuat yang berkuasa, seperti Marquis Stan, di mana anggota lain di kawasannya harus bersikap hormat dan patuh padanya.

Tiga orang yang lain yang sedang berjalan dengan Cale pun berhenti melangkah. Cale juga berhenti berjalan saat melihat mereka terdiam. Eric berbalik untuk menoleh pada Cale sebentar, sebelum akhirnya bicara.

“Tuan Muda Cale.”

Karena mereka sedang bersama dengan orang lain, Eric tidak memanggil Cale dengan nada santai.

“Saya senang usaha-usaha saya sepertinya terbayarkan.”

‘Usaha? Usaha apa?’

Cale menatap Eric dengan syok dan bingung, tapi Eric berbalik dan berjalan dengan bangga menuju meja yang terdekat dengan pintu masuk.

Eric tidak tahu bahwa Cale tidak pernah membaca surat-suratnya dan hanya mendorongnya ke sudut ruangan.

“Kenapa dia begini?”

Nona Muda Amiru menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan Cale. Gilbert pun menunjukkan reaksi yang sama. Cale lalu mengangkat bahu dan menuju ke meja tersebut.

Tapi sebuah pengumuman membuat dia berhenti bergerak.

“Tuan Muda Venion Stan dari keluarga Marquis Stan telah tiba!”

Cale mengerti kenapa Neo Tolz tidak mengikuti mereka ke dalam Istana Kebahagiaan. Neo Tolz berdiri tepat di belakang penerus Marquis Stan, Venion.

Tapi Cale tidak peduli dengan orang-orang bodoh seperti Neo atau Venion.

“Cale!”

Eric memanggil Cale yang mendadak mulai cepat-cepat berjalan ke kursinya, tapi Cale hanya melambai dan duduk. 

“Mm.”

“Ah, selamat datang, Tuan Muda Cale.”

“Halo, Tuan Muda Cale.”

Cale memberi tanggapan singkat pada semua sapaan hormat itu.

“Halo. Senang bertemu kalian semua.”

Keheningan tiba-tiba melingkupi meja itu dan Cale menempatkan tangannya di bawah taplak meja tanpa disadari siapapun.

‘Sudah kuduga.’

Dia bisa merasakan tubuh tak kasat mata si Naga Hitam yang gemetar.

[Aku tidak apa-apa. Aku sudah bilang aku tidak apa-apa.]

Cale mendengarkan suara Naga Hitam di kepalanya dan mengelus tubuh gemetar makhluk itu. Amarah dan takut. Pikiran Naga Hitam dipenuhi kedua hal itu saat ini. Karena itulah trauma saat masih kecil sangatlah menyeramkan.

Naga Hitam itu tidak tahu bagaimana caranya merespon karena trauma psikis yang tubuhnya ingat tidaklah sejalan dengan rasionalitas dalam kepalanya.

[Aku tidak apa-apa. Aku adalah naga yang kuat dan perkasa.]

Cale telah memberitahu Naga Hitam saat makhluk itu bilang ingin mengikuti dia bahwa Venion Stan akan ada di sana juga. Dia juga sudah meminta Naga Hitam untuk berjanji tidak membunuh Venion Stan hari ini. Dia juga menjanjikan hal lain pada naga itu.

[Nanti. Aku pasti akan membunuh si brengsek itu dan yang lainnya nanti.]

Naga Hitam berencana untuk mencabik-cabik mereka menjadi serpihan sehingga mereka akan berubah menjadi partikel-partikel debu halus. Cale menenangkan Naga Hitam sambil mendengarkan suaranya yang luar biasa marah. Untungnya, makhluk itu sepertinya tidak membiarkan mana-nya lepas kendali di tengah amarahnya.

Cale merasa bahwa naga-naga adalah makhluk yang sangat rasional. Cale memikirkan tentang neraka yang menunggu Venion dan orang-orang idiot yang berhubungan dengan Marquis Stan di masa yang akan datang, lalu berhenti mengelus naga itu.

Syukurlah, kelihatannya si naga tidak akan lepas kendali. Jika sampai begitu, istana ini akan hancur dengan mudah, dan Cale mungkin akan mati juga. Cale menghela napas lega, sebelum melihat sekeliling.

