Gelar "Gutenberg"

(Penerjemah : Hikari)


“Semuanya sudah siap, Gutenberg?”

“Bisa tidak kau berhenti memanggilku begitu?!”

“Bel ketiga sebentar lagi berdentang kalau kita tidak cepat-cepat bergerak. Nah! Ayo berangkat, Gutenberg.”

Kepala tukang menaruh barang-barang ke dalam sebuah tas dan membuat pintu menjeblak terbuka, mengabaikan protesku sambil terkekeh. Aku mengikutinya, dengan kotak berat berisi mata-mata huruf logam di lenganku dan kerutan tajam di wajahku. Hari ini aku akan menunjukkan hasil kerja tugasku sebagai seorang leherl ke Serikat Pandai Besi. Semua orang di bengkel melihat kepergian kami sambil menyengir.

“Hei, Gutenberg, pastikan untuk benar-benar menjual mata-mata huruf punyamu itu pada mereka.”

“Namaku Johann! Berhenti memanggilku ‘Gutenberg’!”

“Heheh! Tidak semua orang mendapatkan gelar khusus dari patron mereka, kau tahu. Itu adalah sesuatu yang harusnya kau banggakan di serikat.”

...Ngh! Kenapa semua orang harus meledekku begini

Gara-gara kepala tukangku, bahkan rekan-rekan serikat memanggilku “Gutenberg” sekarang. Atau lebih tepatnya, harus kukatakan ini semua gara-gara Myne, patronku satu-satunya. Sementara aku membawa kotak berat itu, aku memikirkan kembali hari ketika dia memberiku gelar itu.


Itu semua terjadi saat aku pergi ke Firma Gilberta untuk memperlihatkan tugas leher-ku pada mereka. Aku selalu menanyakan banyak hal tentang permintaan yang kuterima sehingga tidak ada pelanggan kecuali Myne yang bersedia untuk menjadi patronku. Dia bertubuh kecil dan bahkan tidak terlihat cukup umur untuk dibaptis, tapi kurasa penampilan bisa menipu. Selain itu, mudah untuk lupa bahwa dia adalah seorang gadis kecil saat dia menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang permintaannya, menyediakan rancangannya, dan membayar apa yang dia butuhkan.

Pada akhirnya, tugasnya untukku adalah membuat mata-mata huruf logam. Aku harus membuat setiap mata huruf berdasarkan spesifikasinya secara tepat, yang mana rasanya memuaskan saat  selesai karena luar biasa sulit.

...Aku penasaran apa Myne-sama akan menyukainya, pikirku sambil menyingkirkan kain yang menutupi kotak dan memperlihatkan mata-mata huruf pada satu-satunya patronku, dengan takut-takut menunggu penilaiannya yang akan menentukan masa depanku.

“Wow...”

Myne memperhatikan mata-mata huruf itu, mata keemasannya bergetar. Dia memiliki kulit putih pucat dari seseorang yang tidak pernah terjemur matahari, membuat pipinya yang merona merah jadi semakin terlihat jelas. Caranya menaruh sebelah tangan di dada sambil menghela napas membuatnya benar-benar terlihat seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta, dan ada intensitas yang jelas dari tatapannya yang terlihat tidak alamiah untuk seorang gadis kecil.

Dia dengan takut-takut mengambil salah satu mata huruf dan menggulingkannya di telapak tangannya yang kecil, memperhatikannya seakan itu adalah harta terbesar di dunia.

...Kurasa aman untuk mengatakan kalau dia menyukainya kalau begitu.

Begitu aku menghela napas lega, mata Myne yang bergetar karena girang pun mengeras saat dia memperlihatkan ekspresi yang lebih tenang dan kritis. Dia mengambil sebuah mata huruf lagi dan membariskannya menghadap ke atas di meja sebelum menurunkan kepalanya untuk mengamatinya secara langsung. Kemudian dia menyipitkan mata dan mulai mengukur ketebalan dan tingginya, memeriksa adanya perbedaan apapun.

A-apa ini akan baik-baik saja?

Aku mulai merasa takut lagi, sampai dia memberiku hasil penilaiannya.

“Ini semua luar biasa! Kau benar-benar telah menjadi Gutenberg!”

“Apa?”

“Johann, aku menghadiahimu gelar ‘Gutenberg’!”

...Guten-apa sekarang?

