Akan skenario awal perburuan goblin

Penerjemah: Zerard | Proofreader: Yon


Kelopak matanya terbuka mendengar cuitan kenari. Tubuhnya tampak terasa berat, plapon tampak begitu jauh.

“Hrm…” Dia mengerang pelan dan duduk. Kasur berdecit di bawah bebannya.

Rasa dingin di ruangannya menandakan bahwa ini masih belum terlalu siang. Dia mungkin baru saja ketiduran, namun hanya sedikit. Namun kenyataan bahwa dia ketiduran, adalah sebuah masalah.

Teman lamanya memperhatikan dia dengan senyuman dari sebuah jendela. “Met pagi! Kamu benar-benar kecapekan ya?”

“Hrm,” dia mendengus kembali, mengangguk, dan kemudian berdiri dan menarik cepat beberapa pakaian.

Aku pasti benar-benar kelelahan.

Dia menyadari bahwa temannya—butuh beberapa detik baginya untuk menganggap mereka seperti itu—telah mengundangnya untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa dia lakukan. Dan pergi pada sebuah petualangan yang bukan perburuan goblin benar-benar telah membebaninya.

Sebuah petualangan…

Dia merasakan bibirnya sedikit melengkung memikirkan kata itu.

“Ooh, kamu kedengarannya senang akan sesuatu.”

“Apa iya?”

“Menurutku.”

“Begitu.”

Gadis itu juga tampak senang, karena dia tersenyum dengan lebarnya. Goblin Slayer memperhatikan teman lamanya untuk beberapa saat, mencari kata di tengah udara kosong, kemudian akhirnya berkata : “Kamu nggak kedinginan?”

“Hah, aku cukup hangat kok, makasih!” Kemudian dia membentangkan lengannya bangga.

Ah, begitu.

“Baju wol baru?”

“Yep. Aku merajutnya sendiri.”

Dia melonggarkan sabuk kerjanya dan melepaskan kail atas dari pengait seragamnya untuk memamerkan bajunya. Wol itu putih dan baru.

Dia berpikir untuk beberapa saat, mencari kata kembali, dan akhirnya memberikan satu-satunya yang dapat dia pikirkan: “Keliatannya bagus di kamu—setidaknya, menurutku.”

“Hee-hee-hee…!”

Tampaknya, itu bukanlah hal yang salah untuk diucapkan. Gadis yang telah dia kenal begitu lama, tersipu bahagia dan tersenyum kembali. “Aku merajutnya buat kamu juga—nanti di coba ya?”

“Baiklah, nanti kucoba.” Dia mengangguk, kemudian melihat di seberang ruangan pada sebuah baju hitam terlipat dan di letakkan di atas petinya. Entah mengapa dia merasa enggan untuk menyentuhnya—dan tampaknya itu juga bukan merupakan hal yang salah.

“Apa bisa nanti setelah questku?” dia bertanya. Dan kemudian, mungkin berpikir bahwa kalimat itu masih belum cukup, dia menambahkan, “Aku nggak mau bajunya jadi kotor.”

“Iya, nggak apa-apa. Tapi kamu bakal coba pas kamu pulang, kan?”

“Ya.”

Dia mengangguk, dan sang gadis berkata. “Aku tunggu ya!”

Dia mengamati ini juga, terdengar senang.

*****

Armor kulit kotor, sebuah helm yang terlihat murahan, sebuah pedang dengan panjang yang aneh, dan sebuah perisai bundar kecil.

Dia melewati pintu Guild Petualang, selalu berpakaian seperti ini, untuk mencari orang yang selalu dia temui. Terdapat Rookie—tidak, tidak lagi—Warrior, dan Cleric, bercakap dengan Harefolk Hunter.

“Kita perlu mendapatkan pengalaman untuk melawan musuh terbang!” Mantan pemula (rookie) berkata. “Aku setidaknya ingin bisa menaklukkan seekor wyvern!”

“Yeah, tapi Roc atau apalah namanya itu mustahil. Kita bisa terbunuh olehnya. Cari yang lain saja!”

“Hei, aku dari tadi mikir, apa petualang benar-benar harus terus-terusan membunuh monster saja?”

Kapan terakhir kali mereka bertanya kepadanya mengenai cara yang benar untuk menggunakan pentungan? Adalah sebuah kenangan tidak sengaja bagi Goblin Slayer, namun jika itu telah membantu mereka, maka bagus.

Aku jadi ingat, aku sudah menggunakan lumayan banyak potion di ekspedisi terakhir.

Dia harus memastikan untuk membelinya lagi.

