Turnamen Pertarungan(1) (Bagian 2)

(Penerjemah : yuichiana)


“Sudah cukup! Setelah mengalahkan Raja Iblis kau menyembunyikan dirimu, akhirnya ketika kita bertemu di ibukota kau tidak ingin bermain denganku dank au tidak pernah mengundangku untuk makan malam. Bukannya kau menjadi sedikit dingin?”(ana)

 “Ya, menghabiskan waktu bersamamu membuatku lelah”(renji)

 “Kau jadi tidak sopan sekarang.”(ana)

 [Serius.]

 “Kau tidak bernasib lebih baik dariku, pria medali.”(ana)

 [Ya lagipula aku ini partner nya Renji]

Tunggu, meskipun kau selalu kesal ketika aku memanggilmu partner, lantas kenapa terkadang kau senang jika dipanggil partner?

Apa hanya aku yang merasa sangat rumit saat ini? Saya senang namun tidak bisa benar-benar merasa senang tentang hal itu. Ermenhilde tampaknya tidak memahami pikiran batinku. Jika saya memiliki cara untuk melihat ekspresinya, dia pasti membuat ekspresi kemenangan sekarang.

Apa hanya perasaanku yang rumit saat ini? Aku senang namun tidak bisa benar-benar merasa senang tentang hal itu. Ermenhilde kelihatannya tidak memahami pikiran batinku. Jika aku memiliki cara untuk melihat ekspresinya, dia pasti sedang membuat ekspresi kemenangan sekarang.

 “Berhenti bertengkar, kalian. Kau akan dimarahi oleh Yui-chan.”(renji)

[Muu.]

“ugh..”

Aku menghela nafas melihat mereka berdua terdiam hanya dengan menyebut nama Yui-chan. Sungguh menakjubkan bagaimana mereka tidak bisa menang melawan seorang anak kecil. Mereka tahu bahwa Yui-chan akan sedih jika mereka bertengkar; keduanya sangat jujur sekali. Yah, aku tidak berbeda.

 “Ini tidak adil memakai nama Yui,Renji.”(ana)

 [Ya, itu benar. Tidak adil]

 “Kenapa kau tiba-tiba peduli?”(renji)

 “Tidak kok! Kan, pria medali?”

 [Tepat sekali, dasar serangga]

Sungguh, apaan sih. Sambil mengobrol dengan Anastasia yang sudah melupakan kemarahannya, aku membuka lemari kayu untuk memilih beberapa pakaian. Tampaknya terbuat dari kayu berkualitas baik karena terlihat sangat kokoh namun sebenarnya cukup ringan. Hampir tidak butuh usaha untuk membuka pintu ganda itu. Aku mengambil beberapa set pakaian dari dalam lemari, kemudian menutup pintu lemari.

Malam ini kami akan pergi ke Restoran Toudou, restoran yang tersembunyi tapi sangat popular. Kau pikir tidak masalah melihat salah satu dari 13 pahlawan karena tempatnya yang istimewa, restoran itu dulu nya tidak popular. Lagipula, lokasinya berada di gang sempit yang rumit.

Dia bahkan tidak mencoba mengiklankan tempat itu. Utano-san pernah berkata dia tidak tertarik untuk menjadikan nya penghasilan utama nya. Ngomong-ngomong aku tidak bisa menemukan tempat itu sendirian, aku harus meminta Utano-san mengantar ku sambil membawa peta ibukota. 

 “Suatu saat nanti, aku akan mengajakmu makan malam, oke? Saat ini biarkan aku pergi sendiri.”(renji)

 “Benarkah?”(ana)

 “Mungkin, Jika aku ingat.”

 “Kau memang tidak mau melakukan nya ya!?”

Sambil memeras otakku untuk memutuskan pakaian mana yang harus aku pakai, dengan enteng nya aku berkata seperti itu kepada Anastasia. Tentu saja, karena dompet ku tidak cukup tebal untuk mentraktir orang ke restoran bahkan ketika aku tidak menginginkan nya, sambil mengabaikan suara protes Anastasia, 

Terlihat tidak senang, Anastasia bangun dari kasur. Dengan kekuatan angin nya, tubuh kurus nya terlihat, gaun tidur nya tersingkap memperlihatkan tubuh nya yang putih dan kurus. Sungguh, itu membuat aku gagal fokus.

 “Saat pulang nanti, Aku akan membawakanmu daging orc bakar, oke?”

 “Mati aja sana!”

