Hantu Dunia Lampau
(Bagian 3)

(Penerjemah : Zerard)


Mereka sudah mengikutimu dari tadi. Mereka masih memperhatikanmu dari jauh saat ini. Akira, yang diberitahu oleh Alpha, merautkan wajahnya.

  • Alpha. Tampilan mereka seperti apa?

《Dua pria. Kalau di nilai dari perlengkapannya, mereka adalah hunter. Persenjataan mereka cukup bagus.》

  • Apa nggak ada kemungkinan kalau ini Cuma kesalahpahaman atau semacamnya? Mereka seharusnya nggak  punya alasan untuk mengikutiku, mereka cuma melihat seorang bocah di dalam reruntuhan dan jadi sedikit khawatir, dan memperhatikanku dari belakang, atau arah tujuan mereka kebetulan sama dengan kita...

《Tidak. Jika mempertimbangkan kemungkinan itu, mereka sudah cukup lama memperhatikanmu. Mereka dengan sengaja berhenti sebentar untuk mengawasimu sambil menjaga jarak tertentu. Mereka sudah pasti mengikutimu.》

Seraya Akira berwajah muram, dia terus berharap pada kemungkinan yang dia ucapkan, dan berkata.

  • ...Kenapa mereka mengikutiku? Kalau pun mereka menyerangku, mereka setidaknya pasti tahu kalau aku nggak ada uang, kan?

Pertanyaan itu adalah ungkapan dari sebuah harapan, sebuah harapan yang menginginkan bahwa ini adalah sesuatu yang lain. Mengetahui itu, Alpha mencoba untuk membuat Akira menghadapi kenyataan.

《Mungkin mereka mendengar kalau kamu membawa relik ke toko pembelian. Mungkin mereka mengawasi toko pembelian untuk mencari orang yang tampak mudah untuk di bunuh, yang membawa relik mahal. Atau mungkin mereka membeli informasi dari mangsa mereka dari seorang manusia di toko pembelian.》

Setiap kali harapannya di timpa oleh kenyataan dan tebakan pesimis, ekspresi Akira semakin muram.

《Alasan mereka mengikutimu adalah agar kamu membimbing mereka ke tempat di mana relik berada, dan kemudian membunuhmu dan mencuri reliknya, atau semacam itu. Mereka adalah musuh.》

Dan Alpha merubah ekspresinya menjadi serius.

《Akira, kalau kamu tidak menganggap mereka sebagai musuh, kamu akan mati, dengar?》

Dengan itu, Akira akhirnya menyingkirkan pemikiran positifnya dari kepala. Dia menghela dan semakin muram.

  • ...Anjing! Kali ini mereka hunter?!

Hari pertama penjelajahan reruntuhan adalah senjata anjing besar. Kemudian adalah monster mekanikal besar. Dan kali ini adalah hunter. Akira secara reflek meremas kepalanya.

《Akira, untuk saat ini, masuk ke dalam bangunan itu. Sealami mungkin. Hati-hati jangan sampai menoleh ke arah mereka.》

  • Baik.

Akira berhati-hati dan memasuki bangunan terbengkalai itu sesuai instruksi. Ketika dia mencapai sebuah ruangan di bangunan itu dengan arahan Alpha, dia duduk dengan punggung bersandar dinding. Wajahnya semakin menegang.

《Tidak ada monster di dalam bangunan ini, jadi santai saja.》

  • ...Oke.

Jawaban Akira penuh dengan ketidaksabaran. Akira memahami kekuatan dari seorang hunter yang bersenjata lengkap. Dan dia juga mengetahui kejahatan dari sifat mereka ketika mereka berubah menjadi perampok. Itu karena kebanyakan hunter mempraktekkan kekuasaan mereka di dalam wilayah kumuh dan tumpukkan mayat.

Dia memikirkan cara untuk bertarung, namun dia tidak bisa mendapatkan ide yang bagus sama sekali. Dia membayangkan bagaimana pertarungan akan berlangsung dengan cara yang dia pikirkan, namun walau bagaimanapun jalan bayangan itu berlangsung, pada akhirnya dia tetap terbunuh dengan keji. Tidak ada kemungkinan untuk menang sama sekali jika dia bertarung dengan caranya sendiri.

《Akira.》

Ketika Akira mendengakkan wajahnya untuk merespon panggilan itu, Alpha mendekatkan wajahnya tepat di depan mata Akira. Akira mencondong ke belakang terkejut, kepalanya terbentur dengan dinding di belakangnya, dan dia sedikit mengerang kesakitan. Rasa kejut dan sakit itu menyadarkan Akira dari khayalannya, yang di mana pikiran sebelumnya membuat ketidaksabaran Akira berubah menjadi ketakutan yang diakibatkan oleh pemikiran buruk berulang-ulang kali.

Seraya rada kaget dan sakit itu mereda, Akira, yang telah tersadarkan kembali, mendapatkan ketenangannya lagi. Bahkan kedua mata Akira yang sebelumnya tidak fokus, kali ini menatap Alpha dengan seksama. Setelah memastikan itu, Alpha tersenyum lembut.

《Jangan takut. Kamu akan baik-baik saja. Aku akan membantumu. Aku tidak akan pernah membiarkanmu mati.》

Akira terkejut dan mendapatkan harapannya kembali.

  • Apa aku bisa melarikan diri?

Namun ucapan Alpha berikutnya berbanding terbalik dengan harapan Akira.

