Diam Saja (3)
(Penerjemah : Ei-chan)
Choi Han memperhatikan si Naga Hitam sebelum kembali menatap Cale dan bertanya, “Apakah kita akan menghancurkan semuanya?”
“Tidak. Sama sekali tidak.”
‘Kenapa pemikirannya selalu begitu ekstrim?’
Cale berbaring di ranjang dan melambat menyuruh Choi Han pergi.
“Cepat pergi dan segera kembali. Oh, dan pakai topi.”
“Saya mengerti.”
Choi Han hanya meninggalkan lampu tidur yang menyala dan mematikan lampu lainnya sebelum meninggalkan kamar dan mengatakan sesuatu pada Hans. Cale terus memejamkan mata dan berpura-pura tidur.
Pintu pun tertutup dan Hans tidak masuk. Si Naga Hitam—yang tak kasat mata selagi pintu terbuka—menghilangkan sihirnya dan mendarat di ranjang. Salah satu sisi tempat tidur agak melesak saat si naga berbicara dengan nada cemas.
“Kau tidak boleh benar-benar tertidur.”
Cale pun berpikir setelah mendengar perkataan naga itu, ‘Apa aku kelihatan seperti anak berumur empat tahun menurut naga ini?’
Cale menghela napas dan bangun dari tempat tidur. Beberapa saat kemudian, Choi Han masuk lagi ke kamar lewat jendela sambil memakai sehelai jubah.
“Kau sudah sampai. Kurasa jubah memang lebih bagus daripada topi.”
Choi Han mengangguk dan berbicara pada si naga selagi Cale memakai topi.
“Apa kau akan mengikuti kami seperti itu?”
“Aku tidak akan terlihat.”
“...Kudengar naga bisa berubah wujud. Tidak bisakah berubah menjadi manusia? Kurasa itu akan lebih mudah.”
Sihir seekor naga adalah perwujudan kehendak mereka. Karena itulah Choi Han berpikir si naga akan dengan mudah berubah wujud kalau dia memiliki keinginan untuk melakukannya.
Si Naga Hitam mendengus mendengar perkataan Choi Han.
“Aku benci manusia. Aku tidak mau seperti manusia. Dia bilang naga itu keren dan mengagumkan.”
“Siapa yang bilang begitu?”
Naga Hitam melirik pada Cale menanggapi pertanyaan Choi Han, sebelum buru-buru mengalihkan pandangan. Dia kemudian menjadi tak kasat mata dan terbang. Bagian ranjang yang melesak pun kembali normal.
Cale dengan santainya bicara pada Choi Han, yang memperhatikannya dengan ekspresi aneh.
“Naga memang keren.”
“Memang benar.”
Choi Han mengangguk dan mengikuti di belakang Cale, yang sedang menuju ke teras. Dia lalu melongok ke luar jendela teras yang ada di lantai tiga itu dan mendadak berhenti.
“Um, Cale-nim.”
“Apa?”
“...Apakah saya harus menggendong Anda lagi?”
Cale mendengus menanggapi pertanyaan Choi Han dan menunjuk ke langit- langit dengan telunjuknya. Di saat itulah, tubuh Cale perlahan terangkat dari lantai dan mulai tak terlihat.
Cale menyaksikan saat seluruh tubuhnya berubah jadi tak kasat mata sebelum mendongak ke langit-langit dan berkata, “Naga itu hebat dan kuat.”
“Kau benar. Aku ini hebat dan kuat.”
Naga Hitam yang tak terlihat itu menanggapi Cale. Choi Han bisa melihat cengiran licik Cale muncul dengan cepat sebelum menghilang. Choi Han pun menyadari bagaimana caranya Cale mengendalikan naga itu dan dia ikut angkat suara.
“Wow, naga memang hebat dan kuat.”
Begitu Choi Han mengatakannya, dia juga jadi tembus pandang dan mereka bisa meninggalkan kediaman itu tanpa khawatir. Tentu saja, ada alat pendeteksi sihir di sekitar pagar kediaman, tapi itu semua untuk mencegah penyusup yang masuk. Alat-alat itu tidak bereaksi terhadap orang-orang yang meninggalkan kediaman.
Choi Han berdiri di sebuah gang kecil yang sedikit jauh dari kediaman dan berkata, “Tidak masalah dari sini.”
