Ahli Pedang dan Pemanah

(Penerjemah : E-Chan)


Meninggalkan ruang tamu bersama Tamara, Eto berjalan menyusuri koridor ke paviliun di belakang mansion. Menurut Tanara, meskipun ada juga budak-budak yang berada di bangunan utama, mereka semuanya itu untuk para bangsawan dan orang-orang kaya raya, dan tidak ada satu dari mereka yang bisa bertarung sebagai seorang petualang.

Eto dipandu ke sebuah ruangan yang terlihat seperti aula dansa kecil, dengan sehelai karpet putih dibentangkan di tengah-tengah lantai kayu, dan satu set sofa di atasnya. Ada sebuah panggung di depan sofa itu, di mana para budak akan dibariskan di sana untuk menjalani sesi tanya jawab. Kemudian, sementara Eto menikmati teh dan kue yang disajikan di situ, Tamara kembali dengan beberapa dokumen di tangannya. Itu adalah data dari budak-budak yang memenuhi permintaan Eto.

Setelah membaca dokumen-dokumen dan mendengarkan cerita Tamara, Eto mempersempit kandidat budaknya menjadi lima. Kemudian, segera setelah memanggil kelima budak itu ke panggung, Tamara meninggalkan ruangan. Di antara kelima orang itu, tiga dari mereka adalah penyerang garis depan dengan profesi ahli pedang, dan dua lainnya adalah barisan belakang dengan profesi pemanah. Melihat harga budak-budak ini, Eto berpikir dia pasti bisa membeli tiga dari antara mereka jika dia menggunakan lebih banyak uang yang dia telah berencana gunakan.

Yang pertama muncul di panggung adalah seorang pria Ogre dan gadis setengah Ogre. Menurut data, mereka adalah pasangan ayah dan anak. Keduanya adalah ahli pedang, dan sebagai tambahan, Ogre juga bisa menggunakan kapal dan perisai. Sementara, ahli pedang lainnya adalah seorang pria manusia yang dulunya adalah mantan petualang tingkat C. Disebutkan dalam dokumen itu bahwa ketiganya adalah budak hutang yang menjual diri mereka sendiri ke agensi untuk melunasi hutang-hutang mereka.

Para pemanah adalah seorang pria manusia dan wanita elf. Para elf dikenal sebagai ras yang hebat dalam panahan dan sihir angin. Karena itu, dia berpikir harga yang ditawarkan Tamara untuk wanita tersebut luar biasa murah. Tapi menurut dokumen, dia adalah satu-satunya budak kriminal dari kelima budak. Dan kejahatannya adalah pembunuhan. Kebetulan, si manusia pemanah juga adalah budak hutan dan mantan petualang tingkat D.

Eto kemudian lanjut menanyakan alasan kenapa mereka menjadi budak. Si pria Ogre dan gadis setengah Ogre menjawab bahwa mereka berhutang demi membeli obat untuk ibu manusia mereka yang sakit. Sayangnya, walaupun si ibu dapat memperpanjang nyawanya berkat obat tersebut, dia tidak sepenuhnya sembuh dan akhirnya meninggal. Setelah itu, si Ayah Ogre terus melunasi hutang mereka sebagai petualang tingkat B, tapi dia terluka parah oleh serangan monster-monster, menyebabkan baik si ayah maupun puterinya memutuskan untuk menjual diri ke agensi budak.

“Bisakah aku menanyakan alasan kau memutuskan membuat puterimu menjadi seorang budak juga?”

“Desa kami diserang wabah, yang membunuh semua kerabat dekatku. Karena itulah kupikir lebih baik menjadikan dia budak bersamaku dengan syarat kami harus dibeli bersama, daripada meninggalkan dia sendirian.”

“Aku mengerti. Tapi cedera Amou-san sudah sembuh, ‘kan?”

“Ya. Aku sudah sembuh sepenuhnya. Aku tidak ada masalah dengan bertarung.”

“Baiklah.”

Walaupun puterinya yang setengah Ogre masih berusia dua belas, dia telah dilatih pedang oleh ayahnya sejak kecil, dan kemampuannya saat ini setara dengan petualang tingkat D. Artinya, dia tidak ada masalah saat mengalahkan goblin dan orc sendirian. Itu bakat yang sangat mengejutkan untuk seorang gadis berumur dua belas tahun.

