Epilog

(Penerjemah : Hikari)


Saat Delia membawa air dari sumur ke lantai dua, Gil datang dari bengkel lebih awal. Satu-satunya saat dia kembali ke kamar sebelum Myne tiba adalah ketika dia mendapat pesan dari Lutz, jadi Delia segera menyimpulkan bahwa Myne sakit lagi.

...Ya ampun, Suster Myne, apa yang kau pikirkan?! Kau akhirnya bisa pulang ke rumah dan kau sudah sakit lagi!

Mengeluh terhadap tuannya yang sedang sakit dalam hati, Delia bertanya pada Gil apakah Suster Myne akan tidak muncul hari ini. Gil pun tersentak kaget, kemudian mendongak ke tempat Delia berada di tangga.

"Dia, uh...akan pergi selama beberapa hari. Ah, Fran! Dengar…" Gil memberikan jawaban terburu-buru dan kemudian, begitu menyadari kehadiran Fran, berlari padanya secepat yang dia bisa.

"Tidak perlu berlari, Gil. Dan tolong perhatikan untuk menggunakan bahasa sopan ketika menyampaikan laporanmu."

Delia kembali menaiki tangga, dengan air di tangannya, sambil mendengarkan Fran yang memberi Gil peringatan yang sama seperti yang selalu dia lakukan. Saat dia mencapai lantai dua, dia melihat Rosina yang sedang memetik harspiel, telah menyelesaikan pekerjaan dokumen yang diberikan Fran. Kecantikannya bersinar saat dia dengan anggunnya memetik instrumen itu dengan tangan-tangan yang terlatih; dia menjaga kuku-kukunya terpotong pendek sehingga dia bisa memainkan alat musik itu dengan baik, tapi meski begitu Rosina memiliki tangan putih mulus seseorang yang tidak pernah melakukan pekerjaan kasar. Dia adalah pelatih musik yang menangani dokumen—kerja fisik seperti menimba air berada di luar bidangnya.

...Beda peran, beda harapan. Tentu saja kami tidak akan diberikan pekerjaan yang sama. Karena itulah aku harus mempelajari banyak hal lain, supaya Uskup Kepala akan menghadiahiku kasih sayang malam harinya!

Tekad Delia menguat setiap kali dia melihat jarak yang jelas antara dia dan biarawati abu-abu lainnya. Dia berhasil bertahan melewati masa-masa di gudang bawah tanah panti asuhan yang menyedihkan sementara anak-anak yang lain mati satu per satu di sampingnya, dan sekarang tujuan hidupnya adalah untuk disukai pemegang otoritas tertinggi di biara, yaitu Uskup Kepala, dan hidup di bawah perlindungannya sambil menerima lebih banyak rasa sayang darinya lebih daripada siapapun. Untuk alasan itu, dia harus belajar dari Rosina dan bersikap seanggun dan seluwes mungkin.

...Lagipula, Jenni mendapat rasa sayang dari Uskup Kepala, dan dia dulunya juga salah satu pelayan Suster Christine.

Itulah yang Delia pikirkan sambil mengambil buyung air dan menuju ke kamar mandi. Begitu sampai di sana, dia mengangkat ember yang sudah dia bawa masuk dan menuangkan air ke dalam buyung. Membawa air ke lantai dua adalah hal penting saat membersihkan diri dan saat buang hajat, dan membawa-bawa ember ke atas sini dari sumur adalah hal paling menuntut fisik dari tugas-tugas Delia.

“Mm, kurasa perlu satu ember lagi?”

Lebih sedikit air yang dibutuhkan di sini saat Myne tidak ada. Delia memeriksa berapa banyak air di dalam buyung sebelum pergi dari kamar mandi membawa ember kosong. Di sana dia menemukan Fran memberi instruksi pada Rosina untuk pergi mencari kain dengan ukuran tertentu.

“Mau aku mencarikannya, Fran?”

“Kurasa kau belum selesai membawa air, Delia. Silakan prioritaskan itu,” kata Fran dengan seulas senyum lembut.

Delia akan bisa menemukan kain yang Fran butuhkan lebih cepat, namun dia sampai repot-repot meminta Rosina. Dengan kata lain, sesuatu telah terjadi yang mereka tidak mau diketahui oleh Uskup Kepala.

