Terima Kasih Atas Kerja Kerasmu 

(Penerjemah : E-chan)


Setelah kekalahan Mata Merah, Sorano dan kedua party tingkat A menyerahkan investigasi berkaitan dungeon pada Puke dan menuju ke Eto.

Kehilangan pemimpin mereka, Mata Merah, gerombolan Goblin pastinya berpencar, termasuk gerombolan yang muncul mendatangi mereka.

"Kumohon, entah bagaimana tetaplah selamat, Eto, Kohaku, Amou."

Dengan doa tersebut dalam hatinya, Sorano menderapkan kudanya.

"Apa-apaan ini?"

Begitu mereka tiba, Zenith bergumam. Tapi tidak ada seorang pun yang bisa menjawab pertanyaannya ketika mereka melihat pemandangan di hadapan mereka. Di tanah rata di mana pepohonan tumbuh berjauhan, mereka bisa melihat banyak bangkai Goblin bertebaran di sana-sini. Apakah Eto dan kedua orang lainnya yang melakukan ini? Apakah bala bantuan datang? Atau mungkin seekor monster kuat muncul di sini? Banyak kemungkinan muncul di pikiran semua orang, tapi tidak ada satu pun yang menuju ke satu jawaban.

“Eto! Di mana kau! Kohaku! Amou! Di mana kalian semua!”

Tanpa menunda-nunda lagi, Sorano meningkatkan kecepatan kudanya dan berteriak, memanggil nama-nama anggota party-nya.

“Tidak mungkin… semuanya, ada di mana kalian! Tolong, jangan tinggalkan aku sendirian! Eto! Kohaku! Amou!”

Sorano terus memanggil nama-nama mereka bertiga sementara air matanya berlinang. Para petualang yang datang bersamanya juga mencoba memanggil nama ketiga orang itu dan mencari-cari di sekeliling area itu.

Akan tetapi, tidak peduli berapa lama mereka mencari, mereka tidak menemukan sosok maupun  suara mereka. Meski begitu, tidak mungkin mereka mengatakan itu pada Sorano, yang terus mencari dengan air mata di matanya.

“Oi, lihat. Bukankah itu Eto dan dua orang lainnya!”

Mendadak, salah satu petualang menunjuk ke arah hutan. Di balik bangkai Goblin yang begitu banyak, Amou ada di sana, menarik seekor kuda dari kedalaman hutan. Dan di atas punggung kuda itu, duduk Eto dan Kohaku. Kelihatannya, Eto sepertinya sangat kelelahan karena dia menyandarkan lehernya ke bahu Kohaku, seakan-akan dia sedang digendong di punggung gadis itu.

“Kalian! Kalian hidup! Syukurlah… Aku benar-benar senang.”

Melihat sosok ketiga orang itu, Sorano turun dari kudanya dan langsung lari mendekati mereka, memeluk Kohaku yang masih di atas punggung kuda. Walaupun terkejut dengan air mata di mata Sorano, Kohaku pada akhirnya hanya tertawa dan mengelus lembut rambut Sorano.

“Aku senang Sorano juga selamat.”

Sudah jelas, Eto dan Amou juga terlihat lega mengetahui rekan-rekan mereka, termasuk party Zenith dan Aram, juga selamat.

Setelah menangis sebentar, Sorano, yang sudah merasa sedikit lebih tenang, menatap Eto. Meskipun luka-lukanya nampaknya telah disembuhkan dengan potion, noda darah di pakaiannya benar-benar parah. Armor kulit wyvern yang dia pakai juga penuh dengan bekas cakaran. Tidak diragukan lagi itu adalah bukti bahwa Eto bekerja sangat keras menahan gerombolan para Goblin.

“Eto, kami sudah mengalahkan Mata Merah.”

Ada banyak hal yang Sorano ingin katakan pada Eto pada saat ini, tapi pada akhirnya, hanya itu yang dia katakan.

“Aku mengerti… Terima kasih untuk kerja kerasmu, Sorano.”

Sambil berkata demikian, Eto tersenyum padanya. Itu hanya sebuah senyuman sederhana tak bertenaga, karena dirinya sudah berada di puncak rasa letihnya. Meski demikian, satu senyuman itu membuat Sorano senang.