Makan Malam dengan Lana

(Penerjemah : E-chan)


Saat Eto dan party-nya tiba di restoran, mereka menemukan bahwa Lana tiba di sana lebih awal dari mereka.

“Maaf, apa kami membuatmu lama menunggu?”

Lana menggelengkan kepala pada Eto yang meminta maaf.

"Tidak, aku juga baru sampai. Kelihatannya kau sudah memesan ruang privat untuk kita. Terima kasih."

Malam ini, Lana mengenakan gaun hitam mengkilap, dan juga merias wajahnya, meski sangat tipis.

"Waaa, manisnya."

Kohaku memuji gaun Lana. Gaun yang Lana kenakan itu dibordir dengan benang hitam yang membuatnya terlihat seperti bunga-bunga bermunculan dari dalam. Dengan hal itu sebagai permulaan, obrolan antar gadis pun dimulai, membuat Lana santai.

Mereka berlima kemudian sepenuhnya menikmati menu rekomendasi restoran tersebut, seperti daging Orc dan sayuran yang dimasak dengan saus yang kaya rasa, juga daging Wyvern kukus. Dan kemudian, sambil menyantap hidangan penutup setelah makan utama, mereka mengobrol tentang pelepasan Kohaku dari perbudakan.

"Hee, hanya Kohaku-chan? Bagaimana dengan Sorano-san dan Amou-san?"

"Amou bilang dia ingin lanjut menjadi budak sambil menabung uang dengan caranya sendiri. Sudah jelas, aku akan melepaskan dia ketika tabungannya sudah melampaui harga ketika aku membelinya. Sedangkan Sorano… ada situasi tertentu." 

Eto ingin mengatakan sesuatu tapi ragu-ragu.

"Aku adalah budak kriminal. Uang saja tidak akan melepaskanku." 

Tentu saja, sama seperti biasanya, Sorano menjawab tanpa ragu.

Saat Lana mendengar tempat Sorano diperbudak adalah wilayah Margrave Erven, Lana mengerutkan wajah dan menanyai Sorano tentang peristiwa itu secara rinci.

“Itu sangat mencurigakan. Margrave Sainbolt sedang menjalani perawatan medis untuk jangka panjang karena penyakitnya, sehingga puteranya, Riesenbolt, dipilih sebagai Perwakilan Penguasa wilayahnya. Tapi, dia memiliki reputasi yang sangat parah.”

Kelihatannya, sebelum kembali ke ibu kota, party Hero telah mengalahkan monster-monster di wilayah terpencil. Selama tinggal di wilayah Margrave Erven, Lana mendengar bahwa Perwakilan Penguasa dan para bangsawan berpengaruh di sekitarnya menyebabkan banyak masalah bagi rakyat biasa dan membungkam mereka dengan kekuasaan,

“Jika si pedagang budak berhubungan dekat dengan Perwakilan, maka tidaklah aneh untuk curiga kalau dia memperbudak paksa Sorano.”

“Tapi apa itu diijinkan? Bukankah perlakuan terhadap budak diatur ketat oleh kerajaan?”

“Itu benar. Tapi, kita tidak bisa sepenuhnya mengatakan bahwa aturan nasional akan dipatuhi semua orang, ya ‘kan? Apalagi jika itu adalah antara bangsawan dan rakyat biasa. Ada saat-saat di mana uang dan kekuasaan bisa memutar balikkan aturan, bagaimanapun juga. Di samping itu, si Perwakilan sama sekali tidak bisa dipercaya.”

“Apa Lana pernah bertemu dengan Perwakilan?”

“Uhm, sebenarnya, dia bertengkar dengan Ronaldo-sama. Ronaldo-sama memiliki rasa keadilan yang kuat, bagaimanapun juga. Terutama jika orang yang terlibat adalah wanita tak berdaya.”

Lana menjelaskan dengan senyum getir. Menurut Lana, ketika party Hero kembali dari pesta yang diadakan oleh bangsawan lokal, Hero Ronaldo menghentikan Riesenbolt, yang waktu dengan keras kepala berusaha melakukan pendekatan pada seorang wanita muda. Setelah si wanita muda berterima kasih padanya dan pergi, Ronaldo memarahi si Perwakilan, mengatakan bahwa cara pendekatan seperti itu tidak disukai semua orang. Tapi menanggapi itu, Riesenbolt hanya membuat alasan, berkata bahwa dia hanya mengajak wanita itu untuk berjalan-jalan.

