Sihir Teleportasi

(Penerjemah : E-chan)


“Seekor Goblin yang bisa menggunakan sihir teleportasi, katamu? Bagaimana kita bisa membunuh monster seperti itu!”

Salah satu penyihir memekik. Mau bagaimana lagi. Sebagai seorang ahli dalam sihir, dia pastinya tahu betapa abnormal sihir teleportasi. Mengetahui hal itu, sambil mencengkeram bahunya yang gemetar dengan kedua tangan, hati si penyihir sudah nyaris hancur karena putus asa.

Di sisi lain, para petualang tidak pernah mengendurkan kewaspadaan mereka. Dan Zenith, pemimpin dari party tingkat A  Arrow of Light, berbicara pada si penyihir yang gemetaran itu. 

"Tuan penyihir, kita tidak pernah bertarung sihir melawan Mata Merah. Selain itu, tidak hanya Mata Merah, monster-monster lain juga bisa menggunakan berbagai kemampuan. Karena itu yang harus kita lakukan adalah menemukan cara menyerang balik dan memerangkapnya."

"Mustahil! Musuh kita bisa menggunakan sihir teleportasi legendaris, kau tahu?!"

"Ini bukan tentang apakah ini mungkin atau tidak. Kalau kita ingin bertahan hidup, kita harus melakukannya."

Sambil bicara, mata Zenith masih tetap waspada menatap Mata Merah. Sampai mendadak, Aram dari  Shrine of Aragami bergabung dalam percakapan.

"Apa kalian mengerti yang dimaksud dengan fluktuasi kekuatan sihir yang Kapten Puke bilang?"

Mendengar itu, para penyihir saling bertatapan, terlihat tidak yakin.

“Kami tidak–”

"Kurasa kami mengerti."

Sorano, yang sedang mendengarkan percakapan itu di dekat mereka, berkata sementara matanya masih terpancang pada Mata Merah. Zenith segera menatap Sorano, sebelum mengarahkan pandangannya pada Eto. Mengikuti dia, Aram juga memandang Eto.

"Apa kau keberatan kalau aku yang memberikan instruksi mulai sekarang?"

Saat Eto menanyai mereka, kedua orang itu langsung mengangguk.

"Manfaatkan kami dengan baik."

Mengalihkan tatapannya kembali ke Mata Merah, Zenith hanya menjawab dengan seulas senyuman di mulutnya, menunjukkan persetujuan atas usul Eto.

"Yosh! Sorano, kalau kau merasakan fluktuasi sihir, teriaklah, 'Hai!', dan tembakkan panahmu langsung ke tempat itu. Garda belakang juga mengikutinya dan tembakkan sihir serta panah ke tempat yang dia bidik. Untuk garda depan, langsung menyerbu ke sana dan serang Mata Merah begitu Sorano mendeteksinya. Ini akan menjadi pertempuran penentuan singkat. Kita akan mengalahkan Mata Merah tanpa melewatkan satu kesempatan pun!"

Eto memberi setiap anggota instruksinya dengan cepat. Mendengarnya, para petualang dan kesatria memekik dan mempersiapkan diri untuk pertempuran penentuan. Para penyihir, yang terlambat menjawab, juga mempersiapkan tongkat mereka dengan waspada, sementara semangat tempur kembali muncul di mata mereka. Kemudian, Eto memandang Puke, yang sedang berdiri sambil ditopang seorang penyihir. Merasakan tatapan itu, Puke hanya tersenyum pada Eto dan berkata, "Aku tidak apa-apa."

'Yosh, waktunya ronde dua.'

Dengan berpikiran begitu, Eto menatap Mata Merah yang juga balas menatapnya. Kelihatannya, efek debuff yang Eto terapkan pada Mata Merah sudah habis waktunya. Para monster dengan kekebalan sihir tinggi bisa membatalkan debuff. Akan tetapi, pergerakan Mata Merah masih lambat. Yang artinya, walaupun efek Dark sudah hilang dan Pain tidak lagi berpengaruh, efek Gravity dan Slow sepertinya berlanjut.

