Membalas Jasa (2)

(Penerjemah : Ei-chan)


Setelah melewati gerbang Kota Puzzle dengan mudah, kereta Kura-Kura Emas keluarga Henituse mengikuti panduan deputi butler Hans ke penginapan.

“Ini lebih kecil daripada Kota Western.”

“Benar. Kecil.”

Cale mengangguk mengiyakan perkataan On dan Hong lalu melihat ke luar kereta.

‘Dia tidak akan mengikutiku ke dalam kota, ya ‘kan?’

Menurut Choi Han, Naga Hitam akan mengikuti mereka dari kejauhan, sebelum datang mendekat pagi-pagi sekali untuk mengirimkan makanan dan kemudian kabur.

“Manis, ‘kan? Naga itu seperti anak kecil yang belum kehilangan kepolosannya, bahkan setelah menjalani hidup sekejam itu.”

‘...Tidak juga.’

Itulah yang Cale pikirkan saat Choi Han berbicara padanya dengan nada geli. Jika Choi Han melihat naga itu meledakkan sebuah gunung, dia tidak akan mengatakan hal seperti ‘manis’ untuk menggambarkannya.

Cale tidak tahu kenapa naga tersebut melakukan hal ini, bahkan sekalipun dia mengatakan bahwa dia membenci manusia. Ini benar-benar tidak bisa dipahami Cale. Bukan seperti ini hal yang dia harapkan.

Karena makhluk itu masih kecil, Cale berpikir naga itu akan menjauh dari wilayah Marquis dan menciptakan sarangnya sendiri untuk mengembangkan kekuatannya. Cale tadinya berharap bahwa setelah menjadi lebih kuat, naga itu akan menghancurkan wastu Marquis sebelum perang pecah di benua ini.

Itu akan membantu mempertahankan kedamaian wilayah Henituse untuk jangka waktu yang lebih lama.

“Cih.”

Cale mendecakkan lidahnya, dan anak-anak kucing itu—yang dengan penuh semangat melihat ke luar jendela—tersentak sebelum mendekatinya. Kelihatanya mereka telah melihat sesuatu yang aneh di luar sana dan datang untuk bertanya.

“Semua rumah ada menara batu di depannya.”

“Sangat sangat aneh.”

Cale menjawab sambil lalu.

“Ini adalah kota menara batu.”

Kota Puzzle terkenal karena reruntuhan kunonya dengan banyak menara-menara batu, tapi selain itu, kota ini juga terkenal karena fakta bahwa setiap rumah memiliki menara batu di depannya.

Orang-orang di kota ini membuat lekukan kecil untuk di luar jendela mereka untuk menaruh sebuah menara batu di atasnya. Sejujurnya ini tidak bisa dibilang menara batu karena terbuat kurang dari sepuluh batu, tapi menara-menara batu itu disusun dalam bentuk-bentuk yang berbeda sesuai dengan kepribadian si pemilik rumah.

Karena itulah tidak aneh bahwa penginapan mewah yang Cale datangi juga memiliki menara batu di depannya.

“Apa kita akan menginap di sini?”

Hans cepat-cepat menanggapi pertanyaan Cale, sambil mereka mengikuti dari belakang si pemilik penginapan. Hans sepertinya sangat antusias sementara dia berjalan dengan si anak kucing bersaudara dalam pelukannya.

“Ya, Tuan Muda. Kita telah memesan dua hari untuk Choi Han-nim dan sepakat untuk menanggung biaya sisa anggota rombongan berdasarkan berapa lama kita akan menginap di sini.”

Ron mengernyit sekilas mendengar perkataan Ron sebelum cepat-cepat mengikuti dari belakang dengan kotak sihir di tangannya. Hans pun lanjut bicara.

“Kita tiba tepat sebelum musim Festival Menara Batu, sehingga kamarnya tidaklah begitu mahal.”

Festival Menara Batu. Kota Puzzle saat ini sibuk mempersiapkan Festival Menara Batu minggu depan. Cale hanya membiarkan lewat apa yang terlintas di benaknya tanpa memikirkannya lebih jauh.