Rahangku membuka seperti orang bodoh sementara aku memandangi Myne. Keberadaannya yang sehalus dan serapuh seorang tuan puteri—seperti sekuntum bunga indah pucat yang terkurung dari dunia—langsung pecah berkeping-keping di depan mataku.

Lutz mencoba untuk menenangkannya, tapi kegirangan Myne tidak terhentikan. Dia langsung mengabaikannya dan melompat dari kursinya, berbicara secepat yang dia bisa, dan pipinya sekarang lebih merona lagi.

“Maksudku, ini adalah awal dari masa percetakan! Kalian secara literal telah menjadi saksi dari momen ketika sejarah berubah selamanya! Ini adalah kemunculan kedua Gutenberg! Nama pertamanya adalah Johannes, dan sekarang dia mengubah sejarah sebagai Johann! Benar-benar kebetulan yang luar biasa! Sebuah pertemuan yang melegenda! Pujian bagi para dewa!”

...Yeah, aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dia bicarakan.

Aku telah dipaksa untuk membuat posisi tubuh aneh yang sama saat upacara kedewasaanku di biara, tapi ini pertama kalinya aku melihat seseorang langsung melakukannya dan berdoa para para dewa dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang tertegun, tapi Myne tidak berhenti di situ.

“Gutenberg adalah seorang perajin legendaris selevel dewa yang karyanya mengubah sejarah dan buku selamanya. Johann benar-benar adalah Gutenberg kota ini!”

Sebelum aku bisa sepenuhnya memproses seberapa berat gelar yang dia berikan padaku, Myne mulai memberikan Benno dan Lutz gelar yang sama. Para rekanku bertambah di depan mataku. Dan meski demikian, kekhawatiran utamaku adalah seseorang menghentikan dia dan mengakhiri suasana yang canggung ini.

Aku melirik pelayan yang berdiri di belakang Myne, yang memiliki kesan raut wajah seseorang yang penting, tepat saat Myne melakukan postur tubuh itu lagi dan memuji Metisonora, sang Dewi Kebijaksanaan! Di saat itulah dia jatuh ke depan, masih dalam postur tubuh itu dengan seulas senyum bahagia dia wajahnya. Dia ambruk ke tanah dan terdiam; selama sedetik, sebuah keheningan yang tidak nyaman memenuhi ruangan.

“...Apa?! Myne-sama?!”

“Nak, kau tidak apa-apa?!”

“A-Apa yang terjadi?!”

Dari semua orang di situ, hanya pelayan yang mengawalnya, kepala tukang, dan aku sendiri yang berdiri kaget. Si pelayan cepat-cepat berlutut di sampingnya, memeriksanya sementara kepala tukang dan aku menyaksikan dengan gugup. Tapi yang lainnya hanya menghela napas berat.

“Lama sekali. Sekarang aku akhirnya bisa tenang lagi,” kata Benno, bahkan tidak bergerak dari kursinya. Dia, Lutz, dan bahkan pelayannya yang lain terlihat sama sekali tidak terpengaruh.

“Fran, baringkan saja dia di bangku sebelah sana. Dia akan pulang dengan kereta lagipula.”

“Seperti yang Anda inginkan. Permisi, Tuan Damuel.” Pelayan yang dipanggil Fran menggendong Myne yang tidak sadarkan diri dan membawanya ke bangku dekat perapian dan menyelimutinya dengan mantel tebal yang terlihat hangat. Prosesnya berjalan begitu cepat dan tenang seakan-akan mereka sudah memperkirakan hal ini akan terjadi.

Sementara aku masih kehilangan kata-kata, Benno mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. “Ayo mulai penilaiannya kalau begitu. Aku akan menangani ini sebagai penanggung Myne karena dia pingsan. Tidak masalah?”

“Huh…? Kau akan membiarkan dia seperti itu?”

Aku melirik Myne yang terbaring tidak sadarkan diri di bangku, penasaran apakah tidak masalah tidak melakukan apa-apa pada seorang gadis kecil yang baru saja ambruk tidak sadarkan diri begitu saja. Rasanya benar-benar tidak tepat.

“Bagaimana menurutmu, Lutz?”

“Dia mungkin akan bangun sekitar saat matahari terbenam. Kurasa dia akan  demam parah saat bangun, tapi itu adalah salahnya sendiri,” Lutz berkata datar, mengangkat bahu sedikit. Dia kelihatan sangat terbiasa menangani Myne.

“Akan berlangsung berapa hari kali ini?” tanya Fran.