Begitu dia berucap demikian, sihir tembus pandang pada Cale dan Choi Han pun dilepaskan. Cale, yang sihir terbangnya juga dilepaskan, mendarat dengan lembut 10 sentimeter tempat dia mengapung di udara. Cale kaget dengan rangkaian peristiwa ini.
‘Sihir Naga Hitam lebih kuat daripada yang kuperkirakan. Aku penasaran apakah ini berhubungan karakteristik khususnya.’
Level sihir ini sudah sedikit lebih tinggi daripada level penyihir tingkat tertinggi. Pantas saja orang-orang mengatakan bahwa seekor naga dewasa bisa dengan mudah menghancurkan sebuah kerajaan jika dia menginginkannya.
‘Tapi aku tidak akan membutuhkan bantuannya seperti ini begitu aku mendapat Suara Angin. Aku nantinya akan bisa bergerak ke sana sini tanpa harus bersama si Naga Hitam ataupun Choi Han.’
Suara Angin adalah kekuatan kuno ketiga yang Cale rencanakan untuk diambil. Akan tetapi, dia harus menuju ke pesisir Timur-Laut Kerajaan untuk menemukan kekuatan itu.
‘Aku akan harus pergi ke wilayah Nona Amiru.’
Cale berencana menuju ke sana untuk mendapatkan Suara Angin dalam perjalan pulangnya dari ibukota. Alasannya pada yang lain adalah dia ingin pergi jalan-jalan, karena dia sudah pergi keluar seperti ini. Fakta bahwa kekuatan kuno itu ada di laut membuatnya sedikit cemas, tapi Cale memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya karena itu adalah kekuatan yang bisa dia ambil diam-diam.
‘Pada saat itu, kru Choi Han juga tidak akan bersama-sama denganku lagipula.’
Cale yakin bahwan Suku Paus dan duyung muncul di pesisir Timur-Laut di sekitar akhir jilid 4. Perang di lautan antara benua Timur dan Barat. Yang harus dia lakukan adalah menghindari pesisi pada saat itu. Dibandingkan dengan Suku Paus, dia harus menghindari para duyung gila.
Cale menutupi rambut merahnya dengan topi, sebelum mengeluarkan peta dari sakunya. Dia lalu memimpin jalan.
“Ikuti aku.”
Naga Hitam dan Choi Han yang masih tak kasat mata berjalan di kedua sisi Cale, mengikutinya ke distrik sebelah selatan para bangsawan dan masuk ke tengah-tengah Huiss.
Malam terlihat seterang siang hari seiring semakin mendekatnya mereka ke pusat Huiss. Ada banyak penerangan di jalan dengan toko-toko yang menjual barang-barangnya serta bar-bar yang sebagian besar meriah di waktu seperti ini.
“Kehidupan malam di ibukota sangatlah berbeda dari tempat lain.”
“Benar.”
Cale mengangguk membalas perkataan Choi Han sebelum menuju ke Alun-Alun Kejayaan di pusat Huiss. Mereka bisa melihat sebuah alun-alun berbentuk melingkar di depan mereka dengan air mancur di keempat arah mata angin. Di setiap air mancur ada kerumunan penduduk yang berkumpul di sekelilingnya.
Mereka bertiga bisa melihat para penduduk bersantai bersama keluarga atau teman mereka setelah bekerja sepanjang hari. Karena sekarang masih pukul 9 malam, mereka akan bersenang-senang di alun-alun ini sampai para penjaga berpatroli pukul 11 malam.
Cale melihat ke sebelah kiri. Choi Han menyaksikan dengan termenung beberapa keluarga yang sedang tertawa bersama di air mancur timur.
Cale—yang tanpa terburu-buru memperhatikan Choi Han dan pemandangan di depan mereka—pun bersuara.
“Buatlah agar tidak ada satu pun yang bisa mendengar kita.”
Begitu dia berkata demikian, sebuah kubah tak terlihat muncul di sekeliling mereka. Ini adalah sesuatu yang hanya bisa dilihat oleh Cale, Choi Han dan Naga Hitam yang ada di dalam kubah.
Choi Han akhirnya menoleh pada Cale.
“Ada benda yang disebut bom sihir.”
“Bom?”