Petualang yang di kenal Goblin Slayer memanggilnya seraya dia berjalan menuju workshop. Di antara anggota Guild yang cukup terkenal, dirinya sendiri di kenal sebagai “orang aneh yang selalu goblin-goblin-goblin.” Dia tidaklah begitu yakin bagaimana cara untuk menerima itu. Namun itu tidak dapat di pungkiri lagi, dan tampaknya itu tidak berpengaruh buruk baginya, jadi dia membiarkannya.

“Hoh, lihat siapa yang kembali.” Boss dari workshop, seorang pria pendek dan kekar yang dapat di sangka sebagai seorang dwarf, melototi helm baja itu dengan tatapan curiga biasanya. “Aku masih belum selesai mengerjakan armor yang kamu kasih waktu itu. Kenapa, apa kamu bertemu dengan seekor goblin yang dapat menggunakan Disintegrate?”

“Nggak.”

“Sudah ku duga. Nggak ada goblin yang bisa seperti itu, dan nggak akan pernah ada.” Sang pria tertawa, tawanya terdengar seperti suara batu yang bertabrakan. Hal itu mengingatkan Goblin Slayer bahwa dia sudah mengenal pria itu dengan cukup lama sekarang.

Boss itu mulai menerima permintaannya—pertama potion, kemudian segalanya yang sudah dia gunakan, boss itu cukup hafal dengan semua proses ini. Dia mencatat semua pesanannya di buku catatan, memberitahukan harganya satu persatu kepada Goblin Slayer, dan kemudian menatapnya dengan satu matanya. “Kamu ini, bocah… Kamu bisa saja membeli satu pedang bagus sesekali. Sesuatu yang sedikit bersejarah.”

“Aku merasa pisau lempar ala selatan itu sangat berguna.”

“Yang benar?” Pria itu ber-hmph, kemudian berkata pelan, “Kurasa itu nggak penting. Itu cuma sebuah pedang tak bernama yang berhasil menempuh Dungeon of the Dead.”

“Begitu?”

“Mm.”

Hal itu tidaklah terlalu menarik perhatian Goblin Slayer. Dia menyukai kisah pahlawan kuno, namun mereka sama sekali tidak ada sangkut pautnya bagi dirinya. Dia tengah mengambil beberapa koin emas dan silver dari dompetnya, ketika terjadi sebuah keributan dari workshop. Dia menggerakkan matanya sedikit dari balik helmnya dan mendapati bocah magang dan pelayan padfoot sedang meributkan sesuatu.

“Uh, kayaknya ini terlalu besar?”

“Menurutmu? Aku membuatnya sesuai ukuranku.”

“Yah, kamu—maksudku, aku menghargainya sih…”

“Dan minuman yang waktu itu enak, kan?”

Tampaknya sang pelayan itu tengah dalam proses untuk membuat bocah magang mencoba baju yang dia rajut. Rajutan itu sedikit longgar di beberapa tempat, dan ukurannya tidaklah begitu benar, namun bocah itu tetap merasa senang dengan baju itu. Hanya sekarang Goblin Slayer menyadari betapa dekatnya mereka berdua.

Dia memikirkannya: dia telah mengenal berbagai macam orang, dan tetapi masih banyak hal yang dia tidak ketahui tentang mereka, dan itu hanyalah hal yang sudah sewajarnya. Untuk mengetahui segalanya tentang seseorang bukanlah hal yang mudah.

“Bocah bodoh, malas-malasan…” sang boss menopang sikunya di atas meja memperhatikan kedua pemuda pemudi seolah dia tengah bermain. Setelah beberapa saat dia berkata, “Bagaimana denganmu? Mungkin kamu perlu mencoba terlihat rapi sesekali.”

“Begitu?”

“Ada gadis elf ini yang membeli sebuah rapier belum lama ini. Seorang pemula, tampaknya seperti gadis yang baik. Walaupun riasan wajahnya sedikit bau.”

“Hmm,” Goblin Slayer membalas.

Ini bukanlah musimnya untuk pemula, namun petualang baru dapat muncul kapan saja di setiap tahunnya. Goblin Slayer tidak terlalu memikirkannya seraya dia membayar dengan uangnya dan kembali ke dalam bangunan Guild.

Terdapat banyak petualang di sini. Mungkin karena musim dingin sebentar lagi akan datang. Semua orang berada di sini, dan semuanya tampak berbicara bersamaan sekaligus.

Terdapat Bocah Scout dan Gadis Druid memperhatikan Heavy Warrior dan Female Knight dengan lelah.

“Ooh, apa ini…anggur?! Sebentar dulu, kamu kira aku ini siapa?!”

“Kamu nggak mau itu, aku terserah saja.”

“Hei, Aku nggak bilang kalau aku nggak mau. Kasih sini, sekarang itu punyaku.”

Di samping mereka, Half Elf Light Warrior memberikan salam kepada Goblin Slayer, yang di mana di balas olehnya dengan anggukan.

Dia baru saja melewati mereka ketika dia merasakan seseorang menepuk pundaknya.