Sudah jelas, tidak mungkin Ronaldo percaya itu. Karena dari yang Ronaldo bisa lihat, Riesenbolt kelihatan mencoba memaksa gadis itu untuk masuk ke dalam kereta kuda. Tapi Riesenbolt tidak kehilangan senyumnya dan hanya berkata bahwa Ronaldo mungkin keliru. Dan kemudian, merasa kalau ini tidak akan ada habisnya, pertengkaran itu diakhirnya dengan mediasi Mirei.

“Jika Riesenbolt hanya sekedar menghindari pertanyaan, kurasa aku tidak akan mengingat dia karena ada banyak orang seperti itu. Tapi dia sedikit berbeda. Maksudku, orang yang dia hadapi adalah Ronaldo-sama, lho? Sekalipun mereka tidak berada dalam situasi di mana dia akan diserang oleh Ronaldo-sama, dia seharusnya bisa merasakan aura kepahlawanan yang muncul dari Ronaldo-sama, dan dia paling tidak tahu bahwa tidaklah bijak menjadikan Ronaldo-sama sebagai musuh, ya ‘kan? Meski begitu, dia masih punya nyali tidak mengakui kesalahannya dan terus bertengkar. Aku benar-benar merasa tidak nyaman dengan sikap tidak tahu malunya, juga merasakan bahaya dari cara dia melakukan segala sesuatu tanpa memikirkan masa depan. Karena itulah, aku berkonsultasi dengan Mirei-sama dan memutuskan untuk meninggalkan kota itu secepat mungkin.



Alasan Lana Bertarung


Saat yang menyenangkan berlalu dengan cepat, dan mereka pun memutuskan untuk membubarkan diri setelah berjanji untuk makan malam bersama lagi. Dan sekarang, mereka berkumpul di belakang restoran di mana sebuah kereta kuda yang akan mengantar Lana ke istana sedang menunggu.

“Terima kasih untuk hari ini, Eto. Benar-benar menyenangkan mengobrol dengan Kohaku-chan, Sorano-san, dan Amou-san. Di kesempatan berikutnya aku yang akan mentraktir, jadi ayo makan makanan enak lagi lain waktu.”

Berkata begitu, Lana berjalan menuju kereta, tapi dengan segera berhenti dan menoleh ke belakang pada Eto.

“Eto, tentang masalah sebelumnya, aku melakukan beberapa penyelidikan soal itu,”

“Ah. Aku juga menanyai beberapa orang yang mungkin punya informasi tentang hal itu.”

Eto ingin mengetahui apakah Ronaldo yang menyuruh agar tidak memberikan imbalan Eto, ataukah perwakilan antara istana dan gereja, seperti yang Lana katakan. Ini karena Eto berpikir bahwa lebih baik mengetahui kebenarannya daripada menanggung beban.

Dan orang yang Eto tanyai tentang hal itu adalah Trie, Grand Master dari guild Petualang. Tidak ada artinya meminta informasi tentang Hero pada orang yang posisinya lebih di bawah, bagaimana pun juga. Karena itulah, Eto menyimpulkan bahwa satu-satunya orang yang tahu tentang kebenaran itu adalah orang berkedudukan tinggi di kerajaan.

“Seperti yang kuduga, kurasa Hero-sama bukanlah dalang yang sebenarnya. Malahan, aku juga bertanya langsung pada Hero-sama. Dia bahkan bersumpah atas nama sang Dewi bahwa dia tidak melakukan hal semacam itu. Meskipun aku yakin bahwa hal ini untuk Eto sudah sangat terlambat…”

“Bukan begitu. Selain itu, apa yang Lana katakan padaku sebelumnya sama persis dengan apa yang kudengar dari orang yang kutanyai. Sepertinya Hero-sama benar-benar tidak tahu apapun soal itu.”

Ya, Trie juga mengatakan pada Eto bahwa Hero tidak tahu apapun, dan orang-orang yang melakukan tindakan tidak masuk akal itu terhadap Eto adalah perwakilan istana dan gereja. Tentu saja, Eto bertanya pada Trie apakah dirinya sendiri bisa mempercayai hal itu atau tidak. Setelah memikirkan sejenak, Trie menjawab dengan memberi tahu Eto pandangannya tentang Ronaldo, yang menurutnya bahwa orang itu seperti anak kecil yang memiliki kekuatan yang sesuai umurnya. Yang berarti, jika Ronaldo ingin menyingkirkan Eto, Ronaldo bisa langsung menendangnya keluar daripada menggunakan metode merundung dengan mencuri imbalan Eto.