Betapa menyakitkannya kata kata si kecil ini. Tapi dia sangat lucu, aku yakin dia terkenal di antara laki-laki dengan fetish aneh. Seperti Koutarou, mungkin Koutarou, oh dan juga Koutarou. Dia terlihat seperti chunni tapi di dalam hati nya dia seperti itu. Ketika aku berpikir banyak hal, Seseorang mengetuk pintu kamarku, beberapa saat kemudian seseorang membuka pintu dan ternyata itu Yui-chan. Di belakang nya ada seorang KSATRIA dengan armor serba hitam. Apa dia datang mencari Anastasia?

 “Oh, Yui.”(ana)

 “Permisi, Renji-san.”(yui)

 “Yo, apa kabar Yui-chan? Jika kau mencari Anastasia, bawa dia bersama mu. Dia selalu bertengkar dengan Ermenhilde, itu sangat menyebalkan.” (renji)

 “Tunggu, apa yang tadi kau katakan!?”

Anastasia berteriak disaat si KESATRIA menutup pintu di belakang nya. Yui-chan datang dengan ekspresi sedih, menghampiri Anastasia yang sedang terbang di dekat kasur.

Bagaimana aku mengatakan nya ya, akulah yang merencanakan semua ini, meskipun aku merasa sedikit tidak enak. Melihat Yui-chan seperti itu, Anastasia kehilangan ekspresi tenangnya ketika dia berbicara padaku dan ermenhilde dan melihat sekeliling dengan ragu. Di saat yang sama dia melihatku, tapi aku tidak bisa menolongnya. Aku tidak bisa melakukan apapun.

Si KESATRIA berjalan di belakang Yui-chan seperti pantulan cahaya yang tampak nyata.

“…….Ana?”(yui)

 “Itu, bukan seperti itu……..bukan pertarungan. Itu bukan pertarungan, kan Renji? Bukan, kan!?”

Mengabaikan minta tolong nya, aku melanjutkan memilih pakaian lagi. Seperti yang aku duga semua menjadi sedikit kecil…tapi tidak seperti aku tidak bisa memakainya sama sekali. Yang ini harus muat, kan?

Yui-chan terdiam menyesali Anastasia dan Anastasi terus menerus meminta tolong. si KESATRIA tetap diam di belakang Yui-chan menandakan bahwa dia jelas berada di pihak Yui-chan. Ermenhilde dan Anastasia lah yang sudah membuat kamar ini terasa hidup, tapi sekarang terasa lebih dari itu saat aku tersenyum masam. Aku kira pepatah yang berkata berkumpul dengan seorang wanita akan membuat ramai itu memang benar adanya.

 “Lihat, Yui-chan, menurutmu mana yang cocok untuk ku?” (renji)

Mengumpulkan baju yang bisa aku pakai, aku meminta pendapat Yui-chan.Setelah terbebas dari tatapan Yui-chan, Anastasia juga menghela nafas lega. Kenapa dia begitu lemah hanya pada Yui-chan? Yah, aku kira siapa pun akan merasa bersalah dimarahi oleh seorang anak.

Ketika aku mendengar pendapat Yui-chan dan Ermenhilde, aku mulai memakai pakaianku saat Anastasia mulai bosan kemudian menjatuhkan diri kembali ke tempat tidur. Sejak Yui-chan ada di sini, dia sepertinya berhati-hati untuk tidak merusak gaun nya kali ini.

 “Katakan, Renji.”(ana)

 “Apa?”

 “Kencan dengan Aya itu menyenangkan?”

 “Yah, aku tidak tau itu disebut kencan atau bukan, ya, itu menyenangkan.”

 “Itu benar-benar kencan. Kau akan pergi makan malam dengan nya kan?”

 “Sebelum itu,  dari mana kau belajar apa artinya “kencan”?” 

 “Baru saja, dari Yui.”

Aku menanyakan hal itu semata-mata untuk mengubah topik pembicaraan tapi aku sedikit terkejut dengan nama yang terduga datang darinya. Yui-han seperti nya tidak mempermasalahkan nya. Yah , dia juga sudah berusia 16 tahun sekarang. Itu normal baginya untuk mengharapkan hal-hal seperti itu. Haruskah aku senang atas pubertasnya atau harus khawatir akan hal itu? Pokoknya, aku ingin tahu siapa orang yang dia sukai.

