Hantu Dunia Lampau
(Bagian 4)
(Penerjemah : Zerard)
Kahimo merasa sedikit tidak nyaman melihat Akira memasuki bangunan. Tatapannya tampak berbeda dari yang sebelumnya, namun setelah dia mengetahui bahwa terdapat seseorang yang tidak dapat dia lihat, kecurigaannya tentu saja semakin mendalam.
-
Bocah itu bergerak. Hahhya, bagaimana dengan wanita itu? Apa kelihatannya wanita itu membimbing bocah itu untuk masuk ke dalam?
-
Yeah, wanita itu menunjuk pada bangunan dan membawa bocah itu ke dalam bersamanya. Reliknya mungkin berada di dalam sana. Apa yang harus kita lakukan? Apa kita masuk juga?
-
Nggak, coba kita tunggu sebentar.
-
Kamu yakin? Apa kita nanti nggak bakal kehilangan bocah itu?
-
Kita tahu wajah bocah itu. Kalau kita kehilangan dia di sini, kita akan mencarinya di wipayah kumuh. Tenang saja. Yang lebih penting, kalau bocah itu hidup dan keluar dari bangunan, artinya bangunan itu aman.
-
Whoa, kamu terlalu hati-hati betul.
Hahhya cukup optimis dengan situasi, sebagian karena Alpha terlihat olehnya. Dan tanpa ingin kehilangan kesempatan ini, dia secara kurang lebih memaksa Kahimo. Akan tetapi, jawaban yang terdengar negatif menyambutnya, Hahhya tampak sangat tidak senang.
Kahimo memberikan sedikit ancaman kepada Hahhya.
-
Kalau kamu nggak suka, pergi saja sendiri. Soalnya kamu yang bisa lihat hantunya, kalau itu cerita hantunya, kamu bakal mati.
-
Jangan bilang begitu. Aku paham.
Hahhya tertawa ringan dan mengesampingkan itu.
Kahimo dan Hahhya melanjutkan mengamati bangunan di tempat mereka berada sekarang selama beberapa saat. Namun, jika ini adalah pencarian sederhana, Akira tidak akan keluar dari bangunan bahkan setelah masa berburu telah usai. Kahimo juga mulai berwajah curiga.
-
Dia nggak keluar. Apa bocah itu mati? Atau dia mencari reliknya secara terperinci?
Kesabaran Hahhya, sedikit demi sedikit mulai mencapai batasnya.
-
Hei, Kahimo. Ayo periksa bangunan itu, kalau bocah itu mati, dia nggak akan keluar selama apapun kita menunggu di sini. Bukannya kita sudah cukup banyak menghabiskan waktu di sini?
-
...Apa kita akan melakukannya? Monster di sekitar area itu cukup berbahaya. Jangan lengah dan bersantai-santai hanya karena kamu akan mendapatkan relik berharga tinggi.
-
Aku bilang aku paham.
Hahhya maju seraya sedikit gembira. Kahimo, yang mengamati kegembiraan pria itu dari belakang, sedikit mengernyit. Walaupun dia telah memberikan peringatan kepadanya, sebuah kecemasan memuncak di dalam dirinya.
Setelah Kahimo memasuki bangunan terbengkalai ini, dia berhenti di pintu masuk.
-
Hahhya, aku akan berjaga di sini untuk jaga-jaga siapa tahu kamu tidak bertemu dengan bocah itu, kalau kamu menemukan bocah atau wanita itu, atau bertemu dengan monster, atau semacamnya, kontak aku. Bagaimanapun situasinya, kalau sudah lebih satu jam, kamu balik lagi ke sini.
-
Oke. Kalau aku menemukan bocahnha, apa yang harus ku lakukan? Apa aku perlu membawanya kemari?
-
Terserah kamu. Kamu bisa saja bunuh dia, atau bermain-main dengannya dan memaksa dia membeberkan informasi. Tergantung situasi. Sekedar mengingatkan: jangan lengah, oke? Kalau kamu nggak mau jadi korban dari cerita hantu itu, jangan sampai kamu nggak kontak aku. Jelas?
-
Aku tahu, aku tahu.
Hahhya membalas dengan senyuman kepada Kahimo, yang memperingatkannya berkali-kali. Dan memasuki bangunan dengan tampak gembira.
Kahimo berpikir seraya memperhatikan pria itu pergi.
(Maaf. Ketakutanku di kepung dan terperangkap dengan bocah itu nggak menghilang sama sekali, dan aku khawatir kamu akan mengkhianatiku kalau kamu menemukan banyak relik. Lagipula, ini cerita hantu karena beberapa orang mati dalam ceritanya. Itu berarti ini berbahaya kan? Semoga beruntung. Lebih baik aku menunggu dan lihat apa yang terjadi. Yah, aku berharap kalau ini sekedar ketakutan yang berlebihan.)
Kahimo menunjukkan senyum tipis seraya melihat Hahhya.
0 Comments
Posting Komentar