Diam Saja (4)

(Penerjemah : Ei-chan)


Ron mengangguk menanggapi perkataan Cale, tapi menambahkan satu hal lagi sebelum dia pergi.

“Saya mengerti. Omong-omong, Tuan Muda, apakah Anda ingat Anda harus mengunjungi istana dua hari yang akan datang?”

Sebelum Raja mengumumkan mulainya festival di alun-alun, para bangsawan dijadwalkan untuk bertemu dengan Putera Mahkota. Ini bukanlah pertemuan serius atau pesta, tapi di antaranya. Acara ini diadakan di salah satu bangunan sayap istana di mana pertemuan-pertemuan penting biasanya diadakan.

Cale memikirkan Putera Mahkota dan istana sebelum benaknya melayang ke tempat lain.

‘Aku penasaran apakah Taylor dan Cage baik-baik saja.’

Putera sulung yang terbuang dan pendeta wanita gila. Cale merasa mereka berdua mungkin sangat baik-baik saja.

“Mm.”

Tapi mendadak, dia merasakan hawa dingin di punggung dan dia mengelus belakang kepalanya. Hawa dingin itu membuat Cale membulatkan tekad.

‘Ayo jangan memikirkan mereka berdua.’

Cale akan sangat-sangat tenang di istana. Bahkan sekalipun ada orang yang mengumpatnya, dia hanya akan duduk diam sebelum kembali ke sini. Cale mengintip meja di depan mereka. Ada sepucuk surat dari Eric tergeletak di sana.

[Cale. Kau tidak perlu melakukan apapun, sama sekali apapun. Hyung-nim yang akan mengurus semuanya untukmu. Mengerti?...]

Eric Wheelsman, salah satu bangsawan Timur-Laut, mengirimi dia sepucuk surat per hari. Jelas sekali bahwa Eric cemas dengan apa yang bisa saja terjadi. Cale mengambil surat di atas meja itu dan menyingkirkannya ke sebuah pojok.

“Kalau begitu, saya akan memastikan mereka untuk membungkus sebotol anggur terbaik kita.”

“Bagus.”

Cale sedang menyaksikan kepergian Ron ketika dia melihat beberapa wajah yang sudah beberapa lama tidak terlihat masuk lewat pintu yang terbuka. Ron memperhatikan mereka berdua sebelum menutup pintu. Mereka berdua yang masuk itu pun mendekati Cale dan mulai berkata.

“Kurasa aku akan bisa membunuh mereka kalau mereka lengah!”

“Aku mendapat satu cara bagaimana kita bisa membunuh mereka!”

Itu adalah si anak-anak kucing On dan Hong. Kedua anak kucing itu, yang sudah beberapa lama tidak Cale lihat, sedang sangat bersemangat karan sepertinya mereka menemukan cara untuk membunuh Manusia-Hewan yang sekuat Suku Serigala.

“Kerja bagus.”

Kedua anak kucing itu datang dan mengusapkan wajah mereka ke kaki Cale setelah mendengar pujian untuk mereka. Cale mendorong mereka berdua menjauh karena dia merasa itu menyebalkan. Ron pun tidak lama kemudian memasuki kamar lagi.

“Tuan Muda.”

“Apa?”

Ron menatap Cale, yang menjawab seakan dia tidak peduli, sebelum menyampaikan pertanyaannya.

“Bolehkah saya pergi sebagai pelayan pribadi Anda ke istana?”

“Kenapa kau menanyakan hal yang sudah jelas? Siapa yang akan pergi kalau bukan kau?”

Jawaban itu memantapkan tekad Ron untuk pergi.

Orang-orang yang memanggil diri mereka ‘Arm (ed. Lengan)’ dan memimpin dunia bawah tanah benua Timur, mulai memperluas jangkauan mereka ke benua Barat. ‘Arm’ hanyalah salah satu bagian tubuh organisasi dan tidak ada yang tahu identitas mereka yang sebenarnya.

Keluarga Molan adalah keluarga pembunuh bayaran generasi kelima yang dicari-cari untuk memerintah dunia malam Benua Timur, dan Ron Molan, penerus keluarga Molan, membenci dan takut terhadap ‘Arm’ ini.

“Tuan Muda.”

“Apa?”

“Anda akan sangat tampan di istana."

“Ron.”