“Ya. Bom. Bom sihir yang datang dalam berbagai bentuk dan ukuran. Dengan benua Barat yang memiliki sejarah panjang perang yang melibatkan sihir, benda itu cukup berkembang.”
Choi Han mendengarkan kisah Cale dengan tenang.
“Namun, ada banyak batasan. Lokasi bom sihir, mengendalikan mana yang terkandung di dalamnya, dan banyak faktor lainnya yang menyebabkan bom-bom ini sangat rumit untuk digunakan. Karena itulah mereka lebih suka membuat seorang penyihir menggunakan sihir mereka saat perang daripada bom sihir. Tapi bom sihir kali ini berbeda dari yang digunakan sebelumnya.”
“Semua bom itu—bom-bom sihir yang baru saja dikembangkan—akan meledak di sini, juga di beberapa tempat sekitar sini, enam hari lagi.”
Cale tidak berpikir bahwa kelima bom yang Choi Han dan Rosalyn temukan dalam novel akan tetap sama. Kisahnya sudah berubah. Itu berarti situasi juga bisa berubah dengan mudah. Karena itulah Cale datang dengan rencana baru.
Akan tetapi, dia yakin bahwa peristiwa teror bom sihir akan tetap berjalan sesuai yang diceritakan.
‘Karena aku bisa memastikan bahwa si penyihir gila itu ada di kerajaan ini.”
Penyihir gila adalah orang yang menciptakan bom sihir baru ini. Organisasi rahasia itu nantinya akan mendistribusikan bom ini ke wilayah yang berbeda di Kerajaan Roan setelah peristiwa di ibukota. Tentu saja, mereka akan menyembunyikan identitas mereka sebagai organisasi rahasia.
“Anda bilang bom akan meledak di sini?”
“Ya.”
Choi Han mengamati sekitar air mancur dan orang-orang yang ada di alun-alun. Sebuah suara dingin sampai di telinganya pada saat itu.
“Benda itu bisa saja dikubur di suatu tempat atau bahkan dipasang pada seseorang. Tentu saja, orang tersebut tidak akan tahu bahwa itu adalah bom dan mengira itu adalah hal lain, seperti gelang atau dompet dan membawanya.”
Pada seseorang. Kalimat itu membuat Choi Han menoleh pada Cale. Cale menanggapi dingin Choi Han.
“Karena itulah kita harus mencegahnya.”
Tentu saja, Cale tidak akan melakukannya. Choi Han, Rosalyn, dan si Naga Hitam yang akan mengurusnya. Cale berencana untuk diam saja. Dia berencana untuk benar-benar diam saja di ibukota.
“Bagaimana kita bisa mencegahnya?”
“Mudah.”
Cale menyilangkan lengan di depan dada sambil bersandar pada sebatang pohon di alun-alun lalu melanjutkan.
“Bom sihir, pada dasarnya adalah gumpalan mana. Karena itu yang perlu kau lakukan hanyalah membuat seseorang dengan sensitivitas yang tinggi terhadap mana untuk memeriksa area tersebut dan mencari di lokasi manapun yang sepertinya memiliki mana yang melimpah.
Choi Han tersentak karena sikap Cale yang tenang sebelum bertanya dengan hati-hati.
“Apakah itu begitu tinggi sampai bisa dideteksi dengan mudah?”
“Tidak. Itu hanya sedikit lebih tinggi, sehingga menyulitkan penyihir biasa manapun untuk menyadarinya. Tapi gumpalan mana kecil itu bisa dalam sekejap menarik mana di area sekitarnya untuk menciptakan sebuah ledakan besar.”
Choi Han terlihat cemas. Sebagai pengguna pedang dan aura, dia juga agak sensitif terhadap mana. Akan tetapi, dia tidak sesensitif para penyihir dan hal tersebut tidak bisa membantu.
“Cale-nim, saya rasa itu tidak akan mudah.”
“Itu sangat mudah,” Cale langsung menjawabnya
“Benarkah?”
Di saat itulah, sebuah jawaban muncul dari atas.
“Itu bisa dilakukan. Hanya saja menyebalkan.”
Di sebelah Cale adalah Naga Hitam, sebuah eksistensi yang dikatakan paling sensitif terhadap mana. Choi Han langsung memahaminya dan mengangguk. Dia lupa bahwa naga ini adalah eksistensi yang hebat dan kuat.