“...Tergantung dari berapa lama dia tetap sesemangat ini. Aku tidak tahu, karena aku tidak pernah melihat dia segila ini.”

Dinilai dari percakapan mereka, aku  bisa memperkirakan ini bukanlah hal yang tidak biasa bagi Myne untuk tidak sadarkan diri. Kuharap aku tahu itu lebih awal, walau begitu; aku tadi yakin akan kena serangan jantung barusan.

“Ngomong-ngomong, ini seharusnya akan jadi penilaian yang mudah. Apapun yang membuat seorang patron pingsan dengan bahagia seharusnya berhasil dengan gemilang, menurutku.”

“Yeah, tidak sulit untuk melihat betapa bersemangatnya dia,” kata kepala tukang. “Penilaianmu akan cukup, Benno. meskipun harus kukatakan, aku mau tahu akan digunakan untuk apa benda-benda ini.”

Saat kepala tukang memperhatikan mata-mata huruf, pelayan Myne yang lebih muda langsung mendongak mendadak tersadar dan mengeluarkan apa yang telah dia bawa.

“Aku akan mendemonstrasikannya. Suster Myne menyuruhku untuk menyiapkan ini.”

“Apa yang akan kau lakukan, Gil?”

“Aku akan melumurkan tinta ke sini dan mencetak sesuatu. Hm. Heheh.”

Gil, terlihat bersemangat, dengan terampil mengeluarkan peralatan yang dia butuhkan. Dia membariskan penggulung, kertas, tinta, dan sesuatu yang berbentuk melingkar yang tidak pernah kulihat sebelumnya di atas meja. Penggulung yang sebelumnya kubuat untuk Myne kini berwarna hitam sepenuhnya, dan dinilai dari fakta bahwa Gil sekarang melumurinya dengan tinta, aku bisa memperkirakan alasannya.

“Menurut Suster Myne, kau akan membariskan mata-mata huruf ini dan membuat satu halaman teks dengan itu. Kemudian kau melumurinya dengan tinta seperti ini,” Gil menjelaskan sambil menjalankan penggulung itu ke atas mata-mata huruf, mengubahnya dari warna perak berkilauan menjadi hitam lengket.

“Woah, woah, woah!” Aku secara refleks menjerit melihat Gil mengotori mata-mata huruf Myne tanpa izinnya tapi dia mengabaikan begitu saja teriakanku, menaruh sehelai kertas di atas mata-mata huruf itu.

“Untuk percetakan sebenarnya, kita akan menggunakan semacam alat penekan untuk menempelkan tinta ke atasnya, tapi karena ini hanyalah demonstrasi dari mata-mata huruf, aku akan menggunakan bantalan ini sebagai gantinya,” Gil menjelaskan dengan bangga sementara dia menekankan benda rata melingkar itu ke atas kertas, menggosoknya secara melingkar. Sepertinya hanya aku yang merasa mual dengan rasa ngeri; yang lainnya memperhatikan pekerjaan Gil dengan sangat berminat.

“Begitu tinta berada di kertas, kau melepasnya dari mata huruf dan membiarkannya kering.”

Gil melepaskan kertas, memperlihatkan bahwa kertas itu memiliki barisan huruf berbeda yang tercetak dengan tinta hitam. Dia mengulangi prosesnya menggunakan lembaran lain, membuat salinan yang persis sama. Sebuah cengiran lebar muncul di wajahnya, Gil kemudian memegang kedua lembar kertas itu bersisian dan menunjukkannya pada kami.

...Jadi? Aku tidak mengerti apanya yang begitu mengesankan. Itu kelihatan seperti membuang-buang kertas untukku, pikirku.

Tapi, melihat sekeliling ruangan, jelas terlihat bahwa hanya aku yang berpendapat demikian. Benno, kepala tukang, dan pengawal Myne semuanya memperlihatkan ekspresi keras begitu melihat lembaran-lembaran itu.

Pengawal Myne, Damuel, terlihat yang paling tercengang; dia mengamati dari dekat kedua lembaran itu dengan tatapan yang sangat serius.

“Kau menyelesaikan kedua halaman ini secepat itu?” tanyanya, “Aku tidak bisa mempercayainya.”

Sementara itu, kepala tukang mengambil beberapa mata huruf yang tidak terpakai, membariskannya di telapak tangan sebelum mendengus.

“Setiap mata hanyalah satu huruf saja, jadi mudah untuk memadukannya dan membuat teks apapun yang kau perlu.”