Ketika aku melihat ke arah Yui-chan, dia tidak ada disana. Kapan dia berpindah? Dia saat ini mendorong Anastasia ke tempat tidur dengan wajah merah. Mungkin mencoba untuk menutup mulutnya tapi karena fisik Yui-chan tidak benar-benar bagus, mereka berdua sama jatuh ke atas kasur. Kedua nya mengenakan rok sehingga cukup berbahaya. Sambil batuk, aku mengalihkan pandanganku ke jendela, tapi tekanan yang diberikan datang dari si PRAJURIT dan Ermenhilde sangat kuat. Jika ada orang lemah, dia akan mengalami kejang.

Di dalam sini, ini bukan benar-benar adegan ‘pembantaian’, aku hanya bisa menatap ke luar jendela.

 “Syukurlah semua orang bahagia, ya.” (renji)

 [Kau lihat kemana? Apa yang kau lihat? Hm??]

OI, Tuan PRAJURIT, tolong jangan berdiri di sampingku sambil memberikan tatapan menekan seperti itu, Dan juga Ermenhilde, jika aku melihat Yui-chan dan Anastasia dengan cara itu, aku tidak akan memaafkan diriku terlebih dahulu, jadi tenanglah. Tetap tenang.

.

.

Tapi tetap saja, pikirku.

 “Ada masalah apa, Renji-san?”(aya)

 “Bukan, bukan apa-apa.”

Memakai gaun biru tua yang ketat dan selendang tebal yang terbuat dari bulu monster, Aya melihat ke arahku dan berbicara. Aku harus mencoba untuk tetap tenang karena kami bisa merasakan sikut kami saling bersentuhan. Biasanya Ermenhilde yang tidak bisa membaca suasana akan mengatakan sesuatu yang aneh, tapi saat ini dia telah diamankan oleh Utano-san. Suasana ini benar-benar sunyi.

Sekarang sudah malam. Biasanya jalan ini ramai pada siang hari, tapi sekarang lebih sedikit orang yang berjalan di jalan ini. Aku mengingat jalan menuju restoran Toudou di kepalaku.

 “Kau tidak kedinginan?”(renji)

 “hehe, tidak aku baik-baik saja.”(aya)

Kemudian, Aya mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat ke arahku. Sambil bertingkah aku tidak menyadarinya, aku menggaruk pipiku dengan tanganku yan satunya. Dia dalam suasana hati yang sangat baik. Jika aku mengatakan itu kepada nya, aku ingin tahu tanggapan nya. Aku menjadi sedikit penasaran tapi memutuskan untuk tidak menanyakan hal itu dan sedikit memperlambat kecepatan berjalan ku.

Aya terasa lebih tinggi daripada biasanya, mungkin karena dia memakai sepatu high heel. Rambut nya terurai ditiup angina dan disinari oleh lampu jalan yang dibuat dari sihir. Make up natural nya cocok sekali untuk nya dan membuat nya sedikit lebih dewasa daripada biasanya.

Saat mencuri pandangan wajah senang Aya yang menikmati dingin nya malam. Aku mulai mengikuti rambutnya yang terurai tertiup oleh angin. Aku tahu, 18 tahun bagi seorang gadis adalah pijakan menuju kedewasaan, harus aku katakan. Dia benar-benar tumbuh dan menjadi cantik. Aku penasaran bagaimana perasaan seorang ayah melihat anak gadis nya tumbuh dewasa. Aku mengganti mood ku ketika berpikir hal bodoh seperti itu.

 “Mungkin kita harus menyewa kereta kuda atau semacamnya.”(renji)

 “Jangan mengkhawatirkan soal itu.  Memang nya, berapa banyak uang yang kau punya?”(aya)

“Hehe.”

 “Tapi kan, berjalan dan mengobrol seperti ini lebih menyenangkan, kan?”

Terlalu sering bicara, aku tidak menyangkal hal itu. Aku pikir tidak buruk berjalan sambil mengobrol seperti ini. Kami melewati beberapa persimpangan, dan akhirnya sampai di depan Toko peralatan yang sudah aku katakan tadi. Jalan kecil dari sini adalah tempat masuk dimana lokasi Restoran Toudou berada. Aya juga tahu tempat ini karena dia dengan mudahnya menarik lenganku.

Sedikit geli. Aku dengan cepat menyembunyikan senyumku dengan tanganku yang satu nya ketika masuk ke dalam jalan kecil ini. Jalan kecil ini bersih dan tidak ada sampah sedikitpun. Tapi seperti yang aku duga, tidak ada banyak orang yang berjalan di jalan ini. Hanya, ada beberapa pasangan yang berjalan-jalan di jalan ini.

