Kau… (1)

(Penerjemah : Ei-chan)


Dan bukan sekedar tiga individu biasa. Yang satu adalah seekor naga bodoh, yang lain adalah pendeta wanita gila yang ingin diusir, dan yang ketiga adalah berandalan dari keluarga Marquis Stan.

Haah.”

Cale mau tak mau menghela napas. Dia menundukkan kepalanya sebelum mengangkatnya lagi. Begitu dia melakukannya, dia bisa melihat suasana jadi lebih tenang. Cale merasa keheningan ini janggal, dan melihat ke arah Hans.

Hans tersenyum canggung, sebelum mencuri-curi kesempatan membuat gestur tubuh pada si kusir, Tom, dan Taylor, yang sedang melongok keluar dari jendela kereta.

Taylor menyunggingkan senyum getir di wajahnya sambil mulai bicara.

"Jika membuat tidak nyaman bagi rombongan Anda, kami akan pergi."

Putera tertua Marquis yang didorong keluar dari keluarga. Setelah kakinya lumpuh, kehidupan Taylor berubah 180⁰ dalam semalam. Dari yang tadinya hidup mewah dan memiliki kekuasaan, menjadi kondisi di mana keluarganya hanya memberikan sejumlah bantuan minimal yang diperlukan untuk bertahan hidup.

Para bangsawan yang tahu bahwa siapapun selain penerus gelar Marquis di keluarga Stan akan mati dengan segera, mulai menghindari Taylor dan merasa dia itu mengganggu. Mereka bahkan dengan sengaja mengabaikan dia di hadapan Venion atau saudara-saudaranya lain untuk mencari muka. Situasi Taylor saat ini bahkan lebih parah daripada anak haram keluarga seorang baron.

Taylor tahu tentang Cale, si sampah dari keluarga Henituse. Sebuah simbol kura-kura emas mewah sebagai simbol mereka, juga seorang pria muda tampan berambut merah. Tidak ada orang selain Cale yang sesuai deskripsi tersebut. Bahkan orang seperti Count Henituse, yang tidak tergabung dalam fraksi manapun, akan merasa tidak nyaman berhubungan dengan seseorang seperti dirinya. Mereka semua seperti itu setelah tubuhnya lumpuh.

Taylor teringat dengan realita situasi ini setelah mendengar helaan napas Cale. Tapi di saat itulah…

"Kenapa Anda pergi?"

Cale berjalan mendekati kereta kuda Taylor dengan ekspresi datar.

"Tempat ini bukanlah properti saya. Saya tidak akan melakukan hal yang begitu kekanakan semacam itu sementara kita sesama pelancong."

Cale dan Taylor saling berkontak mata. Cale kemudian mengintip sekilas ke dalam kereta Taylor.

'Dia di sini.'

Si pendeta wanita gila, Cage, mengamati dia dari dalam kereta. Cale pernah membaca tentang betapa menyeramkan kutukannya. Beberapa orang bahkan mengatakan kutukannya selevel dengan seorang necromancer, sebuah profesi terkutuk.

Cale mengalihkan pandangannya dari Cage dan mengulurkan tangan.

“Saya Cale Henituse dari keluarga Henituse.”

Pandangan Taylor tertuju ke tangan yang terulur padanya dari luar kereta. Dia kemudian menatap kembali ekspresi datar Cale.

Klik.

Taylor membuka pintu kereta. Etiket sopan santun mengharuskan dia untuk melangkah keluar kereta untuk membalas salam.

“Sulit bagi saya untuk melangkah keluar karena kaki saya.”

“Saya menyadarinya.”

Taylor sekali lagi memandangi Cale, yang terlihat tidak mempedulikan etika sopan santun, dan menjabat tangannya. Itu hanyalah sebuah jabat tangan singkat.

“Senang bertemu dengan Anda, Tuan Muda Cale.”

‘Sama sekali tidak menyenangkan.’

Cale sama sekali tidak senang dengan pertemuan ini. Dia cepat-cepat mencoba untuk berbalik karena dia tidak ingin diperkenalkan dengan Cage. Sayangnya, Taylor adalah orang yang sangat sopan.

“Dia ini adalah rekan seperjalanan saya, Cage-nim, seorang pendeta. Dia adalah pengikut Dewa Istirahat Abadi.”