“Dia memang mengatakan akan jauh, jauh lebih cepat daripada memotong stensil setiap waktu,” Lutz berkata, membuat semua orang mengerutkan alisnya lebih erat.

“Myne benar. Ini akan mengubah sejarah. Aku tahu tentang percetakan, tapi aku tidak menyadari akan semudah ini untuk menukar-nukar hurufnya.” Benno menghela napas dan menggelengkan kepala. “Apa yang sebenarnya si bodoh itu lakukan kali ini…?”

Kata-kata Benno mewakili semua orang, saat mereka bersama-sama memandangi Myne, yang masih tidak sadarkan diri di bangku. Mereka kelihatannya tahu apa yang sedang terjadi, tapi aku yakin tidak mengerti. Yang kutahu hanyalah, dengan mendapatkan Myne sebagai patronku, aku jadi terlibat dalam sesuatu yang tidak ada jalan kembalinya.

“Myne telah mengatakan dia akan mulai membuat mesin percetakan sekarang, jadi kurasa tidak akan lama lagi sebelum dia membuat banyak alat itu dan semuanya akan benar-benar terjadi,” Benno berkata dengan nada yang lebih cerah, tapi kepala tukang menggelengkan kepala dengan ekspresi rumit.

“Dia mengatakan dia akan memesannya dari sebuah bengkel tukang kayu. Itu artinya dia sudah memiliki ide yang tepat tentang bagaimana membuatnya. Kalau dia bisa membuat rancangan mendetail seperti yang dia berikan pada Johann, tidak lama lagi sebelum mesin cetak selesai.”

Rancangan Myne selalu teliti dan terperinci, terutama yang dia buatkan untukku karena dia tahu aku suka mendapatkan semua rincian yang berkaitan. Kalau bengkel tukang kayu diberikan sebuah rancangan seperti itu, mereka akan menyelesaikan mesin cetak itu dalam waktu singkat.

Benno menggaruk kepalanya. “Benar, tapi akan perlu waktu sampai pengaruh dari mesin cetak benar-benar mulai terasa. Kota ini masih satu-satunya tempat dengan lokakarya kertas tumbuhan, dan kami baru saja menandatangani kontrak dengan serikat tinta untuk mulai membuat tinta kertas itu. Ada sangat banyak kekurangan sumber daya di sini; kami tidak bisa menyamakan kecepatan prosesnya dengan mesin cetak. Tapi, yah… mengingat bengkel-bengkel di kota lain mulai buka lagi di musim semi, hanya masalah waktu sebelum semuanya berubah.”

Kemudian, dia memberiku sebuah pelototan tajam. Perubahan mendadak yang intens seratus delapan puluh derajat dari sikap santai sebelumnya membuatku terkesiap.

“Johann, kau akan dikenal sebagai ‘Gutenberg’ mulai sekarang. Myne memberimu gelar itu secara langsung, dan jangan berpikir kau punya kesempatan untuk menjauh darinya sekarang,” kata Benno, masih menatapku tajam.

Tidak dapat memikirkan apapun untuk dikatakan sebagai balasan, aku hanya menganggukkan kepalaku naik turun. Aku benar-benar takut. Aku akan membuat semua yang dia inginkan, jadi, tolong biarkan aku hidup.

Benno memberikan sebuah anggukan puas, suara jantungku sepertinya terdengar sangat jelas. 

“Bagus.”

...Aku juga tidak punya patron lain untuk kabur, lagipula.


Aku mengerucutkan bibirku mengingat apa yang telah terjadi di Firma Gilberta, pada saat kepala tukang memberitahuku bahwa kami akan kembali ke sana untuk melaporkan apapun yang serikat katakan tentang mata-mata huruf itu. Aku berjengit kaget, sesaat berpikir kalau dia sudah membaca pikiranku, tapi itu konyol.

Bersama-sama, kami berjalan menuju ke Serikat Pandai Besi. Tempat itu berlokasi di jantung kota, yang digambarkan sebagai alun-alun yang mengelilingi lapangan pusat. Ada banyak serikat di alun-alun itu, dengan Serikat Pedagang sebagai kepala atas semuanya.

