Akatsuki Tampil di Panggung 

(Bagian 1)

(Translator : Ridho. H)


Part 1

Saat itu adalah malam di hari terakhir kamp pelatihan gabungan. Untuk menyapa para siswa yang akan pulang, instruktur Akademi Hagun Yuuri Oreki terlihat menyapu di luar gerbang utama dengan sapu bambu.

Pada saat itu, seorang siswi yang mengenakan jersey memanggilnya.

“Selamat sore, Oreki-sensei.”

Suara itu berasal dari balik bahunya, meskipun itu tidak mengejutkannya, membuatnya mengingat seorang gadis tahun ketiga. Dia adalah siswi dari pertandingan seleksi yang diawasi Oreki beberapa waktu lalu. Oreki mengingat nama gadis itu, dan membalas sapaan darinya.

“Ya ampun, selamat malam, Ayatsuji-san.”

https://cdn.novelringan.com/sv-ru-10/?f=Rakudai_Vol_4_Pg_147.jpg&width=300

“Terima kasih lagi atas bantuanmu saat itu.”

Ayatsuji memberikan rasa terima kasihnya dengan menundukkan kepalanya, sambil membicarakan masalahnya mengenai pertarungannya melawan Ikki Kurogane.

“Aku tidak melakukan apa-apa tahu. Semua itu dilakukan oleh Kurogane-kun.”

“Tapi Oreki-sensei, jika kamu tidak berpaling saat aku melanggar peraturan, aku mungkin tidak akan bisa berdiri di sini sekarang.”

“Itu juga karena Kurogane-kun berbicara kepadaku tentang hal itu sebelumnya.  Karena ada masalah dengan ayahmu, aku pikir kamu pasti akan pulang ke rumah selama musim panas.”

“Aku juga berniat menemani Ayah selama rehabilitasi, tetapi dia malah mengusirku. ‘Jangan lupakan latihanmu. Aku bisa melakukannya sendiri .’— katanya.”

“Ha ha, bagaimanapun juga dia adalah The Last Samurai … kan?”

“Yah, dia sudah koma selama dua tahun. Setelah bangun, dia menjadi  sangat energik. Aku tidak akan kalah darinya, jadi aku baru saja habis berjoging.”

“Ya, ini adalah dedikasi yang bagus. Aku pikir gurumu yang satunya sedang bekerja keras sekarang, Ayatsuji-san.”

Setelah mengatakan itu, Oreki melihat ke arah langit yang cerah di utara. Ayase juga mengatakan “itu benar” dengan suara kecil, dan menatap langit yang sama.

“Kurogane-kun benar-benar luar biasa, ya? Dia bahkan mengalahkan ketua OSIS dalam situasi seperti itu.”

“Memang, kan? Bahkan aku sedikit terkejut ~”

“Aku mendengar rumor kalau kau yang mengurus  ujian masuk Kurogane-kun. Benarkah itu?”

“… ya, itu benar.”

“Kalau begitu Sensei, kau punya mata yang tajam, ya.”

Kalau melihat atribut Ikki Kurogane, dia adalah peringkat-F. Dia jelas tidak memenuhi persyaratan di Akademi Hagun. Fakta bahwa Ikki masuk sekolah ini pasti karena penilaian Oreki. Jadi, Ayase memuji Oreki.

Namun, Oreki menggelengkan kepalanya dengan ekspresi muram.

“Tidak, tidak, tidak seperti itu. Aku sebenarnya juga menolaknya.”

“Apakah begitu?”

Oreki mengangguk.

—Jarang sekali ada seseorang yang nirbakat sampai sejauh itu. Ketika Oreki mengamati Ikki pertama kalinya, dia tidak ragu memutuskan kalau dia tidak akan membiarkannya masuk. Itu karena dia ingin tetap berpegang teguh aturan, sekaligus membanggakan kemampuannya sendiri sebagai Blazer.

“Tapi coba tebak, apa yang dikatakan anak itu terhadapku?”

“Apa katanya?”

“‘Aku bisa mengalahkanmu .’— begitu saja.”