“Yeesh, kepalanya ini setebal armornya. Aku sudah bilang kepadanya untuk mendapatkan gadis itu sesuatu yang lebih berkesan.”

“Ya, kamu sudah bilang.” Goblin Slayer mengangguk kepada Spearman yang menyeringai.

“Tapi, kamu, pastikan kamu bisa tunjukkan kalau kamu bisa bertingkah seperti pria sejati. Orang-orang banyak memberikan perhatian pada hal semacam itu, terutama kepada prianya, loh.”

“Begitu?”

“Pastinya begitu.”

Jika memang begitu, apa Spearman membelikan sesuatu untuk Witch? Goblin Slayer memikirkan pertanyaan itu ketika wanita itu muncul, berjalan menuju mereka dengan gerakan tubuhnya yang aduhai. Pipinya merah seperti mawar, sesuatu yang bahkan dapat di sadari oleh Goblin Slayer.

“Oh, wah…” Witch mengedipkan bulu mata panjangnya. “Apa aku…mengganggu…percakapan, kalian?”

“Kagak, cuma ngobrol biasa,” Spearman membalas, menjauh dari Goblin Slayer dengan gerakan seperti hewan karnivora. “Sampai nanti ya, Goblin Slayer. Kami punya kencan petualangan!”

“Begitu.” Goblin Slayer mengangguk perlahan, kemudian mendengus, berpikir untuk mengatakan sesuatu. Dia akhirnya hanya mengucapkan “Hati-hati.”

“Sudah tahu!” Spearman menyeringai seolah memaparkan taringnya, kemudian memberikan lambaian besar dan pergi dengan riang.

Witch memutar pundaknya dan berkata, “Sampai…jumpa,” dengan hanya meninggalkan senyum tipis kepadanya.

Apa yang telah Spearman berikan kepadanya? Sangatlah tidak sopan untuk menanyakannya. Lagipula, bahkan Goblin Slayer sekalipun pasti mengetahui apa yang dia berikan.

*****

“Orcbolg, kamu telat!” High Elf Archer memanggil, melihat pria itu dengan tidak sabar seraya Lizard Priest muncul untuk memberikan sang elf semacam teguran.

Mereka berada pada satu ruang tunggu di ujung yang tidak asing. Apa yang dulunya merupakan sebuah tempat baginya sekarang telah menjadi tempat mereka.

Mereka berlima tidaklah selalu bersama. Namun selalu menyenangkan untuk melihat mereka berempat.

“Ah,” Goblin Slayer berkata, mendekati dengan langkah sigap biasanya. “Aku nggak bermaksud untuk terlambat. Maaf”

“Aw, nggak usah di pikirin, Bearcutter. Telinga Panjang ini cuma kebetulan sedikit lebih awal hari ini.”

“Ngeluh, ngeluh. Kita ini punya kesibukan masing-masing, aku merasa sudah lama banget semenjak kita bersama seperti ini.”

“Nggak yakin aku mendengar elf menggunakan kata lama dengan begitu mudahnya!”

Perdebatan di antara Dwarf Shaman dan High Elf Archer juga sangatlah tidak asing—dan sudah cukup lama sejak terakhir dia mendengarnya. Goblin Slayer mendengarkan mereka dengan satu telinga seraya dia melihat kepada anggota lainnya. Lizard Priest tampak santai walaupun dia tidak duduk di bangku. Priestess duduk, tangannya terlipat rapi di pangkuannya.

“Ada masalah?” Goblin Slayer bertanya.

“Tidak, tidak ada sama sekali. Kami hanya sekedar pembawa pesan.” Lizard Priest menggelengkan leher panjangnya, kemudian membuat gerakan aneh dengan kedua telapak tangannya. “Walaupun tampaknya cleric kita dan rekannya tidak akan mendapatkan banyak laba untuk mereka sendiri. Saya mendengar ceritanya.”

“La-laba? Aku sama sekali nggak memikirkannya…” Suara Priestess naik satu oktaf. “Aku sama sekali merasa kalau itu bukan masalah besar…”

Tapi juga, dia berbisik di balik suaranya, mungkin memang iya.

Goblin Slayer tampak mengingat kalau High Elf Archer telah menyeret Priestess untuk ikut ke semacam benteng bersama yang lain. Dia menyadari kalung peringkat Sapphire yang sebelumnya tampak baru, kini sudah terdapat beberapa goresan dan noda—kalung itu tampak seperti rusak. Dia tidak yakin apakah Priestess menyadarinya atau tidak—namun tidak di ragukan bahwa itu adalah bukti pengalaman yang terakumulasi.

“Kalau kamu bagaimana, pak Goblin Slayer?”