Cale menyerahkan peta di tangannya pada Choi Han.
“Aku tidak tahu tentang orang-orangnya, tapi bom yang ditanam di lokasi akan dipasang paling tidak dua hari sebelum kejadian.”
Hari kejadiannya adalah saat sang raja tiba. Itu berarti keamanan akan berkali-kali lipat dibanding sehari sebelumnya. Karena itulah mereka harus memasang bom tersebut paling lambat dua hari sebelumnya.
“Aku tidak tahu lokasi lainnya, tapi aku yakin paling tidak ada satu bom yang akan di dekat alun-alun ini. Ini adalah tempat yang paling banyak orangnya.”
“Benar. Saya setuju.”
“Karena itulah, dengan alun-alun ini sebagai titik pusatnya,” Cale menunjuk Choi Han dan kemudian ke langit, “Choi Han, kau dan si naga akan berkeliling ibukota setiap malam untuk mencari bom-bom sihir itu.”
“Kami berdua?”
Cale menepuk bahu Choi Han dan menjawab saat Choi Han bertanya. Cara untuk menangani Naga Hitam dan Choi Han cukup serupa.
“Ya. Choi Han, kalau kau, aku tahu kau bisa bergerak diam-diam tanpa diketahui. Kau sangat berbakat.”
Choi Han mengangguk diam dengan ekspresi serius. Dia lalu bertanya, “Apa yang harus kami lakukan begitu menemukannya?”
“Biarkan saja dulu.”
“...Tidak menyingkirkannya?”
“Kita akan menyingkirkannya di hari kejadian.”
“Bolehkah saya menanyakan alasannya.”
Cale menyengir.
“Bukankah kau ingin menemukan penyihir itu?”
Itu bukanlah jawaban untuk pertanyaan Choi Han, tapi Choi Han menganggukkan kepala. Cale melihat sekeliling alun-alun. Semua terlihat senang, tapi anggota organisasi rahasia bisa saja berbaur dengan mereka. Cale tidak tahu di mana si penyihir peminum-darah berada. Penyihir itu mungkin bersembunyi di suatu tempat atau berkeliaran sambil menyamar.
“Seorang penyihir harus hadir untuk membuat bom sihir meledak. Penyihir yang membuat bom itu harus melepaskan batasan-batasan untuk membuatnya meledak.”
“…Kalau begitu-”
Choi Han mulai bersuara saat sebuah pemikiran melintas sebelum menghentikan dirinya dan kembali menatap Cale. Pria itu melanjutkan dengan nada suara tidak tertarik.
“Pertama-tama, temukan bomnya. Kalau kalian kebetulan beruntung dan menemukan orang yang memasang bom-bom tersebut, ikuti mereka tanpa ketahuan.”
Karena si Naga Hitam akan bersama dia, Choi Han akan berhenti tepat sebelum dia bisa dideteksi sihir. Tapi Cale merasa akan sulit bagi mereka untuk menemukan orang-orang itu dalam prosesnya.
Akan butuh banyak usaha untuk mencari lokasi-lokasi di mana fluktuasi mana sedikit lebih tinggi untuk menemukan bom-bom ini. Akan sangat sulit dan melelahkan. Karena itulah Cale menyerahkan tugas ini pada mereka berdua. Dia tidak akan bisa membantu, tapi, yang lebih penting, dia tidak mau melakukannya.
“Kalau begitu, kami hanya perlu berkeliaran sampai dua hari sebelum acara?”
“Tidak. Kalian berdua akan harus datang sehari sebelumnya juga.”
“Sehari sebelumnya?”
‘Bukannya akan sulit karena akan ada lebih banyak penjaga?’
Choi Han tidak mengutarakan pertanyaannya. Ini akan sulit, tapi tetap bisa dilakukan olehnya. Dia hanya perlu mengerahkan sedikit lebih banyak usaha dan kewaspadaan.
Pada saat itulah, Choi Han sekali lagi melihat Cale yang menyengir licik.
Cale mengeluarkan bola hitam dari sakunya dan menunjukkan itu pada Choi Han.
“Ah.”
Choi Han mengeluarkan suara terkesiap. Dia sudah tidak asing lagi dengan bola hitam itu. Benda tersebut adalah Alat Pengacau Mana. Itu sudah pernah digunakan Cale sebelumnya. Benda ini cukup kuat dan memiliki cakupan wilayah seluas sebuah gunung.