Seorang anak yang bahkan masih calon siswa, menantang instruktur kesatria-sihir tingkat-C yang kompeten.

“Aku sangat terkejut sampai tidak percaya dengan telingaku!”

“… Rasa percaya dirinya besar sekali, ya?”

“… Selain itu, dia juga bilang akan tetap menang sampai dia diterima. Bahkan jika itu bukan melawanku”

“Begitu ya. Jadi hal seperti itu bisa terjadi ya …?”

Mendengar lebih banyak tentang tes masuk di sekolahnya, Ayase mengangguk kagum. Mungkin Ikki memahaminya sendiri. Dia tidak bisa berhasil dengan ujian yang biasa. Karena itulah, dia harus menggerakkan Oreki dengan provokasi, dan menciptakan kesempatan untuk memamerkan kekuatannya sendiri.

Ayase memikirkan hal itu. Karena kurangnya kekuatan dan atribut yang tidak memadai, maka untuk mengtasinya dia harus melakukan apa saja untuk bertahan hidup tidak peduli serendah apa pun dia.

Sebenarnya, hal itu kedengarannya mirip sekali dengan Ikki — tidak diragukan lagi bahkan di masa kini dan di masa depan, dia akan terus seperti itu.

Sambil memikirkannya, Ayase bertanya pada Oreki.

“Oreki-sensei, apa menurutmu Kurogane-kun bisa menjadi The Seven Stars Sword King?”

Sebagai balasan, Oreki berkata—

“Anak itu ditakdirkan untuk menjadi apa saja, jadi aku bisa melihat potensinya. Kurasa dia punya cukup kekuatan untuk sampai sejauh itu. … tapi ….”

“Tapi?”

“Tahun ini, pesertanya tidak hanya berisi orang-orang yang punya kekuatan untuk menjadi The Seven Stars Sword King. Dia mungkin tidak bisa mengalahkan orang itu ‘kan?”

Dia memberikan jawaban yang agak pesimistis.

“Maksudmu ksatria rank-A yang merupakan kakak Kurogane-kun?”

Mendengar kata-kata Ayase, Oreki membersihkan sedikit dan mengangguk.

“Termasuk dia juga, tapi selain itu … ada banyak anak tahun ini yang tidak kukenal dengan baik. Banyak anak-anak tahun pertama yang kemampuannyamasih misteri dalam mewakili Sekolah mereka. Kekuatan apa yang anak-anak itu miliki? The Seven Sword-Art Festival akan berkembang pesat, kurasa. “

“Uh ya… seperti kehadiran Stella-san di tahun ini.”

Mendengar kata-kata Ayase, Oreki menjadi terdiam.

Memang benar pada tahun-tahun sebelumnya, hanya satu atau dua wakil baru yang akan masuk. Bukan hal aneh juga kalau tidak ada orang baru yang muncul dalam setahun. Sambil berpikir begitu, selama setahun ini ada sepuluh orang dari seluruh sekolah yang mengawali debutnya.

Tapi ada sesuatu yang berat di perut Oreki.

Tidak masalah kalau hanya setahun. Tetapi apakah kejanggalan itu akan berakhir dengan para pendatang baru itu saja?

… Seperti ada sesuatu yang selama ini bekerja diam-diam, kan?

Kalau Ketua Dewan Shiguuji dan Saikyou telah kembali dari Osaka, ia harus menyampaikan hal ini mereka? Saat Oreki memikirkan itu …

“Oh? Oreki-sensei, sepertinya banyak orang datang ke sini?”

Ayase memberi tahu Oreki mengenai hal ini sambil menunjuk ke gerbang utama. Jadi dia menoleh ke arah sana. Memang benar, dari luar gerbang utama, ada tujuh orang mendekati Akademi Hagun dalam barisan.

Itu adalah pemandangan yang tidak biasa dari jalan asrama siswa ke akademi. Karena ini sedang liburan musim panas, jarang sekali bagi banyak orang datang dalam satu kelompok seperti itu.

