Akatsuki Tampil di Panggung 

(Bagian 2)

(Translator : Ridho. H)


Part 3

Bus yang Ikki dan yang lainnya tumpangi memasuki Akademi Hagun melalui gerbang utama, dan mendadak bannya berhenti. Pada saat yang sama, melalui pintu jendela, Ikki dan yang lainnya turun.

“Ini … mengerikan ….”

Api mengepul dari semua  gedung sekolah, dan asap hitam memadati udara. Aspal a jalan juga penuh dengan retakan, seolah dihancurkan oleh bom. Dan di setiap bagian kampus yang hancur, para guru dan siswa yang tinggal di sana telah tergeletak. Itu bukan api biasa. Itu adalah sisa-sisa pertempuran.

“Ikki, sebelah sana!”

Stella berteriak dan menunjuk. Saat dia mengalihkan pandangannya, dia melihat—

“Oreki-sensei dan … Ayatsuji-san !?”

—Dua wanita yang dia kenal. Apakah mereka berdua pingsan? Mereka berbaring di tanah. Ikki dan yang lainnya dengan cepat berlari ke sisi mereka, dan mengangkat mereka.

“Ayatsuji-san! Tolong bangun!”

Tetapi tidak ada jawaban.

“Tidak bagus ya? Stella, bagaimana denganmu?”

“Tidak ada reaksi juga di sini … Tapi dia tampaknya tidak terluka. Hanya pingsan.”

Tentu saja begitu. Kedua tubuhitu tidak memiliki luka. Tapi di pakaian mereka, ada bekas tebasan. Ini berarti—

“Dari wujud ilusi …?”

“Nonaaaaaaa-nonaaaaaaaa! Dannnnnnnnnn! Tuannnn-tuannnnnnn!”

Tiba-tiba, terdengar suara yang menghibur. Suara itu datang dari atas. Ikki dan yang lainnya mengangkat pandangan mereka serempak, dan melihatnya di sana. Berdiri di atap gedung sekolah yang terbakar, itu adalah seorang lelaki jangkung dan ramping mengenakan pakaian badut.

“Semua orang dari tim Akademi Hagun, yang baru pulang dari perjalanan panjang! Maaf membuat kalian menunggu!”

“Seorang badut?”

Terhadap pakaian musuh yang sangat aneh, mereka semua menunjukkan ekspresi bingung. Tapi di antara mereka, Ikki dan Touka—

“Tidak, dia—”

Mereka ingat penampilan laki-laki itu. Mereka melihatnya dalam katalog peserta Festival Seven Stars Sword-Art tahun ini.

“Kau. Kau Reisen Hiraga dari Akademi Bunkyoku, kan?”

Touka menanyakan ini dengan ekspresi muram. Sebagai jawaban, badut itu dengan riang membuka bibirnya yang berbalut warna merah.

“Oh, kau mengenaliku? Spesial sekali rasanya diingat oleh sang Raikiri. Ha ha ha. Bagaimana menurut kalian terhadap panggung ini? Apa itu membuat kalian terkejut?”

“Kau yang melakukan ini?”

Mendengar pertanyaannya, badut itu menggelengkan kepalanya dengan megah.

“Tidak, tidak. Tidak, tidak, tidak! Bukan aku yang melakukan ini.”

Dalam sekejap — badut Reisen Hiraga melompat dari atap gedung sekolah yang berjarak lebih dari sepuluh meter. Tapi bukan Hiraga saja yang melompat. Mengikutinya satu per satu, sekelompok orang juga melompat—

Seluruh kru mendarat di depan Ikki dan yang lainnya.

Seorang pria mengenakan pakaian tradisional Jepang yang membawa nodachi [6].

Seorang wanita aneh yang mengenakan pakaian seperti celemek tanpa penutup dada.

Seorang gadis berpenutup mata dan seorang wanita dengan seragam maid, sambil menunggangi seekor singa berbulu hitam pekat.

“Bukan hanya aku. Pelakunya adalah kami, Akademi Akatsuki.”