“Itu bukan perburuan goblin.” Hal itu sudah sangat pasti. Dia memberikan ringkasan cepat dari informasi yang dia miliki. “Ada monster aneh di sana yang bernama…sesuatu atau semacamnya. Kita pernah berhadapan dengan monster itu sebelumnya, dan aku mengetahui kalau mereka sangat merepotkan.”

“Uh…huh.” Priestess menatap kosong kepadanya. Itu artinya monster itu bisa saja seekor ogre, atau demon, contohnya.

“Hmph!” High Elf Archer berkata setelah akhirnya puas berdebat dengan Dwarf Shaman. “Berikan kami rinciannya, Orcbolg! Mulai dari awal dan jangan berhenti sampai selesai!”

“Aku bukan pencerita yang bagus.”

“Dan satu lagi. Aku nggak yakin aku suka kamu tiba-tiba memutuskan untuk pergi berpetualang!”

“Aku yakin itu nggak mendadak.”

“Oh, itu benar-benar mendadak. Dan biar ku tebak—hari ini kita kembali ke ‘Goblin, goblin,’ kan?”

“Benar.”

“Tuh kan. Haaah!” Dia mengayunkan kakinya, sebuah perilaku yang sangat tidak pantas bagi seorang high elf, namun tetap gerakan itu masih terlihat sangat elegan. Namun  nadanya tidaklah sekeras ucapannya, dan wajahnya juga terlihat riang, seolah ingin mengatakan, Begitulah kehidupan!

“Baiklah, cepat dan selesaikan mereka,” dia berkata. “Kamu tahu kemana untuk mencari kami.”

“Mm.” Goblin Slayer menganggukkan helm bajanya, kemudian melihat menuju meja resepsionis. Keramaian quest pagi sudah selesai dan kebanyakan dari quest telah di ambil, itu akan membuat semua menjadi mudah. Dia berjalan, seperti biasa, tanpa kebimbangan di setiap langkahnya.

 Di sisi lain dari meja resepsionis, Gadis Guild tengah bergegas dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain seperti anak anjing yang kegirangaan. Tiba-tiba, Gadis Guild menyadari pria itu berdiri di sana, dan berputar mengarahnya, menyebabkan kepangnya berayun seperti ekor. “Oh, Goblin Slayer!” Dia berkata. dia meraih secarik kertas—tampaknya kertas itu sudah dia siapkan secara khusus di sana—dan duduk di atas kursinya. Goblin Slayer melihat kertas-kertas itu dan menemukan, ya, itu semua adalah quest goblin.

“Kamu kelihatan agak sibuk. Ada masalah?”

“Sibuk seperti biasa, dan kami ini selalu sibuk.” Gadis Guild tersenyum, mungkin sedikit sendu dari apa yang dia inginkan. Orang-orang cenderung menaruh perhatian pada hal yang dapat di lihat. “Dunia dalam bahaya, ada banyak goblin berkeliaran, dan kota air sedang gaduh.”

“Begitu.”

“Ini mengerikan.” Dia mengeluarkan desahan kecil, walaupun senyumnya tidak pernah pudar.

Quest goblin, yah, mereka akan selalu ada. Orang terkadang berkata seraya bercanda bahwa setiap kali party petualang terbentuk, sebuah sarang goblin akan terlahir—dan terkadang ucapan itu terasa benar. kebanyakan quest seperti itu sangat mudah untuk di tangani. Dan beberapa tidak. Dan terdapat banyak petualang lainnya.

“Dan karena itu kami berpikir untuk melakukan sesuatu yang sedikit berbeda untuk musim dingin tahun ini…”

“Begitu?”

“Ya, dan, ahem…” Gadis Guild melirik, kemudian memainkan kepangnya untuk beberapa saat sebelum dia berkata, “…Aku mungkin, akan meminta bantuanmu…”

“Aku nggak akan keberatan.” Goblin Slayer berkata acuh. Dia tidak perlu memikirkannya. Spearman sudah berbicara kepadanya mengenai membalas budi seseorang yang sudah banyak membantumu.

Dan itu memang sudah seharusnya, dia berpikir. Ini mungkin tidak melibatkan goblin, namun berburu goblin adalah satu-satunya pekerjaan dirinya. Perburuan goblin bukanlah satu-satunya yang membuat dunia berputar. Itu hanyalah sekedar pengetahuan awam sederhana.

“Aku akan membantumu,” dia berkata, dan kemudian dia menambahkan dengan keraguan—tidak biasa baginya---“kalau kamu nggak masalah denganku.”

Wajah Gadis Guild cerah, dan senyum bersemi di bibir bagaikan bunga. Namun, tetap setia pada tugasnya, dia memberikan batuk manis kecil dan berkata, “Jadi, ada yang bisa saya bantu?” Nada pertanyaan formal yang di sengaja terdengar sedikit nakal sekarang.

Goblin Slayer hanya menjawab, “Goblin.”