 “Sudah kuduga, tidak ada banyak orang disini, ya?”(renji)

 “Benar. Faktanya Restoran Toudou menjadi popular karena makanan nya disana sangat enak.” 

 “Ya, mereka pun bertanya-tanya, kenapa dia membuka restoran di tempat seperti ini”

Kalau diingat lagi, mungkin alasannya, dia hanya ingin seseorang menikmati makanannya. Semakin sedikit jumlah pelanggan nya maka akan semakin baik.

Toudou Hiiragi. Salah satu dari teman kami, dan seorang koki. Suatu hal aneh bertanya apa guna nya skill memasak setelah datang ke dunia fantasi ini. Padahal dia dulu nya seorang NEET, dan bodoh dalam bersosialisasi. Tidak bisa memulai topik pembicaraan, dan memilih untuk menyendiri. Tapi tetap saja, dia sudah berusaha sebaik mungkin dengan kami, dan sudah berpetualang bersama kami.

Sambil aku mengingat rupa nya beberapa tahun lalu, kami akhirnya sampai di tempat tujuan kami.

 “Akhirnya…”

“Eh?”(aya)

 “Aku mencari tempat ini berkali-kali sejak aku tinggal di ibukota tapi tidak pernah menemukannya.”

Dan juga, aku punya hutang pada Utano-san jadi aku lebih memprioritaskan usaha untuk mendapatkan uang daripada pergi ke Restoran Toudou.

Sambil memikirkan itu, aku memperhatikan bangunan restoran itu. Penampilan luarnya pada dasarnya adalah sebuah bangunan batu yang diberi papan kayu sebagai pintu masuk. Tampaknya cukup baik dibangun. Bahkan bagian-bagian yang seharusnya rusak saat dia membeli tempat ini sudah direnovasi. Ketika aku mencoba menyentuhnya, aku merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Apakah ini beton?

Ketika aku melihat ke arah Aya, dia tersenyum samar. Pasti Kudou yang membuat ini. Aku tidak tahu bagaimana dia membuat bahan baku untuk membuat beton karena kemampuannya adalah [Membuat sesuatu]. Dia pasti yang membuatnya. Yah, suatu waktu dia pernah membuat bom yang terbuat dari batu saat kami berpetualang bersama, jadi aku tidak terlalu terkejut dengan apapun yang dia lakukan. Aku hanya bisa mengatakan “Wah, keren sekali”. 

Nama Restoran itu adalah [Bird of Happiness]. Karena bangunan restoran itu lebih seperti rumah, penempatan papan nama membuat nya sedikit aneh.

 “Terlihat seperti tempat yang bagus.”(renji)

 “Ya. Aku sudah datang kemari beberapa kali. Suasana tempat ini sangat bagus.”

 “Terdengar hebat.”

Saat aku masuk kedalam restoran, tatapan orang-orang beralih kepada kami. Tapi restoran ini tidak terlalu ramai. Hanya ada 10 orang pelanggan dan 2 orang karyawan yang terlihat. Mungkin ada lebih banyak karyawan di dapur. Pintu masuk ke dapur tidak terlihat dari sini jadi aku tidak bisa memastikan itu. Mungkin, Toudou ada di dapur. Tempat ini memiliki dua lantai dan aku bisa melihat tangga menuju lantai atas. Karena restoran hari ini tidak terlalu sibuk, lantai dua mungkin adalah ruang tamu Toudou.

Ada seorang pelayan yang menyambut kami. Ngomong-ngomong, dia mengenakan pakaian pelayan, dia bahkan memakai ikat kepala berjumbai yang sangat cocok untuk dia. Kelihatan nya dia pria yang cukup berselera.

Ketika aku memikirkan hal itu, Aya menarik lengan belakang ku. Senyumnya lebih menakutkan daripada rasa sakitnya, jadi aku dengan cepat mencari meja kami.

 “Melihat dia bisa menggaji karyawan, mungkin sekarang dia sudah sukses.”(renji)

 “Itu benar, Padahal dia tidak mempromosikan tempat ini sepertinya tempat ini menjadi populer karena gossip orang-orang .”

Mengatakan itu, Aya menyerahkan daftar menu. Katanya, jumlah hidangan nya tidak banyak.