Ini adalah pernyataan resmi dari Akademi Akatsuki, kekuatan tersembunyi dari sekolah kedelapan. Ini adalah awal bagi mereka. Terhadap tujuh sekolah yang dinamai dari nama-nama Biduk — mereka menyatakan diri mereka sebagai The Dawn [7].

Ikki dan yang lainnya berdiri menatap musuh, tercengang. Wajar kalau mereka terkejut. Mereka semua adalah wakil-wakil sekolah selain Hagun di Festival Seven Stars Sword-Art. Selain itu, kerabat Ikki dan Shizuku, kakak mereka Ouma Kurogane berdiri di sana di antara mereka.

Tidak, tidak hanya saudara mereka.

“Ah, itu kau! Yang dari Kyomon yang ada di kamp pelatihan …!”

“Ahaha, kita bertemu lagi, Stella-san. Dan Ikki-kun juga. Aku senang bisa melihat wajah kalian lagi.”

Di antara tujuh yang menyebut diri mereka Akademi Akatsuki, ada juga Amane yang beberapa hari lalu bertemu dengan Ikki dan Stella.

“Ikki, firasat buruk yang kau rasakan … itu soal ini, ya?”

Sebelumnya, Ikki tampak risi saat Amane memeluknya, dan Stella terbatuk seakan mengerti sekarang.

Tapi — di sampingnya, Ikki berpikir.

Apakah … benar seperti itu?

Pertanda buruk yang dia rasakan saat itu adalah petunjuk atas peristiwa ini. Akan lebih baik kalau pertanda tersebut berakhir di sana. Tapi Ikki belum menyelidiki secara mendalam rasa curiga yang bergejolak di dalam dirinya. Kalau dia tidak memikirkan hal ini sekarang, kalau dia tidak memikirkannya keras—

“Kyomon dan Rokuzon, Bungyoku dan Bugyoku — selain Hagun kenapa para wakil sekolah ada di sini? Aku ingin kau menjelaskan hal itu, kakak.”

Di antara musuh-musuhnya, dia bertanya kepada seseorang yang memiliki hubungan darah dengannya.

“Apa yang terjadi di sini? Aku belum pernah mendengar tentang Akatsuki, tapi—”

Namun-

“Diam.”

Yang dia dapatkan bukanlah jawaban, melainkan ucapan kasar seolah mengusir seekor lalat.

“Aku sudah memutuskan hubungan dengan keluarga Kurogane. Jangan sok akrab denganku.”

Ouma tidak melirik saudara maupun adiknya yang berhubungan darah dengannya. Matanya hanya tertuju pada satu hal — hanya menatap Stella, yang berdiri di sebelah Ikki.

Ditatap seperti itu, Stella jelas merasakannya.

Orang ini— gila, ya?

Hanya dengan ditatap seperti itu, dia merasakan sensasi dimana kulitnya kesemutan dan mati rasa.

Tujuh orang berbaris di depan matanya. Masing-masing dari mereka adalah setan yang penuh ambisi. Namun di atas semua itu, Sword Emperor of Wind, Ouma Kurogane, adalah yang paling mencolok di antara mereka. Dalam hal intimidasi, tubuhnya memancarkan sensasi yang meluap-luap.

Tidak salah lag. … Yang satu ini jauh dan lebih kuat dari yang lainny.

Stella yakin akan hal itu, dan terlebih lagi — dia balas menatapnya dengan emosi yang kuat. Dan bukan hanya Stella, yang lainnya juga demikian. Sedikit demi sedikit, tetapi terasa, ketegangan antara kedua belah pihak membeludak. Di tengah ketegangan tersebut, sebagai pengganti Ouma yang sepertinya tidak ingin bicara, Hiraga melakukannya.

“Mengapa kami melakukan ini? Apa itu Akademi Akatsuki? Pertanyaan sang adik masuk akal – jadi biar kami jelaskan. Semuanya sangat sederhana. Tidak peduli berapa banyak siswa yang diizinkan tampil di Festival Seven Stars Sword-Art, akademi yang baru didirikan tanpa otorisasi Liga jelas tidak akan diterima oleh komite pelaksana. Tapi kami bermaksud diakui. Jadi, bahkan dalam festival tidak berguna untuk memutuskan wakil Jepang terkuat, kami akan menunjukkan diri kami di depan semua orang. “

“Begitu. Dengan kata lain, dengan melakukan demonstrasi menghancurkan Hagun, kalian berniat menggantikannya sebagai sekolah ketujuh di Festival Seven Stars Sword-Art?”

