Mereka Bertemu (1)
(Penerjemah : Ei-chan)
Dia tidak dapat memikirkan hal lain sementara makanan ada di depannya. Dia bahkan tidak mencegah rasa kagum yang mengalir dari mulutnya.
“Haa. Ini benar-benar lezat.”
Deputi butler Hans tersentak mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Cale itu. Cale sedang duduk sendiri di meja, dengan Hans berdiri di sebelahnya.
Selain saat sarapan, keluarga Count Henituse terbiasa mengurus waktu makan lainnya dengan bebas. Sejujurnya, ini pada dasarnya dikarenakan mereka memiliki tanggung jawabnya masing-masing.
Tidak ada yang bilang menjadi seorang bangsawan adalah hal yang mudah.
Terutama jika kau ada di bidang administrasi atau politik, kau harus mengikuti jadwal yang ketat, membatalkan hal yang lainnya jika kau menerima sebuah perintah dari seseorang yang berada di atasmu.
Count Deruth bertanggung jawab sebagai penguasa wilayah ini, sehingga sulit untuk berbagi waktu makan yang lain, sementara adik-adik Cale menjadwalkan makan mereka berdasarkan jam belajar. Countess sendiri sibuk berinteraksi dengan para isteri dari keluarga-keluarga berpengaruh di wilayah ini, juga ada tugas lainnya.
‘Sekarang kalau dipikir-pikir lagi.’
Cale menaruh garpunya setelah mendadak teringat sesuatu. Hans mulai merasa gelisah, berpikir dalam hati bahwa inilah Cale yang normal. Dia cemas karena dia tidak tahu kapan garpu itu bisa saja terbang ke wajahnya. Cale tidak peduli apakah Hans merasa gelisah atau tidak karena dia sibuk dengan pikirannya sendiri.
‘Ada banyak ahli yang bersembunyi sebagai seniman atau perajin.”
Kerajaan Roan sangat berkembang dalam konstruksi dan seni, terutama seni pahat. Ini dikarenakan ada banyak marmer di Kerajaan Roan. Berkat hal itu, wilayah Henituse menjadi area tambang marmer terbaik kelima, menghasilkan banyak uang.
Terlebih lagi, sebuah rangkaian pegunungan menguasai sebagian besar wilayah Count Heniruse. Bahkan sekalipun ini berlokasi di barat laut, pegunungannya amatlah subur, membuat para penduduknya bisa menanam anggur di antara gunung-gunung untuk dibuat menjadi alkohol. Walaupun kuantitas wine dari perkebunan ini tidak besar, tapi tetap saja dianggap sebagai salah satu wine terbaik di seluruh benua.
Akan tetapi, pikiran Cale lebih dipenuhi tentang ‘individu-individu kuat’ dan bukan dengan fakta-fakta ini. Dia bahkan melewatkan makan siang selagi dia duduk di ruang kerja, memikirkan hal itu sepanjang hari.
'Kenapa ada begitu banyak orang-orang ahli di tanah bodoh ini? Ini bukanlah moorim (TL : komunitas/dunia persilatan.).'
Ada begitu banyak ahli pertapa di sini seperti di dalam moorim. Karena itulah Cake sampai pada suatu kesimpulan.
Jangan membuat keributan dengan siapa saja.
Seorang juru masak yang terlihat biasa-biasa saja bisa jadi adalah seorang ahli racun, dan orang yang bekerja di toko reparasi bisa saja seseorang yang dengan kejamnya membunuh orang dengan kawatnya. Seperti ini dunia ini.
“Haaah.”
Sebuah helaan napas dalam muncul dari mulut Cake. Dia baru saja menyelesaikan rencana untuk mencegah dirinya sekarat dan hidup dengan damai.
“Tuan Muda.”
Cale, yang ingin menghela napas lagi, mengalihkan pandangannya ke sumber suara takut-takut tersebut. Itu adalah Hans si deputi butler.
“Apa?”
"Haruskah saya meminta mereka membuatkan yang lain?"
“Huh?”
