Perubahan di Sekitar

(Penerjemah : E-Chan)


Orang yang pertama kali mengatakan bahwa Eto tidak berguna untuk party adalah Master Magician Mirei.

“Kelihatannya kita tidak bisa mengharapkan efek yang bagus dari sihir pendukung Eto-san. Kenapa tidak kita pertimbangkan ulang apakah dia memang orang yang dibutuhkan oleh rombongan Hero?”

“Sihir pendukungku memang tidak memiliki kekuatan sebesar sihir Mirei-sama. Akan tetapi, para kesatria dan penyihir yang berpatisipasi dalam pembasmian pasti merasakan efeknya. Selain itu, efek dari sihir pendukungku masih berkembang bahkan saat ini, jadi kurasa nantinya akan berguna untuk semua orang.”

“Berapa lama lagi kau berniat membuat kami menunggu itu? Sudah hampir waktunya bagi kita untuk berangkat melakukan perjalanan membasmi monster-monster, ‘kan? Kalau kita masih harus menunggu bahkan setelah berangkat, bukankah lebih efisien untuk menambahkan jumlah kesatria dan penyihirnya, yang bisa langsung menjadi tenaga tempur party?”

“…”

“Mirei-san, kurasa Eto-kun juga mengusahakan yang terbaik. Selain itu, kita ini adalah rekan-rekan yang dipilih oleh sang Dewi. Karena itulah, bisakah setidaknya kau berpandangan jauh ke depan?"

Ronaldo kemudian membujuk Mirei. 

“Jika Ronaldo-sama berkata demikian...”

Tentu saja, Mirei memutuskan untuk mengikuti perkataan Ronaldo, tapi dia masih memandang tajam Eto.

Sebenarnya, Eto tahu kenapa sikap terhadap dirinya berubah. Dari awal, tujuan Mirei adalah menjadi pempin dari korps penyihir, atau dengan kata lain, penyihir terbaik kerajaan. Karena itulah, sejak dia mendengar bahwa pemimpin korps penyihir saat ini, Puke, menilai tinggi sihir pendukung Eto, Mirei sepertinya menganggap Eto sebagai saingannya.

Seandainya Eto dapat secara bebas menggunaklan sihirnya untuk berkontribusi pada rombongan party, Mirei mungklin tidak akan bisa terang-terangan melawannya. Sayangnya, para anggota party Hero, yang memiliki sedikit pengalaman dalam menumpas monster, tidak memahami efektivitas dari sihir pendukung Eto.

Hasilnya, dua bulan setelah mereka mulai perjalanan mereka, Eto dilarang untuk menggunakan sihir pendukungnya.

Sejak saat itu, pemandangan di mana Mirei, yang gigih mengkritik Eto, menjadi suatu keseharian dan sang Hero bahkan tidak mencoba menghentikannya. Sejak awal, Ronaldo selalu menekankan pada kekuatan individual, dan dia tidak terlihat tertarik untuk memperkuat kawannya-kawannya dengan sihir pendukung. Ditambah lagi, sebanyak tiga puluh orang terdiri kesatria dan penyihir pengiring, perwakilan dari istana dan gereja, ahli obat, ahli masak, dan kusir kuda yang mendampingi party Hero dalam perjalanan mereka juga mulai memandang rendah Eto, mengikuti jejak Mirei dan Ronaldo.

Normalnya, hal-hal semacam tidak mendapat kamar di penginapan atau diberikan makanan seharusnya tidak pernah terjadi pada Eto. Imbalan penumpasan seharusnya diberikan kepada setiap anggota rombongan oleh kerajaan dan gereja. Karena itulah situasi di  mana Eto tidak diberikan imbalan apapun sangatlah abnormal.

Tentu saja, Eto sudah berulang kali mendesak orang-orang yang mendampingi party untuk memberikan imbalan bagiannya. Dia juga sudah mengatakan pada perwakilan istana dan gereja bahwa tidak mungkin dia bisa melanjutkan perjalanan jika situasi di mana dia bahkan tidak diberikan makanan sedikit pun berlanjut. Akan tetapi, yang orang-orang itu lakukan hanyalah mereka akan melakukan sesuatu tentang itu setelah melaporkannya pada atasan mereka.

Walau begitu, Eto terus mendesak mereka untuk mengubah situasinya saat ini, tapi dia berhenti mengharapkan apapun dari mereka setelah mendengar kata-kata dari para perwakilan yang seharusnya mengatur imbalan mereka.

“Kalau kau tidak punya makanan, kenapa tidak berburu monster saja dan menukarnya dengan uang? Karena Eto-sama tidak berpartisipasi dalam pertarungan party, aku yakin kau masih punya energi yang tersisa, ya ‘kan?”

Seorang birokrat wanita, yang bertugas sebagai penghubung dengan istana, berkata demikian, sambil memandang rendah Eto.

Awalnya, orang-orang di sekitar memang kelihatan terkejut dengan pernyataannya itu, tapi mereka perlahan mulai setuju.

“Aa, itu ide yang bagus.”

Kemudian, seorang pria, yang merupakan atasannya, setuju dengan pernyataan wanita itu.

“Ya, itu benar. Kami juga tidak bisa meminta sesuatu yang kami rasa tidak perlu ke ibu kota, bagaimanapun juga. Dengan demikian, jika Eto-sama bisa menyelesaikan masalah itu sendiri, tidak ada yang lebih baik daripada itu.”

Perwakilan dari gereja pun segera menambahkan.

Sementara itu, para kesatria dan penyihir yang menyaksikan situasi tersebut tidak berkata apa-apa dan hanya memelototi Eto. Pada saat itu, hanya ada satu hal di dalam pikiran Eto. ‘Ini tidak ada gunanya’. Eto menyerah, karena dia menemukan bahwa orang-orang itu tidak ada niatan sedikit pun untuk mendengarkan permintaannya.

Sejak saat itu, Eto tidak lagi mengeluhkan permasalahnnya pada mereka. Dia hanya melakukan tugasnya seperti yang diperintahkan oleh Ronaldo, kemudian dia menerima permintaan seperti mengalahkan monster atau mengumpulkan tanaman obat untuk menutupi biaya makannya sendiri sementara anggota party yang lain beristirahat dengan nyaman di penginapan.

Faktanya, Lana dengan keras kepala menanyai dia kenapa perlakuan yang Eto terima berubah, tapi tanpa bisa mengatakan bahwa dirinya sedang dipandang rendah oleh orang sekelilingnya, setiap kali Eto hanya mengatakan sesuatu untuk mengelabuinya. Setelah itu, Lana perlahan berhenti bertanya, membuat Eto merasa lega.