Istirahat abadi. Ini adalah istilah untuk kematian. Cale menahan helaan napas lainnya dan memandang Cage. Cage dengan anggunnya menyapa dia sebagaimana layaknya seorang pendeta.

“Senang bertemu dengan Anda, Tuan Muda Cale. Nama saya Cage. Semoga kedamaian malam selalu bersama Anda.”

‘Kedamaian malam’. Itu adalah salam yang biasa diberikan oleh orang-orang yang melayani Dewa Kematian pada publik. 

‘Kedamaian malam apanya.’

Lupakan soal kedamaian malam, Cale bahkan merasa sepertinya tidak akan bisa tidur malam ini. Dia merasa seperti sedang minum limun saat menatap Cage, yang tersenyum lembut.

‘Dia bertingkah sopan dan polos, sekalipun dia merasa ini sangat menyebalkan. Inilah alasan pertama kenapa dia ingin diusir.’

Dia benar-benar pintar berakting. Cale tersenyum pada Cage yang masih menyunggingkan senyum khas seorang pendeta wanita di wajahnya dan membalas dengan percaya diri.

“Aku tidak percaya pada dewa.”

Pandangan Cage terlihat penasaran. Tatapan wanita itu seakan mempertanyakan hal gila yang Cale barusan katakan pada seorang pendeta, tapi Cale menyambutnya. Cale hanya ingin wanita itu terus berpikir kalau dirinya ini adalah sampah.

“Anda orang yang menarik.”

“Saya pikir saya memang sedikit menarik.”

Cale hanya membalas santai pernyataan wanita itu dan melihat ke sekitar kereta. Kendaraan ini amat lusuh bagi seorang putera sulung seorang Marquis. Hanya satu kesatria, seorang anak buah—yang sekaligus bertindak sebagai kusir—dan mereka berdua, Cage dan Taylor.

‘Aku yakin dia juga kehabisan uang.’

Taylor mungkin menghabiskan banyak uang untuk memasang peralatan sihir di sekeliling tempat tinggalnya di Kota Puzzle.

Karena dia tidak mendapat banyak bantuan dari Marquis, dia tidak punya banyak dana darurat untuk digunakan. Taylor mungkin melakukan segala yang dia bisa lakukan untuk mengurangi pengeluarannya.

Taylor memejamkan matanya menahan malu saat memperhatikan Cale yang memandangi keretanya. Cale tidak terlalu menganggapnya serius dan mulai berpikir.

‘Mereka mungkin menuju ke ibukota karena pesanku.’

Sudah jelas ke mana mereka menuju. Itu adalah ke ibukota untuk bertemu dengan Putera Mahkota.

“Hans.”

“Ya, Tuan Muda.”

Cale secara samar memberikan perintah pada Hans yang mendekat.

“Bantu mereka.”

“Baik, Tuan Muda.”

“Siapkan hidangan terpisah untuk mereka dan juga area perkemahan di sebelah kita.”

Dia tidak ingin makan dengan mereka, atau bahkan berbagi area perkemahan yang sama.

“Dan jangan cari aku. Kau bisa urus semuanya.”

Dia tidak mau menciptakan situasi di mana mereka saling berkontak. Tentu saja, dia merasa sepertinya banyak hal tidak akan berjalan sesuai yang dia inginkan.

“Baik, Tuan. Saya akan melayani mereka seperti melayani Anda, Tuan Muda.”

“Terserah. Pergi bawakan aku minuman.”

‘Kenapa mendadak dia jadi sangat antusias?’

Cale hanya memandangi Hans yang tiba-tiba penuh semangat dan membungkuk sedikit pada Taylor sambil berpamitan.

“Kalau begitu, saya pergi dulu, Tuan Muda Taylor.”

“Terima kasih untuk kemurahan hati Anda, Tuan Muda Cale.”

“Itu bukan apa-apa.”

Cale berbalik dari Taylor—yang memperlihatkan raut penasaran di wajahnya. Dia kemudian segera kembali ke keretanya tanpa melihat yang lain. Tentu saja, dia memberikan perintah pada Wakil Kapten yang sedang berjalan di sebelahnya.

“Kelihatannya mereka hanya punya satu kesatria. Wakil Kapten, kau urus juga tugas jaga mereka.”