Namun dari tujuh orang itu, dua diantaranya menunggangi seekor binatang buas yang sangat besar yang tampak seperti singa. Itu aneh.

Untuk mencari tahu siapa orang-orang itu, Oreki menyipitkan matanya.

“Eh, bukankah itu ….”

Matanya seketika membelalak. Di antara tujuh orang, ada wajah yang dia kenal dari masa lalu.

“Ksatria rank-A dari Akademi Bukyoku, Ouma Kurogane … !?”

Mengapa seseorang dari Bukyoku datang ke Hagun? Pertanyaan itu muncul dalam pikiran Oreki, tetapi dengan segera lenyap dari pikirannya, karena dia melihat sesuatu yang sangat mengkhawatirkan.

Itu adalah semua yang bersama Ouma. Oreki telah melihat wajah mereka dalam data yang didistribusikan kepada staf Seven-Sword Sword-Art Festival tahun ini.

Bukan hanya Ouma-kun. Bunkyoku, Donrou, Rentei, dan bahkan yang lain …!

Mereka adalah berbagai wakil dari tujuh sekolah yang semuanya memasuki  The Seven Stars Sword-Art tahun ini.

Anak-anak tahun pertama yang baru saja dipikirkan Oreki semuanya ada di sini. Dalam sekejap, Oreki merasakan hawa dingin tak tertahankan di tengkuknya.

Mengapa wakil semua sekolah berkumpul?

Mengapa mereka berkumpul dan berbaris ke Hagun?

Mengapa dia merasakan firasat yang tidak menyenangkan?

Dan lebih dari semua itu — mengapa mereka mewujudkan device mereka !?

Pada saat itu, semua pertanyaan itu berputar-putar di benak Oreki, dan—

“Ayatsuji-san! Lari sekarang!”

Pada saat itu —dimulailah.

Salah satu dari tujuh orang itu. Meskipun saat itu musim panas, seorang gadis berpakaian seperti sedang menghadapi cuaca dingin. Wakil Donrou, Yui Tatara, tiba-tiba memperpendek jarak antara dirinya dan Ayase dengan kecepatan angin kencang.

Dan dia mengayunkan Device berbentuk gergaji yang dipegangnya dengan kedua tangan ke Ayase yang tak berdaya.

“Eh?”

Serangan yang sangat tiba-tiba. Ayase masih berdiri, tapi dalam keadaan syok. Kemudian bilah itu menghunjam, dan—

“Haa!”

Tepat sebelum bilahnya memenggal leher Ayase, Oreki menangkisnya dengan Device berbentuk pedang. Memantulkannya kembali serangannya membuat  tubuh Tatara bergoyang. Oreki tidak melewatkan kesempatan itu.

Pertama, aku harus mengendalikan ini …

Kenapa dia tiba-tiba melakukan serangan adalah sesuatu yang bisa ditanyakan Oreki begitu dia bangun. Setelah memutuskan hal ini, Oreki memutar pergelangan tangannya, dan dengan sedikit gerakan memutar pedangnya. Dia mengarahkan Devicenya  dalam wujud ilusi menuju  arteri karotis Tatara. Setelah mengenainya, kesadarannya akan pudar. Menebas dengan gerakan terkecil akan membuatnya menciptakan celah saat melindungi dirinya. Dan seperti inilah direncanakan Oreki, cutlass-nya menuju arteri Tatara—

“Total Reflect.” [1]

—Dalam sekejap, mulut Tatara mengeluarkan lengkungan, dan serangan misterius menghentikan tebasan Oreki.


Part 2

Saat itu malam, dan langit berwarna merah.

Ikki dan tim perwakilan Hagun yang bersaing untuk Seven Stars Sword-Art Festival yang dipimpinnya, juga Shizuku dan seluruh anggota OSIS yang membantu mereka, berada di dalam bus yang melambat menuruni pegunungan. Mereka akhirnya dalam perjalanan kembali ke Hagun Academy. Di dalam bus, para sahabat dekat duduk bersama dan menikmati makanan ringan yang manis, mengobrol dengan tenang.