Dia bisa melihat grup Eric dan Venion menuju ke sini. Itu masuk akal, karena meja Venion ada di meja Barat-Laut sebelah mereka.

Tap. Tap.

Naga Hitam mengusapkan kepalanya ke kaki Cale.

“Mm.”

Tindakan Naga Hitam membuat Cale cemas sesaat. Dia berkontak mata dengan Eric di saat itu, yang mati-matian memberi sinyal pada Cale dengan matanya.

‘Tetap tenang! Diam saja!’

Cale mengabaikan sinyal tersebut. Dia kemudian menimbang-nimbang bagaimana dia bisa berpura-pura tidak mengenal Venion. Akan tetapi, semua pemikirannya itu sia-sia, karena Venion menyapanya lebih dulu.

“Lama tidak bertemu, Tuan Muda Cale.”

Venion Stan. Dia sepertinya mendapat lebih banyak kerutan di wajahnya dibanding terakhir kali mereka bertemu, tapi dia masih menunjukkan senyum lembut, yang sesuai seorang bangsawan. Akan tetapi, Neo Tolz yang ada di belakangnya terlihat sangat risau.

Cale tersenyum cerah dan mulai bicara.

“Halo, Tuan Muda Venion. Ini perjumpaan pertama kita sejak bertemu di wilayah Viscount Tolz terakhir kali.”

Senyum lembut Venion jadi semakin tebal, sementara wajah Neo sepenuhnya pucat.

Marquis Stan adalah salah satu dari empat pemimpin dalam politik kerajaan. Penerus dari orang semacam itu mengunjungi kawasan Timur-Laut. Tidak hanya itu, area tersebut adalah daerah kekuasaan bangsawan tingkat rendah seperti Viscount Tolz. Jelas hal itu menunjukkan bahwa Viscount Tolz berada di bawah fraksi Marquis.

Tentunya, para bangsawan Timur-Laut serta-merta mengerutkan alis, dan para bangsawan di aula mulai memperhatikan juga. Kawasan Timur-Laut adalah kawasan tanpa pemimpin pada saat ini.

“Benar sekali. Saya pergi mengunjungi teman saya, Tuan Muda Neo, dan sedang dalam perjalanan pulang.”

Venion Stan tidak peduli dengan tatapan-tatapan yang menuju ke arah mereka. Tidak ada masalah baginya untuk pergi ke kawasan Timur-Laut. Venion menatap Cale, seakan sedang mengamatinya, tapi suaranya tetaplah lembut. 

“Ya. Kita sepakat untuk minum bersama di ibukota.”

“Benar sekali.”

Cale dan Venion sama-sama terlihat sangat tenang sambil berbincang satu sama lain. Akan tetapi, orang-orang yang memperhatikan tidak merasa sama tenangnya.

Cale melihat ke arah Neo Tolz, yang sedang mengintipi dia dan mulai tersenyum. Neo berjengit saat melihat senyum Cale.

“Ah, benar. Sehari setelah saya bertemu Anda, Tuan Muda Venion, salah satu kesatria Viscount Tolz menemui saya.”

Cale mulai bicara pada Neo dengan ekspresi sangat prihatin.

“Saya dengar vila Anda dijarah habis-habisan. Apa semuanya baik-baik saja?”

Bahu Neo tersentak dan Cale bisa melihat sudut bibir Venion mulai berkedut.

“Apa Anda sudah mendengarnya, Tuan Muda Venion? Saya yakin Anda sudah mendengarnya mengingat Anda mengatakan bahwa kalian berdua adalah teman baik.”

Venion akhirnya menanggapi setelah agak lama. Dia berbicara dengan sangat alamiah, tapi Cale bisa merasakan kemarahan di dalam ucapan Venion.

“...Ya. Itu berita yang menyedihkan.”

“Benar. Anda tidak tahu betapa terkejutnya saya saat mendengarnya sementara saya sedang menikmati minuman penghilang mabuk saya. Bagaimana bisa mereka menjarahnya sampai bersih tanpa menyisakan apapun! Mereka mengatakan bahwa Anda kehilangan sesuatu yang sangat penting, bukan begitu Tuan Muda Neo?”