Area barat-daya alun-alun adalah tempat serikat para perajin berada, seperti Serikat Pandai Besi, Serikat Tukang Kayu, dan Serikat Konstruksi. Serikat Penjahit dan Serikat Pewarna Kain berada di barat-laut, sementara Serikat Penginapan dan Serikat Rumah Makan ada di tenggara. Di timur-laut ada Serikat Pedagang dan sebuah bangunan tempat pertemuan para prajurit. Dan sekarang begitu musim semi lagi, jantung kota ini ramai dengan orang-orang yang lalu-lalang dari semua serikat berbeda ini.

Kami melangkah ke dalam Serikat Pandai Besi, yang sama sibuknya seperti yang diperkirakan. Beberapa orang di sini untuk menjual, membawa barang-barang yang telah mereka buat sebagai pekerjaan tangan musim dingin, sementara yang lain sepertiku datang dengan tugas-tugas leherl mereka. Tempat ini sangat ramai.

“Hei, Johann. Kudengar kau menemukan seorang patron, ya? Selamat,” kata si resepsionis, yang dulu mencemaskanku. Perburuan mati-matianku mencari patron diketahui dengan baik di Serikat Pandai Besi.

Aku mengangkat sedikit kotak berisi mata-mata huruf itu supaya dia bisa melihatnya. “Yeah. Mereka juga memberi penilaian yang bagus untuk tugasku. Segalanya mulai berjalan lancar untukku.”

Dengan menemukan seorang patron dan menerima penilaian bagus untuk penyelesaian tugas dari mereka, aku menghindari pembatalan kontrak leherl-ku. Aku masih harus menunjukkan tugasku pada Serikat Pandai Besi supaya mereka bisa menilainya sendiri, tapi aku akan baik-baik saja tidak peduli apa yang mereka katakan; menjaga keamanan kontrak leherl-ku adalah hal yang terpenting pada saat ini.

“Itu yang paling penting untukmu, ya? Kau benar-benar tidak punya banyak ambisi untuk seorang pria berbakat sepertimu,” kata si resepsionis.

Orang-orang sering berkata begitu padaku, tapi aku tidak begitu menyetujuinya. Ini hanyalah sebuah fakta sederhana bahwa penilaianku dari Serikat Pandai Besi tidak akan berpengaruh pada kemungkinan aku mendapatkan lebih banyak patron, tidak peduli seberapa bagus atau buruknya itu. Bagaimanapun, tidak ada gunanya seberapa pun tingginya lokakarya atau serikat menghargai pekerjaanku kalau pelanggan kami tidak berpendapat sama.

Kepala tukang dan aku berpindah ke lantai dua, di mana kami melihat sekumpulan besar leherl. Mereka kemungkinan juga baru menginjak usia dewasa, karena setiap dari mereka membawa tugas yang sudah selesai sambil menunggu bersama kepala tukang mereka.

“Wah, wah, wah. Aku melihatnya, meskipun kau ribut-ribut soal tidak mendapatkan patron, kau akhirnya tetap mendapatkan sebuah tugas,” kata seorang pria muda dengan rambut merah menyala pendek, dengan tatapan menantang di mata kelabunya.

Dinilai dari fakta bahwa dia ada di sini, kami sepantaran atau hanya berbeda setahun. Aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti, meski begitu, karena jumlah waktu yang diperlukan untuk menemukan seorang patron dan kemudian menyelesaikan tugas mereka bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya.

...Dia ini siapa?”

Aku terkadang pergi ke luar untuk membeli bahan-bahan atau mengantarkan pesanan atas permintaan kepala tukang atau teman kerjaku, tapi aku biasanya menghabiskan seluruh waktuku mengurung diri di bengkel. Sejujurnya, aku nyaris tidak mengenal siapapun. Kepala tukang selalu memarahiku tentang hal itu, berkata bahwa itu adalah salah satu alasan utama kenapa begitu sulit bagiku untuk menemukan seorang patron.

“Aku tidak tahu apa tugasmu, tapi itu tidak akan lebih baik daripada apa yang kubuat,” si pria muda berambut merah menyala melanjutkan.

Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa membalasnya, terutama karena itu berasal dari seseorang yang tidak kukenal. Yang bisa kulakukan hanyalah tergagap “Te-tentu.”

Orang itu mendengus, kemudian bergegas kembali ke kepala tukangnya.

“Apa-apaan itu?”

“Dia itu Zack dari Lokakarya Verde,” kata kepala tukang. “Dia menganggapmu sebagai saingan. Kau tahulah kalau semua orang merasa tegang untuk melihat siapa yang mendapatkan penilaian terbaik dan semacamnya, ya ‘kan? Jangan jadi orang tolol. Kalau ada yang mengajakmu ribut, ladeni!”