“Seperti yang diharapkan dari Raikiri, kamu memang cepat mengerti. Itu benar sekali.”

“… Pelanggaran seperti itu, apakah kamu pikir itu akan diizinkan?”

“Komite pelaksana tidaklah bodoh. Mereka mungkin akan menunda festival.”

Kalau seseorang melihat apa yang telah terjadi sebelumnya, sistem peradilan di negara ini tidak akan diam saja. Touka dan Saijou menunjukkan ini, dan Hiraga tertawa terbahak-bahak.

“—Ha ha. Itu tidak benar sama sekali. Kita semua pasti akan muncul di Festival Seven Stars Sword-Art. Selain itu, komite pelaksana dan organisasi induknya, Liga, tidak punya pilihan selain mengakui kami. Bukankah begitu? Setelah menghancurkan akademi bersejarah seperti Hagun, kalau tantangan kami ditolak, itu sama saja melarikan diri seperti anjing yang dicambuk. Liga tidak akan mengakui institusi pendidikan Blazer di negara mana pun selain yang berafiliasi dengannya. Karena itulah tingkat kepercayaan yang diagung-agungkan Liga. Untuk memulihkan kepercayaan kalau mereka kalah, mereka harus membuktikan bahwa Blazer yang mereka didik jauh lebih unggul daripada kami. Ini untuk melindungi monopoli mereka terhadap sistem pelatihan semua Blazer di Jepang yang mereka lahirkan selama setengah abad terakhir sejak periode pasca perang. “

Memang. Festival Seven Stars Sword-Art bukan hanya festival sekolah biasa. Betapapun Liga membual tentang pendidikannya yang luar biasa, Blazer superior selalu muncul. Itu adalah panggung bagi warga Jepang untuk melihat pendatang baru ini. Pada tahap ini di mana hasil ditunjukkan, Liga berusaha untuk memenangkan persetujuan warga – itu adalah situasi yang sangat istimewa, di mana pelatihan Blazers yang merupakan pertahanan negara, serta yang dari organisasi lain selain Jepang, dipamerkan .

Jadi, apa yang akan terjadi kalau para ksatria yang telah dididik oleh Liga kalah telak dari orang-orang di organisasi berbeda? Tentunya, kepercayaan pada Liga akan terguncang sampai ke dasar-dasarnya.

Dan itu adalah tujuan dari organisasi perkasa yang menciptakan Akademi Akatsuki dan mempekerjakan Rebellion, musuh besarnya Liga.

“Jadi aku sangat minta maaf, tapi tolong menyerahlah di sini. Dan jadilah batu loncatan kami.”

—Pada saat itu, rasa haus darah yang sangat kuat muncul dari para anggota Akatsuki. Niat membunuh yang besar disertai dengan manifestasi Device, dan Akatsuki bersiap untuk bertarung secara serempak.

Menghadapi hal tersebut, Ikki dan siswa-siswi lain dari Akademi Hagun—

“Setelah melakukan semua hal bodoh ini, apakah kalian pikir kami akan membiarkannya?”

Sebelum mereka menyadarinya, rasa muak telah bergelora. Bohong kalau mereka bilang mereka tidak terprovokasi.

Jadi— mereka semua memanifestasikan Device mereka, dan menunjukkan perasaan mereka terhadap musuh yang berbaris di depan mereka.

“Kalau kalian ingin bertarung, ayo datang kesini!”

“Oh, kita memang akan melakukannya. Ha ha.”

Di tempat ini, ketegangan telah mencapai titik tertinggi, dan kedua belah pihak menerjang secara bersamaan.


Part 4

“Nangou-sensei. Terima kasih banyak sudah jauh-jauh datang kesini.”