Karena dunia ini tidak memiliki konsep pengiriman ke rumah, kurasa tidak ada cara yang mudah untuk mendapatkan bahan makanan, jadi mau bagaimana lagi. Di Ibukota akan lebih mudah mendapatkan bahan makanan daripada di pedesaan. Tapi, tetap saja untuk mendapatkan barang murah sangat lah sulit. Dia harus membuat kerjasama dengan para petani untuk mendapatkan satu porsi salad. Dan daging… yah, daging orc tidak terlalu sulit untuk didapatkan.

Menu yang lainnya adalah hidangan yang terbuat dari mie dan gandum, tentu saja tidak ada di dunia ini. Aku melihat pelanggan lain, semua orang seperti nya memakan nya juga.

 “Aku pikir hidangan dari dunia kita itu sangat jarang di dunia ini, ya?”(renji)

 “Ya begitulah. Menu itu hanya ada di tempat ini, itulah yang membuat tempat ini menjadi populer diantara orang-orang. Hidangan yang bisa kita dapatkan di kastil tidak ada disini.”

 “Ya tentu saja.”

Yah, alangkah baiknya jika itu terjadi. Tidak mudah membuat hidangan dari dunia lain menjadi populer dengan mudah. Lagipula, sangat sulit untuk mencari bahan baku dari hidangan tersebut di dunia ini. Karena aku ingat dia  pernah mengatakan bahwa dia kesulitan menemukan bahan pengganti. Selain itu, cara memasak yang berbeda juga menjadi kendala. Aku tidak ahli dalam hal memasak, tapi setahuku untuk membuat udon, bahan bahan nya adalah tepung terigu, air, dan garam, kan?

Ketika aku mengingat-ingat resep yang aku yakin itu salah, aku memutuskan untuk memesan. Tentu saja, hidangan dengan bahan baku gandum. Aku memesan Tsukimi udon dan salad dan Aya memesan pasta Carbonara. Hmm tapi ya, aku pikir jika aneh memesan Udon ketika kencan makan malam, aku memang ingin memakan itu. Apakah Toudou membuat Udon untuk dirinya sendiri? 

 “Apa itu cukup?”(renji)

 “Ya, aku tidak ingin makan terlalu banyak.:

 “Kau tidak perlu mengkhawatirkan kesehatan keuanganku.” 

 “……..kau terdengar seperti seorang ayah, Renji-san.”

 “Aku belum cukup tua…mungkin lebih baik. Jika tetap memanggilku ‘kakak’.”

 “Hehe. Tapi aura mu memang seperti itu. Bahkan Souichi melihat mu seperti itu, tahu.”

Orang yang mengatakan hal merepotkan seperti itu sedang tertawa melihat reaksiku. Bahkan gerakan imutnya yang biasa tampak lebih dewasa hanya karena dia membiarkan rambutnya terurai.

Menyadari tatapanku, dia berusaha menyembunyikan senyumnya, dia menunduk untuk mengalihkan pandangannya. Di bawah cahaya redup dari lampu sihir, aku tersenyum melihat Aya yang bersembunyi untuk menyembunyikan rasa malu nya.

 “Benar-benar bikin nostalgia.”(renji)

“Eh?”

Mendengar kataku, wajahnya kembali terangkat.

 “Semenjak kita datang ke dunia ini, kita tidak pernah mengobrol seperti ini, kan?”(renji)

 “Ya, kita…..”

 “Saat itu, saat makan malam seperti ini, aku hanya mengobrol dengan Souichi dan Yayoi-chan.”

“Hee..”

Bagaimana aku harus mengatakan ini, tapi Aya itu dulu nya pemalu, atau lebih tepatnya, selalu membangun dinding antara dirinya dan orang lain. Aku tahu dia memiliki keadaan keluarga yang rumit, dan aku tahu bagaimana kejadian nya. Jadi aku bisa mengerti mengapa dia seperti itu, dan itulah mengapa sekarang aku bisa berbicara dengan nya.

Aya tersipu malu mengingat masa lalu nya sendiri.

 “…Renji-san juga sudah banyak berubah.”(aya)

 “Benarkah?”

 “Ya.”

Ketika aku mengatakan itu. Aku merasa sedikit sedih dengan cara yang berbeda. Mengalihkan pandanganku dengan melihat ke luar jendela, aku menghela nafas panjang.

 “Saat itu, aku seperti apa ya?”(renji)

“Eh?”