Perkataan kepala tukang membuatku tertarik. Lokakarya Verde adalah tempat pandai besi paling terkenal dan sibuk di seluruh kota; kalau Zack adalah leherl di sana, sudah jelas dia adalah seorang pandai besi yang sangat terampil.

...Oh ya, kurasa aku ingat kepala tukang pernah memberitahuku dulu sekali kalau ada seorang pandai besi seumuranku yang juga sangat terampil.

Bel ketiga berdentang, dan beberapa karyawan dari Serikat Pandai Besi memasuki ruangan untuk menilai tugas kami. Kami membawakannya saat dipanggil, menjelaskan apa yang kami kerjakan bagi patron, apa yang mereka pesan, dan bagaimana mereka menilai tugas kami. Aku menunjukkan pada mereka pesanan pembelian dan penilaian tertulis untuk memastikan bahwa semuanya sah.

“Ini benar-benar suplai pesanan yang banyak.”

Myne memang memesan begitu banyak hal dalam waktu yang singkat sejak kami saling mengenal. Kebanyakan patron tidak memesan begitu banyak barang berturut-turut, dan kebanyakan tentunya tidak memesan hal-hal seaneh yang Myne lakukan.

“Myne sangat menghargai kemampuan teknis Johann. Pesanannya selalu luar biasa terperinci,” kata kepala tukang sambil membentangkan setiap rancangan yang Myne berikan padaku. Setiap karyawan di serikat adalah seorang pandai besi juga, jadi mereka tahu betapa rincinya pesanan itu dengan melihat rancangannya.

“Tapi, siapa ini “Pengusaha Myne’? Aku tidak pernah mendengar tentang dia sebelumnya. Lokakarya mana yang dia jalankan?” salah satu karyawan serikat bertanya dengan alis bertaut begitu melihat tanda tangan Myne di papan. Sayangnya, baru saat itulah aku sadar bahwa aku pun tidak tahu lokakarya patronku.

“U-Uhh…” Aku mulai bimbang, tapi kepala tukang menaruh sebelah tangannya di bahuku dan menunjuk pada papan penilaian.

“Pengusaha Myne masih di bawah umur, dan Benno dari Firma Gilberta adalah walinya. Ajukan pertanyaan semacam itu padanya atau Serikat Pedagang.”

“Firma Gilberta yang mewakilinya?” gumam para karyawan, terlihat jelas kekaguman dalam suara mereka ketika melihat nama Benno di papan itu.

Firma Gilberta adalah salah satu toko terbesar di Ehrenfest. Itu bukanlah sebuah perusahaan tua dengan sejarah panjang, tapi toko itu berkembang setiap harinya dan banyak uang yang melewati tempat itu. Myne didukung oleh mereka artinya dia adalah sosok yang sangat penting sebagai patron.

“Baiklah, ayo kita lihat tugasmu,” kata salah satu karyawan setelah memastikan bahwa tidak ada masalah dengan patronku. Aku menyingkirkan kain dari atas kotak dan menunjukkan pada mereka mata-mata huruf di dalamnya.

“Apa-apaan ini maksudnya?”

...Yah, itu reaksiku yang pertama kali juga.

Bahkan setelah Gil mengajari kami bagaimana mata-mata huruf itu digunakan, aku masih tidak begitu mengerti apa yang membuatnya begitu berharga. Kurasa tidak ada satu perajin pun yang bisa tahu nilanya dalam sekali lihat.

“Ini disebut mata-mata huruf. Ini semua adalah potongan logam dengan huruf-huruf yang mencuat di permukaannya. Johann, jelaskan pesanannya.”

“Baik. Hal penting tentang pesanan ini adalah setiap potongan harus benar-benar identik dalam ukuran. Semuanya harus memiliki tinggi yang sama supaya dapat dibariskan rata sempurna saat ditempatkan bersebelahan seperti ini.” Aku mengeluarkan beberapa mata huruf dan membariskannya satu sama lain, kemudian menurunkan kepalaku untuk melihatnya setinggi mata seperti yang Myne lakukan. Para karyawan melakukan hal yang sama saat mengamati mata-mata huruf itu.

“Ini pekerjaan yang sangat teliti.”

“Aku diberitahu bahwa akan mudah berantakan kalau tidak berbaris dengan sempurna.”