“Di sini sepertinya tidak ada banyak batu, tapi menara-menara batunya cukup menarik. Sangat aneh.”

“Saya tahu alasannya.”

‘Huh?’

Cale melirik ke arah Hans, yang menanggapi gumamannya.

“Ada sebuah kisah sedih namun menggugah hati yang disampaikan secara turun temurun.”

“Hentikan sekarang juga kalau cerita itu perlu waktu lama.”

Cale tidak begitu peduli soal itu. Akan tetapi, Hans terus bicara seakan-akan dia mungkin merasa bahwa cerita itu tidaklah begitu panjang. Rombongan yang tadi memasuki kamar Cale pun menyaksikan saat si pembantu keluar dari kamar dan kemudian harus mendengarkan kisah Hans.

“Kisah ini, yah tepatnya, legenda ini adalah tentang sesuatu yang terjadi di zaman kuno.”

“Zaman kuno?”

Klik.

Si pembantu telah menutup pintu di belakangnya dan hanya rombongan Cale yang tertinggal di kamarnya. Cale merespon kata-kata “zaman kuno”.

“Ya. Zaman kuno.”

“Lanjutkan.”

Si anak kucing bersaudara di lengan Hans mengibas-ngibaskan ekor mereka, seakan tertarik dengan cerita itu dan mendongak menatapnya. Ron hanya terdiam menuangkan secangkir limun dari dalam botol yang dia bawa dalam kotak sihir dan memberikannya pada Cale.

Cale memegang cangkir limun itu di tangannya dan duduk di sofa dengan kaki bersilang lalu memberi tanda pada Hans dengan dagunya. Dia menyuruh Hans untuk cepat-cepat bicara.

Ahem. Kota ini konon kehilangan anugerah dari seorang dewa di masa lalu.”

‘Kehilangan anugerah?’

Cale tidak tahu apapun soal kisah ini.

“Ini pertama kalinya aku mendengar ini.”

“Itu dikarenakan Tuan Muda tidak mempelajari sejarah.”

“...Kau sepertinya sangat senang melawanku akhir-akhir ini. Apa kau akan terus balik berbicara seperti itu? Hmm?”

Hans buru-buru mengalihkan pandangannya dari Cale.

“Sudah merupakan hal yang lumrah bagi seorang butler hebat untuk menginformasikan majikan mereka tentang hal-hal yang yang majikan mereka tidak ketahui.”

Hans mulai menyampaikan tentang zaman kuno.

“Saya tidak mengetahui mengapa kota ini kehilangan anugerah sang dewa. Akan tetapi, itu nampak saat beberapa orang di kota ini mulai berkumpul bersama untuk membangun menara-menara batu. Sepertinya ini adalah sebuah bentuk peribadatan untuk mencapai dewa yang telah mencampakkan mereka.”

“Apa itu berhasil?”

Hans membalas tegas pertanyaan Cale.

“Tidak.”

Sang dewa tidak mendengarkan mereka.

“Nampaknya, tidak ada satu pun doa yang tersampaikan. Karena itulah di masa kini Kota Puzzle tidak memiliki satu kuil pun.”

“Tidak ada alasan bagiku untuk menyembah dewa yang telah mencampakkanku. Maksudnya begitu?”

Ding ding ding! Tuan Muda kita benar-benar cerdas dan sama sekali tidak perlu belajar.”

“...Kau mau ditonjok?”

Hans mengalihkan pandangannya dari Cale untuk menatap gunung di kejauhan dan lanjut bicara.

Ahem.  Bagaimanapun, mereka memiliki menara-menara batu alih-alih kuil. Menara batu ini mewakili sebuah janji yang orang-orang itu buat setelah semuanya itu. Itu adalah janji antar sesama, sekaligus janji pada diri mereka sendiri.”

“Janji macam apa?”

Hans mulai menjelaskan aturan aneh yang ada di Kota Puzzle.

“Manusia yang permohonannya dikabulkan akan menghancurkan menara batu mereka.”

Cale mulai tersenyum.

“Kota yang sangat menarik.”

