Kemunculan Dungeon

(Penerjemah : E-Chan)


Setelah melewati kerumunan, Eto dan party-nya akhirnya sampai di ruangan Guild Master. Di dalam, selain Guild Master Sidrake, ada pula Grandmaster Trie, yang dulu ada ketika dia membuat laporan tentang rombongan Hero.

“Lama tidak bertemu, Trie-sama. Jika Trie-sama pun ada di sini dengan Sidrake-sama, apa itu artinya ada sesuatu yang penting terjadi?”

Saat Eto langsung bertanya, Trie mengangguk mantap.

“Sebuah dungeon telah muncul di dekat desa Atsusa, sebelah timur ibukota kerajaan.”

Itu tepat di dekat tempat Hobgoblin yang muncul saat ujian kenaikan tingkat B Amou dan Sorano, di mana Sorano merasakan tatapan membunuh yang terarah pada mereka, dan tempat di mana Amou merasakan firasat buruk.

Ternyata, tepat setelah Eto membuat laporannya, Guild Master mengirim dua party petualang tingkat C untuk menyelidikinya. Sayangnya, hanya satu party yang kembali, dan melaporkan bahwa mereka menemukan sebuah pintu masuk ke dungeon dekat desa Atsusa. Menurut mereka, ada banyak Goblin yang berkumpul di sekitar situ, dan desa tersebut sudah dalam keadaan hancur. Yang terakhir, mereka tidak bisa memastikan apa ada yang selamat dari desa itu karena jumlah Goblin yang terlalu banyak. [TL : A paradise for Goblin Slayer, eh?]

“Bukankah itu sebuah invasi?” tanya Sorano, dengan nada bicara yang sama dengan yang dia gunakan saat bicara dengan anggota party-nya. Mendengar itu, Eto berharap Grand Master tidak akan marah padanya, sambil merasa jengkel dengan pemikiran remehnya sendiri yang cemas tentang posisi sosial bahkan di tengah-tengah masa krisis.

“Hm, melihat situasinya, memang ada indikasi bahwa ini adalah sebuah invasi. Akan tetapi, mengesampingkan dungeon tua, aku tidak pernah mendengar situasi di mana monster-monster berkumpul di sekitar sebuah dungeon yang baru saja muncul. Dengan kata lain, kita berada dalam situasi di mana kita bahkan tidak bisa menemukan jawaban dari peristiwa-peristiwa masa lalu,” Guild Master Sidrake menjawab sebagai gantinya.

“Sebuah dungeon baru, sejumlah besar Goblin, dan tanda-tanda invasi…”

Sorano kelihatannya merenungkan situasi tersebut, sambil menggumamkan beberapa kata kunci peristiwa ini.

“Bagaimanapun, gelombang pertama monster sebenarnya sudah mencapai tembok ibu kota kerajaan. Tapi karena jumlahnya tidak begitu besar, mereka berhasil dipukul mundur oleh para kesatria dan penjaga. Saat ini, bahkan kesatuan sihir bergabung untuk melindungi tembok kota.”

“Trie-sama, jadi gelombang pertama sudah menyerang ibu kota?”

Terkejut dengan berita itu, Eto bertanya untuk memastikan.

“Ya. Dan alasan kami memanggil kalian ke sini adalah karena pemimpin dari kesatuan sihir meminta bantuan Eto. Kau kenal dia, benar? Dia adalah Puke, si Hebat.” [TL : Beneran bingung kenapa si Author ngasih nama figuran pentingnya “Puke” alias “Muntah”...)

Segera setelah bergabung dengan rombongan Hero, Eto mendapat pelatihan dari Puke, pemimpin dari kesatuan sihir. Walaupun orang-orang di sekeliling berkata bahwa Puke adalah orang yang eksentrik, yang tidak bisa mereka tebak, Eto menghormati Puke, yang sangat antusias tentang penelitian sihir tanpa terikat konsepsi subjektif.

“Ah, aku pernah menerima pelatihan dari Puke-sama. Aku mengerti, jadi Puke-sama membutuhkan bantuanku. Baiklah. Ke mana aku harus pergi?”

“Bagus! Jadi kau akan pergi! Puke saat ini ada di puncak menara di pertemuan antara tembok timur dan selatan. Aku akan meminta karyawan guild untuk mengantarmu ke sana. Aku mengandalkanmu.”

Eto kemudian melihat anggota party-nya, memberitahu mereka bahwa dia berhutang budi pada Puke dan mengatakan pada mereka bahwa dia sangat menghormati Puke. Karena itulah, jika Puke membutuhkan bantuannya, Eto ingin menanggapinya.

“Kalau Eto bilang begitu, maka aku juga akan pergi.”

“Bahkan sekalipun aku kembali ke penginapan, kurasa aku tidak akan bisa tidur. Kalau kau mau memperkuat pertahanan tembok, maka busurku seharusnya berguna.”

“Jika ada sesuatu yang bisa kulakukan, perintahkan saja aku.”

Mereka bertiga segera memberitahu Eto kalau mereka akan mengikuti dia.