Di tempat pelatihan Akademi Kyomon, di fasilitas tanpa penerangan setelah seluruh siswa dari kedua akademi pulang, salah satu instruktur pedang yang diundang, Torajirou Nangou keluar dari mobil, dan administrator lembaga mengucapkan terima kasih kepada pria tua itu.

“Kurasa tidak ada pelatih berpedang yang layak.”

“Hohoho. Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Aku berharap untuk bertarung dengan bocah itu setidaknya sekali. Ini adalah kesempatan yang bagus. … Dan setelah mempertimbangkan beberapa hal, anak itu pantas, kan?”

“Apakah begitu?”

Atas jawaban Nangou, administrator menelengkan kepalanya karena bingung.

“Aku juga telah menyaksikan pertarungan kalian dengan saksama, tapi kulihat hanya ada pertukaran tatapan dan jarak, dan kau bahkan tidak menyilangkan pedang sekali pun, jadi kupikir Ikki-kun sedang menahan diri….”

“Ho ho. Yah, mau tidak mau orang awam akan melihatnya seperti itu.”

Tentu saja, di kamp pelatihan, Nangou total memiliki tiga pertarungan dengan Ikki, tetapi tidak satu pun dari mereka yang bergerak dari awal pertandingan, dan mereka hanya menghabiskan waktu sampai akhir pelatihan. Jadi tidak dapat dihindari bagi administrator yang telah menyaksikan mereka membuat kesimpulan itu.

Namun Nangou mengatakan bahwa kebenarannya berbeda.

Tiga pertandingan. Enam puluh menit. Sejak awal, The Worst One telah menyamai setiap pendekatan pada gerakan terkecil, baik itu tatapan maupun gairah berpedang.

Untuk pendekar pedang sekelas Nangou, jangkauan pedangnya sama dengan medan kematian tertentu. Jadi bahkan satu langkah salah, akan menumbangkan musuhnya. Oleh karena itu, Ikki menghindari setiap pendekatan, tidak bergerak memasuki jangkauan lawannya, dan berdiri di garis start, mencoba berbagai macam cara untuk mencapai sekaligus merubuhkan barier pedang Nangou.

Tapi lawannya adalah Torajirou Nangou, The God of War. Dia adalah yang bertarung di liga tertinggi, dan satu-satunya orang Jepang yang menaklukkan Liga Dewa Perang Tiongkok yang terkenal. Ikki tidak bisa melangkah ke dalam jangkauannya, dan akhirnya terus mundur tanpa pernah bergerak dari garis start. Namun-

Namun meski begitu, Nangou memiliki penilaian yang tinggi terhadap Ikki. Alasannya adalah—

Aku tidak percaya, tapi aku juga tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

Memang. Ikki tentu tidak bisa bergerak sejak awal pertandingan. Tapi Nangou berada di posisi yang sama. The Worst One, dalam total enam puluh menit yang mereka jalani, tidak memberi the God of War satu celah pun untuk diambil. Tidak peduli berapa kali Nangou mencoba mengintimidasi atau menipu dengan gairah berpedangnya, hati Ikki bahkan tidak sedikit pun terganggu, dan sebaliknya Nangou yang mencoba menyerang tidak dapat memprovokasi dia untuk mendapatkan celah.

Dari sebelah mereka, sepertinya pertandingan terlaksana tanpa ada pergerakan. Namun bagi Nangou, melewati waktu yang gelap dan padat selama enam puluh menit ini seperti menunggu sepanjang hidup.

Jika kami menggunakan kemampua n kami, akan ada hasil yang berbeda, tapi ….

Wajah Nangou yang keriput bergerak dalam kebahagiaan nyata.

“Kalau hanya dalam ilmu berpedang, dia lebih baik dari Ryouma, kan? Anak muda yang tidak menyenangkan.”

“Pasti dia orang yang hebat, mengingat Nangou-sensei menilainya setinggi itu.”

“Ho ho. Meskipun kurasa aku tidak akan kalah darinya, ‘kan -hmm?”

Nangou tiba-tiba berhenti berjalan.

“Sensei? Ada apa?”

Administrator yang berjalan di sampingnya juga berhenti, dan menanyakan itu. Nangou melihat ke depan ke gubuk kecil yang berdiri di sebelah jalan setapak.