“Baik, Tuan Muda.”

Cale memastikan apa yang Wakil Kapten katakan pada kesatria Taylor sebelum kembali ke keretanya. Ini mengenai tugas jaga saat malam. Cale memastikan ekspresi si kesatria yang menjadi cerah sebelum kembali ke keretanya.

Klik.

Pintu tertutup dengan suara klik kencang. Ini membuat semua orang mengalihkan pandangan mereka ke pintu kereta dengan lambang kura-kura emas yang menutup, sebelum kembali melakukan tugas mereka. Hanya Taylor dan Cage—yang tidak punya hal untuk dilakukan—yang terus menatap pintu tertutup itu.


Kedua anak kucing menyambut Cale di dalam kereta.

“Aku pernah melihat kedua orang itu.”

“Hong. Aku juga ada di situ.”

Anak-anak kucing itu—yang sejak tadi mengawasi semuanya lewat jendela—perlahan mendekati Cale dan duduk di sebelahnya sebelum mulai berbincang. Mereka tidak menatap Cale ataupun bicara dengannya, tapi jelas bahwa pertanyaan itu ditujukan pada Cale.

Cale menjawab pertanyaan lucu anak-anak kucing itu.

“Pura-puralah tidak tahu.”

“Seperti si naga?”

“Ya.”

Anak-anak kucing itu menganggukkan kepala tanda mengerti. Cale menyaksikan mereka mengangguk sebelum dia bersilang lengan dan memejamkan mata.

‘Bintang Penyembuh.’

Itu adalah nama kekuatan kuno yang dia tuliskan dalam surat untuk Cage dan Taylor. Alasan kenapa Cale mengetahui kekuatan ini adalah karena peristiwa Teror Alun-Alun.

‘Bintang Penyembuh’ adalah sebuah kekuatan sekali pakai yang bisa menyembuhkan segala jenis cedera atau penyakit ke kondisi tubuh sehat yang sebenarnya. Putera Mahkota memiliki kekuatan semacam itu. Mendiang Ratu memberikan itu padanya.

Saat peristiwa Teror Alun-Alun, organisasi rahasia beraksi begitu keluarga kerajaan tiba. Bom-bom sihir di penjuru ibukota dan alun-alun meledak di saat yang bersamaan.

Dalam novel, Choi Han hanya bisa menghentikan sekitar setengahnya. Itu saja sudah termasuk luar biasa, sehingga kerajaan menganggap dia sebagai pahlawan. Meski demikian, Choi Han memikirkan nyawa para korban bom tersebut, membuat kebenciannya terhadap organisasi rahasia itu menjadi semakin parah.

‘Pada saat itu, organisasi rahasia memasang bom pada beberapa orang selama kejadian.’

Choi Han, bersama si penyihir jenius Rosalyn, melindungi orang-orang dari bom dan membantu mereka menyelamatkan diri. Pada saat itu, ada seorang pria tua yang Choi Han gagal selamatkan.

Pria itu kehilangan lengan dan kaki kanannya saat melepaskan bom dan melemparkannya jauh. Kejadian ini membuat Choi Han amat sedih. Menyaksikan tubuh cedera pria tua itu, Putera Mahkota terbersit tentang 'Bintang Penyembuh'. Begitulah kekuatan itu diperkenalkan pada awalnya dalam novel.

Sudah jelas, Putera Mahkota tidak menggunakan kekuatan tersebut pada pria tua itu. Sebagai gantinya, dia menghibur Choi Han yang merasa bertanggung jawab atas kematian pak tua itu dan mengangkat dia sebagai seorang pahlawan.

'Itu sudah jelas.'

Cale tidak berpikir bahwa Putera Mahkota membuat keputusan yang salah. Siapa yang bisa menghakimi dia yang ingin menggunakan kekuatannya untuk dirinya sendiri? Tentu saja, Choi Han dan Rosalyn pasti akan menggunakannya untuk si pria tua itu.

"Ngomong-ngomong, apa adik naga masih mengikuti kita?"

Cale mengangguk menjawab pertanyaan Hong.

'Kalau sudah begini, kurasa sebaiknya aku juga menggunakan naga itu untuk keuntunganku sendiri."