Setelah kunjungan Eto, Trie juga mengkonfirmasi fakta catatan investigasi perwakilan. Di dalam catatan itu, tidak ada kesaksian yang mengungkapkan keterlibatan Hero di sana. Bahkan Guild Master Sidrake, yang membaca catatan itu dengan Trie, juga dengan jelas menyatakan, ‘Tidak ada yang mencurigakan di sini.’

dan Eto memutuskan untuk mempercayai mereka berdua, karena dia tahu bahwa tidak akan ada akhirnya jika dia terus meragukan perkataan orang-orang. Dengan demikian, dia menetapkan bahwa inilah saat untuk berhenti.

“Lana, ini jelas membuatku merasa sedikit lebih baik. Akan tetapi, sepertinya untuk diriku saat ini, keterlibatan Hero-sama dalam masalah ini tidak lagi penting. Pada akhirnya, berada di party Hero adalah hal yang menyesakkan bagiku, dan aku tidak bisa menahannya. Kebalikannya, sekarang, aku bebas menggunakan sihir pendukungku dan bisa berpetualang dengan kawan-kawan yang bisa diandalkan. Aku menyadari hal inilah yang sebenarnya kucari-cari selama ini.”

Eto berkata sambil memandangi anggota party-nya. Sekarang, dia bisa dengan bangga mengatakan bahwa mereka adalah kawan-kawannya.

“Aku mengerti… Seandainya saat itu aku mendengarkan dengan baik cerita Eto. Tapi, sekarang, kelihatannya Eto bisa bertemu dengan kawan-kawannya yang sebenarnya…”

Air mata mengalir dari mata Lana. Tapi, dia segera menyeka dengan tangannya, dan tersenyum, seakan-akan mencoba mengabaikannya.

“Apa yang akan Lana lakukan mulai sekarang?”

“Seperti biasa. Aku ingin pergi ke area yang menderita akibat monster dan membantu mereka. Walaupun kami telah membasmi banyak monster di kerajaan, dibandingkan dengan apa yang Eto lakukan dengan menghentikan Penyerbuan, apa yang kami lakukan bahkan tidak dapat dianggap sebagai sebuah pencapaian. Kita dipilih oleh Sang Dewi, bagaimanapun juga. Jadi aku merasa tidak enak kalau nama party Hero hanya sebuah dekorasi.”

“Aku mengerti.”

“Walaupun aku mengerti bahwa Eto tidak punya kesan yang bagus tentang Hero-sama dan Mirei-sama, dibandingkan dengan para bangsawan yang hanya bisa bicara di ibu kota, kurasa mereka berdua yang melawan monster di garis depan itu jauh lebih baik. Karena itulah aku ingin menggunakan kekuatanku sebagai Sword Saint untuk mendukung mereka.”

“Hm, aku tahu. Aku dulunya adalah anggota party Hero bagaimanapun juga, jadi aku tahu apa yang Lana ingin katakan. Aku tidak bisa pergi denganmu, tapi aku rasa Lana sebaiknya melakukan apa yang Lana yakini.”

“Terima kasih.”

Setelah itu, party  Eto memiliki kesempatan untuk makan malam dengan Lana lagi. Dan kemudian, seperti yang dia katakan, dia melanjutkan perjalanannya membasmi monster sebagai anggota dari party Hero. Walaupun Eto dan party-nya tidak bisa mengantar kepergiannya, di makan malam itu, mereka telah berjanji untuk bertemu lagi suatu hari nanti.



Seorang Wanita yang Tidak Menyesal


“Mirei-sama, tempo hari aku bicara dengan Eto. Kelihatannya kesalahpahamannya tentang Ronaldo-sama telah tuntas,” Lana melaporkan.

“Sudah jelas. Sejak awal, tidak mungkin Ronaldo-sama mencuri imbalan Eto-san!”

“Mirei-sama, kurasa kau agak terlalu kencang bicaranya…” Lana menaruh sebelah telunjuknya di depan mulut dan berkata begitu.

Mereka berdua saat ini ada di sebuah kafe di kota. Ini adalah kafe yang bahkan orang-orang biasa dengan sedikit kelebihan pendapatan bisa datang. Kelihatannya, tanpa mempedulikan statusnya, Mirei menyukai toko santai semacam ini.

Uhuk! Maaf, aku agak terbawa suasana. Kenapa Eto-san mencoba menanggung semuanya sendiri sejak awal? Walaupun berkonsultasi tentang hal semacam itu denganku akan sia-sia, Lana adalah temannya sejak kecil, bukan? Ya ampun, apa yang sebenarnya dia pikirkan?”

“Mirei-sama, suaramu jadi terlalu keras lagi.”