Cale menatap Ron—yang setelah kembali dari cutinya, memujinya tidak seperti biasanya—dan bertanya dengan santai.

“Aku memang punya wajah dan sosok yang rupawan, ‘kan?”

Meeeeeow.

Anak-anak kucing mendengus menanggapi Cale, tapi mereka tidak bisa menyangkal. Cale adalah pria tampan dengan tubuh ramping.

Hal yang Kim Rok Soo paling sukai dari Cake adalah uangnya, tapi tepat setelah itu adalah tubuh dan wajah Cale. Bibirnya terlihat seakan ingin membentuk seulas senyuman.

“Tentu saja. Tuan Muda punya semuanya.”

Tapi senyuman itu menghilang dengan cepat. 

‘Apa yang baru saja kudengar barusan?’

Itu adalah suara yang sangat lembut, hangat, dan perhatian.  Bahkan kedengarannya Ron seperti mengikuti permainannya. Cale merasakan hawa dingin di sekujur tubuh, dan menoleh untuk melihat Ron yang berdiri di sana dengan seulas senyum puas di wajahnya. Senyuman itu terlihat berbeda dibandingkan dengan saat dia berpura-pura puas.

Cale merasakan hawa dingin di seluruh tubuhnya, tapi Ron tidak peduli dan lanjut mengerjakan tugasnya.

“Kalau begitu, saya akan pergi keluar sekarang. Saya harus melapor pada deputi butler Hans.”

“Oh? Oh. Pergilah, cepat.”

Ron langsung pergi dan Cale pun merenung sambil menatap pintu yang tertutup.

‘Kenapa dia bertingkah seperti ini?’

Tapi Cale tidak ingin mencari alasannya. Apa untungnya merasa penasaran dengan kehidupan Ron? Cale menatap pintu tertutup untuk waktu yang lama, sebelum ekspresi bingung nampak di wajahnya.

Tok Tok Tok

Seseorang mengetuk pintu. Hong si anak kucing merah pun bicara.

“Baunya seperti serigala.”

Cale melihat ke pintu dan bersuara, “Masuk.”

Pintu mengeluarkan suara klik dan perlahan terbuka. Cale bisa melihat si bocah serigala, Lock, berdiri canggung di sana. Lock merasa ragu sesaat, sebelum mulai bicara.

“Halo. Sa, saya datang untuk berterima kasih. Saya tidak tahu kapan waktu yang pas untuk mampir, jadi, kalau Anda tidak keberatan, bolehkah saya masuk sebentar?”

“Masuklah.”

Cale tidak mau mendengar suara canggungnya lebih lama lagi, jadi dia melambai memberi tanda agar Lock masuk. Lock dengan hati-hati menutup pintu dengan ekspresi sungkan dan mendekati Cale. Cale menunjuk ke sofa yang ada di seberangnya.

“Duduklah.”

“Terima kasih”

Lock duduk di sofa tersebut dan mengintipi Cale. Tidak seperti perkataan sebelumnya yang membuat Lock teringat akan pamannya, orang bernama Cale Henituse ini memiliki aura yang membuatnya sulit didekati.

Daripada dibilang sulit karena dia kuat seperti pamannya, rasanya hanya akan sulit untuk berbicara dengan Cale.

”Katakan apa yang ada di pikiranmu.”

“Begini…”

Lock sepertinya berpikir untuk mengatakan apa sebelum melompat dari tempat duduknya dan membungkuk pada Cale.

“Terima kasih banyak!”

Lock sepertinya sangat polos, penakut, dan—dalam beberapa aspek—bodoh. Dia jelas sesuai dengan profil yang digambarkan dalam novel.

‘Kepribadiannya berubah dalam novel setelah lepas kendali untuk pertama kali, tapi sepertinya dia tetap sama saja saat ini.’

Cale menanggapi ungkapan terima kasih Lock.

“Tentu. Ini jelas sesuatu yang harus mendapatkan ucapan terima kasih.”

“Maaf? Ah, ya.”

Lock memperlihatkan ekspresi aneh saat kembali duduk. Cale mengamati Lock yang duduk dan mulai bicara.

“Tidak perlu berterima kasih lagi padaku, kau bisa pergi.”