Rencana awalnya adalah menyelamatkan dia dan menyudahi sampai di situ, tapi kalau naga itu akan mengikuti dia berkeliling negeri seperti seekor anak anjing kecil, dia mungkin sekalian saja memanfaatkannya. Dia juga sudah memikirkan bagaimana caranya memanfaatkan naga itu selama beberapa malam terakhir.

Cale tahu lokasi 5 bom sihir yang Choi Han temukan di dalam novel, tapi dia masih tidak yakin dengan lokasi 5 bom sihir lainnya yang berakhir meledak.

Lima bom yang diketahui lokasinya ditemukan dengan menggunakan kemampuan deteksi mana level jenius Rosalyn untuk menemukannya satu persatu.

Tapi sekarang, Cake memiliki sebuah eksistensi yang jauh lebih baik daripada Rosalyn dalam mendeteksi mana dan sedang mengikuti dia seperti seekor bebek tersesat.

"Mungkin sebaiknya membuat dia bekerja keras."

Para anak kucing itu berjengit karena perkataan itu, tapi Cale tidak melihatnya karena dia memikirkan semua pekerjaan yang akan dia suruh si naga lakukan di ibukota. Si naga, yang sama sekali tidak mengetahui ini, mengirimkan seekor babi hutan ke area perkemahan lagi pagi-pagi sekali.

Cale, yang tertidur setelah begadang sampai larut malam merencanakan hal-hal yang perlu diselesaikan di ibukota, keluar untuk memastikan babi hutan itu sebelum menyadari adanya suasana aneh.

Dia makan dan tidur di kereta semalam. Dia berusaha sebaik mungkin untuk tidak berinteraksi dengan Taylor dan kru-nya. Karena itulah dia tidak memahami situasi aneh dan agak muram ini.

"Hans. Ada apa?"

Hans menyunggingkan senyum canggung dan menyambut Cale. Hans—dan juga anggota grup Cale lainnya—cepat-cepat mengatasi kecurigaan mereka tentang daging dan buah yang dikirimkan pada mereka.

Walaupun Cale tidak tahu apa yang Ron pikirkan tentang ini—karena Cale dan Choi Han sama-sama mengatakan kalau ini tidak masalah—mereka mengiyakan saja. Beacrox mudah untuk diyakinkan karena dia selalu bersemangat melihat bahan makanan dengan kualitas terbaik yang muncul setiap pagi.

"Haha, Tuan Muda, apakah Anda akhirnya bangun?"

Hans lamat-lamat mengintip Taylor dan Cage, sebelum mendekati Cale.

"Seperti yang Anda lihat, Tuan Muda Taylor salah paham."

“Salah paham?”

Cale bisa melihat babi hutan itu, begitu pula Taylor di kursi roda dan Cage yang mendorongnya di belakang. Dia mendekati babi hutan itu dan berdiri di sebelah kursi roda sambil angkat bicara.

"Apa yang terjadi?"

Seperti biasa, babi hutan yang naga itu kirimkan berukuran sangat besar. Ini lebih besar daripada harimau, jenis babi hutan yang akan membuat Beacrox antusias.

Dan, seperti biasa, ada sebuah gambar di sebelah babi hutan. Naga itu pasti merasa seb menggambarkan garpu, karena hanya pisau yang digambarkan kali ini.

"...Tuan Muda Cale. Maafkan saya."

‘Omong kosong macam apa ini?’

Taylor memperlihatkan senyum minta maaf saat berpaling dari babi hutan itu.

“Sepertinya pergerakan saya telah terdeteksi.”

Pergerakan? Cale kemudian bisa mendengar Cage si pendeta wanita bergumam di belakang Taylor. Dia terlihat marah.

“Kita pergi diam-diam, jadi bagaimana mungkin? Ada orang yang bisa menghindari deteksiku? Ini keterlaluan!”

‘Bagaimana bisa seseorang selevel dirimu mendeteksi naga?’

Cale sudah bisa memperkirakan apa yang sedang terjadi.

Sesuatu—atau seseorang—dapat menangkap babi sebesar itu dengan begitu mudah dan menjatuhkannya di area perkemahan mereka tanpa terdeteksi oleh Cage atau siapapun. Kekuatan dan kemampuan menyusup ini hanya dimiliki oleh seorang ahli. Dan di sebelah hasil kekuatan itu tergambar sebilah pisau.