“Di sana, apa itu?”

“Sebuah gudang. Aku yakin disanalah semua kapur api untuk menggarisi lapangan disimpan.”

“Itu saja?”

“Ya, kemungkinan besar.”

Atas jawaban administrator, Nangou menggaruk janggutnya dan memiringkan kepalanya dengan bingung.

“… Kalau begitu, ini aneh.”

“Bagaimana?”

“Karena ada seseorang di sana.”

Kata-kata Nangou terdengar jujur. Karena itulah, administrator berteriak dengan takjub.

“Eh … Eh !? B-Bagaimana bisa …?”

Namun, Nangou tidak menunggu reaksinya. Membawa tongkatnya berjalan, dia berjalan menuju gudang, dan — dengan sedikit usaha dan kecepatan lebih cepat dari mata, dia mengeluarkan Device tongkat pedangnya, dan memutus gembok yang menahan pintu gudang.

Pintu itu terbuka, dan—

“Seperti dugaanku.”

“Mmm! Nnn!”

Dia menemukan seorang gadis muda di dalam, dengan tangan terikat. Administrator yang masuk terakhir juga membuka membelalak karena terkejut.

Dan administrator mengenal gadis ini.

“K-Kamu dari klub surat kabar Hagun Academy …!”

Ya, gadis muda yang terikat adalah Kagami Kusakabe.

“NNN—!”

“Jangan khawatir, aku akan membebaskanmu.”

Setelah mengatakan itu, Nangou dengan terampil memotong ikatan yang mengikat Kagami. Kagami, dengan anggota tubuhnya sekarang bebas, menarik gag yang menutupi mulutnya sendiri, dan mengambil napas dalam-dalam.

“Bwah … haa! Haa! K-Kau benar-benar menyelamatkanku …!”

“A-Apa yang terjadi di sini?”

Seorang gadis diikat dan dikurung di sini. Pada situasi yang tidak biasa ini, administrator menunjukkan wajah gelisah, dan meminta penjelasan. Sebagai tanggapan, Kagami menggelengkan kepalanya.

“Haa… aku akan memberitahumu nanti. Tolong biarkan aku menelepon sekarang!”

Fakta yang dia pahami. Dan kenyataan yang menyerangnya. Dia harus mengirimkan ini ke teman-temannya — ke Ikki dan yang lainnya. Dengan rasa tujuan yang memacu dirinya sendiri, Kagami mengambil datapad muridnya dari saku. Tapi-

Tidak ada koneksi …!

Tidak peduli berapa banyak panggilan yang dia lakukan, baik Ikki atau Stella maupun Shizuku, tidak ada yang merespons. Itu firasat buruk.

Yang muncul di benaknya adalah teman-temannya, tergeletak di kaki Arisuin. Kagami yang telah bersosialisasi dengan Arisuin, tahu betapa mengerikan kemampuannya. Jika Arisuin berada di pihak musuh, apa yang dibayangkannya bisa saja menjadi kenyataan.

“Kuh!”

Lebih cepat, dia harus lebih cepat, kalau dia tidak memberi tahu mereka tentang Arisuin. Bagian dalam Kagami berdenyut tidak sabar, dan — dia mengambil tindakan darurat. Dia, dengan protokol tertentu, mengoperasikan tampilan datapad siswanya. Mengubahnya ke mode darurat untuk transmisi paksa panggilan ke sesama siswa akademi dengan volume speaker maksimum, Kagami terhubung ke terminal Ikki, dan menjerit—

“SENPAI! ALICE-CHAN ADALAH mata-mata SEKOLAH LAIN! BERHATI-HATILAH !!!”


Part 6

Inilah yang terjadi sepuluh menit yang lalu, ketika Ikki dan yang lainnya melihat asap hitam yang membubung dari kejauhan.

「Akademi Akatsuki — itu adalah nama orang-orang yang telah menyerang Akademi Hagun.」

Di dalam bus yang penuh dengan orang-orang yang sedikit panik, suara dingin Arisuin bergema. Pada saat yang sama, Darkness Hermit ditusukkan ke dalam bayang-bayang semua orang di dalam bus.