Hans menahan helaan napasnya setelah melihat Cake mengernyit dan melebarkan mata. Dia berpikir bahwa Cake sekarang akan membalikkan meja. Hans tidak tahu kenapa Count menugaskan dia untuk mengurus Cake, tapi dia menahan rasa putus adanya yang semakin muncul sementara dia menunggu tanggapan Cale.
Dan Cake memang menanggapi.
"Kenapa kau harus membuat lagi sesuatu yang enak seperti ini?"
"....Maaf?"
Cale mengambil garpunya lagi dan mengiris daging itu. Makan malam bahkan lebih mewah daripada sarapan. Ini bukannya enak karena dia tidak pernah makan apapun seperti ini ketika dia masih menjadi Kim Rok Soo, tapi karena ini adalah rasa yang berlebih-lebihan, bahkan untuk Cale yang asli.
Kim Rok Soo tidak tahu bagaimana Cale bertumbuh, tapi Cale asli bermasalah dengan apapun yang tidak mewah. Dia agak suka hal itu. Semua orang tahu hal itu dan hanya membawa yang terbaik dari yang terbaik.
Cale memasukkan sepotong daging steak yang dimasak matang tapi masih mengeluarkan sarinya ke dalam mulut sembari menanyai Hans. Sikapnya ini menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak mempedulikan etika.
"Hans, siapa yang membuat makanan ini?"
"Ah, juru masak kedua, Beacrox."
Cale mendadak kehilangan nafsu makannya.
Beacrox. Dia orang yang berpenampilan rapi dan adalah putera dari Ron si pelayan. Akan tetapi, tidak seperti ayahnya, spesialisasinya adalah pedang dan bukan seni pembunuh senyap. Beacrox juga terobsesi dengan kebersihan dan menajamkan pedangnya yang bersih mengilap setiap hari, menggunakan pedang tersebut untuk menebas kepala musuh-musuhnya.
'...Dia juga berspesialisasi dalam penyiksaan."
Orang semacam itu nantinya mengagumi kemampuan pedang Choi Han dan memilih untuk mengikuti dia. Ayahnya, Ron, membuat kesepakatan dengan Choi Han agar membantu dia, dan memilih untuk pergi dengan mereka berdua demi puteranya. Walaupun dia tidak terlihat begitu, Ron sangat menyayangi puteranya.
Cale menatap medium rare steak yang masih berwarna sedikit merah muda di bagian dalam dan menelan ludah beberapa kali.
'Aku tidak boleh membiarkan darahku tumpah seperti steak ini.'
Dia mengalihkan pandangannya pada Hans yang masih menatapnya sebelum memotong lagi steak itu dan memasukkannya ke mulut.
"Ini enak. Dia anak Ron, 'kan? Aku tidak tahu kalau dia adalah juru masak yang begitu berbakat."
"...Saya akan menyampaikan pesan Anda pada juru masak Beacrox. Saya yakin dia akan sangat senang mendengar Tuan Muda Cale memuji masakannya."
“Benarkah? Beritahu dia kalau aku benar-benar menikmati hidangan lezat ini."
“…Ya, Tuan.”
Hans memperhatikan Cale dengan ekspresi kaku, tapi Cale sudah memantapkan tekadnya. Dia tidak akan membuat keributan dengan Beacrox dan akan berusaha membuat kesan yang bagus.
Cale menikmati makanannya sekali lagi dengan hati yang tenang. Semuanya akan selesai begitu dia membuat Beacrox bertemu dengan Choi Han dan meninggalkan wilayah ini. Cale telah membuat rencana yang menurutnya cukup bagus untuk diwujudkan.
Sama seperti saat sarapan, Cale benar-benar menghabiskan hidangannya. Dia tersenyum puas sambil bangkit berdiri dan melihat Hans.
“Hans, kenapa kau mendadak ditugaskan padaku?”