Itu adalah sebuah pisau kecil untuk Cale, tapi terlihat seperti pisau yang sangat besar. Cale menatap kembali Taylor—yang sedang memperhatikannya dengan pandangannya putus asa dan sesal.

“...Tuan Muda Cale. Peristiwa ini—”

“Beacrox.”

Cale memanggil Beacrox.

Putera kedua Marquis Stan, Venion, mungkin sedang luar biasa sibuk saat ini. Mengapa orang seperti itu repot-repot mengawasi putera sulung yang cacat? Lagipula Venion juga tidak tahu bahwa ‘Bintang Penyembuh’ ada di ibukota.

“Ya, Tuan Muda?”

Beacrox, yang berdiri di dekat situ dengan pisau dapur yang sudah siap, menanggapi dengan raut wajah antusias.

“Kelihatannya kita akan makan steak untuk sarapan.”

“Tuan Muda, kelihatannya kita akan mendapat steak kualitas terbaik lagi.”

Taylor—yang memandangi Cale dengan ekspresi bengong—mendadak mulai berucap.

“… Lagi?”

Cale mengangguk dan menanggapi.

“Kami memiliki seseorang dalam rombongan yang mengirimkan makanan untuk kami.”

“...Siapakah dia?”

Cale mendengus sebelum menjawab.

“Dia luar biasa pemalu sehingga Anda tidak akan bisa melihatnya.”

Cale melihat dedaunan di sebuah pohon yang tidak jauh dari area perkemahan yang bergerak naik turun, dan dia pun menggelengkan kepala. Gelengan kepalanya ini membuat Taylor dan Cage memerah karena malu.

Ahem, Sa-saya mengerti. Sepertinya kami sudah salah paham.”

“Ini bukan salah Anda. Beacrox adalah seorang juru masak yang hebat, jadi silakan coba sebelum Anda pergi.”

Beacrox berhenti mengusap babi hutan dan mendongak memandangi Cale. Pemuda itu tidak menatap Beacrox karena apa yang Taylor katakan berikutnya.

“Tuan Muda Cale, saya dengar Anda sedang menuju ke ibukota. Jika tidak ada masalah dengan Anda, bolehkah kami mengikuti dari belakang Anda?”

‘Aku tahu bakalan begini.’

Ini seperti yang Cale perkirakan.

“Silakan jangan sungkan-sungkan melakukan apa yang terbaik untuk Anda.”

Tidak mungkin mereka akan mengetahui bahwa dialah yang menuliskan surat itu hanya dengan mereka berpergian bersama dengannya. Kalau pun ini akan jadi seperti itu, dia sebaiknya mengurus mereka sampai ke ibukota dan membuat mereka berhutang budi.

Mereka berdua bisa sangat berguna di kemudian hari jika dia memanfaatkan mereka dengan benar.

“Terima kasih. Kami akan berada dalam perlindungan Anda sampai kita mendekati ibukota.”

Cale pun tersenyum sedikit mendengar perkataan Taylor.

‘Setidaknya dia bukanlah orang yang sama sekali tidak masuk akal.’

Mendekati ibu kota. Taylor hanya meminta bantuan sampai di lokasi yang tidak akan mempersulit Cale ataupun Count Henituse dalam berurusan dengan Venion atau Marquis Stan karena berhubungan dengan Taylor yang lumpuh. Akan ada banyak macam komplikasi jika mereka ke ibukota bersama-sama.

“Nanti akan kita tentukan itu.”

Sudah jelas, Cale memiliki pendapat yang berbeda. Akan ada banyak barang dalam kotak sihir yang menunggu untuk digunakan Cale.

“Tentu saja. Silakan jangan sungkan-sungkan memberitahu kami kapan waktu yang paling tepat bagi Anda, Tuan Muda.”

“Tentu.”

Taylor dan Cage memperhatikan Cale yang menanggapi santai dengan rasa penasaran. Akan tetapi, Cale menghindari pandangan mereka dan mulai berbicara dengan Hans.

“Bawakan makananku ke kereta.”

“Baik, Tuan.”

Cale pun kembali ke kereta. Di saat itulah, seseorang memanggilnya.

“Tuan Muda Cale.”