《Kamu tidak akan lari. Kamu akan bertarung. Kamu akan mengalahkan mereka dalam permainan mereka sendiri.》

Harapan yang ada di wajah Akira langsung tertutupi oleh rasa kejut dan panik.

  • Apa aku bisa melakukannya? Ini dua lawan satu, dan mereka hunter bersenjata lengkap, kan?!

Untuk memusnahkan ketidakpercayaan diri Akira, Alpha mengeluarkan suara yang penuh dengan kepercayaan diri dan mengeluarkan senyum yang dapat membuat hati seseorang tentram.

《Sesuatu yang seperti ini bukanlah masalah besar. Kamu kan punya aku? Jika dinilai dari kekuatan tempur, kamu jauh lebih baik, karena ada aku. Dan kamu sudah mengalahkan senjata anjing besar itu dengan hanya bermodalkan pistol, kan? Selama kamu bergerak sesuai dengan arahanku, maka tidak akan ada masalah. Kamu akan baik-baik saja. Tenangkan dirimu.》

  • ...Be-begitu?

Akira merasa teryakinkan oleh sikap Alpha yang sangat alami. Akan tetapi, ini tidaklah semerta-merta menyingkirkan kegugupannya yang timbul dikarenakan perbedaan kekuatan.

  • Tapi, monster manusia itu berbeda dalam banyak hal, dan kalau aku bisa melarikan diri, maka harusnya aku melarikan diri saja...

Alpha merautkan wajah tegas kepada Akira, yang menunjukkan kecemasannya.

《Tidak boleh. Di luar bangunan, kamu pasti akan di serang dengan beragam persenjataan jarak jauh. Terlebih lagi di lahan gersang. Pertama, mau seberapa lama kamu berniat untuk berlari? Walaupun kamu berhasil melarikan diri dari tempat ini hari ini, bagaimana dengan besok? Dan bagaimana dengan lusa? Dan walaupun kamu lari ke dalam kota, apa kamu pikir mereka akan bertingkah sopan dan berhenti menyerangmu? Jadi, apa kamu akan melarikan diri? Apa kamu bisa meloloskan diri? Apa kamu akan terus lari sampai kamu terbunuh?》

Alpha menatap kepada Akira dengan ekspresi serius. Akira tidak pernah memalingkan kedua matanya. Mereka saling menatap tanpa berbicara untuk beberapa saat. Akhirnya, Akira menegaskan ekspresinya seolah telah tersadarkan oleh sesuatu. Terdapat sebuah tekad di dalam ekspresi itu.

  • Kalaupun aku lari, aku akan terbunuh ya. Aku paham. Aku akan melakukannya.

Akira, yang telah membulatkan tekadnya, berdiri. Kecemasan sebelumnya telah benar-benar menghilang dari ekspresi wajahnya. Alpha tersenyum lembut menyemangati Akira.

《Akira, persiapkan dirimu. Kalau kamu tidak bisa melampaui hal semacam ini, maka menjadi seorang hunter besar hanya akan menjadi sebuah mimpi belaka, kamu paham?》

Akira tersenyum pahit. Terdapat sesuatu yang cerah di dalam ekspresi itu.

  • Aku hampir lupa. Tekad, motivasi, dan resolusi adalah tanggung jawabku.

Aku akan lakukan sesuatu tentang tekad, motivasi, dan resolusiku. Akira memang mengatakan itu sebelumnya kepada Alpha ketika dia melawan arahan Alpha dan hampir mati.

Kalimat itu seharusnya dapat mewakilkan bahwa dia tidak berbohong. Jika dia tidak dapat melakukan itu, maka dia, yang tidak memiliki uang atau kemampuan, tidak akan bisa menunjukkan apapun kepada Alpha. Semua kata yang menjanjikan untuk menumpuk pencapaiannya akan menjadi lelucon belaka. Perasaan itu menambah tekad Akira.

Untuk menunjukkan tekadnya, untuk termotivasi, dan untuk mempersiapkan dirinya, Akira mencoba untuk membujuk dirinya kembali.

Alpha tersenyum penuh harapan.

《Aku akan bertanggung jawab pada hal lainnya. Sepertinya kesempatan untuk menunjukkan kehebatan kemampuan dukunganku dengan cara yang mudah dipahami kepadamu sudah tiba, serahkan padaku.》

  • Yeah, aku bergantung padamu.

Alpha tersenyum puas kepada Akira yang menjawab tegas.

《...Kalau dipikir lagi, aku tidak menduga kalau kesempatan itu akan datang dengan begitu cepat. Soalnya, kamu sepertinya sudah menggunakan semua keberuntunganmu ketika kamu bertemu denganku.》

  • Yeah, aku juga merasa seperti itu.

Akira tersenyum pahit. Alpha melanjutkan dengan sedikit nada kesal seraya tersenyum berani.

《Tenang saja. Aku akan menolongmu melebihi biaya yang diberikan oleh keberuntunganmu.》

  • Terima kasih. Ini benar-benar membantu.

Akira tertawa kecil.

《Ya. Aku akan membantumu.》

Alpha juga tertawa senang dan menjawab.

Senyum menawan Alpha, yang diciptakan berdasarkan kalkulasi canggih, berhasil membuat Akira menjadi tenang kembali, mengembalikan energinya, dan memercikkan hasratnya untuk bertarung.

Semua sesuai dengan apa yang Alpha inginkan.