Hans mengatakan sebelum makan malam bahwa ayahnya, Deruth, telah mengirimnya secara pribadi untuk mengurus keperluan Cale. Walaupun Cale tidak tahu situasi di keluarga Count Henituse begitu Choi Han pergi, Hans luar biasa terampil dan mungkin memiliki kesempatan terbaik dari semua deputi butler untuk menjadi butler resmi.
Hans menundukkan kepalanya sedikit dan menjawab pertanyaan itu.
“Count-nim merasa cemas setelah mendengar Tuan Muda melewatkan waktu makan saat bekerja di ruang kerja dan memerintahkan saya untuk memastikan Tuan Muda tidak melewatkan waktu makan. Karena itulah, saya hanya akan bertugas mengawasi hal-hal yang berkaitan dengan waktu makan Tuan Muda.”
Secara spesifik, Hans bertanggung jawab untuk urusan makan.
“Begitukah? Ayahku melakukan sesuatu yang tidak perlu dilakukan. Aku akan makan dengan benar sendiri. Tapi kurasa aku tidak akan sadar sekarang waktunya makan malam kalau Hans tidak datang memberitahuku.”
Cale tadi sibuk menulis semua pertemuan takdir di lima jilid pertama dalam bahasa Korea. Setelah meninggalkan ruang makan, Cale tersenyum pada Hans.
“Hasn, tolong kerja samanya.”
“Ah, tentu saja. Tolong kerja samanya juga, Tuan Muda. Saya akan melakukan yang terbaik
Hans agak tergagap saat menjawab, tapi Cale membiarkannya. Cale melihat Ron berdiri di dalam begitu dia membuka pintu dan mengerutkan wajah.
“Ron, bukannya aku menyuruhmu pergi makan?”
Cale menyuruh dia pergi karena dia tidak ingin melihat wajah pria tua itu, tapi dia tidak pergi. Dia hanya berkeliaran di sekitar Cale seperti seekor lalat. Ron telah menunggu di luar pintu ketika dia berada di ruang kerja, tapi itu pun membuat Cale kesal.
“Tuan Muda, adalah tugas saya untuk mengurus Anda.”
Cale mendecakkan lidah setelah melihat Ron tersenyum padanya. Dia kemudian mengambek sedikit.
“Cukup. Aku tidak perlu itu, jadi pergilah makan. Kenapa kau tidak pergi makan saat aku menyuruhmu makan? Jangan ikuti aku. Kau tahu temperamenku, ‘kan?”
Cale mengancam Ron dengan pandangan yang menguatkan bahwa dia tidak ingin Ron mengikutinya selagi dia kembali ke ruang belajar. Saat dia mengintip balik, Ron masih berdiri di sana dengan ekspresi kaku sementara Hans memandangnya dengan raut wajah kaget,
‘Apa aku harusnya tidak mengambek?’
Cale merasa takut dengan ekspresi kaku si pria tua pembunuh itu dan balik menolehkan kepalanya sebelum bergegas kembali ke ruang kerja.
Meja itu sepenuhnya kosong.
Dokumen-dokumen yang telah dia kerjakan begitu keras dengan menuliskannya dalam bahasa Korea telah dibakar dalam api. Cale sendiri yang melakukannya. Tidak ada seorang pun di sini yang tahu bahasa Korea, tapi dia harus berhati-hati. Dia juga memberitahu semua pelayan untuk tidak memasuki ruang kerjanya tanpa izin.
‘Aku ingat semuanya lagipula.’
Kim Rok Soo selalu bagus dalam mengingat hal-hal yang dia nikmati. Komik, novel, film, tidak peduli apa itu, selama dia menikmatinya, dia bisa mengingat nama-nama dan penampilan dari karakter-karakter itu. Tentu saja, jika dia tidak suka sesuatu, dia tidak akan mengingatnya sama sekali. (TL : Ugh, nggak nyangka ada potongan hint krusial ini di chapter ini >.<)
Cale menyandarkan punggungnya ke kursi dan memikirkan apa yang perlu dia lakukan di masa depan.
‘Pertama-tama, aku harus menemui Choi Han besok dan melakukan itu.’