 “Aya, bagaimana—–”

Aku menghentikan kalimatku. Bagaimana aku harus bertanya padanya? Aku tidak bisa memikirkan cara. Sangat memalukan untuk bertanya bagaimana dia bisa menyukaiku. Tapi bukan nya itu tindakan yang tidak sopan? Jika aku seorang wanita, aku tidak ingin berkenalan dengan pria yang seperti itu.

Tetap saja, aku tidak bisa mengungkapkan kalimat bagus. Aya menunggu lanjutan kalimat ku.


“——-denganku? Apakah aku sudah berubah semenjak terakhir kali petualangan kita?”

Pada akhirnya, aku memilih pertanyaan yang aman. Aku menghela nafasku, kemudian menatap Aya. Matanya langsung tertuju ke arahku. Kami saling bertatapan, aku merasa seperti mendapat tekanan yang kuat dari mata nya. 

“Ya.”(aya)

Tetap menatap ku dengan mata tajam nya, dia mengangguk.

 “Renji-san saat itu, jauh lebih keren.”(aya)

 “Keren, ya?”

Kata-kata yang sangat tidak jelas sekali. Aku tidak tahu bagaimana aku sudah berubah sejak hari itu tapi sepertinya aku tidak sekeren dulu. Yah, aku juga tidak bisa menyangkalnya. Aku masih terjebak dengan masa lalu. Tetapi——

 “Begitu.”(renji)

“hehe.”

Mata itu, mata yang selalu mendukungku, teman-teman yang menganggapku sebagai pemimpin, ,——-aku tidak ingin mengkhianati mereka. Aku ingin melindungi mereka. Kehidupan diantara para iblis, keberadaan Solnea, tidak ada nya Dewa Iblis. Melalui tanda-tanda itu, aku yakin dunia akan mulai bergerak lagi. Pada saat itu, aku harus bertarung bersama Ermenhilde sekali lagi. Tidak peduli betapa aku benci dengan pertarungan, aku tidak bisa lari darinya.

Saat itu, sama seperti saat itu—–seperti bagaimana aku mengorbankan Eru untuk membunuh Dewa Iblis, untuk tidak pernah kehilangan siapa pun lagi. Aku perlu memutuskan diri ku untuk melangkah maju sekali lagi.

 “Yah, diriku yang sekarang tidak keren lagi.”(renji)

 “Tidak juga. Renji-san yang sekarang pun masih tetap keren”(aya)

 “Jujur, kau tidak usah memaksakan dirimu untuk mengatakannya. Lihat, wajahmu jadi merah.”

 “…aduhh, seharusnya kau tidak melihatnya!”

Ketika melihat wajah merengut Aya, aku tertawa. Meskipun dia memakai pakaian yang dewasa, ekspresi nya tetap kekanak-kanakan. Mungkin penampilan asli nya masih kekanak-kanakan. Saat aku memikirkan itu, dia menatapku dengan senyum lebar.

Saat kami masih mengobrol, pesanan kami datang dan diatur di atas meja. Asap dari Udon membuat ku lapar. Carbonara nya Aya terlihat lezat.

 “Aku akan berusaha lebih keras lagi.”(renji)

“Huh?”

 “Tidak. Ayo makan.”

Aku menyeruput Udon ku. Aya terlihat menunggu aku berkata lagi tapi, yah taka pa, Udon ini sangatlah lezat. Toudou memang hebat, dia melakukan pekerjaannya dengan baik. Ketika aku berpikir ingin menjadi seorang pengkritik makanan, aku melirik Aya dengan cepat.

Apakah dia menyerah melihat bahwa aku tidak akan mengatakan sesuatu, saat ini dia fokus pada pasta carbonara yang dia pesan. Melihat gerakan kecilnya seperti menahan rambutnya sedikit ke belakang, aku merasa terpikat. Sambil menatapnya, aku berpikir.

———Aku tidak bisa menjadi pahlawan.

Setidaknya, aku bisa bergerak maju dengan percaya diri. Sama seperti sebelumnya. Seperti satu tahun yang lalu.

 “Turnamen itu…”(renji)

“Ya?”

 “Tidak, aku pikir mungkin aku harus mencoba lebih giat lagi dalam turnamen pertarungan nanti.”

Aku ragu sendirian akan membuat aku menang, tapi tetap saja aku mungkin tidak bisa.

Itu saja sudah cukup berarti bagiku.

Aku bukan seorang Pahlawan.

Meskipun begitu, aku pernah mengagumi para Pahlawan itu.