Mereka tidak tahu untuk apa mata-mata huruf itu digunakan, tapi mereka bisa menghargai betapa kerasnya mata-mata huruf ini dibuat. Para karyawan mengangguk, terkesan, dan memberiku selamat karena dapat melakukan pekerjaan seteliti itu.

“Menurut Firma Gilberta, ini adalah sebuah penemuan yang akan mengubah sejarah,” kata kepala tukang. Dia hanya mengulang apa yang Benno katakan, dan reaksinya sangat terbagi; beberapa tertawa, jelas menganggapnya sebagai candaan, sementara yang lain memucat saat mereka mempertimbangkan kemungkinan kata-kata itu menjadi kenyataan.

“Johann bahkan diberi gelar ‘Gutenberg’ karena membuat ini. Kelihatannya itu adalah gelar yang diberikan pada pria dan wanita hebat yang pencapaiannya mengubah sejarah. Johann dan pimpinan Firma Gilberta kini sama-sama adalah Gutenberg dari Ehrenfest sekarang,” kata kepala tukang dengan suara yang cukup keras untuk didengar semua orang. Sebuah kehebohan menjalar di keramaian, dan aku berjuang keras menahan keinginan untuk meringkuk menjadi bola dan mati karena rasa malu.


“Jadi, bagaimana hasilnya?” tanya Benno.

Setelah tugasku dinilai di Serikat Pandai Besi, kepala tukang dan aku kembali ke Firma Gilberta. Kami harus mengirimkan kembali mata-mata huruf itu pada Myne dan melaporkan apa yang Firma Gilberta katakan tentang mata-mata huruf ini. Begitu sampai di sana, kami dibawa ke kantor yang sama seperti sebelumnya, di mana Benno mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada kami.

“Johann mendapat nilai tertinggi. Aku tidak mengharapkan yang lain; tidak ada tukang magang lain yang diberi tugas membuat sesuatu yang memerlukan ketelitian sejauh itu.”

Aku hanya mempunyai seorang patron, tapi aku telah menyelesaikan beberapa pesanan untuknya, yang mana setiap pesanan itu mengharuskanku untuk membuat sesuatu yang tidak biasa yang memerlukan tingkat keahlian teknis yang tinggi untuk menyelesaikannya. Fakta bahwa dia memberiku gelar juga berarti banyak. Kepala tukang dan yang lain di bengkel meledekku karena itu, tapi di dunia luar, memiliki gelar adalah sebuah kehormatan besar.

...Aku tidak mau kehormatan apapun!

Karena semua orang jadi berlebihan karena aku diberi gelar ‘Gutenberg’, Zack jadi berada di peingkat kedua setelah aku—bisa dibilang, itu tidak berpengaruh bagus untukku, dan rasa permusuhannya denganku malah jadi semakin kuat. Dia membentak para karyawan serikat, berkata bahwa tidak benar bahwa aku dipuji begitu tinggi setelah mendapat reputasi buruk dan tidak mendapat patron untuk sekian lama.

...Percayalah padaku, Zack, aku akan langsung memberimu gelar “Gutenberg” ini kalau aku bisa. Aku ingin membuat benda-benda yang memuaskan patronku, dan aku ingin mengembangkan semua keterampilan yang kubutuhkan untuk mencapainya, tapi aku tidak peduli sama sekali soal gelar.

“Tidak perlu meringis begitu, Johann. Sebuah penilaian bagus sangatlah penting,” kata kepala tukang sambil menepuk bahuku.

Mark mengangguk menyetujui. “Kepala tukangmu itu benar. Sebuah reputasi positif adalah hal penting untuk menjaga sebuah lokakarya berjalan. Sebagai seorang leherl, kau harus memikirkan apa yang terbaik untuk masa depan lokakaryamu.”

Aku selalu berfokus untuk meningkatkan keterampilanku sendiri sampai-sampai aku tidak pernah benar-benar memikirkan tentang masa depan lokakaryaku atau tempatnya di dalam Serikat Pandai Besi. Kelihatannya aku harus mengubah itu kalau aku ingin menjadi seorang leherl yang pantas.

“Tapi kau tahu, pedagang dan perajin itu berbeda. Kau hanya perlu fokus membuat barang-barang yang bagus, Johann. Itu saja akan membantu reputasi lokakarya kita. Jangan pikirkan itu, aku akan memastikan lokakarya berjalan dengan orang-orang yang tepat. Asah kemampuanmu dan temukan saja patron lain yang menghargai keterampilanmu seperti Myne.”