「Eh !? A-Alice !? 」

“Apa artinya ini?”

Semua orang menunjukkan kegelisahan karena kemampuan mereka bergerak disegel.

Setelah melihat mereka semua secara bergantian, Arisuin berbicara.

「Aku akan memberitahukan apa yang harus kalian lakukan secara bertahap, jadi mohon diam dengarkan」

Dan dia menjelaskan. Sifat aslinya sebagai pembunuh Rebellion. Rencana dimana dia dipekerjakan oleh Rebelliion, dan membuat kekacauan di festival Seven Stars Sword-Art. Dalam rangka meraih hal tersebut, dia dan para orang-orang elit dari dunia bawah dikirim. Kemudian, dalam sepuluh menit, dia juga menjelaskan strategi rekan-rekannya untuk menyerang Ikki dan yang lainnya.

「Peranku, dengan kata lain, membuat semua menjadi tidak berdaya dari belakang setelah kami tiba di Hagun. Setelah itu, peluang gagalnya rencana ini tidak lebih dari satu dalam sejuta ― karena itulah aku masuk ke Akademi Hagun, dan menjadi dekat dengan kalian semua. 」

「Jadi kau telah menipu kita selama ini !?」

「 Kalau kau bercanda, cepat tarik kembali.」

Stella dan Ikki membuat wajah bingung. Namun Arisuin menggelengkan kepalanya pada mereka berdua.

「Sayangnya, ini bukan lelucon. Semua yang kukatakan tadi benar. 」

Dia berkata begitu. Terhadap penegasannya, ekspresi Stella dan Ikki menjadi semakin suram. Namun satu orang—

“Aku tidak mengerti.”

Shizuku, mungkin yang ada di tempat ini yang paling banyak berhubungan dengan Arisuin, dengan ekspresi tenang seperti sinar matahari yang jernih di permukaan air, dia mengajukan pertanyaan dari samping.

「Mengapa kau memberi tahu kami sekarang? Kalau kami mendengar ini, itu akan merusak seluruh strategi, bukan? 」

Pertanyaan Shizuku, itu sangatlah wajar. Karena Arisuin, dari mulutnya sendiri, telah mengakui perannya sendiri untuk membuat Ikki dan yang lainnya tidak berdaya dari belakang setelah mereka mencapai Hagun. Kalau dia hendak melakukan itu, dia terlalu cepat berkhianat.

Shizuku mengutarakan keraguannya mengenai masalah ini. Sebagai tanggapan, Arisuin menghadap Shizuku dan membisikkan sebuah jawaban.

Jawabannya—telah ditetapkan di dalam hatinya.

「Ya, itu benar. Dengan kata lain, saya ingin menggagalkan strategi ini. 」

Nada tegas. Kata-kata yang disampaikan tidak lebih dari resolusi tertentu. Kata-kata tersebut menyampailkan perasaan sejati Arisuin.

Dia sudah memutuskan. Dia akan memastikan strategi ini gagal.

「Kenapa? Kau masuk akademi dan menjadi dekat dengan Shizuku untuk ini, bukan? 」

「… Ya, memang begitulah seharusnya.. 」

Ikki bertanya mengapa Arisuin memilih mengkhianati rekan-rekannya, dan Arisuin tersenyum gelisah.

「Tapi aku semakin menyukai Shizuku, aku tahu?」

Sambil menatap gadis berambut perak di depannya, Arisuin merenung.

Keluarga yang tidak akur. Hubungan darah yang terputus. Banyak absurditas. Di tengah-tengah semua itu, terluka dan hilang, menerima apa pun dan segalanya … bahkan jika dia tidak bisa menjadi yang paling dekat dengan kakaknya, gadis ini akan terus mencintai satu orang yang adalah kakaknya.

Di mata Arisuin yang tidak tahan dengan absurditas dunia dan cinta sebelah tangan itu, cara Shizuku sangatlah mulia dan mempesona.

Dan karena itu, Arisuin mendapati dirinya berpikir dengan hati-hati selama beberapa waktu.