Sudut-sudut bibirnya perlahan naik.
‘Aku harus mengambil sebuah perisai.’
Hidup lama tanpa sekarat. Dia tidak ada niatan untuk bertarung. (TL : Yeah, nice dream, Bro. Nice dream…:P)
Untuk mencapai tujuan itu, langkah pertamanya adalah meningkatkan pertahanannya. Yang kedua adalah menemukan metode pemulihan. Ketiga adalah lebih cepat daripada siapapun. Keempat adalah kekuatan yang tidak menyakiti dirinya tapi bisa membunuh orang lain.
Tentu saja, hal terpenting adalah menghindari medan pertempuran atau di mana pun yang akan terjadi pertumpahan darah. (TL : Yep, harapan tinggal harapan~)
Cale memikirkan rencana-rencana ini sambil perlahan memejamkan mata dengan puas. Dia masih memikirkan itu bahkan saat dia tertidur.
‘Setidaknya, aku tidak akan dihajar bahkan ketika saatnya tiba seperti di novel.’
Perisai yang Tak Dapat Dihancurkan. Cale memikirkan tentang kekuatan tak berbentuk pertamanya yang akan dia dapatkan saat tertidur. Sudut-sudut bibirnya yang naik kelihatan seperti tidak akan pernah turun.
Pertemuan takdir tidak mempunyai pemilik. Yang ada adalah siapa cepat, dia yang dapat.
Hari yang penting. Apa yang harus dia lakukan untuk menenangkan ketegangannya dan berhasil? Cale berpikir langkah pertamanya adalah sarapan sehat.
Dia merasa satu-satunya yang dia lakukan setelah datang ke dunia ini adalah makan, tapi dia akan menikmatinya karena dia akan sibuk untuk sementara waktu mulai besok.
“Mm, ahem. Kudengar kau tertidur di ruang kerja semalam.”
“Entah bagaimana akhirnya jadi seperti itu.”
Dia dengan santai menjawab pertanyaan ayahnya dan terus fokus pada makanan. Fakta bahwa dia bahkan tidak menatap ayahnya mungkin terlihat tidak sopan, tapi itu tidak masalah karena dia dikenal sebagai sampah.
Cale selesai makan pertama kali dan berdiri. Suara derak kursi membuat semuanya terfokus padanya.
“Aku akan pergi duluan.”
Ini bukanlah sopan santun yang benar, tapi Ayah Cale, Deruth, sepertinya tetap menyukai puteranya apapun yang terjadi. Dia menatap bolak-balik antara Cake dan piring-piring kosong sebelum mulai tersenyum.
"Tentu. Silakan saja."
"Terima kasih."
Cale harus cepat-cepat pergi karena ada banyak hal untuk dilakukan hari ini. Tapi Deruth menahannya sebentar.
"Kau tidak perlu uang saku lagi hari ini?"
"...Aku memang memerlukanya."
Ini benar-benar keluarga dengan banyak uang. Cale menahan senyumnya setelah mendengar ayahnya akan mengirimkan dia uang saku lewat Hans dan pergi bahkan tanpa mengucapkan terima kasih. Dia berkontak mata dengan adiknya, Basen, untuk sekilas, tapi Cale mengacuhkannya dan pergi ke pintu ruang makan.
Dia melihat Ron yang mengikutinya dan menyuruhnya pergi.
"Ron. Aku pergi keluar. Jangan cari aku."
Jangan cari aku. Itu adalah kode Cale untuk memberitahu Ron bahwa dirinya akan meninggalkan wastu yang berlokasi di dekat bagian belakang kota untuk pergi minum. Kapan pun dia melakukan ini, Ron hanya tersenyum dan mengucapkan agar berhati-hati di jalan.
"Apakah Anda tidak akan pergi ke ruang belajar?"
Tapi entah kenapa, Ron mengajukan pertanyaan langka hari ini. Cale mengerutkan wajah.
"Ron, kurasa itu bukanlah sesuatu yang perlu kau ingin ketahui."
"...Saya mengerti, Tuan Muda. Saya akan menunggu Anda."