Tetapi di sela-sela kegiatan mereka, hanya Stella yang menurunkan bahunya dengan wajah kecewa.

“… Haa ~”

“Cerialah, Stella.”

Meskipun Ikki yang duduk di sebelahnyai menyemangatinya, mood-nya tidak membaik.

“Tapi ini menyebalkan ….”

Tiba-tiba, dua siswi memanggilnya. Dua gadis dengan wajah yang sama, yang juga  wakil Seven Stars Sword-Art Festival, Kikyou dan Botan Hagure.

“Ada apa, Stella-chan?”

“Apakah kau mabuk perjalanan, Yang Mulia?”

Ikki memberi isyarat kepada mereka berdua seolah-olah mengatakan tidak perlu khawatir.

“Dia sepertinya kesal dengan rekor pertarungannya melawan Toudou-san.”

Dia menjelaskan alasan depresi Stella.

“Sekarang setelah kamu menyebutkannya, mereka bertarung beberapa kali, kan? Ngomong-ngomong, seperti apa hasilnya?”

“… Tiga kali menang, tiga kali kalah.”

Untuk pertanyaan itu, Stella sendiri menjawab dengan suara rendah.

Iya. Tujuan Stella selama di kamp pelatihan adalah memiliki lebih banyak kemenangan daripada kekalahan melawan Raikiri. Tetapi karena keadaan tertentu, itu berakhir dengan hasil seri, yang menjadikan tujuannya tidak tercapai. Stella pun menjadi kecewa pada dirinya sendiri.

“Tapi kupikir itu sudah cukup menakjubkan mengingat kau melawan ketua OSIS.”

“Tidak, Stella-chan adalah ksatria rank-A. Dia ingin menang melawan lawan yang berperingkat lebih rendah, kan?”

“… Tapi aku tidak berpikir Touka-san lebih rendah daripada aku.”

Stella mengucapkan kata-kata itu sebagai jawaban atas argumen Kikyou. Dia tidak berpikir Touka berperingkat lebih rendah. Justru sebaliknya. Stella berpikir dia lebih rendah daripada Touka pada saat ini. Karena alasan itulah — dia berusaha untuk menang selama kamp pelatihan ini, demi mendapatkan rasa percaya diri pada Seven Stars Sword-Art Festival yang akan datang. Tapi — hasilnya tidak seperti yang diinginkan Stella.

“Oooooh! Menyebalkan! Sangat menyebalkan sampai-sampai aku tidak bisa tenang! Kalau begini, aku harus berlari sepanjang jalan pulang daripada naik bus!”

“Itu tidak perlu ….”

Ikki tersenyum masam. Yah, begitulah Stella.

“… Di saat seperti ini, aku lebih baik mengalihkan diriku dengan makanan.”

Setelah berkata begitu, Stella mengeluarkan tiga batang Snickers dari tas perjalanannya, dan meringkuk, dia mulai memakannya dengan gelisah.

Melihat Stella seperti ini, para sister Hagure memekik.

“Kau sudah makan tiga mangkuk udon dan ramen saat makan siang di  pusat pelayanan, dan sekarang kamu makan lagi !?”

“Kamu akan gemuk, tahu—”

Sebagai balasan, seolah itu bukan masalah, Stella memberikan—

“Tidak apa-apa. Berat badanku tidak akan bertambah tidak peduli berapa banyak yang aku makan.”

— Penjelasan singkat itu.

Memang, itu misterius, tetapi meskipun Stella adalah orang dengan nafsu makan besar, tubuhnya indah kencang dan tidak memiliki lemak berlebih. Bahkan bagi Ikki yang menganggap tubuhnya spesial, ini juga merupakan misteri. Dia hanya bisa menganggap itu tidak adil.

Yah, meskipun Ikki juga merasa sedikit kesal tentang hal itu—

“Hah!?”

