Hantu Dunia Lampau
(Bagian 9)

(Penerjemah : Zerard)


Pada lantai pertama, Kwahom memutar keras otaknya untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Dia pasti sudah bertarung dengan bocah itu—aku mendengar tembakannya—tapi dia nggak ada melapor lagi setelah itu. Jangan bilang kalau dia mati. Apa dia terkena sergapan lagi? Mustahil—bahkan dia pun nggak bakal sebodoh itu.

Dia bimbang, tercabik antara menginvestigasi atau mundur dengan segera.

Apa semua ini jebakan? Seberapa jauh jebakannya di mulai? Bagaimana kalau membimbing kami ke bangunan ini adalah bagian dari rencana mereka? Atau kalau rumor relik itu memang sebenarnya nggak ada? Mungkin tempat ini adalah area berburu bocah itu, dan dia mengumpan orang yang dapat melihat wanita itu ke dalam bangunan ini dan membunuh mereka dan mengambil perlengkapan mereka. Kalau begitu, aku nggak boleh meremehkannya. Atau aku ini cuma kebanyakan mikir?

Cerita hantu di reruntuhan ini meningkatkan keresahan Kwahom, dan dia lebih mempertimbangkan untuk mundur. Secara tak sadar, tatapan mengarah pada jalan keluar bangunan dan wilayah lahan di baliknya.

Dia melihat tubuh Hahya jatuh. Mayat itu menghantam lantai dengan gedebuk lantang.

“Hahya?!” Kwahom secara reflek berlari mengarah rekannya namun berhenti tepat sebelum pintu.

Perlengkapannya di ambil, bocah itu masih hidup,  dan dia membuang mayat Hahya keluar—membuangnya ke sini, itu artinya dia tahu posisiku.

Kwahom mendengak, wajahnya merah murka. Dia hanya melihat plafonnya, namun dia membayangkan Akira berada di baliknya, bersiap menembak dirinya ketika dia berlari untuk memeriksa Hahya.

“Dia nggak tahu siapa yang dia lawan!” Jika Kwahom ada merasakan kegirangan atau kesenangan karena lawannya adalah seorang bocah, maka perasaan itu sekarang sudah menghilang. Sekarang dia hanya berfokus untuk membunuh Akira. Dia mengeluarkan data terminal miliknya dan memunculkan lokasi Hahya pada tampilannya. Sinyal itu sedang bergerak, menunjukkan bahwa Akira membawa gawai milik Hahya.

Sudah kuduga. Dia di atas. Dan kalau dia berpikir kalau dia satu-satunya yang dapat melacak posisi, dia salah besar.

Menyeringai, Kwahom berlari masuk ke dalam bangunan.