The Witch Disciple

(Author : Rafli Sydyq)


Namaku adalah Fala Heather. Aku adalah seorang Dark Mage yang telah hidup selama ratusan tahun.

Banyak hal telah aku lalui selama ratusan tahun masa hidupku.

Aku awalnya berpetualang bersama dengan orang-orang yang bisa aku sebut sebagai teman. Namun, setelah mereka mengetahui siapa aku sebenarnya, mereka mulai menjauhiku dan bahkan mulai memburuku.

Yang aku inginkan hanyalah kedamaian. Namun hal tersebut tidak akan pernah terwujud. Tidak selama aku bersama dengan makhluk yang disebut sebagai manusia.

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk tinggal sendirian di tempat terpencil.

Awalnya aku tinggal di tengah hutan yang dalam, namun tempat itu ditemukan dan akupun harus kabur. Selanjutnya aku tinggal jauh didalam gunung namun tempat itu akhirnya juga ditemukan dan akupun harus kembali kabur.

Hal tersebut terus terjadi selama puluhan tahun hingga akhirnya aku menjadi lelah dan memutuskan untuk mencari cara lain.

Aku terus menerus melakukan penelitian hingga akhirnya terciptalah sebuah sihir yang bernama {Dimension Magic-Spatium Parallel}. Ini adalah sebuah sihir yang memungkinkanku menciptakan sebuah tempat di dimensi yang berbeda namun tetap terhubung dengan dimensi yang ada.

Tentu saja itu berarti akan ada sebuah pintu yang menghubungkan tempat ini dengan dunia luar. Aku awalnya hendak menutup pintu tersebut agar aku bisa sepenuhnya terpisah dari dunia luar, namun tampaknya hal tersebut mustahil untuk dilakukan. 

Oleh karena itu aku menerapkan sebuah sihir agar tempat ini menjadi sulit untuk ditemukan.

Aku terus menghabiskan hari-hariku di tempat yang terpencil namun damai ini. Sampai akhirnya ada seseorang yang berhasil menemukan tempat ini.

Orang tersebut adalah seorang gadis muda dengan jubah penyihir dan ditemani oleh familiarnya yang berupa seekor bola mata dengan sayap kelelawar.

Dengan menggunakan {Myth Eye: Eye of Mana} milikku yang memiliki kemampuan untuk melihat dan mengamati pergerakan Mana hingga ke detil yang terkecil sekalipun. Membuatku mampu untuk melihat status seseorang saat aku menggunakan [Identify] padanya.


Name : Shiori Asuka Age : 16

Race : Human (Female) Job : Mage

MP : 1.850 (30)

STR : 120 (180)

DEX : 530 

VIT : 200 (150)

AGI : 100 (10)

MND : 1.500 (50)

Equipment :

 (Weapon-Staff) Mage’s Staff

M.ATK : 180 Durability : 50

(Armor-Outwear) Mage’s Outfit

M.DEF : 120 Durability : 60

(Armor-Head) Witch Hat

M.DEF : 10 INT : 50 MP : 30 Durability : 70

(Armor-Boots) Leather Boots

DEF : 20 SPD :10 Durability : 10

Skill :

{Curiosity}

[Appraisal]   [Identify]   [Mana Manipulation]   [Mana Presence]   [Magic Knowledge]

[Weapon Mastery: Staff]   [Danger Presence]  [Black Magic] [Familiar Summoning]


Stat dasarnya tidak begitu buruk, bahkan bisa disebut hebat jika dibandingkan dengan orang lain yang seumuran dengannya.

Namun equipment yang dia pakai tidaklah begitu hebat bahkan bisa disebut kumuh.

Dengan begini aku bisa memastikan kalau penyebab kenapa bisa sampai disini adalah murni karena kemampuannya sendiri.

Setelah dia melihat sekeliling dengan penuh semangat, dia pun akhirnya mengetuk pintu rumahku. Dengan enggan aku pun membuka pintu hanya untuk disambut dengan...

“Aku mohon jadikan aku muridmu!”

Tentu saja aku menolaknya dan menutup kembali pintunya tanpa mengatakan sepatah katapun.

Meskipun begitu, anak itu cukup keras kepala.

Dia berkali-kali mengetuk pintu sambil memohon untuk dijadikan sebagai murid. Mengajari orang lain ilmu sihir yang aku kuasai sangatlah berbahaya.

Terlebih lagi anak itu memiliki skill {Curiosity}. Hanya hal yang buruk yang akan terjadi jika aku mengajarinya apa yang aku tau.

Tidak lama kemudian ketukan di pintu pun berhenti. Disaat aku mengira kalau dia sudah menyerah, aku merasakan ada sesuatu yang mengelilingi bagian luar rumah sampai akhirnya menuju ke arah cerobong asap.

Aku segera bersiap untuk menghadapi apapun yang akan datang.

Namun, aku rasa aku tidak perlu melakukan hal itu. Karena yang datang dari cerobong asap hanyalah familiar anak tersebut.

Anak itu cukup keras kepala sampai-sampai dia mengirimkan familiarnya untuk memaksa masuk kedalam rumah. Disaat aku mulai bertanya-tanya apa maksud anak itu, tiba-tiba saja terdapat sebuah lingkaran sihir yang muncul dari bawah familiar tersebut dan menyelimutinya dengan cahaya kehitaman.

Tidak lama berselang, wujud familiar tersebut menghilang dan digantikan dengan wujud seorang gadis.

“Kumohon jadikan aku....”

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, anak tersebut pun akhirnya pingsan dan jatuh ketanah.

Hah... aku hanya bisa menghela nafas atas kenekatan anak ini. Dia begitu keras kepala untuk menggunakan sebuah sihir yang terlalu besar bagi dirinya yang sekarang dan berakhir pingsan karena kehabisan Mana.