Orang paling menyebalkan di dunia ini adalah mereka yang besar mulut, berbicara tanpa pikir panjang, dan yang berbudi luhur.

Cale bersikap melakukan ketiga hal ini. Dia sangat bersenang-senang. 

Cale berkata ramah pada Neo.

“Tuan Muda Neo, tetaplah bersemangat. Kita mau tidak mau diperhadapkan pada situasi yang tidak dipercaya seperti itu paling tidak sekali seumur hidup kita.”

“Ah, ya. Saya rasa begitu.”

Neo bahkan tidak melihat ke arah Venion, semenatara dia asal saja menanggapi Cale.

“Anda harus minum untuk melupakan segalanya ketika hal yang sangat tidak menyenangkan seperti itu terjadi. Tuan Muda Neo, mari kita minum-minum sampai mabuk malam ini. Tuan Muda Venion, apakah Anda mau bergabung dengan kami?”

Venion dengan tenang mengamati Cale. Dia sudah kehilangan kepercayaan Marquis sejak kehilangan Naga Hitam. Venion mencurigai organisasi yang memberinya Naga Hitam berdasarkan kesaksian para kesatria dan bukti yang ditinggalkan, tapi dia tidak bisa menyingkirkan kecurigaannya terhadap kelompok Cale yang kebetulan menginap semalam di sana di waktu bersamaan.

Tetapi dia tidak punya alasan bagus untuk mencurigai Cale. Karena itulah dia berbincang dengan Cale untuk memastikannya sekali lagi.

“Kalau Anda minum-minum dan kemudian bangun dengan minuman penghilang mabuk, semua ingatan buruk Anda akan menghilang.”

Tapi melihat Cale Henituse terus mengoceh omong kosong seperti sebelumnya membuat Venion sadar bahwa dirinya tidak perlu mengkonfirmasi apapun.

“Terima kasih untuk tawarannya, Tuan Muda Cale. Mungkin lain waktu.”

“Ah, sayang sekali, tapi baiklah kalau begitu.”

Venion berjalan melewati Cale. Saat dia melakukannya, dia bisa mendengar Cake berbicara dengan Neo.

“Kesatria Anda benar-benar memucat, Tuan Muda Neo. Anda pastinya mempersiapkan diri sejak awal untuk situasi semacam itu. Bagaimana bisa Anda kehilangan semua hal berharga itu sekaligus? Tetap semangat. Anda mungkin tidak bisa mendapatkan kembali apa yang hilang itu, tapi apa yang bisa Anda lakukan? Anda hanya harus melanjutkan hidup.”

‘Haah. Manusia sampah itu.’

Venion tersenyum pada para bangsawan yang sedang mengamati dia setelah mendengar dia pergi ke Timur-Laut dan menahan amarahnya.

‘Naga bodoh dan si brengsek itu. Ke mana mereka semua pergi?’

Venion hanya melihat ke depan saat berjalan. Setelah melirik Venion yang menjauh, Cale berbalik dari Neo yang luar biasa pucat tanpa ragu. Tentu saja, dia memberikan Neo pernyataan terakhir sebelum melakukannya.

“Bersemangatlah.”

Cale tahu bahwa Neo akan dilibas habis-habisan oleh Venion.

“Tuan Muda Cale-”

Cale mengecek Eric—yang sepertinya punya banyak hal untuk dikatakan tapi tidak tahu bagaimana menyampaikannya—sebelum kembali duduk.

[Giliranku berikutnya.]

Cale mengangguk setelah mendengar suara Naga HItam, dan melihat sekeliling meja. Semua bangsawan wilayah Timur-Laut memperhatikan dia. Ini mungkin pertama kalinya mereka melihat versi normal Cale seperti ini. Karena itulah Cale mengambil botol minuman di depannya untuk memenuhi ekspektasi mereka.

Mereka semua memalingkan muka hampir dalam sekejap.

Inilah kekuatan seorang sampah.

Akan tetapi, orang-orang di meja lain masih mengamati Cale dengan penasaran. Cale mengabaikan tatapan-tatapan itu, sambil dia menyerahkan botol tersebut ke Eric.

“Aku akan meminumnya nanti.”

“… Tentu.”