...Kira-kira apa itu? Deli penasaran. Dia tidak bertanya, meski begitu; dia tahu bahwa Fran tidak akan memberinya jawaban yang jelas tidak peduli bagaimana dia mencobanya. Langkah terbaik untuknya, kalau begitu, adalah mengikuti alur suasana. Daripada membuat Fran waspada dengan niatnya dengan bertanya secara langsung, dia bisa bertanya pada Rosina tentang itu nanti.

“Kain itu akan digunakan untuk apa, Fran?” tanya Rosina.

“Membungkus daging,” balasnya, “Tidak perlu kain berkualitas tinggi.”

...Membungkus daging?

Ember kosong itu berayun saat Delia menuruni tangga, yang sekarang menajamkan pendengaran untuk menangkap percakapan mereka. Suara Rosina terdengar semakin pelan untuk didengar, tapi segera digantikan oleh Gil dari dapur. Aneh. Dia tadi mengira Gil langsung ke bengkel setelah menyampaikan laporannya.

“Kami mau itu jadi, seperti, Suster Myne berterima kasih pada semua orang di kota bawah yang telah membantunya,” katanya.

“Itu tidak masalah denganku, tapi seberapa banyak yang butuhkan?” tanya Hugo.

“Er...aku tidak begitu tahu tentang hal itu. Kau bisa lakukan apapun yang menurutmu tepat, Hugo. Fran bilang untuk tidak memberi terlalu banyak sehingga jadi terkesan aneh di kota bawah, jadi…”

“Aaah, jadi harus membaur di kota bawah,” kata Ella, ikut dalam percakapan. Suaranya begitu keras sampai bisa melewati pintu dapur yang terbuka dan dengan mudah mencapai aula utama kamar. “Kalau perayaan, seharusnya cukup memberi mereka banyak daging rusa dan mengatakan ini adalah hadiah dari bengkel.”

...Kira-kira apa yang sedang mereka rayakan? 

Satu-satunya acara perayaan dalam kehidupan seorang biarawati abu-abu adalah upacara pembaptisan dan upacara kedewasaan mereka—tidak ada yang lain. Tapi Myne tidak tepat umur untuk kedua acara itu. Sesuatu yang lain pasti telah terjadi di kota bawah. Sesuatu yang pantas untuk dirayakan. Delia mempertimbangkan apakah yang mungkin sambil keluar dari kamar.

Ketika Delia kembali, suasana terburu-buru telah lenyap. Gil telah pergi dengan daging yang dibutuhkan untuk perayaan; Fran sedang bekerja dengan ekspresi datarnya yang biasa; dan Rosina membantunya karena Myne tidak akan datang. Pintu ke dapur juga sudah ditutup.

Kapanpun Myne tidak datang ke biara, jadwal Delia langsung kosong; dia tidak perlu menyajikan makanan siapapun, dan dia tidak perlu membuat teh saat waktu istirahat. Tidak ada yang perlu dibantu mandi, baju untuk diganti, dan saat berurusan dengan cucian piring dan baju, semua orang melakukan bagian mereka masing-masing hanya sebentar saja.

Fran sibuk bahkan saat Myne tidak ada. Dan sekarang setelah Rosina bisa membantu pekerjaannya sedikit, begitu pula gadis itu, meskipun dia mengambil waktu istirahat untuk bermain harspiel kapan pun kesempatan itu muncul. Gil menghabiskan sebagian besar waktunya di bengkel dan panti asuhan akhir-akhir ini; bengkel harus tetap bekerja bahkan saat pekerjaan Lutz mengharuskannya untuk absen dalam waktu yang lama. Gil benar-benar mendedikasikan dirinya untuk belajar sebanyak yang dia bisa tentang berbagai macam hal.

Kebalikannya, Delia tidak diberikan pekerjaan baru apapun. Alasannya sederhana: dia memiliki hubungan dengan Uskup Kepala, dan tidak ada satu pun yang menginginkan keterlibatannya dalam pekerjaan penting Myne. Delia mau tidak mau merasa sedikit sedih karena dipinggirkan, tapi di saat yang sama, memiliki hubungan dengan kekuasaan tertinggi di biara adalah sumber kebanggaan terbesar untuknya.

"Aku akan berada di tempat Pastor Kepala," Fran mengumumkan tidak lama setelah bel ketiga berdentang; dia pergi untuk membantu Pastor Kepala mengerjakan dokumen bahkan saat Myne tidak ada.