Dengan enggan aku mengangkatnya ke atas tempat tidur dan membaringkannya disana.

...

Dua hari telah berlalu semenjak kejadian itu. Anak itu telah bangun dan pulih sepenuhnya. Meskipun begitu, dia masih saja keras kepala dan memintaku untuk mengangkatnya sebagai seorang murid.

“Sudah aku bilang berkali-kali, sihir milikku adalah hal yang sakral. Itu tidak bisa dipakai untuk bermain-main sebagai seorang Petualang ataupun Pahlawan”

“Aku tidak sedang bermain-main. Aku sangat ingin menjadi seorang Penyihir sejati. Bahkan jika itu berarti aku harus meninggalkan semua yang aku miliki sekarang, maka tanpa ragu akan aku lakukan”

“Apakah kau mengerti dengan yang kau ucapkan barusan? Apakah kau tidak memiliki teman ataupun keluarga di luar sana?”

“Tidak, keluargaku tidak lebih dari sekedar formalitas dan aku tidak punya sesuatu yang disebut sebagai teman”

Percuma, ini tidak berguna, anak ini benar-benar serius untuk membuang segalanya hanya demi menjadi seorang Penyihir. Tidak ada cara lain, bahkan jika anak ini mati, itu dikarenakan kesalahannya sendiri.

“Ini adalah peringatan terakhir. Jika kau benar-benar serius, maka kau harus siap untuk meninggalkan segalanya. Bahkan jika itu berarti kau harus berhenti menjadi manusia dan dijauhi oleh masyarakat luas. Jika kau sanggup menanggung semua itu, maka aku akan mengangkatmu sebagai muridku”

“Aku siap!”

“Baiklah, jika itu maumu. Ikut denganku”

Aku lalu mengajaknya menuju sebuah tempat di tengah hutan dimana tidak ada satupun tanaman yang tumbuh disana. Lantai di tempat itu dipenuhi oleh sebuah lingkaran sihir raksasa yang digambar sendiri olehku dan tidak akan bisa dihilangkan bagaimanapun caranya.

Tempat ini adalah tempat yang biasa aku gunakan untuk melakukan ritual sihir berskala besar.

“Ditempat ini kita akan melakukan upacara pentasbihan. Jika berhasil, maka kau akan kehilangan kemanusiaanmu. Namun, sebagai gantinya kau akan mendapatkan kekuatan yang kau inginkan. Akan tetapi, jika gagal, kematianlah yang akan menantimu”

Anak itu tidak mengatakan apapun. Namun pancaran dimatanya sudah lebih dari cukup untuk menunjukan betapa besar tekad yang dia miliki.

“Baiklah, sekarang tanggalkan semua bajumu”

“Eh...?”

Meskipun awalnya tampak malu, namun anak itu tetap menanggalkan seluruh pakaiannya dan meletakkannya di tempat yang aku perintahkan.

Tentu saja, demi kelancaran ritual ini, akupun juga menanggalkan seluruh pakaianku.

Kulitku sangatlah pucat. Meskipun begitu, aku sangat percaya diri dengan bentuk tubuhku.

Setelah itu, aku dan anak itu duduk saling berhadapan tepat di tengah lingkaran sihir. Aku pun meminta anak itu menggenggam kedua tanganku dan menutup matanya. Sekarang, ritual pun dimulai...

{Sacred Demonic Magic-Metuendas Demonis violentias nobis Nativias}

Seketika seluruh lingkaran sihir bersinar dengan cahaya kemerahan dan mewarnai udara di sekeliling kami dengan pemandangan yang mengerikan.

Samar-samar terdengar suara tawa anak kecil yang kemudian tergantikan dengan suara tangisan yang mengiris telinga.

Ini baru awalnya saja.

Tubuh putih pucat ku pun berubah menjadi hitam pekat yang dilapisi oleh aura kemerahan yang secara perlahan mulai membentuk berbagai macam simbol terkutuk yang menutupi seluruh bagian tubuhku dari atas hingga kebawah.

Setelah simbol-simbol itu akhirnya sempurna, aura kemerahan itupun mulai mengalir menuju anak itu melalui tangan kami yang saling berpegangan. Sesaat aura tersebut menyentuh kulit anak itu, dia pun mulai meringis kesakitan.

“Ghnghhnnn..... Gggah....”

Meskipun begitu, anak itu berusaha untuk menahannya.

Perlahan namun pasti, aura tersebut menyebar dari pergelangan tangan menuju seluruh tubuhnya. Hingga akhirnya aura tersebut menutupi seluruh tubuhnya.

“Kkhhh.... AAAaaaAAAaaAAAAaAAaAAA....!!!!!”

Tidak sanggup untuk menahan rasa sakit yang dia rasakan, anak itu berteriak sekencang-kencangnya. Namun tidak sedikitpun dia berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya dan terus saja menggenggam tanganku dengan erat.

Sampai akhirnya perubahan yang nyata terlihat pada tubuh anak itu.

Kulitnya yang putih sekarang berubah menjadi kepucatan. Di beberapa bagian tubuhnya muncul corak hitam yang berbentuk seperti tato. Telinganya pun mulai meruncing dan di mulutnya tumbuh taring-taring yang tajam.

Pada akhirnya ritual pun selesai.

Didepan mataku sekarang terbaring seorang gadis yang dilihat dari manapun dia bukanlah seorang manusia.

Meskipun tampak kesusahan bernafas, gadis itu masih hidup. Dengan lembut aku mengelus kepalanya dan mengucapkan...

“Selamat, mulai sekarang kau adalah muridku”