Dahi Cale semakin memperlihatkan kerutan setelah mendengar bahwa Ron akan menunggunya.
"Jangan tunggu aku."
Cale menjentikkan jari memberi tanda pada salah satu pelayan yang berdiri di pintu masuk kediaman untuk mendekat dan berjalan dengannya. Cale masih kelihatan marah, jadi si pelayan ini tidak berkata apapun sambil mengikuti Cale.
Begitu dia keluar dari kediaman tersebut, dia bisa melihat taman dan gerbang keluar yang semakin menjauh. Baru di saat inilah Cale menghela napas dan mengintip ke belakang. Dia bisa melihat ekspresi kaku Ron lewat pintu yang menutup.
'Syukurlah aku bisa mengenyahkan dia.'
Dia senang sekali Ron tidak mengikuti dia. Akan tetapi, Cake takut dengan ekspresi kaku itu. Dia bagaimanapun adalah seorang pembunuh bayaran. Cake memutuskan akan memperlakukan Ron dengan lebih baik dan tidak membuatnya marah dimulai dari interaksi berikutnya saat dia keluar dari wastu. Tentu saja, dia sedang berada di dalam kereta kuda.
Dia tiba di tempat tujuannya sedikit terlambat.
"Tuan Muda. Apakah ini tempat yang tepat?"
Si kusir dengan hati-hati bertanya saat membukakan pintu. Dia kemudian melirik toko di depannya. Wajah si kusir jelas dipenuhi dengan tanda tanya.
"Ya. Benar ini."
Cake, yang sedang mengenakan pakaian yang mewah menurut orang lain tapi merupakan yang paling sederhana di lemari bajunya, berjalan keluar dari kereta. Tidak ada siapapun di sekitar mereka, karena semua orang langsung minggir begitu melihat kereta dengan lambang Count itu.
[Keharuman Teh dengan Syair]
Ini adalah sebuah kedai teh yang memperbolehkanmu membaca syair-syair puis sambil minum teh. Bangunan berlantai tiga yang bersih ini terlihat sangat mahal. Memang betul bahwa si pemilik kedai ini adalah seseorang yang kaya raya. Malahan, sebagai anak haram seorang gundik serikat pedagang besar, dia bahkan lebih kaya daripada Cale. Hanya saja orang itu hidup sambil menyembunyikan identitasnya.
'Kalau aku mengingatnya dengan benar, si pemilik pergi ke ibukota kota kira-kira di jilid 3 untuk bertemu Choi Han di sana. Di sanalah dia menyatakan bahwa, memang benar dirinya adalah anak haram seorang gundik dari serikat pedagang, tapi dia akan menjadi pemilik dari serikat dagang itu."
Pria itu berseru dan bersumpah pada Choi Han bahwa dia akan menjadi pemilik serikat pedagang tersebut. Cale hanya membaca lima jilid pertama, dan karena itulah dia tidak tahu apakah pria itu akhirnya menjadi pemilik serikat dagang tersebut, tapi karena dia adalah salah satu dari rekan si karakter utama, dia mungkin akan berhasil.
Cake menatap si kusir yang berkeringat seperti babi jantan dan memberinya perintah.
"Kau bisa pergi sekarang."
"Permisi?"
“Apa kau akan membuatku mengatakan hal yang sama dua kali?”
"Tidak, bukan begitu. Apakah saya tidak perlu menunggu Anda, Tuan Muda?"
Cale menjawab dengan santainya sambil membuka pintu ke kedai teh itu.
"Ya. Aku akan di sini sementara waktu."
Glek. Dia bisa mendengar suara menelan ludah si kusir di belakangnya, tapi suara yang lebih jelas dan menyenangkan mengisi telinga Cale. Clang. Suara bel yang pelan namun jernih mengumumkan kedatangan Cale ke kedai teh itu.
Cale berdiri di pintu masuk dan memperhatikan sekeliling kedai teh. Sekarang masih terlalu pagi, dan tidak ada banyak orang di sini. Cale bisa melihat mereka semua terkejut melihatnya di sini.