Tampaknya sangat membingungkan bagi dua kakak kelas yang baru mendengar hal itu pertama kalinya selama kamp pelatihan. Ekspresi keduanya membeku, dan …

“… Botan-chan. Semangkuk udon berisi … kitsune, kari, dan kakiage [3]. Ramunya adalah shouyu, miso, dan tonkotsu [4]. Apakah mungkin aku tidak bertambah gemuk setelah makan semua itu saat makan siang dan ditambah lagi setelahnya mengemil Snickers? “

“Tidak ada sihir hitam seperti itu. Dia pasti memiliki perut gendut di bawah pakaiannya.”

“T-Tidak mungkin aku punya sesuatu seperti itu. Sangat tidak sopan. Sepertinya tubuhku hanya menimbun semua beban ke dadaku, jadi aku tidak pernah punya lemak berlebih sejak aku dilahirkan.”

Stella menjawab begitu sambil makan permen super tebal, dan ketika dia melakukannya — Ikki, yang duduk di sebelahnya, pasti mendengar suara seperti ada sesuatu yang terbelah menjadi dua.

“Jangan bohongi kita !!!”

Dan saudari-saudari Hagure yang memancarkan suara itu menunjukkan wajah-wajah yang tampak seperti topeng setan, sambil menuding Stella.

“Whoa !?”

Sambil menyeret Stella dari kursinya, keduanya memeganginya.

“A-Apa yang kalian lakukan !?”

“Jangan bilang begitu! Kami tahu kamu menyembunyikan lemak di bawah sana! Mengakulah!”

“Aku bilang semua lemaknya masuk ke dadaku, kan !?”

“Bagaimana bisa sesuatu yang terlalu indah itu menjadi nyataaaaa!?”

“Kami perlu bukti nyata!”

https://www.baka-tsuki.org/project/thumb.php?f=Rakudai_Vol_4_color_4.jpeg&width=300

“Jangan bohongi kami!!”

Para saudari Hagure tampak menunjukkan wajah seperti topeng setan, sambil menuding Stella.

“Aku bilang semua lemaknya masuk ke dadaku, bukan !?”

Menurunkan bahu Stella yang mereka pegang, keduanya mulai meraba-raba tubuhnya. Terhadap perlakuan ini, Stella memerah dan menjerit.

“Hei! Berhenti! Di mana kalian pikir kalian menyentuhku !? Ikki jangan hanya duduk di sana, bantu aku!”

“Ah, ya, benar! Tenanglah, kalian berdua!”

Saat Ikki mencoba menginterupsi— Flash! Dua pasang mata buas dan merah membelakangi Ikki—

“Ini perang salib antar perempuan, yang tidak boleh diganggu.”

“Laki-laki duduk saja di sana sambil makan Pocky [5].”

“O-Oke. Maafkan aku.”

“Ikki— !?”

Maaf, mereka sangat menakutkan.

Karena intensitas kedua kakak beradik itu, Ikki mengalihkan pandangannya dari pemandangan yang mungkin mengarah ke masalah internasional.

Dan di kursi kosong yang sebelumnya ditempati Stella, seorang gadis berambut perak mungil tengah duduk. Itu adalah adik perempuan Ikki, Shizuku Kurogane.

Shizuku memalingkan matanya yang hijau ke arah tiga orang yang berseteru, dan berbicara.

“Ini adalah peristiwa dimana Kusakabe-san dengan senang hati memotretnya jika dia ada di sini, kan?”

“Ah, ha ha …. Itu memang benar. Aku yakin dia akan menyesal ketika dia mengetahuinya nanti.”

Ikki juga setuju dengan pendapatnya. Sebaliknya, Kagami juga akan bergabung.

“Kagami san pergi ke Hokkaido sendirian?”

Pertanyaan Ikki diutarakan kepada Arisuin, yang duduk di seberang bus di dekat jendela. Untuk pertanyaannya, Arisuin mengangguk.

“Ya. Dia pergi untuk meliput kamp pelatihan Rokuzon yang dimulai tiga hari yang lalu, dan dia pergi pagi ini.”

Itu bohong, tentu saja. Kenyataannya, dia diikat dan dipenjara di tempat yang tidak terlihat di dalam fasilitas penampungan Kyomon.