“Ah, ya, sebenarnya…”

Lock tidak bisa berdiri dan hanya menggerakkan bibir tanpa mengatakan apapun. Dia mendengar cerita-cerita dari Rosalyn, kedua anak Suku Kucing, Choi Han, dan bahkan Hans, yang membuatnya terus menimbang-nimbang. Dia masih belum selesai memikirkannya masak-masak.

Cale hanya mengawasi Lock dengan tenang. Itu karena dia tahu bagaimana Lock akan bertindak jika dia mencoba cepat-cepat menyingkirkan Lock keluar dari sini.

“Yah, Tuan Muda, begini…”

Lock tidak tahu bagaimana memulainya. Dia terus mencuri pandang pada Cale dengan begitu sering sambil menatap kakinya. Lock menggigit ringan bibirnya beberapa kali. Cale sangat tidak suka kepribadian seperti ini. Di saat itulah, Lock mendengar sebuah suara dingin.

“Katakan.”

“Maaf?”

Lock mengangkat kepalanya untuk menatap Cale. Ini pertama kalinya Lock melakukan kontak mata dengan Cale sejak datang ke kamar ini. Cale terus berkontak mata dengan Lock, sembari lanjut bicara.

“Bagus. Saat kau bicara dengan seseorang, kau harus melakukan kontak mata seperti ini.”

Dia melanjutkan.

“Katakan semua yang ingin kau sampaikan.”

Cale melihat jam di dinding sebelum kembali menatap Lock yang sedang memandangnya dengan ekspresi termangu.

“Aku paling tidak akan mendengarkan apa yang akan kau katakan.”

“Ah.”

Lock mengeluarkan suara terkesiap. Dia mengepalkan tangannya yang bergerak-gerak gelisah dan akhirnya mulai berkata.

“Sa, saya adalah seorang kakak.”

Suaranya pelan. Tubuhnya besar, tapi dia tetap masih seorang bocah.

“Saya harus mengurus adik-adik saya.”

Lock tahu bahwa dirinya masih memiliki banyak kekurangan untuk disebut sebagai anggota dari Suku Serigala. Akan tetapi, ada 10 adik yang harus dia lindungi dan urus saat ini.

Selain itu, 

“Saya juga adalah seorang keponakan dan seorang adik laki-laki.”

Suku Serigala Biru sangat menyayangi dan memperhatikan Lock yang penakut dan bodoh ini. Dia tidak bisa lupa akan keluarga, teman, dan para tetangga yang sungguh-sungguh melindunginya.

“Karena itulah, saya harus membalas dendam.”

Karena itulah dia harus membuat orang-orang tersebut membayar atas segala yang telah mereka rampas darinya.

Lock mempererat kedua tangannya yang gemetar dan mengucapkan semua yang terlintas di pikirannya. Begitu dia melakukan hal itu, dia merasa kepalanya jadi sedikit lebih jernih. Dia kemudian menundukkan kepala dan bisa melihat kaki serta karpet. Dia kemudian mendengar sebuah suara.

“Bocah serigala.”

Lock mengangkat kepala. Cale Henituse. Dia adalah pemilik kediaman besar yang bahkan Lock tidak berani impikan saat dia tinggal di desa, adalah seseorang yang Choi Han-hyung katakan pantas untuk paling tidak mempertaruhkan ⅔ nyawanya. Orang seperti itu dengan tegas berbicara dengannya.

“Kau adalah seorang serigala.”

Lock mulai mengingat kembali banyak kenangan masa lalunya. Dia bisa melihat kehidupannya di Suku Serigala Biru.

“Serigala melindungi keluarga dan menempatkannya sebagai yang terutama, bahkan dibanding diri mereka sendiri. Aku merasa mereka adalah suku yang membanggakan.”

Lock bisa melihat wajah tersenyum di hadapannya.

“Aku sudah mendengar apa yang ingin kau katakan.”

Di saat itulah, Lock dapat melihat dengan jelas pria tersebut dan semua yang ada di kamar ini. Di kedua sisi Cale ada kedua anak Suku Kucing, dan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar membuatnya terlihat sangat damai.

Lock akhirnya ingat kata-kata yang harus dia sampaikan, dan kata-kata yang ingin dia ucapkan.

“Terima kasih banyak untuk bantuan Anda. Dan…tolong bantu saya.”

Pemilik suasana damai ini pun bersuara.