“Bukan begitu? Karena mereka telah dicampakkan oleh dewa mereka, mereka harus mencapai semuanya dengan kekuatan mereka sendiri. Tindakan menghancurkan menara batu mereka menyimbolkan ‘melampaui rintangan’.”

Cale sangat suka dengan aksi menghancurkan menara batu. Dia kemudian mengingat kembali betapa banyak menara batu di depan rumah-rumah.

“Menara-menara batu itu tidak diciptakan untuk mencari bantuan dari seorang dewa.”

“Benar. Ini lebih merepresentasikan tekad mereka.”

Menara batu semacam ini mengandung banyak makna penting, sekalipun kau tidak akan pernah bisa menghancurkannya.

“Kurasa bukanlah sang dewa yang memenuhi harapan mereka pada akhirnya.”

“Ya, Anda benar. Walaupun sedih bahwa mereka dicampakkan, kisah ini juga memberikan orang-orang banyak harapan.”

Cale dengan santainya memberikan perintah pada Hans yang membalasnya.

“Lihat ke bawah.”

“Maaf?”

Melihat Hans nampak kebingungan, Cale menunjuk ke dada Hans dengan jarinya.

“Sepertinya anak-anak kucing itu marah.”

“Apa?”

Huh. Hans menunduk dan terkesiap dengan mata melebar. Anak-anak kucing itu menunjukkan gigi-gigi mereka dengan marah. Pupil-pupil mata keemasan itu menatap Hans dengan ganas.

Aigoo. Kenapa anak-anak kucing tersayang kita begitu marah? Apa aku sebaiknya membawakan kalian beberapa dendeng?”

Hans pun tersenyum sambil menurunkan anak-anak kucing itu dari pelukannya. Karena dia masih belum tahu bahwa mereka adalah Manusia-Hewan, dia hanya menyimpulkan begitu saja bahwa mereka marah karena lapar. Akan tetapi, anak-anak kucing itu tidak marah karena hal tersebut. Cale mengingat kembali hal-hal yang si bersaudara itu sampaikan padanya sebelum ini.


-’Aku barusan dengar dari Hans.’

-’Hans bilang.’

-’Kalau kau membuat permohonan di menara batu, itu akan jadi kenyataan.’

-’Dia bilang menara batu itu cantik.’


Tap. Tap.

On sepertinya marah, karena dia mengetuk-ngetuk lantai dengan tapak kakinya, sementara Hong mengetuk lantai dengan ekornya. Mereka marah karena Hans sudah berbohong pada mereka tentang menara batu, tapi Hans nampaknya salah menangkap maksud mereka.

Aigoo, anak-anak kucing tersayang kita. Aku akan mengambilkan kalian camilan enak! Tuan Muda, bolehkah saya membawakan sesuatu untuk mereka?”

“Kau juga pergi saja dari sini.”

“Saya akan kembali dengan sangat cepat.”

Hans bilang dia akan segera kembali, tapi tetap memastikan barang-barang yang dia bawa untuk Cale telah diatur rapi sebelum pergi keluar secepat angin begitu itu selesai.

“Ron, kau juga bisa pergi beristirahat.”

Ron masih tetap di kamar itu. Ron berbalik menghadap Cale dan mulai tersenyum.

‘Aku punya firasat buruk soal ini.’

Cale benar-benar tidak suka senyuman pak tua ini. Senyumannya membuat Cale semakin tidak nyaman daripada biasanya. Ron mendekati sofa tempat Cale duduk sebelum mulai berbicara.

“Apakah Choi Han-nim akan pergi dalam dua hari?”

“Ya.”

Cale mendadak terpikir sesuatu dan mulai tersenyum saat bertanya.

“Kenapa? Kau tidak mau mengantar kepergiannya? Apa kau ingin pergi dengannya?”

Senyum ramah Ron menjadi lebih lebar.

“Mengapa saya harus meninggalkan Anda dan pergi ke tempat lain, Tuan Muda? Saya senang berada di sisi Anda.”

Ini membuat Cale merinding.