Yang kuat merenggut, yamg lemah direnggut. Kata-kata dari Wallenstein saat itu, bahkan walaupun itu adalah kebenaran dari dunia neraka ini― dia tidak ingin merenggut sesuatu dari gadis sabar ini.

Karena kalau dia melakukannya, dia tidak akan berbeda dengan geng yang merenggut semua miliknya saat itu.

「Kalau kau tanya kenapa, itulah alasan atas tindakanku ini. Aku tidak ingin merusak keinginan Shizuku, atau impian orang yang berharga baginya. Aku tidak ingin menganggu siapa pun. … Jadi untuk itu, aku ingin bekerja sama dengan kalian semua. Dalam rangka melindungi panggung di yang menjadi impian kalian semua, festival Seven Stars Sword-Art. 」

「Bekerja sama?” 」

「Ya. Semua orang di Akademi Akatsuki sangat kuat di dunia bawah. Kalau kita melawan mereka dengan bersih, mereka terlalu kuat. Karena itulah, peluang terbaik untuk mengalahkan mereka adalah dengan serangan kejutan. 」

Pengkhianatan dari sekutu. Tidak peduli petarung seperti apa, seseorang tidak bisa menangani hal tersebut. Itulah sebabnya mata-mata dikirim ke Hagun, sehingga Akatsuki tidak punya peluang kalah.

― Itu adalah skema yang sama yang Akatsuki gunakan untuk menjatuhkan target.

Jadi Arisuin telah, sampai saat-saat terakhir ini dan tanpa sedikitpun ragu, bertindak sebagaimana anggota Akatsuki. Dalam rangka menciptakan situasi serangan balik yang seratus persen berhasil.

「Kalau Hagun benar-benar membalikkan keadaan di sini, perhitungan mereka akan sangat terganggu. Akademi Akatsuki tidak akan bisa muncul di festival Seven Stars Sword-Art, dan mereka juga tidak akan bisa melarikan diri. … jadi tolong. Bekerja sama denganku, dan gagalkan rencana Akatsuki. 」

Setelah mengakhir kata-katanya, Arisuin menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Itu semua demi Shizuku dan orang-orang yang dia sayangi. Setelah melakukan satu perbuatan baik setelah sekian lama, dia tidak berharap untuk mempertahankan hubungan mereka. Dia adalah seorang pembunuh, dan fakta kalau dia selama ini menipu Shizuku dan yang lainnya tidak akan berubah.

Shizuku mungkin tidak akan pernah memanggilnya “kakak” lagi. Sama seperti adik kecilnya dulu. Tapi itu tidak masalah. Dia tidak keberatan kalau dalam kehidupan sehari-hari Shizuku tidak ada dirinya lagi, maupun di dalam orang-orang yang penting baginya. Hanya itu yang diinginkan Arisuin, itulah motifnya yang sesungguhnya.

Namun….

「Me-meski kau bilang begitu, aku tidak bisa percaya padamu …! Lagipula, bukankah Rebellion adalah kelompok teroris berisi para pembunuh !? 」

「Benar sekali! Kau juga sudah mengaku kalau kau adalah seorang pembunuh, jadi bagaimana kami bisa mempercayai orang yang masih menahan pergerakan kami sekarang !? 」

Sayangnya, seseorang tidak bica membaca isi hati orang lain. Khususnya bagi para Hagure bersaudari yang tidak begitu mengenalnya, sehingga wajar kalau mereka berkata seperti itu. Mereka berdua berekspresi cemas sekaligus jijik terhadap pembunuh yang tengah mereka hadapi. Pembunuh seperti itu telah bersama mereka sampai sekarang.

Rasa takut. Rasa ngeri. Rasa jijik. Berbagai emosi penolakan yang kuat. Namun reaksi-reaksi tersebut wajar. Saat seseorang tahu kalau tetangganya adalah seorang pembunuh yang telah membunuh lusinan orang, dia mungkin akan ketakutan. Percakapan sehari-hari yang mereka biasa lakukan akan berubah menjadi hinaan.