Rosina, akhirnya bebas dari pekerjaan dokumen, meraih harspiel. Tidak ada lagi pekerjaan untuk dilakukan di kamar sampai bel keempat.

Delia meninggalkan kamar direktur panti asuhan dan langsung menuju ke ruang Uskup Kepala.

"Ini aku, Delia. Aku ke sini untuk menyampaikan laporanku pada Uskup Kepala," katanya pada biarawan abu-abu yang berdiri di depan pintu, dan setelah jeda sesaat, pintu pun terbuka.

Jenni menyambutnya dengan seulas senyuman.

"Maaf, Delia. Uskup Kepala menerima sebuah undangan dari seorang giebe dan saat ini sedang tidak ada di tempat."

"Bukankah dia membawa cawan-cawan ke Area Bangsawan di akhir musim dingin? Pastinya dia sudah selesai sekarang. Apa ada alasan lain sehingga Uskup Kepala harus meninggalkan kota sekarang begitu Dia Musim Semi selesai?" tanya Delia, memikirkan kembali jadwal Uskup Kepala yang sudah dia hapalkan saat di ruangan pria itu, belajar untuk menjadi seorang novis.

Jenni membalas kalau dia tidak tahu, tapi ada seorang giebe selatan yang mengundangnya. Kelihatannya seorang bangsawan penyewa-tanah sedang ada urusan dengan Uskup Kepala.

"Kalau begitu, aku akan menerima laporanmu mewakilinya," kata Jenni.

Delia memberitahu Jenni bahwa ada sebuah perayaan di kota bawah yang sepertinya berhubungan dengan Myne, dan bahwa mereka memberinya hadiah sebungkus daging. Jenni mencatatnya di sebidang papan dan, begitu dia selesai, dia menatap Delia dan tersenyum hangat.

"Delia, gerak-gerikmu kini jauh lebih anggun dan luwes daripada sebelumnya."

Delia sering menerima pujian atas usahanya meningkatkan diri dari Myne dan Rosina, tapi mendengar pujian dari Jenni membuatnya jauh lebih senang. Bagaimanapun, Jenni menjalani mimpi Delia menerima rasa sayang dari Uskup Kepala.

"Aku belajar untuk membawa diri seperti Rosiana. Aku ingin menjadi gundik Uskup Kepala."

"Ya, itu adalah cita-cita yang sangat bagus. Benar-benar kenangan manis… Aku penasaran apa yang sedang Rosina lakukan saat ini?"

Delia menuturkan secara terperinci semua yang dia tahu tentang Rosina, dan bagaimana dia menghabiskan waktunya sebagai pelayan Myne. Dia mengambil kesempatan ini untuk bicara tentang Wilma dari panti asuhan juga.

Jenni mendengarkan dengan seulas senyum cerah berseri-seri. "Asahlah kecantikanmu baik-baik, Delia. Akan ada kunjungan dari seorang bangsawan dalam waktu dekat, aku yakin."

"Apakah Uskup Kepala akan memperbolehkanku menyambut mereka? Oh… tapi Fran akan mengganggu. Dia tidak akan pernah membiarkanku datang."

Untuk sesaat mata biru terang Delia bersinar penuh semangat, tapi kemudian dia teringat dengan posisinya saat ini dan merosot kecewa. Jenni mengamatinya dengan senyum lembut.

"Aku diberitahu bahwa bangsawan ini sangat suka anak-anak. Semuanya akan baik-baik saja. Uskup Kepala tidak diragukan lagi pasti akan memanggilmu, Delia."

Jika bangsawan itu menyukai Delia, dia mungkin tidak akan menjadi gundik Uskup Kepala, tapi menjadi gundik seorang bangsawan. Dia mungkin dapat meninggalkan biara. Menyadari bahwa ini adalah sebuah kemungkinan yang nyata—meskipun sangat tidak mungkin—jantung Delia berdebar kencang saat meninggalkan ruangan Uskup Kepala. Dia begitu bersemangat dengan betapa cerah masa depannya nanti sampai-sampai dia melewatkan bisikan terakhir Jenni.

"Bangsawan itu mencari seorang anak yang memiliki Kondisi Pelahap, sepertinya."



Hikari's note : Delia dan Jenni, seperti melakonkan "Si Kerudung Merah (Nakal) dan Serigala (Betina)" 🤔