Yang Bertanggung Jawab Atas Persiapan
(Bagian 2)

(Penerjemah : Zerard)


Wilayah kumuh Kota Kugamayama memanjang hingga keluar kota, dekat dengan perbatasan dari lahan gersang. Ketertiban publik dan ekonominya sangat miskin, dan monster dari luar dan para perampok dari dalam sangat sering mengubrak-abrik sampah kota , mmencoba memangsa mereka yang lemah. Akira menjadi hunter untuk bisa lepas dari tempat sampah ini.

Kota membagikan jatah makanan gratis dua kali dalam sehari di wilayah kumuh: di pagi dan sore hari. Setiap hari Akira mengantri untuk mendapatkan distribusi itu.

Dini pagi hari, masih banyak waktu sebelum distribusi makanan di mulai, namun antrian sudah terlihat. Akira bergabung di ujung antrian itu dengan Alpha.

Antrian jatah makanan ini harus tenang, tertib dan teratur. Jika seseorang membuat keributan atau memotong antrian, orang itu tidak akan di berikan makanan. Tergantung dari situasi, distribusi ini sendiri mungkin akan di hentikan. Tentu saja, orang yang meyebabkan keributan itu akan di gebuki nantinya.

Ini juga merupakan sebuah edukasi senyap oleh kota. Jika seseorang adalah warga dari wilayah kumuh, maka akan mudah bagi kota jika orang itu setidaknya belajsr untuk mengantri. Dan jika seseorang itu tidak taat dengan peraturan kota, maka akan mudah juga untuk membuat mereka paham bahwa keseluruhan dari wilayah kumuh akan mendapatkan ganjarannya.

Berkat dari efek edukasi ini, dari hasil pengorbanan mereka yang mati karena di gebuki, antrian dari distribusi ini tetap tertib dan teratur tidak peduli seberapa berbahayanya wilayah kumuh ini.

Hanya karena mereka tidak mempunyai uang atau makanan, tidak semua orang akan diam saja menunggu mati kelaparan. Pembagian makanan minimal mencegah orang-orang yang berada di ujung antrian untuk mengambil senjata yang tersuplai secara tidak natural di wilayah kumuh dan mengganti pekerjaan mereka menjadi perampok. Berkat penjatahan makanan ini, Akira berhasil bertahan hidup. Seraya mengantri pada baris distribusi seperti biasa, Akira menyadari kejanggalan Alpha.

Wajah wanita itu yang terbentuk secara sempurna. Rambutnya yang tampak berkilai. Kedetilan kulitnya yang sangat memancarkan kemudahan. Sebuah tubuh memikat lawan jenis. Pakaiannya yang terbuka. Dengan ini semua, sangatlah tidak alami jika Alpha tidak memancing banyak perhatian.

Terlebih, pakaian dengan karakteristik desain dari apa yang bertajuk sebagai “Gaya-Dunia-Lampau” sangatlah cukup untuk menjadi perhatian. Terdapat juga perbedaan jelas dalam kualitas yang bahkan bagi Akira merasa bahwa pakaian itu sangatlah mahal.

Jika seseorang terlibat di dalam teknologi Dunia Lampau meneliti detailnya, tidak di ragukan mereka mengidentifikasi produk ini di buat dengan teknologi canggih Dunia Lampau. Sebagai relik dari dunia, yang mahal tentunya merupakan benda yang sangat berharga.

Jika seseorang mengkoleksi komponen yang menarik perhatian seperti itu, di bawah keadaan normal, tidaklah aneh jika kerumunan kecil akan terjadi. Namun walaupun begitu, tidak ada seorangpun di sekitarnya yang bereaksi pada Alpha.

Adalah cukup untuk meyakinkan Akira bahwa hanyalah dia seorang yang dapat melihat Alpha.

Akira berbicara berbisik dengan Alpha.

  • Yang lain benar-benar nggak bisa lihat kamu ya?”

《Sudah ku bilang kan? Kamu tidak mempercayaiku?》

Akira menjelaskan dengan suara pelan kepada Alpha yang terlihat sedikit tidak suka seraya sedikit panik.

  • Bukan, bukan itu maksudku. Walau ada orang nggak bisa melihatmu, apa ada juga orang lain yang bisa melihatmu? Itu yang aku pikirkan, Aku bisa bisa melihatmu, jadi bukan hal luar biasa kalau ada orang lain yang bisa juga kan?

《Oh, jadi itu maksudmu. Untuk keadaan seperti itu, ada banyak penjelasannya dan semua itu sulit dan panjang. Ayo kita bicarakan dengan sangai nanti.》

Alpha merespon dengan suara jernih, berbanding terbalik dengan Akira. Hanya Akira yang merespon suara jernih itu. Jika Akira menjawab dengan jelas, tentunya dia akan di sebut sebagai orang mencurigakan yang berbicara dengan halusinasi.