Dia adalah Cage. Wanita itu sepertinya sedang sakit kepala, karena dia mulai mengerutkan wajah dan berjalan mendekati Cale. Pemuda itu merasakan sesuatu yang getir di mulutnya sambil memperhatikan Cage yang mendekatinya.

“Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Nona Pendeta?”

“Apa Anda benar-benar tidak percaya dengan dewa manapun?”

‘Sekarang, apa sebenarnya yang dia inginkan?’

“Ya, tidak satu pun.”

“...Saya mengerti.”

Cale buru-buru kembali ke kereta setelah mendengar tanggapan Cage. Taylor pun mendekatinya sambil memperhatikan Cale yang berjalan menjauh.

“Ada apa?”

Cage amat jarang berurusan dengan orang-orang selain yang berasal dari kuil atau teman-teman dekatnya. Karena itulah rasanya aneh sekali bagi Taylor melihat Cage yang mengerutkan wajah dan mendekati Cale. Wanita itu menggelengkan kepala dan menanggapi dengan ekspresi sangat getir.

“Ini aneh.”

“Apa itu?”

“Yah, rasanya seperti…”

Cage menyentuh bagian belakang kepalanya.

“Aku memiliki firasat getir bahwa Dewa Kematian sedang mengelus belakang kepalaku dengan ekspresi bersimpati.”

“...Perasaan macam apa itu? Apa kau tidak cukup tidur?”

“Mungkin.”

Cage terus merasa seperti itu setiap kali dia menatap Cale. Satu-satunya waktu dia merasa seperti ini di masa lalu adalah ketika kuil memaksanya melakukan banyak pekerjaan kasar untuk membangun sebuah kuil baru. Dia merasakan perasaan yang sama dengan ketika dia duduk kelelahan dan Dewa Kematian mengawasinya dengan cemas.

‘Tidak mungkin Tuan Muda Cale akan menyuruh-nyuruh kami seperti kuil sialan itu.’

Cage memutuskan bahwa Taylor benar tentang dirinya yang kurang tidur, dan mencoba mengenyahkan perasaan itu.


Begitulah bagaimana anggota kru Cale menjadi semakin besar dan mereka lanjut menuju ke ibukota tanpa ada masalah lain.

Setiap kali Cale merasa lelah duduk dan melangkah keluar kereta, grup Taylor terus memperhatikannya, tapi mereka tidak melakukan percakapan apapun. 

Mereka terus bepergian seperti itu sampai mereka tiba di sebuah penginapan yang sehari jauhnya dari ibukota.

“Tuan Muda Cale, Anda suka alkohol, bukan begitu?”

Taylor dan Cage datang mencari Cale.

“Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?”

Cale ingin tahu kenapa mereka datang mengunjungi dia begitu larut, tapi ekspresinya tidaklah begitu janggal. Taylor pun tersenyum terhadap sikap Cale.

“Cale Henituse, sampah masyarakat yang tidak bisa menjalani satu hari pun tanpa minuman beralkohol.”

Saat Taylor masih menjadi calon penerus Marquis, dia mendapat semua informasi tentang para bangsawan juga. Informasi mengenai Cale begitu unik sehingga tidak mungkin dia bisa melupakannya.

“Tapi saya rasa itu tidaklah semuanya.”

Akan tetapi, Cale sangat berbeda dari informasi itu.

Dia tinggal di dalam kereta sepanjang hari sehingga mereka bisa merasa tenang dan telah bermurah hati memberi mereka perlakuan terbaik sebisa mungkin. Anak-anak buahnya mempercayai dan mengikuti dia.

Yang lebih penting, dia memperlakukan mereka berdua seperti orang biasa.

“Anda berbeda dari yang digosipkan.”

Mereka berada tepat di depan ibukota. Taylor dan Cage akan harus bergerak diam-diam pada dini hari esok pagi. Tentu saja, mereka akan harus berjalan dengan percaya diri saat datang ke istana kerajaan.

Tapi ada banyak hal yang mereka persiapkan untuk selidiki sebelum itu terjadi. Namun, mereka sudah memantapkan pikiran untuk bergerak dengan berbeda dari rencana awal mereka.

Mereka telah mengamati Cale Henituse selama seminggu. Orang ini sekarang berada dalam benak Taylor dan Cage.

“Tuan Muda Cale. Seharusnya tidak masalah berbagi minum dengan kami sebelum kita pergi, bukan begitu?”