Tetapi pada saat ini, Ikki tahu-menahu tentang kebohongan ini.

“Tapi dia seharusnya kembali bersama kita.”

Dia memercayai kebohongan itu. Dan bukan hanya Ikki. Shizuku juga percaya pada kebohongan Arisuin, dan itu membuatnya menghela nafas lega.

“Sungguh pekerja keras, Kusakabe-san. Aku sendiri agak lelah.”

“Kamu sudah melakukan banyak hal, Shizuku. Berkatmu di sini, kami diselamatkan dengan banyak cara.”

Meskipun kapsul iPS mudah digunakan, penyuntikkan anestesi pada tubuh harus dilakukan secara manual. Dengan penyembuh ahli seperti Shizuku sebagai tenaga cadangan, perbedaan dalam efisiensi pelatihan sangat besar. Karena alasan itulah, Ikki membawanya ke pegunungan meskipun dia bukan seorang wakil, dan menghargai pekerjaannya dalam merawat luka ringan. Shizuku merespons dengan kata-kata dan senyum yang berkembang seperti bunga, yang tidak akan pernah dia tunjukkan pada orang lain.

“Ini hanya untukmu, Onii-sama.”

Dan dia mengulurkan sekotak Pocky.

“Apa kau mau?”

“Aku akan mengambil satu saja.”

Ikki tidak terlalu suka hal-hal manis, tetapi berbeda jika adik perempuannya yang menawarkan. Dia mengulurkan tangannya menuju Pocky itu, dan bergerak untuk mengeluarkan salah satunya dari kotak.

Tapi — sesaat sebelum jari Ikki menyentuh Pocky, kotak merahnya digerakkan.

Eh?

Ikki bingung. Di sisi lain, Shizuku mengeluarkan salah satu Pocky dengan wajah polos, dan meletakkannya di antara bibirnya, dan menghadap Ikki seolah-olah meminta ciuman.

“Nnn ~”

“A-Apa yang mau kau lakukan denganku !?”

Ikki goyah di bawah serangan mendadak itu.

Tapi tidak mungkin kekasihnya akan membiarkan saja hal ini.

“H-Hei kamu! Shizuku, apa yang kamu coba lakukan terhadap  Ikki !?”

“Whoa!”

“Eek!”

Seolah situasinya yang ditahan sampai sekarang hanyalah ilusi, Stella menyingkirkan saudari-saudari Hagure dengan mudah dan mendekat.

“Ini hanya pelecehan sekual. Memangnya kenapa?”

“Jangan lakukan itu terang-terangani! Serius! Tidakkah kamu pikir itu tidak sopan !?”

“Seseorang sepertimu seharusnya tidak berbicara tentang kesopanan.”

“Eh?”

Setelah ditunjuk, Stella mengalihkan perhatiannya ke situasinya sendiri. Dan dia kehilangan kata-kata. Karena saudara-saudara perempuan Hagure telah meraba-rabanya, bra-nya benar-benar terlihat, dan roknya hampir terlepas sepenuhnya.

“E-Eeeeekkk!”

Dia kehilangan semua yang dia pikirkan. Ketika telaj menyadari situasinya, Stella berjongkok dengan wajah terbakar.

Pada sosok itu, Utakata yang sedang menonton dari samping bergumam.

“… Dia benar-benar bertingkah seperti seseorang yang baru saja diperkosa.”

“Uta-kuuuun. Begitu kita kembali ke sekolah, kuharap kamu siap untuk dihukum—”

“Hiiiiii! Aku telah mengguncang sarang lebah! Kanata, selamatkan aku!”

“Kamu melakukan itu sendiri, jadi aku tidak membantumu.”

Tapi Stella juga wanita yang berkarakter. Dia tidak menjauh dari sesuatu seperti ini. Dia segera memperbaiki pakaiannya, dan menekan Shizuku sekali lagi.

“Hei Shizuku, hubungan antara Ikki dan aku, bukankah kau sudah menerimanya?”