“Cukup sekali saja untuk terima kasihnya.”

Alasan Cale banyak berpikir tentang bagaimana bertindak seperti seorang sampah akhir-akhir ini karena Choi Han dan si Naga Hitam. Naga Hitam itu sendiri adalah sebuah masalah, sementara Choi Han adalah masalah karena hal-hal yang dia bawa kembali bersamanya.

“Aku tidak berniat membantumu.”

Cale tidak mau membantu Lock. Akan tetapi, dia tahu betapa menyakitkannya perasaan kesepuluh anak-anak serigala itu setelah kehilangan orang tua dan penyokong mereka. Dia sudah mengalaminya sendiri. Terlebih lagi, dia sudah mulai terlibat dalam situasi ini. Dia tidak ingin harus bertanggung untuk semuanya.

Dia berencana untuk melakukan seminimal mungkin, jadi dia bisa mencapai titik impas.

Cale lanjut bicara dengan Lock, yang menundukkan kepalanya setelah mendengar Cale mengatakan bahwa dia tidak ingin membantunya.

“Akan tetapi, aku ada rencana untuk membuat kesepakatan denganmu.”

“… Kesepakatan?”

“Ya.”

Cale melanjutkan.

“Bantuan apa yang kau perlukan? Dan apa yang bisa kau lakukan untukku sebagai balasannya?”

Cale tidak ada keinginan mengajari bocah serigala ini yang tidak punya pengalaman apa-apa. Itu adalah urusan Choi Han atau Rosalyn. Cale bangkit berdiri—dia masih punya beberapa hal yang harus ditangani sebelum menuju istana—sebelum berbicara sekali lagi pada bocah serigala itu.

“Kembalilah saat kau mendapatkan jawabannya.”

Lock berpikir sejenak sebelum bangkit dari kursinya dan menundukkan kepala.

“Saya mengerti. Saya akan kembali menemui Anda saat saya sudah mengetahuinya.”

“Tentu.”

Cale menepuk ringan kepala Lock sekali. Tatapan di mata Lock saat dia mendongak sangat memuaskan.


* * *


Cale mengambil undangan Putera Mahkota dan turun dari kereta. Pertemuan dimulai pada pukul 5 sore. Cale memandangi istana, yang tidak bisa dibandingkan bahkan dengan gabungan kediaman di  wilayah Henituse dan rumahnya di ibukota.

Istana Kebahagiaan. Nama dari lokasi pertemuan ini disebut Istana Kebahagiaan dan dibangun oleh Raja untuk membagikan kebahagiaannya atas kelahiran Putera Mahkota. Tentu saja, Raja sekarang lebih menyukai Pangeran Ketiga.

Cale berencana bertemu dengan Eric, Gilbert, dan Amiru di luar istana kemudian masuk bersama-sama. Dia menatap istana dan mulai berpikir.

‘Apakah ini juga adegan klise lainnya?’

Kebetulan seseorang tiba di istana tepat saat Cale sampai.

“Wow, siapa ini? Bukankah ini Tuan Muda Cale kita yang terkenal?”

‘Haah.’

Cale menahan helaan napasnya. Dia bisa merasakan rasa tidak suka dari orang di hadapannya ini dari nada bicaranya. Orang yang mendekati dia adalah Neo, penerus Viscount Tolz.

‘Kenapa aku harus berpapasan dengan salah satu anak buah Venion sekarang?’

Neo Tolz adalah salah tokoh jahat pada umumnya. Dia ke sana sini melaksanakan perintah Venion.

Desa tempat Naga Hitam disiksa adalah milik Viscount Tolz, dan orang-orang Viscount Tolz tidak pernah menyukai keluarga Henituse. Itu karena, meskipun mereka hanya dipisahkan oleh satu gunung, perbedaan kekayaannya sangatlah drastis. Akan tetapi, di masa lalu, mereka dulunya ramah dengan keluarga Henituse.

Itu semua berubah begitu mereka di bawah fraksi Marquis Stan 5 tahun yang lalu. Tentu saja, mereka tidak akan mengatakannya terang-terangan, tapi mereka akan diam-diam mencoba mengambil alih pertemuan para bangsawan Timur-Laut.

Neo Tolz tersenyum riang saat berdiri di depan Cale.

“Kau sendirian?”