Si manusia ahli pedang menjawab bahwa dia terpaksa menjual dirinya karena keterlambatan pembayaran hutang akibat terluka saat pertarungan. Dia menambahkan bahwa hutang itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu yang diminta temannya. Tapi temannya itu mendadak hilang, membuat dia tidak punya pilihan selain melunasi hutang itu. Dia pria yang sangat tidak beruntung karena bukan hanya dikhianati tapi juga cedera. Meski begitu, bukan berarti Eto bisa begitu saja memilih budak karena rasa simpati. Dia harus mempertimbangkan kemampuan dan kepribadiannya dulu.

Berikutnya adalah manusia pemanah. Dilaporkan bahwa dia adalah seorang pemanah hebat dari sebuah klan besar. Akan tetapi, dia kelihatannya kecanduan judi dan dipaksa untuk menjual dirinya sendiri karena hutangnya. Eto memang pernah mendengar orang berkata bahwa perjudian seperti obat terlarang, tapi karena dia tidak pernah memiliki hobi seperti itu, dia tidak dapat memahami perasaan dari seseorang yang meminjam uang untuk berjudi.

Yang terakhir, si elf pemanah dikatakan bahwa dia telah membunuh seorang pedagang budak yang mencoba menyerang hutan mereka untuk menculik anak-anak mereka. Dia berhasil menyelamatkan anak-anak itu dan kembali ke desa, tapi beberapa hari kemudian, seorang manusia mengunjungi desa mereka. Pria itu adalah seorang pembawa pesan dari seorang keluarga bangsawan yang bersebelahan dengan wilayah elf. Dia mengatakan bahwa dia sedang menyelidiki pembunuhan sekelompok manusia oleh seorang elf dan kembali setelah mendengar garis besar kasus tersebut.

Kemudian, pria itu muncul lagi, tapi kali ini dengan sepucuk surat dari bangsawan tersebut, dan memberitahu kepala desa bahwa dia berniat untuk menahan elf tersebut atas kasus pembunuhan itu. Sayangnya, saksi dari peristiwa itu hanyalah seorang anak elf yang akan diculik dan seorang manusia yang kabur. Sebagai tambahan, pedagang budak yang dia bunuh itu adalah putera dari seorang pedagang berpengaruh yang merupakan pemasok para bangsawan.

Dia kemudian ditetapkan bersalah oleh pengadilan manusia, dan manusia mengancam akan mengirim tentara bersenjatanya ke desa elf jika mereka tidak menyerahkan identitasnya. Karena itulah, wanita itu rela menyerahkan diri demi melindungi desanya.

Dibawa ke bangsawan itu dengan tangan dan kaki yang dirantai, dia hampir diperkosa oleh si bangsawan. Akan tetapi, karena dia belum menandatangani kontrak budak, dia menggigit pipi bangsawan itu dan mencabik dagingnya. Melihat bangsawan yang menjerit dan melarikan dari kamar, wanita itu menertawakannya dengan mata yang diselimuti dendam dan kebencian. 

“Apa Anda tidak menghadiri pengadilan itu?”

“Ya, saya tidak menghadirinya.”

“Bukankah mereka terlalu memaksa? Tamara-san, apakah umum bagi orang-orang untuk diperbudak seperti ini?”

“Tidak, itu jelas tidak biasa. Akan tetapi, catatan pengadilannya, kenyatannya, resmi. Karena kami juga menyelidiki dan menanyakannya ke berbagai tempat, kami telah memastikan bahwa ini benar.”

“Hmmm, saya bertanya-tanya bagaimana saya sebaiknya memutuskan ini.”

“Dia adalah seorang pemanah yang berbakat. Saya pikir sayang sekali jika kita membiarkan bakatnya membusuk begitu saja seperti itu.”

Setelah itu, para budak turun dari panggung. Dan sambil mengingat percakapannya dengan mereka, Eto mencermati dokumen-dokumen yang tersebar di meja.

“Tamara-san, saya telah memutuskan.”

Eto, yang telah memutuskan siapa yang akan dimasukkan ke dalam party-nya, memberitahu Tamara.