Distribusi di mulai dan giliran Akira tiba. Dia mendapatkan makanan pada jam ini dan mengambil jarak menjauh dsri antrian.

Jarak juga sangat pe ting bagi anak kecil seperti Akira. Jika dia terlalu jauh, seseorang mungkin akan mencuri makanan yang akhirnya dia terima. Jadi agar juga tidak menghalangi distribusi ini atau di gebuki di gang belakang, adalah pilihan terbaik untuk makan di jarak yang tidak akan mengundang perkelahian.

Orang yang merampok dan orang di rampok setidaknya sama-sama memiliki senjata. Adalah juga penting untuk menghindari pembunuhan yang tidak di perlukan.

Jatah hari ini adalah roti lapis dengan pembungkus bening. Sebuah barisan huruf, yang merupakan kode identifikasi, tertulis di bungkusannya. Akira menatap makanan itu. Dia belum mulai memakannya.

Alpha berkata, terlihat sedikit penasaran.

《Kamu tidak akan memakannya?》

Makanan sintetis yang di produksi dengan alat produksi mencurigakan yang masih aktif dari reruntuhan. Sayuran di cabut dari lahan pertanian eksperimen yang di mmana sangat sulit untuk memastikan status kontaminasi tanahnya. Potongan daginh itu mungkin di anggap aman untuk di rubah menjadi makanan untuk monster biologis. Produk yang terproses yang di buat dengan bahan-bahan itu di bagikan gratis agar mereka yang tidak mempunyai uang sekalipun bisa mendapatkannya.

Kemudian, setelah memberikan makanan-makanan itu kepada relawan di wilayah kumuh untuk beberapa waktu, mereka akan mengamati situasinya. Jika tidak ada yang mati atau mutasi terjadi secara satu persatu, maka bahan-bahan itu akan di nilai lulus dalam tingkat keamanan hingga titik tertentu dan akan di jual secara umum dengan harga. Dan sesuatu yang lain yang tidak dapat di pastikan keamanannya akan menjadi bahan untuk makanan baru.

Itu adalah roti lapisnya. Roti dan bahan-bahan semacam itu.

  • ...Akan ku makan.

Para distributor tidak menjelaskan kondisi ini secara satu persatu. Akan tetapi, para penerima secara kurang lebih memahami hal itu juga. Bahkan Akira pun juga dapat menerkanya, walaupun samar-samar. Namun, tidak memakannya bukanlah sebuah pilihan. Jika dia tidak memakannya, dia akan kelaparan dan mati.

Telah di putuskan barang siapa yang bertahan hidup di wilayah kumuh dengan makanan gratis akan membalas itu dengan niat baik mereka. Karena wilayah kumuh adalah tempat pembagian distribusi, pada umumnya, warga di sini akan terlibat pertarungan dengan monster yang sering menyerang kota.

Mereka akan terpaksa mengulur waktu sebisa mungkin dengan persenjataan dan tubuh segar yang secara tidak lazim tersebar di wilayah kumuh hingga garda kota membasmi para binatang mutan, tumbuhan yang datang untuk melahap manusia, senjata otomatis yang mengincar dan menyerang manusia. Bukanlah hal yang wajib, namun merekan juga tidak mempunyai tempat lain untuk melarikan diri.

Jika mereka mengulangi ini, beberapa dari penyintas serangan tersebut akan mendapatkan kemampuan untuk bertarung dengan monster. Mereka biasanya menjadi hunter, dan jika keadaan berjalan dengan baik, mereka akan membawa relik dari reruntuhan dan berkontribusi pada ekonomi kota. Sebagian dari laba itu juga akan di gunakan untuk biaya perawatan dari pusat distribusi.

Dengan kata lain, Akira, bisa di bilang, berusaha untuk menjadi seorang hunter, sesuai dengan apa yang di perkirakan kota.

Terkadang orang tak berdaya akan di paksa untuk membuat keputusan yang tidak dapat di hindari. Namun orang yang mengambil keputusan itu adalah Akira sendiri. Bahkan walaupun dia di pilih, dia tidak menyesalinya.

Rasa dari roti lapis ini sangat rumit. Selain karena ini gratis, aman, dan sebagainya, dia tidak ingin menyukai ini.

Sebagai seorang hunter, dia akan makan makanan aman dan lezat setiap hari. Entah mengapa, Akira mengarahkan pandangannya kepada orang yang akan membantu impiannya menjadi nyata seraya dia memakan roti lapis dengan rasa yang rumit ini.

Alpha tersenyum ramah.