Cale dengan santainya tersenyum saat mulai bicara. Dia tahu kapan bom itu akan meledak.
“Banyak penyihir akan hadir pada hari itu, jadi mungkin tidak akan bertahan sampai 10 menit, tapi itu akan membantu. Itu akan membuat semua yang berhubungan sihir tidak bekerja selama durasi waktu itu.”
10 menit adalah waktu yang cukup.
Mereka hanya perlu menyelamatkan orang-orang dari bom dalam waktu 10 menit itu. Mereka akan benar-benar terlihat. Dan, pada saat itu, akan ada banyak manusia dan manusia-hewan yang bekerja selain Choi Han dan si naga.
Choi Han melihat bolak-balik antara bola hitam dan Cale sebelum menelan ludah dan mulai bicara, “...Cale-nim, Anda berencana melakukan semua ini sendiri-”
“Karena itulah,” Cale tahu apa yang Choi Han akan katakan. Oleh sebab itu, dia menyela dan bicara pada Choi Han dan si naga, “Pergi dan bekerjalah.”
Choi Han melongo menatap Cale. Pria itu menunjuk ke sebuah bar minuman yang terkenal dengan birnya dan melanjutkan, “Aku akan menunggu kalian di sana. Pergilah berkeliling sampai sekitar pukul 11 sebelum pulang untuk hari ini.”
Choi Han berpikir sesaat sebelum mengeluarkan tawa seperti mendesah dan mengangguk.
“Baik. Hari ini, si naga dan saya hanya akan berkeliling di sekitar bagian dalam alun-alun sebelum kembali.”
Choi Han awalnya terpikir untuk bertanya kenapa Cale tidak ikut dengan mereka. Akan tetapi, dia menyadari dengan cepat. Cale hanya akan menjadi beban bagi Choi Han dan Naga Hitam sementara mereka bekerja.
Cale lemah. Tidak ada sedikit pun jejak mana muncul dari tubuh Cale, dan dia juga kelihatannya tidak melakukan praktek ilmu bela diri. Dia polos, namun juga tidak terlihat polos di saat yang bersamaan.
“Saya akan bekerja keras, jadi tolong belikan saya segelas bir saat kembali.”
“Tentu. Naga, terima kasih untuk bantuanmu juga.”
Si Naga Hitam menyingkirkan kubah kedap suaranya, seakan menanggapi perkataan Cale. Choi Han hanya menundukkan kepalanya sedikit sebelum menjauh dari Cale.
Dua jam kemudian, Cale kembali ke kediamannya dengan Choi Han dan si Naga Hitam, yang tidak berhasil menemukan apapun.
Mereka tidak berhasil menemukan apapun di malam berikutnya juga.
Cale—yang tidak dapat tidur saat malam—akhirnya terbangun pada tengah hari. Dia tidak merasa merasa letih meski begitu, karena Vitalitas Jantung tidak memungkinkan Cale untuk merasa lelah.
“Tuan Muda, Anda sudah bangun?”
“… Ron.”
Waktu tidur menyenangkan Cale menghilang bagaikan mimpi saat dia kembali ke realita.
“Saya telah kembali.”
Ron sudah pulang. Dia kemudian menyerahkan sepucuk surat pada Cale. Cale lalu memberikan sebuah perintah pada Ron untuk pertama kalinya setelah beberapa saat mengamati surat itu.
“Ron, bungkuskan aku sebotol anggur terbaik.”
Itu adalah surat dengan lambang keluarga Serikat Dagang Flynn. Cale membuka surat itu dan menemukan sebaris kalimat.
[Tuan Muda Cale, akankah Anda mentraktir saya alkohol dalam waktu dekat?]
Anak haram dari pemimpin Serikat Dagang Flynn, Billos, akan segera tiba di ibu kota.
Surat itu membantu Cale menyadari bahwa tidak akan lama lagi dia menemui Putera Mahkota di dalam istana. Karena ada banyak tokoh jahat di sana, ini adalah waktunya bagi dia untuk sangat, sangat tenang.
* * *
Donasi: https://trakteer.id/kiminovel
Youtube: https://www.youtube.com/c/KimiNovelYT
1 Comments
Semangat min tl-nya
BalasHapusPosting Komentar