Hantu Dunia Lampau
(Bagian 7)

(Penerjemah : Zerard)


Akira meringis dan menekankan tangan ke lukanya. Pelariannya yang cekatan telah menyelamatkannya dari luka yang lebih parah dari tembakan Hahya ( TL Note: Nama sebelumnya Hahhya.) yang seharusnya sudah cukup untuk membunuh bocah tersebut. Untungnya, Akira sudah menelan beberapa dosis obat sebelum melakukan penyerangan kepada hunter veteran; obat itu terus menyembuhkannya seraya dia melarikan diri, membiarkan dirinya dapat melakukan sesuatu yang lebih dibandingkan hanya terhuyung belaka. Seraya dia berlari, mengikuti arahan Alpha dan menodai lorong dengan darahnya, rasa sakit yang menyengat meneriaki nya untuk berhenti. Dia bertekad untuk menghiraukannya dan terus berlanjut.

Berkat dari obat, rasa sakitnya dengan cepat memudar. Akan tetapi, luka itu sendiri masih jauh dari sembuh. Mengernyit, Akira mengambil segenggam bubuk dari kantungnya: obat nano mesin, yang dia ambil dari perjalanan terakhirnya di reruntuhan dan disimpan untuk kondisi darurat. Obat itu bisa saja ditelan, namun obat itu akan jauh lebih efektif jika ditaburkan secara langsung pada luka—dan jauh lebih sakit. Akira pernah menggunakannya di saat dia tertembak di wilayah kumuh, dan rasa pedihnya begitu hebatnya hingga sekarang membuat dia bimbang, bahkan dengan nyawanya yang sudah di ujung tanduk.

Meringis menanti, pada akhirnya dia pun menekankan bubuk itu ke lukanya. Sakit yang dia rasakan terasa jauh lebih buruk dari apa yang dia bayangkan, namun dia mengeratkan giginya dan menutupi luka dengan perban putih.

“Teknologi Dunia Lampau memang hebat.” Dia berkata dengan seringai menahan sakit. “Pantas saja relik laku di pasaran.”

Kala itu, suara Alpha memecahkan gumaman Akira. 《Maaf. Aku seharusnya memberitahumu untuk mundur di tembakan kedua, bukan ketiga.》

Akira menggeleng kepalanya. “Nggak. Itu salahku, aku harusnya mengenai dia.”

Walaupun Alpha tak terlihat olehnya, suara wanita itu telah membimbingnya, selama dan setelah penyerangan. Alpha telah memberitahunya untuk bersembunyi pada titik buta dari musuhnya, kapan untuk muncul dari koridor, berapa kali menembak, untuk memprioritaskan kecepatan dibanding akurasi, dan untuk segera mundur. Akira telah menuruti itu semampunya dan berhasil menembak punggung musuhnya yang tak terjaga—sebuah sergapan yang sempurna. Walau dengan lukanya, sudah tidak ada alasan lagi baginya untuk meragukan perintah Alpha.

Kesalahan mereka? Alpha telah meminta Akira untuk setidaknya mendaratkan satu tembakan pada Hahya sebelum mundur, untuk membantu Alpha dalam menilai keefektifan pistol Akira dalam melawan hunter itu. Oleh karena itu secara tidak sadar Akira berusaha untuk membidik—sebuah jeda yang sangat minim sekali. Andaikan dia menembakkan tiga tembakan tanpa berpikir dan langsung lari, dia akan terhindar dari luka. Luka parahnya ini telah mendemonstrasikan bahwa sedikit saja kegagalan dapat menyebabkan luka yang fatal, dan semangatnya menjadi runtuh sebagai hasilnya.

《Akira.》 Alpha memanggilnya, suaranya begitu lembut dan menenangkan. 《Sasaranmu sangat jauh di atasmu—tetapi kamu berhasil menyergapnya dan selamat. Jadi berbanggalah! Tengadahkan kepalamu! Apa yang kurang darimu adalah kemampuan, aku akan menutupi itu dengan latihan. Serahkan saja itu kepadaku—aku akan mencambukmu sampai kamu memohon ampun!》Dia berkata seolah keselamatan Akira sudah terjamin, dan Akira sekali lagi mulai percaya diri.

“Kurasa kamu benar.” Dia berkata. Dia memaksa wajahnya tersenyum untuk menyemangati dirinya. “Aku bergantung padamu.”

《Kamu tidak akan menyesalinya. Dan karena kamu sudah berhasil mendaratkan satu tembakan, persiapan kita sudah selesai. Aku sudah menganalisa secara penuh perlengkapan dan pola pergerakannya, jadi kita akan dapat membunuh dia pada serangan berikutnya.》

“Yang benar?! Kamu memang hebat, Alpha!”

《Sudah ku bilang aku ini canggih, kan? Tapi kamu harus benar-benar dekat dengan dia, bersiaplah untuk itu.》

“Oke, jangan khawatir—aku siap.”

Mengeratkan giginya, Akira bertekad untuk bangkit melawan. Dia sudah tidak merasakan sakit pada luka tembaknya.