Target pembunuhan Arisuin adalah penjahat bawah tanah seperti dirinya sendiri, tetapi pembunuh tetaplah pembunuh. Reaksi keduanya dapat dimengerti. Jadi Arisuin berkata—

「Kurasa apa yang dikatakan Hagure-senpai ada benarnya. Aku yakin kalian tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan oleh pembunuh sepertiku, karena aku telah mengkhianati kalian semua selama ini. Jadi setelah masalah ini berakhir, saya berjanji tidak akan muncul di hadapan kalian lagi, dan kalau kalian secara tidak sengaja karena rencanku ini, tidak masalah kalau kalian meninggalkanku ― tapi kumohon, tolong percaya padaku untuk satu jam ke depan. 」

Menyadari kalau permintaannya terkesan memaksa, dia masih membungkuk dan memohon.

Arisuin mengerti. Dia tidak bisa melakukan apa pun selain memohon. Dia tidak tahu cara untuk mengungkapkan isi hatinya dengan benar. Jadi karena itulah, dia hanya bisa mengucapkan fakta, sambil menundukkan kepalanya, dan menyampaikan itikad baiknya sebaik mungkin.

Terhadap Arisuin yang saat ini masih membungkuk, Touka bertanya—

「Aku khwatir. Organisasi yang mempekerjakan Rebellion untuk menghancurkan festival Seven Stars Sword-Art, orang-orang yang mensponsorimu … siapakah mereka? 」

「―Aku tidak bisa menjawab hal itu sekarang.」


「Kenapa?」

「… Mereka bukanlah musuh yang bisa kita hadapi. Akan sia-sia saja memberitahumu. Jadi aku tidak bisa mengatakannya saat ini. 」

「H-Hei! Apakah kau merahasiakannya !? 」

「Kami benar-benar tidak bisa mempercayai pria ini!」

Terhadap Hagure bersaudari yang mencelanya, Touka memberi perintah “tunggu”.

「―Kalau kami bilang kami tidak percaya padamu, apa yang akan kau lakukan?」

「Kalau begitu, aku akan membuat bus berbelok, dan membawa kalian lari sejauh mungkin.」

Terhadap pertanyaan Touka, Arisuin menjawab tanpa ragu, karena inilah adalah rencana cadangannya yang telah dia pikirkan sejak lama.

「Karena menahan kalian semua sangatlah sulit, ini semua bergantung pada daya tahanku sendiri. Lagipula, aku hanya bisa mengandalkan ketidaksiagaan kalian sejak awal. 」

「Begitu. Aku paham isi pikiranmu sekarang. 」

Mungkin itu adalah martabat presiden OSIS. Di tempat kacau dengan percakapan yang tidak menentu ini, Touka dengan cepat menyelesaikan komentar, dan mengatur kesimpulan.

「… Bagaimana, Kurogane-kun?」

Dia menjatuhkan seluruh keputusan dan mencari pendapat dari orang yang akan membuat keputusan akhir.

「Antara lari atau bertarung, antara percaya atau tidak percaya padanya, semua ini sekarang adalah masalah waktu. Ini bukan situasi di mana kita bisa bertukar pendapat dengan santai. Kau adalah kapten tim untuk festival Seven Stars Sword-Art. Kurasa kau adalah yang paling memenuhi syarat untuk memutuskan masalah ini. 」

Sebagai tanggapan, Ikki terdiam, dan mempertimbangkan apa yang harus mereka lakukan.

Pada saat ini, dia tidak bisa percaya sepenuhnya pada Arisuin. Namun, seperti yang Shizuku tunjukkan, kalau dia mempertimbangkan sudut pandang Arisuin, memang benar bahwa tindakan Arisuin tidak menguntungkan musuh. Ikki berpikir … dan untuk sesaat, dia melihat ekspresi Shizuku― dan menjawab.

「Kurasa kita akan coba mempercayai Alice.」



Ditambah tiga lainnya, total ada tujuh orang termasuk Hiraga, masing-masing dengan penampilan yang sama anehnya. Kehadiran mereka disertai aura jahat, sementara mereka berdiri berjajar di depan Ikki.

Hiraga menunjuk dirinya sendiri, lalu menjawab pertanyaan Touka.