“Benar. Sepertinya aku selalu jadi agak terbawa suasana saat membicarakan Eto-san.”

Mirei kemudian menarik napas dalam-dalam untuk mengatur emosinya dan memesan secangkir teh dan kue lagi. Anehnya, meskipun makan begitu banyak yang manis-manis, Mirei sama sekali tidak pernah menjadi gemuk. Dan saat lana menanyakan itu padanya sebelumnya, dia berkata, “Sihir adalah tentang kebugaran tubuh.”

“Orang yang tidak memberikan Eto-san imbalannya bukanlah aku, bagaimanapun juga. Kenapa aku harus ditanya-tanyai seakan-akan akulah dalangnya?”

“Yah, ini sudah berlalu.”

“Itu benar, tapi gara-gara itu, ada beberapa orang dengan rasa keadilan yang mulai menyuruhku untuk minta maaf atau mengubah sikap. Memangnya mereka pikir mereka itu siapa? Mereka hanya percaya informasi yang orang lain berikan tanpa curiga sedikit pun. Itu membuatku berpikir kalau mereka hanyalah orang-orang genit yang merasa senang dengan merendahkan orang lain.”

“Eeh. Aku juga dicurigai telah dicuci otak oleh Ronaldo-sama.”

“Jika mereka punya waktu sebanyak itu untuk berkata demikian, kenapa tidak kembali saja ke wilayah mereka dan pikirkan cara-cara untuk mengurangi kerusakan yang diakibatkan monster. Kata-kata dari orang yang tidak melakukan apapun dan hanya mencari-cari kesalahan orang lain itu menyebalkan.”

“Kau benar-benar kuat, Mirei-sama…”

“Bagiku, Eto-san adalah sainganku. Seorang lawan yang harus kukalahkan demi menjadi pemimpin divisi sihir. Jika tidak ada masalah tentang tidak mendapatkan imbalan apapun, pada saat Eto-san meninggalkan party, ini sudah menjadi kemenanganku! Sejak awal, kenapa Eto-san tidak bicara pada siapapun tentang situasinya?”

“Eto sepertinya telah didiskriminasi oleh para kesatria dan penyihir pengiring. Mengenai Ronaldo-sama dan Mirei-sama, Eto mungkin merasa bahwa perbedaan status kita terlalu tinggi, dan dia juga mungkin merasa aku tidak bisa diandalkan untuk diajak konsultasi. Aku yakin adalah hal yang sulit bagi Eto untuk mengatasi situasi semacam itu sendirian.”

“Kenapa para kesatria dan penyihir pengiring bahkan melakukan hal semacam itu? Apa mereka juga menerima kebohongan pihak perwakilan tanpa mempertanyakan apapun? Ini benar-benar tidak bisa dipahami.”

“Itu…”

“Apa Lana ada ide tentang itu? Coba katakan padaku.”

“Ini mungkin akan tidak sopan, tapi saat aku memikirkannya lagi, kurasa mereka…”

“Hm. Aku tidak keberatan, katakan saja.”

“Baiklah. Kurasa alasan kenapa pengiring kita termasuk para kesatria dan penyihir berubah sikap terhadap pada Eto tanpa ragu secara garis besar karena kata-kata dan sikap Mirei-sama.”

“Kata-kata dan sikapku? Hmph, lanjutkan.”

“Ya. Selain itu, tentu saja, terpengaruh oleh kebohongan pihak perwakilan, semua orang mulai memandang rendah Eto karena mereka melihat bagaimana Mirei-sama memperlakukan dia.”

“Hal semacam itu…”

“Ya.”

Mirei melempar permen gula ke dalam mulut dan berpikir keras. Dia tetap dalam postur itu, seakan-akan waktu berhenti. Dan kemudian, dia membuka mata dan mencengkeram bahu Lana.

“Lana, maaf kalau aku membuatmu, yang adalah teman sejak kecil Eto, bersedih. Tapi inilah aku. Aku akan melawan siapapun yang kuanggap sebagai sainganku. Aku tidak melakukan konspirasi dan akan selalu berjuang sendiri melawan saingan-sainganku. Dan aku selalu menang sejauh ini!”

“Ya, aku mengerti,” kata Lana sambil tersenyum.

“Kenapa kau tersenyum?”

“Aku sama sekali tidak bisa membenci sisi dirimu yang itu, Mirei-sama.”

“Wah, kebetulan sekali. Aku juga menyukai diriku sendiri.”

“Fufufu, aku tidak bilang aku menyukaimu, lho.”

