Hantu Dunia Lampau
(Bagian 6)

(Penerjemah : Zerard)


Hahhya, yang tengah mencari seraya terus bersiaga di dalam bangunan, merubah ekspresinya. Dia menemukan seorang wanita bergaun pada ujung lorong. Adalah Alpha.

Kemudian, melihat wanita itu menghilang di balik lorong, secara reflek dia hendak mengejar wanita itu. Namun, karena dia sudah berkali-kali diperingatkan oleh Kahimo, dia berhasil menahan tindakannya dan mengontak Kahimo melalui gawai komunikasi.

  • Kahimo, aku menemukan wanita itu.

  • Apa bocah itu bersamanya?

  • Nggak, dia sendirian. Dia berada di ujung lorong. Aku akan mengejarnya.

  • Bocah itu mungkin ada di dekat sana. Hati-hati.

  • Aku tahu.

Hahhya mengikuti Alpha. Akan tetapi, cukup sulit untuk mengejar Alpha yang gesit dikarenakan Hahhya mengejar wanita itu secara hati-hati seraya waspada akan keberadaan Akira. Walaupun begitu, dia menjaga jaraknya dengan Alpha yang terus bergerak, agar tetap berada di dalam jarak pandangnya.

Dia memperhatikan sekelilingnya dengan seksama, memeriksa keamanannya, mengikuti Alpha, dan setelah bergerak selama beberapa saat, dia memeriksa sekelilingnya lagi. Selama melakukan itu, ekspresi Hahhya secara perlahan menjadi melembut. Dan kesiagaannya semakin menurun mengikuti kelembutan ekspresinya.

Setiap kali dia melihat punggung Alpha, waktu yang dihabiskannya untuk memperhatikan sosok tubuh Alpha semakin meningkat, dan waktu yang dihabiskannya untuk memeriksa keadaan sekitar semakin berkurang.

Gaun putih yang indah. Kulit lembut yang tampak dari gaun tak berpunggung. Rambut berkilau memikat. Buah dada menggoda dan wajah ayu yang dapat dilihatnya dari samping ketika wanita itu berbelok di lorong. Keselarasan kecantikan unik Alpha dan pakaian indah dan memukau, dengan kuat mengerosi pikiran Hahhya secara singkat.

Dia ingin melihat wajah dan kulit wanita itu lebih dekat lagi. Tidak dapat mengendalikan pikirannya, Hahhya secara tidak sengaja mengesampingkan kesiagaannya dan mempercepat langkahnya. Mata Hahhya sudah terbiasa untuk hanya mengejar punggung dan bokong Alpha yang mengundang. Di kala wajahnya menjadi vulgar penuh birahi, dia telah benar-benar melupakan untuk berwaspada pada sekelilingnya.

Hahhya akhirnya mencapai Alpha. Kemudian, Alpha, yang menghentikan langkahnya di lorong, tersenyum mengundang, mulutnya bergerak naik dan turun seolah sedang berucap kepada Hahhya.

Hahhya mencoba untuk menebak ucapan itu dan memasang telinganya. Namun dia tidak dapat mendengarkan apapun. Dia merubah ekspresinya menjadi sedikit curiga dan memperhatikan Alpha, namun Alpha terus tersenyum dan menggerakkan mulutnya.

Tiba-tiba, Alpha menoleh ke samping seolah ingin mengatakan bahwa dia telah menyadari sesuatu. Terpancing oleh itu, Hahhya juga menoleh ke arah sana. Namun, dia hanya dapat melihat jendela tak berkaca, sebuah jendela yang benar-benar biasa. Setelah itu Hahhya semakin merubah ekspresinya menjadi lebih curiga, sebuah suara senjata tertembak tiba-tiba bergema.

Adalah Akira yang menembak. Dia muncul dari bayang-bayang, dari lorong di belakang Hahhya. Ada serangan kejutan.

Tembakan pertama lewat di samping Hahhya. Hahhya tidak dapat bereaksi karena tatapannya terpancing oleh Alpha.

Tembakan kedua mengenai kaki Hahhya. Hahhya, yang mencoba membalas, akan membunuh Akira secara instan dengan peluru bertenaga tinggi yang di peruntukkan untuk monster, namun menjadi bimbang untuk menembak di karenakan dia akan tidak bisa mendapatkan informasi jika Akira mati.

Tembakkan ketiga akhirnya mengenai Hahhya. Namun, dia terlindungi oleh pakaian pelindung dan tidak menderita luka. Akhirnya, Hahhya mulai membalas. Tanpa belas kasih dia menembak Akira dengan senjata yang berisi peluru bertenga rendah untuk monster lemah dan manusia. Suara tembakkan bergema dan terus bergema, dengan peluru tak terhitung mendarat di lantai, dinding, dan plafon.

Akira, yang mundur dari sana dengan segera setelah menembakkan tembakkan ketiga, dengan nyaris menghindari serbuan peluru itu. Namun terdapat noda darah di lantai.

Hahhya menyadari noda darah itu dan tertawa, dan dengan segera mencoba berlari mengejarnya. Akan tetapi, suara dari Kahimo bergema pada gawai komunikasi, dan secara reflek Hahhya berhenti berjalan.

  • Hahhya. Apa yang terjadi?

  • Nggak ada. Aku hanya menembak karena aku menemukan bocah itu. Tapi dia berhasil lari.

  • Tembakkan yang aku dengar sebelumnya, itu bukan kamu kan?

  • Bukan, itu... Aku baik-baik saja, oke? Jangan khawatir.