Cale memalingkan wajah dari Eric—yang berbicara informal untuk pertama kalinya sejak datang ke istana ini—dan menatap jam dinding di pintu masuk aula. Sebentar lagi waktunya pesta dimulai. Karena itulah para bangsawan mengambil tempat duduknya masing-masing.

Alasannya sudah jelas.

Dengan masuknya Venion Stan, tiga keluarga kuat lainnya pun masuk.

“Tuan Muda Antonio Gyerre dari keluarga  Duke Gyerre telah tiba!”

Antonio Gyerre dari keluarga Duke Gyerre, Nona Muda Karin Orsena dari keluarga Orsena, dan Marquis Ailan, Marquis lainnya di kerajaan ini…

Mereka semua memasuki aula dengan para bawahannya mengikuti di belakang. Pintu tertutup begitu mereka masuk, tapi tidak ada yang berdiri untuk berbincang dengan mereka.

Cale bersandar santai di kursinya dan memperhatikan pintu masuk aula. Jam dinding sudah hampir mendekati pukul 5 sore.

Klik. Klik.

Jarum jam sampai tepat di pukul 5.

Kraaaaak~

Pintu masuk besar itu terbuka dan tokoh-tokoh utama pertemuan ini muncul bersama iring-iringan mereka.

Si pelayan bersiap untuk berteriak lebih lantang daripada yang dia lakukan sepanjang sore ini, tapi orang yang di bagian depan mengangkat tangan untuk menghentikan si pelayan.

Putera Mahkota Kerajaan Rian, pangeran tertua dari negeri ini, Alberu Crossman.

Dia nampak menikmati perhatian yang ditujukan padanya selagi dia menuju ke kursi yang ditempatkan lebih tinggi itu tanpa perkenalan apapun. Para bangsawan bangkit berdiri menyambut dia, dan Putera Mahkota Alberu meninggalkan Pangeran Kedua dan Ketiga di belakang sementara dia menuju ke kursi tertinggi di aula itu.

Bam.

Begitu dia berdiri di depan kursinya, pintu pun tertutup. Itu berarti semua orang sudah hadir.

Putera Mahkota Alberu memandang ke bawah pada Pangeran Kedua dan Ketiga, sekaligus orang-orang lainnya dan mulai bicara.

“Selamat datang. Terima kasih telah menanggapi undangan saya.”

Ini adalah tempat di mana dia tidak memerlukan perkenalan. Alberu memperhatikan dari atas. Cake menatap kosong padanya, sebelum kembali melihat jam dinding.

‘Sudah waktunya mereka tiba di sini.’

Orang yang akan menjadi gosip para bangsawan di sini untuk beberapa lama belumlah tiba.

Cale bisa mendengar Putera Mahkota yang mulai bicara.

“Individu-individu berharga yang akan membuat kerajaan ini bersinar, para pemimpin negeri ini di masa yang akan datang, saya merasa sangat senang kalian semua telah datang ke pertemuan ini.”

Putera Mahkota perlahan menyalakan ‘mesin’ lidah licinnya. Pada saat itulah—

“Hmm?”

Putera Mahkota mengalihkan pandangannya ke pintu masuk. Pintu yang tertutup itu terdorong, seakan sedang dibuka kembali. Dia bisa mendengar suara percakapan dari celah yang muncul.

Cale pun diam-diam tersenyum. Di saat itulah, seorang pelayan dengan terburu-buru bergegas menuju Putera Mahkota lewat pintu masuk yang lain.

‘Mereka di sini.’

Cale yakin.

Pada momen itu, Putera Mahkota nampak berpikir keras sejenak, sebelum melambai pada kesatria yang mengintip ke dalam.

Kreeeek~

Pintu besar itu pun terbuka sekali lagi.

Karena ini setelah Putera Mahkota hadir, si pelayan tidak berani mengumumkan nama orang tersebut. Tapi hal itu tidak perlu dilakukan.

‘Tepat waktu.’

Sebuah kursi roda memasuki aula pertemua.

Taylor Stan, putera tertua Marquis Stan yang lumpuh. Dia telah tiba di aula bersama dengan si pendeta wanita gila Cage. Di saat itu, pandangan Taylor dan Cage berkilas cepat melewati Cale tanpa disadari siapapun. Tapi itu sudah cukup untuk mereka bertiga.