“Maksudmu kalian berdua pacaran?”

“Iya!”

“Tentu saja aku menerimanya.”

“A-Kalau begitu, tolong berhenti melakukan hal semacam ini!”

Sambil meninggikan suaranya, Stella mengungkapkan ketidakpuasannya. Sebagai tanggapan, Shizuku — hanya tertawa.

“Ya ampun. Aku benar-benar ingin kamu memikirkan hal ini lebih hati-hati.”

“A-Apa yang kamu bicarakan !?”

“Aku sudah pasti menerima bahwa kaulah yang Onii-sama cintai, tahu? Ya. Tapi hanya itu yang akan kuberikan padamu, Stella-san. Aku akan mengagumi Onii-sama sebagai adiknya, merawatnya sebagai seorang ibu, mengikutinya sebagai seorang teman, dan mencintainya sebagai pasangannya. “

“Umm, Shizuku, kata-katamu bercampur dengan ketidakmasukakalan …”

Ikki memprotes, tetapi Shizuku mengabaikannya. Sambil mengangkat empat jari di depan Stella, dia menyatakan.

“Dengan kata lain, aku mencintai Onii-sama sebanyak empat kali lebih banyak darimu! Apakah kamu paham akan hal ini?”

“Bagaimana aku bisa mengerti hal itu— !?”

Wajar jika Stella meresponsnya. Argumen yang tidak masuk akal.

“Berhenti mengocehkan hal tidak masuk itu dan menjauhlah dari Ikki! Itu kursiku!”

“Aku menolak!”

Stella akhirnya memaksa Shizuku dengan tenaganya, tetapi Shizuku menolak Stella dengan menggantung di tubuh Ikki. Dalam situasi itu, Ikki yang tidak bisa menyaksikan pertengkaran ini lagi berbicara kepada Stella.

“Ya-begini, Stella. Jangan buat banyak keributan di dalam kendaraan. Itu berbahaya.”

“Tapi….”

“Bukankah tidak apa-apa kalau kita membiarkannya seperti ini? Lagipula, kita akan segera sampai, jadi….”

Setelah mengatakan itu, Ikki mengalihkan pandangannya ke pemandangan di luar jendela bus. Bus sudah mencapai ujung jalan gunung, dan pohon-pohon serta aspal yang akrab di daerah metropolitan terlihat. Rute itulah yang Ikki dan Stella tempuh setiap hari dengan berlari. Pada titik ini, mereka akan segera berada di Akademi Hagun.

“Muu… kurasa tidak ada pilihan lain. Aku akan menebus kesalahanmu begitu kita kembali!”

Lagipula, kalau mereka sampai di Hagun Academy dalam beberapa menit ke depan, mereka tidak perlu berdebat, jadi Stella mengundurkan diri — dan pada saat itu.

Bus berhenti.

“Eeeeek!”

“Wah!”

Gerakan bus itu terlalu tiba-tiba, dan semua orang di dalam terlempar ke depan. Apa yang telah terjadi?

“A-Ada apa, Saijou-kun !?”

Yang pertama bertindak adalah ketua OSIS, Touka Toudou. Dia segera berdiri, dan bergegas ke sisi Saijou yang sedang mengemudi.

Saijou sedang — menatap kaca depan dengan wajah hampa,   dan juga pucat, 

“Mungkinkah — kita menabrak sesuatu !?”

“Tidak … bukan itu, tapi ….”

Saijou perlahan mengangkat tangannya yang gemetar dan mengarahkannya ke pemandangan di luar kaca depan. Ikki dan yang lainnya bergegas  melihat ke arah yang ditunjuknya, dan—

“Hah …? Bukankah Akademi ada disana?”

Di ujung jari yang menggigil, di langit malam yang seperti warna darah — ada kepulan asap hitam membubung. Itu persis berasal dari gedung kampus Hagun Academy.

Pada pemandangan itu, mereka semua terdiam, dan mata mereka terbuka dengan takjub.

Kecuali satu orang — kecuali Arisuin, yang belum meninggalkan kursinya.