  • Kasih aku penjelasan!

Ketika Hahhya secara enggan menjelaskan situasi, suara Kahimo berubah menjadi tidak senang.

  • Kamu terkena serangan kejutan karena kamu mengejar pantat wanita, kamu bilang? Kamu ngolok aku?

  • Ng-nggak, dia benar-benar wanita cantik!

  • Hmm, jadi yang kamu maksud itu kecantikkan wanita itu nggak lazim? Jadi memang cerita hantu ya.

Walaupun dia mendengarkan ketidaksabaran dan alasan Hahhya, Kahimo masih tetap merasa kesal, namun, dia merubah pikirannya, berpikir bahwa tidak ada gunanya untuk menghabiskan waktu melanjutkan perbincangan bodoh ini.

  • Jadim apa wanitanya masih di sana?

  • Yeah, dia berdiri biasa saja. Dan juga, sepertinya dia berbicara tentang sesuatu, tapi aku nggak bisa dengar suaranya sama sekali.

  • Satu-satunya data yang bisa didapatkan dengan fungsi matamu itu cuma gambar, matamu nggak bisa menerima data suara. Pastikan apa kamu bisa menyentuhnya, untuk jaga-jaga, mungkin wanita itu benar-benar nyata, tapi dia nggak tampak untukku. Automaton dengan fungsi kamuflase optikal dapat terus bergerak secara otomatis dan biasanya dalam keadaan tak kasat mata, tapi mungkin juga kamu melihat wanita itu melalui jaringan.

Hahhya menjulurkan lengannya menuju payudara Alpha. Akan tetapi, dia tidak dapat merasakan apapun dari payudara mekar itu, tangannya hanya menembus permukaan payudara dan tenggelam di dalam gambaran Alpha. Dia memberitahukan hasil uji coba itu dengan wajah kecewa.

  • Aku nggak bisa menyentuhnya. Pada akhirnya, dia Cuma sebuah gambaran.  Payudara cantiknya ada di dalam jangkauan, tapi aku benar-benar nggak bisa menyentuhnya… bisa di bilang ini siksaan. Tunggu… dia wanita cantik. Gambaran ini sendiri sangat menguntungkan…. Aku bisa melihatnya, jadi  yang perlu ku lakukan adalah mencari  jalan pintas pada output gambaran ini…

  • Nanti saja itu! Coba kamu lupakan saja itu dan lakukan apa yang akan kita lakukan di sini!

Hahhya menahan lidahnya mendengar kemarahan Kahimo.

  • Selanjutnya. Berikan instruksi pada wanita itu untuk mengangkat tangan kanannya.

Hahhya memberikan instruksi kepada Alpha seperti yang diberi tahu Kahimo. Alpha kemudian berhenti menggerakkan mulutnya dan mengangkat tangan kanan.

  • Oh? Dia mengangkat tangan kanannya seperti yang ku suruh.

  • Selanjutnya. “Tunjukkan orang terdekat denganmu, terkecuali kamu dan bocah yang ada di dekatmu.” Suruh dia begitu.

  • Kenapa?

  • Lakukan saja!

  • O-oke.

Hahhya memberikan instruksi yang sama lagi, dan kali ini Alpha menunjuk pada lantai bawah secara diagonal.

  • Hahhya. Apa yang terjadi? Apa dia menunjuk ke arahku?

  • Tunggu sebentar… posisimu pada peta otomatis ada di sini dan posisiku di sini, jadi… wow! Dia bisa membedakan kita! Hebat!

Hahhya sedikit terkejut dan terkesan. Akan tetapi, Kahimo membalasnya dengan suara marah.

  • Anjing!

  • Ke-kenapa?

  • Ini jebakan! Bocah itu menyadari kita! Mungkin dia menyuruh wanita itu untuk menunjuk pada seseorang di sekitarnya selain dirinya sendiri dan menyadari keberadaan kita! Wanita itu juga sebuah umpan! Dia membiarkan wanita itu berkeliaran di sekitar bangunan dan memberitahunya untuk bergerak di tempat tertentu jika wanita itu menemukanmu! Wanita itu mengundangmu ke tempat di mana bocah itu akan dapat menyerangmu dengan mudah!

Hahhya juga menunjukkan kemarahannya dan berteriak.

  • B-bocah itu! Berani sekali dia meremehkanku! Aku bunuh kamu!

  • Wanita itu mungkin yang bertanggung jawab untuk menunjukkan sekeliling reruntuhan atau semacamnya. Kalau dia mendengarkan arahanmu, dia mungkin akan mendengar arahan semua orang. Pastikan suruh wanita itu membimbingmu ke lokasi si bocah dan bunuh dia. kamu butuh bantuan?

  • Nggak usah! Aku bisa membunuh bocah seperti dia sendirian! Senjatanya Cuma pistol atau semacamnya, dan dia juga bocah amatiran!

  • Hati-hati. Kalau bocah itu punya senjata dan kemampuan yang bagus, kamu akan mati di serangan kejutan sebelumnya, tahu?

  • Aku tahu. Diam saja di sana dan pastikan bocahnya tidak lari.

Hahhya menyuruh Alpha dengan suara keras.

  • Bawa aku ke tempat si bocah itu!

Hahhya mulai berjalan kembali dan mengikuti Alpha. Bahkan ketika dia melihat punggung memukau wanita itu, kemarahan telah menyirnakan nafsu birahinya, dan kali ini tatapannya sama sekali tidak teralihkan.