“Entahlah…”

Mereka berdua menikmati kue sepenuh hati, seakan-akan melegakan perasaan mereka yang penat. Setelah itu, mereka pergi ke mansion Killingworth untuk menemui Ronaldo



Suatu Hari Nanti


Eto, yang dengan bangga memandang anggota party-nya, merasa penuh percaya diri. Dan bisa bertemu serta bicara dengan Eto juga membuat membuat Lana merasa sedikit lebih baik.

Tentu saja, sebagian dari dirinya merasa kesepian mengetahui jalan yang akan mereka tempuh jelas akan terpisah oleh karena ini. Ada juga rasa frustasi dan penyesalan bahwa dirinya tidak bisa mendukung Eto saat dia sedang menderita. Tapi lebih daripada itu, Lana merasa senang bahwa Eto akhirnya mendapat kawan yang bisa dia percaya dan memulai petualangannya.

Di sisi lain, melihat party-nya sendiri, bisa dibilang party-nya saat ini dalam kondisi menyedihkan. Walaupun Ronaldo akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya membasmi monster, dia jelas-jelas tidak dalam kondisinya yang biasa. Sepertinya dia masih tidak bisa berpikir jernih saat itu berurusan dengan Eto, seperti apa yang terjadi segera setelah keberangkatan mereka.

Pemicunya adalah seorang kesatria muda yang menyebut Eto adalah seorang penipu.

“Apa kalian dengar tentang pencapaian Eto saat Penyerbuan?”

Ronaldo bertanya tenang.

“Saya mendengarnya, tapi itu hanya bualan, bukan begitu? Tidak mungkin orang tidak berguna semacam itu bisa me—”

“Oi, kau, siapa namamu?”

“Y-ya. Saya Tar Corneliur dari Divisi Kedua.”

“Tar, ya. Kau bisa pulang.”

“Ya?”

“Kubilang kau bisa pulang.”

“Haha, tolong jangan bercanda seperti itu, Hero-sama.”

Ronaldo kemudian dalam diam menarik keluar Pedang Sucinya dan menekankannya ke leher si kesatria, menyebabkan sejumlah kecil darah mengalir dari leher si kesatria.

“Hii.”

“Aku tidak bercanda. Eto adalah Sage yang dipilih oleh Sang Dewi. Bukankah kau, seorang kesatria, sejak awal ada di sini untuk mengiring kami?”

“Y-ya. Tapi…”

“Tapi, apa? Alasan kau memandang rendah Eto mungkin karena kau terpengaruh oleh kebohongan pihak perwakilan, bukan? Ini sudah diakui secara resmi bahwa rumor buruk Eto yang disebarkan pihak perwakilan adalah sebuah kebohongan. Ini sudah diselesaikan. Atau mungkin karena pada saat itu, kekuatannya belum cukup? Tidakkah menurutmu dia telah membuktikan kekuatannya dengan menyelamatkan ibu kota? Kalau kau masih tidak bisa mengakui itu setelah semuanya itu, artinya kau juga menolak pujian dari Paduka Yang Mulia. Dan walau begitu, kau masih belum mengubah pandanganmu terhadap Eto?”

“Tapi, Hero-sama juga…”

“Apa?”

“Bukankah Hero-sama menantang dia dalam duel uji coba karena Hero-sama tidak mengakui orang itu?”

“…”

Atasan kesatria itu dalam diam memukul kepala si kesatria muda. Dan saat si kesatria muda masih mencoba mengatakan sesuatu, atasannya terus menghajar dia sampai si kesatria muda pingsan. Tidak ada yang mencoba menghentikan mereka.

“Saya benar-benar minta maaf, Hero-sama. Saya akan memastikan orang ini kembali ke ibu kota seperti yang Hero-sama perintahkan. Saya juga akan memastikan dia tidak akan memperlihatkan wajahnya lagi, jadi tolong maafkan dia.”

“Aku tidak ingin dia juga mendendam.”

“Ya, terima kasih banyak.”

Sejak saat itu, nama Eto menjadi sebuah kata terlarang di rombongan Hero.

Karena kejadian itu, Lana menyadari bahwa party-nya masih sangat tidak dewasa. Dan dia tahu bahwa kalau mereka tidak berkembang, perbedaan antara mereka dan Eto hanya akan semakin melebar. Mulai sekarang, mereka harus mempelajari banyak hal, itulah yang Lana pikirkan.

“Dan kemudian, suatu hari nanti…”

Lana berharap suatu hari nanti dia akan dapat dengan bangga bekerja bersama Eto dan party-nya.