Yah, novel memang mengatakan bahwa tidak satu pun di wilayah ini yang tidak mengenal Cale. Dia adalah musuh publik nomor satu bagi para pedagang karena dia memiliki kecenderungan untuk menghancurkan apapun di toko-toko mereka.
“Selamat datang.”
Akan tetapi, pemilik kedai ini menyambut Cale dengan ramah. Cale memandang si pria yang mirip babi yang menyambutnya dari konter.
'Dia pasti si pemilik.'
Si brengsek kaya raya, Billos. Wajah dan seluruh tubuhnya yang bulat benar-benar terlihat seperti bayi babi yang digambarkan di novel. Daya tariknya adalah senyumnya yang luar biasa cerah.
'Dia mirip celengan babi.'
Cale mengeluarkan sekeping koin emas dan menaruhnya di konter sambil membuat pesanan.
"Aku berniat untuk berada di lantai tiga seharian."
Billos menatap Cale dengan senyum di wajah. Cake berpura-pura tidak menyadari saat dia menunjuk ke rak-rak buku.
"Teh apapun yang tidak pahit. Apa kau punya novel di sini atau hanya ada puisi?"
Clang. Suara seseorang yang menaruh cangkirnya terdengar lantang di penjuru kedai. Cale hanya berpikir itu adalah seseorang menaruh cangkirnya dengan keras dan menatap Billos. Dia lebih suka novel daripada puisi.
"Tentu saja. Kami juga memiliki banyak novel, Tuan Muda Cale."
“Benarkah? Kalau begitu kirimkan buku yang paling menarik dan secangkir teh."
"Ya. Saya mengerti."
Koin emas Cale jatuh ke tangan gemuk Billos. Cale berbalik saat Billos mencoba memberinya uang kembalian.
"Aku akan minum teh lagi nanti, jadi simpan saja."
"...Tapi ini tetap terlalu banyak, Tuan Muda."
Sekeping koin emas senilai 1 juta gallon. Memiliki koin itu, yang setara dengan 1 juta Won Korea, Cale melakukan sesuatu yang selalu ingin dia coba.
"Aku punya banyak uang. Anggap saja itu sebagai tipsmu."
Ngomong-ngomong tentang seberapa kaya dirimu, siapa yang peduli kalau Billos sebenarnya memiliki lebih banyak uang daripada dirinya? Dia juga tahu tentang banyak pertemuan takdir yang akan membuatnya mendapat banyak uang. Cale mencoba terlihat keren saat dia menunjuk ke meja-meja di lantai pertama dengan dagunya.
"Yah, kalau terlalu banyak, kau bisa mentraktir semua orang di sini secangkir teh atas namaku."
Golden Bell—saat seseorang mentraktir makan atau minum semua orang di suatu tempat pada satu waktu. Dia ingin melakukan hal semacam ini sekali. Setelah dia memberitahu ayahnya bahwa dia perlu uang saku, dia mendapat tiga koin emas yang setara dengan 3 juta gallon.
"Tuan Muda, tetap saja…"
"Ah, cukup. Bawakan saja tehku."
Benar-benar menyenangkan rasanya menjadi seorang sampah. Cale tidak peduli tentang bersikap sopan saat menuju ke lantai tiga. Dia bisa mendengar bisikan-bisikan muncul dari belakangnya, tapi dia tidak perlu mempedulikannya karena sudah cukup banyak rumor tentang dirinya, si sampah dari keluarga Count.
"Seperti yang kupikirkan."
Tidak ada siapapun di lantai tiga saat ini karena masih terlalu pagi. Cale mengambil tempat untuk duduk di sudut paling dalam lantai tiga ini. Dia kemudian melihat ke luar jendela.
'Ini tempat yang pas.'
Tempat terbaik di mana kau bisa melihat Gerbang Utara dari Kota Western. Cale berencana untuk mengawasi Choi Han dari lokasi ini hari ini.
0 Comments
Posting Komentar