“...Bos.”

Kepala tukang selalu serius saat menggodaku, tapi dia memiliki sisi yang bisa diandalkan juga. Merasa emosional, aku bertekad untuk meningkatkan kemampuanku lebih jauh lagi.

Mark menyunggingkan seulas senyum damai. “Dengan demikian, Johann, silakan nikmati kesempatan ini untuk mengasah kemampuanmu. Ini semua dari Myne,” katanya, menyerahkan beberapa lembar lipatan kertas padaku.

Aku membukanya dengan hati-hati. Ini adalah pesanan kerja yang memiliki rancangan mendetil. “Huh?!”

Rancangan-rancangan ini menggambarkan mata-mata huruf yang lebih banyak lagi. Beberapa memiliki permukaan yang kosong, dan yang lain memiliki simbol di permukaannya. Aku meremas kertas-kertas itu dengan tangan gemetar, sama sekali tidak mengira bahwa semua mata-mata hurufku itu adalah neraka yang belum usai.

“Apa...Apa ini?”

“Suster Myne menyediakan ini sebagai pesanan lanjutan saat kau selesai dengan pesanan sebelumnya dengan hasil yang memuaskan. Kelihatannya begitu kau menyelesaikan simbol-simbol ini, dia akan memesan mata-mata huruf dengan ukuran yang berbeda. Semoga beruntung,” Mark mengatakan dengan senyum menyemangati.

Tapi aku sama sekali tidak senang. Senyumnya benar-benar terlihat seperti senyum seseorang yang menyodorkan pekerjaan merepotkan pada orang lain.

“Kau mendapatkan seorang patron yang luar biasa merepotkan, ya?” Kepala tukang menaruh sebelah tangannya ke bahuku, yang pada saat itu terasa seperti lebih berat daripada dunia. Aku berbalik dan melihat matanya berbinar-binar geli. “Namamu pasti akan terukir dalam sejarah kalau kau menyelesaikan semua pesanan ini, Gutenberg.”

“Bos, tolong jangan panggil aku begitu!” erangku, menopang kepala dengan kedua tangan. “Dan barusan saja aku merasa hormat padamu juga. Kembalikan itu semua!”

Lutz mengangkat bahu. “Kau kehabisan keberuntungan pada hari Myne menemukanmu. Menyerahlah, Gutenberg.”

“Kaulah yang pertama kali diberi gelar itu, Johann. Kaulah Gutenberg yang sebenarnya,” Benno berkata dengan ekspresi serius.

Itu adalah ide yang menyeramkan. Mereka semua akan kabur dari gelar itu kecuali aku menegaskannya di sini. Aku harus menyeret mereka bersamaku… Atau tepatnya, aku tidak ingin sekutuku lari dari tugas-tugas mereka. Aku mengerti apa yang harus kulakukan.

“Lutz, Benno, kita semua adalah Gutenberg di sini. Myne-sama sendiri yang mengatakannya!”

Benno mendecakkan lidah dan memelototiku, tapi aku sama sekali tidak ada niatan untuk menanggung beban gelar itu sendirian.

“Sebenarnya, kurasa kau seharusnya menjadi kepala Gutenberg, Benno. Kaulah yang tertua dan terkaya di antara kita.”

“Tidak. Percobaan yang bagus, Johann. Sekarang waktunya kau belajar siapapun yang pertama dialah yang kalah.”

“Logika macam apa itu?!”

Pada akhirnya, kami tidak berhasil menetapkan siapa yang menjadi kepala Gutenberg. Saat aku nantinya menyarankan pada Myne agar Benno menjadi kepala Gutenberg, dia membalas seperti ini: 

“Jangan khawatir. Kalian semua adalah Gutenberg bersama-sama. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada siapapun.”

...Tidak! Bukan itu jawaban yang kuinginkan.

Para sejarawan di masa depan akan menyatakan bahwa inilah saat di mana Grup Gutenberg—murid-murid dari Metisonora, sang Dewi Kebijaksanaan, yang akan mendedikasikan hidup mereka untuk mengembangkan proses percetakan dan memenuhi dunia dengan buku-buku—lahir di Ehrenfest.


TL Comment : Johann (Gutenberg), menghabiskan seluruh keberuntungannya untuk ikut dalam perjalanan mengukir sejarah bersama Dewi (Neraka) Myne dkk 🤣