Mereka masih sedikit jauh dari pintu masuk istana, dan Wakil Kapten serta Ron sedang berbicara dengan pengawal untuk mendapatkan izin masuk. Cale, yang hanya membawa orang seminimal mungkin dengannya, menatap Neo.

Neo melihat Cale sendirian saja dan karena itu menyuruh anak-anak buahnya mundur.

“Aku akan bercakap-cakap sebentar dengan Tuan Muda Cale. Dapatkan izin masuk untuk kita.”

Neo mengirim anak-anak buahnya ke pengawal dan mengambil selangkah mendekati Cale. Begitu mereka berdua berdiri sangat dekat, Neo pun angkat bicara.

“Tuan Muda Cale.”

Neo menyunggingkan senyum hangat dan ramah di wajahnya, sementara dia berbicara dengan suara pelan yang hanya bisa didengar Cale.

“Apa yang sampah memuakkan sepertimu lakukan dengan datang ke istana ini?”

‘Haah, kekanakan sekali. Apakah karena ini adalah dunia di dalam buku? Atau karena ini adalah dunia fantasi? Apa mungkin berandalan seperti ini eksis di dunia nyata juga? Mereka pastinya ada karena dia memprovokasiku seperti ini.’

Putera seorang Viscount berani berbicara seperti ini pada putera seorang Count? Cale merasa ini bisa terjadi hanya karena ini adalah sebuah novel, tapi menghadapinya secara langsung membuat Cale benar-benar jengkel.

‘Aku bahkan bukan si MC. Bisa tidak aku tidak berurusan dengan hal klise seperti ini?’

Cale ingin rasanya menyuruh Ron untuk membunuh tokoh-tokoh jahat bodoh yang tidak tahu tempatnya ini.

Cale hanya menatap Neo. Ekspresi Neo pun jadi semakin cerah. Bagi Neo, Cale adalah seorang sampah yang hanya terlihat bagus di luar. Untuk seseorang seperti Neo, yang harus menjilat Venion selama ada di ibukota, Cale adalah mangsa empuk untuk diganggu.

“Apa? Kau ingin melemparkan botol padaku? Atau kau ingin memukulku? Silahkan, coba saja.”

‘Dia hanya memprovokasiku. Dia melakukannya dengan sengaja. Dia tidak bisa membawa benda sihir ke dalam istana, jadi dia tidak akan bisa membawa alat sihir perekam ke dalam. Karena itulah dia mencoba untuk membuatku kesal di sini.’

Kalau Cale membuat keributan di sini, itu akan dianggap sebagai pertengkaran antara seorang sampah dan seorang bangsawan terhormat. Itu hanya akan menjadi keuntungan bagi Neo, karena itulah dia mencoba untuk memprovokasi Cale untuk mencoreng nama keluarga Henituse.

Cale hanya duduk saja di sana. Dia kemudian mendengar sebuah suara di dalam kepalanya.

Itu adalah si Naga yang berbicara lewat sihir.

[Brengsek. Dia mengingatkanku pada si brengsek Venion.]

‘Dia adalah anak buah Venion.’

Walaupun Cale tidak bisa bersuara mengatakannya, si Naga terus berbicara di dalam pikiran Cale.

[Perlukah aku membunuh dia?]

‘Kurasa tidak perlu melakukan itu.’

Cale menggelengkan kepala pada si Naga yang sedang mengikutinya sambil tetap tidak terlihat.

Melihat Cale menggeleng membuat Neo memprovokasi Cale sekali lagi, karena kelihatannya Cale tidak terpancing.

Pada saat itu, pandangan Cale beralih pada sebuah kereta kuda yang baru saja tiba.

Bam! Pintu kereta itu berdebam terbuka begitu kereta berhenti, dan Eric Wheelsman keluar dari kendaraan tersebut. Gilbert dan Amiru juga ada di dalamnya.

Cale memberi tanda pada Eric—yang bergegas mendekat dengan mata melebar—dengan matanya sambil menuding pada Neo dengan telunjuknya.

“Hyung-nim.”

Nada polos Cale yang memanggilnya, serta tatapan dingin Cale, memberitahu Eric semua yang perlu diketahuinya.

‘Singkirkan dia.’

Tatapan tenang Cale yang sedang berdiri itu menyampaikan pesan tersebut pada Eric.