“Hanya saja rasanya sayang sekali bahwa Choi Han-nim tidak akan pergi bersama kita sampai ke ibukota. Saya harus berbicara dengannya sebisa mungkin sebelum dia pergi. Beacrox mungkin akan merasa sedih melihat kepergiannya.”

Ekspresi Cale menjadi sedikit lebih baik setelah mendengar sisa penjelasan Ron. Dia tidak begitu memperhatikan karena itu menyebalkan, tapi sepertinya satu level persahabatan telah terjalin antara Ron, Choi Han, dan Beacrox.

Choi Han sulit untuk dipahami, tapi jika dia benar-benar membenci seseorang, dia bahkan tidak akan bicara padanya. Cale memikirkan tentang rencananya, dan mulai tersenyum nakal saat menjawab.

“Yah, kalian bisa bertemu lagi di ibukota karena kalian akan berpergian bersama.”

‘Kalian bertiga bisa meninggalkan kerajaan ini dan pergi ke kerajaan Rosalyn. Bagaimana menurutmu? Bagus, ‘kan?’

Cale tidak mengucapkan bagian yang itu terang-terangan, sementara dia menyengir saat Ron tersenyum lebih berseri-seri.

“Saya menantikan hari di mana kita semua bersama dengan Choi Han-nim di ibukota. Harapan pak tua ini adalah semua orang tiba di sana dengan selamat.”

Cale tidak mempercayai apapun yang Ron katakan. ‘Menantikan hari itu’ ataupun ‘mengharapkan semua orang tiba di sana dengan selamat’. Semua jenis emosi itu tidaklah sesuai dengan pria tua ini.

Anak-anak kucing itu juga mendengus sambil memperhatikan Ron. On dan Hong merasa sebal karena Ron terus mencoba mengajari mereka kemampuan pembunuh senyap yang sudah mereka ketahui tanpa sepengetahuan Cale.

“... Kau bisa pergi sekarang.”

Cale dengan mudahnya menyingkirkan Ron dari kamar.

“Hans pembohong!”

“Aku tadinya percaya butler itu!”

Si anak kucing bersaudara akhirnya menumpahkan kekesalan mereka sementara Cale mengabaikan dengan melihat ke luar jendela.

Cale memandang ke arah gua di sudut Kota Puzzle. Gua itu adalah lokasi menara batu yang belum selesai dan 'Vitalitas Jantung'. Seharusnya ada sebuah rumah kecil di gua itu.

'Kalau tidak salah orang itu hidup sampai berumur 150 tahun?'

Ini adalah kekuatan yang ditinggalkan oleh makhluk kuno setelah meninggal secara alamiah karena usia tua. Orang yang sudah tiada itu berpikir bahwa kekuatan ini adalah sebuah kutukan. Cale bangkit dari tempat duduknya, merapikan baju sedikit dan membuka pintu.

Aigoo!”

Hans kebetulan tepat berada di luar pintu. Melihat deputi butler-nya, yang lari kembali dengan lengan yang penuh dengan dendeng, Cale pun berkata.

"Ayo pergi melihat menara batu."

Telinga anak-anak kucing itu mulai berkedut. Cale menyengir dalam hati pada anak-anak kucing itu yang berlari padanya seakan mereka tidak pernah marah sejak awal, dan memilih orang-orang yang akan pergi dengannya.

"Hanya kita saja dan Choi Han. Oh, bawa juga On dan Hong denganmu."

Manusia yang meninggal di usia 150 tahun dulunya ingin menyelesaikan sebuah menara batu di dalam Gua Angin Berkumpul.

'Yang sebelumnya adalah kayu, sekarang angin?'

Pusat dari gua itu adalah badai yang sepertinya muncul entah dari mana. Pria tua itu telah menghabiskan waktu lebih dari 100 tahun mencoba membangun menara batu di pusat badai tersebut. Akan tetapi, dia gagal.

Yah, pak tua itu selalu menghancurkan menara batunya setiap kali sepertinya dia akan menyelesaikannya. Dia mengulangi hal itu terus menerus sampai akhirnya suatu hari dia meninggal setelah menumpuk sampai setengah jalan.