Sementara Eto menatap Mata Merah, sosoknya mendadak bergoyang sedikit. Tepat setelah itu, teriakan Sorano terdengar saat dia menembakkan panahnya satu meter di atas Eto. Di saat bersamaan, Eto bisa merasakan kekuatan sihir yang mengalir dari dungeon terasa stagnan di area yang ditembaki Sorano. Tanpa menunda-nunda, Eto menunjuk ke tempat itu dan menginstruksikan pasukan untuk menyerang, berkata, "Di sana!". Mendengar itu, Amou, yang tangannya sudah sembuh berkat potion, langsung menghujamkan pedang di tangan kanannya ke titik tersebut.

GIGYA!”

Bersamaan dengan suara jerit mengerikan, Mata Merah kemudian muncul di udara, dengan bahu yang tersayat, ditebas oleh pedang Amou. Ekspresi kesakitan muncul di wajah Mata Merah saat darah hijau menyembur dari bahunya.

Tanpa menunggu, para penyihir dan pemanah memberondong Mata Merah dengan sihir dan panah. Mungkin menilai betapa berbahayanya situasi saat ini, Mata Merah mundur ke pintu masuk dungeon, melarikan diri melewati pasukan sambil memegangi luka di bahunya dengan tangan kiri. Tapi karena pergerakan itu, Eto jadi tahu bahwa kemungkinan besar Mata Merah tidak bisa menggunakan sihir teleportasinya terus-menerus.

“Eto-kun, lihat itu.”

Puke menunjuk ke area di atas Mata Merah. Kekuatan sihir mengalir deras berputar-putar dari dungeon ke atasnya, dan perlahan diserap ke dalam tubuh Mata Merah.

"Mata Merah kemungkinan besar… dapat menggunakan sihir teleportasi… dengan mengumpulkan kekuatan sihir yang mengalir dari dungeon. Dan kurasa, saat ini, dia tidak bisa menggunakannya… alasan terbesarnya pastilah karena dia tidak memiliki kekuatan sihir yang cukup untuk menggunakannya…sama seperti yang dideskripsikan hasil penelitian."

Karena lukanya belum sepenuhnya sembuh, Luke menjelaskan pandangannya pada Eto dengan napas tersengal-sengal. Dengan demikian, petunjuk untuk mengalahkan Mata Merah perlahan menjadi semakin jelas, karena bahkan tempat dia berteleportasi pun bisa dideteksi oleh Sorano. Dan jika asumsi Puke itu benar, Mata Merah hanya bisa menggunakan sihir teleportasi di dekat dungeon. 

Dengan kata lain, kalau mereka terus menyerang seperti ini, mereka bisa mengalahkan Mata Merah, itulah yang Eto pikirkan. Dan sepertinya itulah yang orang-orang pikirkan juga. Karena itulah, pasukan kehilangan suasana putus asa mereka, dan mendapatkan kembali semangat serta ketenangan mereka seperti ketika mereka menerima misi penaklukan biasa.

Akan tetapi, sepertinya, mereka telah menghabiskan terlalu banyak waktu menghadapi Mata Merah, karena teriakan para Goblin bisa terdengar dari belakang. Yang artinya, efek dari sihir tingkat atas yang dilakukan para penyihir sudah menghilang. Dan kalau mereka dilahap oleh gerombolan Goblin itu, tidak ada cara bagi pasukan ini untuk selamat. Mengetahui hal itu, Eto menghela napas dan membuat sebuah keputusan besar.

"Aku akan mengurusi gerombolan Goblin itu. Amou dan Kohaku ikut denganku, sedangkan Soriano terus mendeteksi Mata Merah. Sementara itu, aku ingin para kesatria melindungi Sorano dan para penyihir, sedangkan para petualang menyerang Mata Merah dengan party kalian. Apa ada yang punya pendapat lain?"

Tanpa keluhan sedikitpun, pasukan itu menerima instruksi Eto.

"Baiklah kalau begitu, ayo bakar semangat kita untuk ronde terakhir."

Berkata demikian, Eto memacu kudanya ke gerombolan Goblin.