Apa sebenarnya yang pak tua kuno itu harapkan? Cale tidak begitu peduli. Dia hanya berencana untuk mengamati satu hal sementara mereka pergi memperhatikan menara-menara batu hari ini.

'Mungkin seharusnya membuatnya terlihat bagus kalau aku akan membuatnya.'

Karena dia harus melakukannya bagaimanapun juga, dia akan membuatnya terlihat bagus. Dia juga harus memperhatikan beberapa orang untuk berjaga-jaga di Reruntuhan Menara Batu.

Tidak lama kemudian, Cale, kedua anak kucing, Choi Han, dan Hans tiba di pintu masuk Reruntuhan Menara Batu. Mereka tidak membawa kereta mereka yang menunjukkan simbol keluarga Henituse, dan Cale juga memakai topi, dengan alasan dia tidak suka cahaya mataharinya.

'Mereka benar-benar masih di sini.'

Dia dapat menemukan orang-orang yang dia cari begitu mereka memasuki reruntuhan. Cale diam-diam bersembunyi di balik Choi Han dan Hans.

Agak jauh dari mereka ada seorang pria dan wanita berpakaian santai. Si pria berada di kursi roda, sementara si wanita mendorong kursi roda itu mengarah ke luar pintu masuk Reruntuhan, yang sekaligus menjadi pintu keluar.

Mereka tidak menyadari pandangan diam-diam Cale dan dengan santainya meninggalkan reruntuhan. Pria itu menoleh sedikit ke si wanita dan bertanya.

"Kenapa kau mau datang ke sini hari ini?"

"Aku tidak tahu apakah ini pesan dari dewa atau cuma omong kosong, tapi aku mendapat mimpi yang sama selama beberapa hari ini kalau aku harus datang ke sini. Mimpiku bilang kalau penolong kita akan muncul kalau kita datang ke reruntuhan ini. Sesuatu tentang bahkan sang dewa pun tidak tahu bagaimana si penolong akan bertindak, selain fakta bahwa dia akan datang ke reruntuhan hari ini."

"Bahkan ada orang yang sang dewa tidak bisa prediksi?"

"Siapa yang tahu? Setengah dari yang dewa katakan adalah omong kosong. Benar-benar omong kosong."

Wanita berambut coklat pendek itu melampiaskan kekesalannya.

"Omong kosong? Itu adalah kata-kata sang dewa. Ditambah lagi, bukankah itu rahasia kalau kau bisa mendengar pesan dari sang dewa?"

Pria yang menanggapi itu adalah putera tertua keluarga Marquis Stan, Taylor Stan. 

"Tidak ada pendeta lain di Kota Puzzle. Dan siapa yang peduli tentang sabda dewa? Memangnya dewa memberi kita makan? Bagaimana bisa ada seorang penolong untuk orang-orang seperti kita? Jelas-jelas penipuan. Aku lapar. Ayo pergi makan."

Wanita yang kelihatan kesal itu adalah teman dekat Taylor, Cage, wanita yang nantinya akan dipanggil Pendeta Gila. Taylor membalas Cage dengan ekspresi serius.

"Cage, aku mendadak ingin minum bir."

"Benarkah? Aku sedang ingin makan daging babi asap."

Mereka saling menatap dengan ekspresi serius. Taylor menunjuk ke depan dengan jarinya dan membalas serius Cage.

"Benar-benar kombinasi yang hebat. Ayo. Dorong! Aku yang traktir."

"Aigoo, kau yang traktir?! Pendeta ini akan mengusahakan yang terbaik mengantarmu ke sana."

Mereka berdua pun tertawa sambil mulai bergerak.

Cale tidak bisa mendengar percakapan mereka karena dia jauh, tapi dia berusaha sebaik mungkin mengingat wajah kedua individu itu yang masih bisa tertawa walau berada di tengah-tengah situasi yang sangat tidak menyenangkan.

'Sekarang setelah aku mengkonfirmasi seperti apa mereka, aku hanya harus memastikan untuk menghindari mereka.'

Karena mereka tidak tahu siapa dirinya, Cale hanya harus memastikan untuk menghindari mereka di kemudian hari.