BAB 5
(Translater : Fulcrum)


Jumat, 12 Oktober. Hanya tinggal setengah bulan tersisa sebelum Kompetisi Thesis pada 28 Oktober, hiruk-pikuk di sekolah tiba-tiba meningkat. Kompetisi Thesis Kyoto katanya diperuntukkan teori murni, diperkirakan rincian operasionalnya tidak akan segencar tahun lalu, tapi pada akhirnya, itu berubah menjadi keributan yang luar biasa.

Sebagai presenter, Isori secara langsung yang memimpin dan ikut masuk dalam keributan itu. Hattori lah yang mengatur tim keamanan dan bersemangat dalam melatih mereka. Honoka dan Izumi bekerja bersama untuk mengurus perjalanan ke Kyoto.

Tentu saja, Tatsuya dan Miyuki pun tidak main-main saja. Sebagai Ketua OSIS, Miyuki bertanggung jawab untuk memantau jalannya semua operasi dan pengiriman bantuan yang dibutuhkan. Biasanya yang membantu adalah Tatsuya. Dia berpartisipasi di persiapan presentasi, dia ikut andil dalam latihan tim keamanan dan saat Miyuki, Honoka, Izumi tidak bisa berada di dua tempat, dia mengambil alih pekerjaan OSIS dan juga menjadi ajudan Miyuki.

Saat Mikihiko akhirnya datang ke ruang OSIS, Tatsuya sudah menyelesaikan semua kesibukannya dan beristirahat, sekitar waktu gerbang sekolah ditutup.

“Permisi…”

Sepertinya Mikihiko belum menggunakan tangga yang menghubungkan ruang OSIS dan markas Komite Moral Publik. Ada perbedaan mencolok antara dirinya dan Shizuku yang dengan santai datang bersamanya (selain itu, Shizuku sedang menjaga Azusa).  

“Kau datang tepat waktu, Mikihiko”.

Walaupun Tatsuya memanggilnya dengan santai, Mikihiko tidak hilang kegugupannya sedikitpun.

“Baiklah… Karena kalian sibuk sekali, aku tidak mungkin telat, bukan?”

Mendengar itu, Miyuki tertawa yang entah bagaimana mengiyakan hal tersebut.

“Enak sekali kalau semua orang setepat waktu Yoshida-kun.”

Merasakan bahwa ini semua cuma basa-basi untuk apa yang akan terjadi nantinya, Tatsuya meminta Mikihiko langsung membahas masalah.

“Mikihiko, bisa kita mulai sekarang pengarahannya.”

“Ya, ayo kita mulai.”

Mungkin, Mikihiko merasakan hal yang sama, dia membuka gulungan besar kertas elektronik, yang dipegangnya ke meja.

Peta kota Kyoto muncul dari kertas elektronik yang hampir menutupi seluruh meja.

“Pengarahan hari ini mengenai laporan awal pada keamanan lokasi acara.”

Dengan nada formal, Mikihiko memulai pengarahan.

“Mengenai keamanan pada hari H, mantan Ketua Manajemen Klub, Hattori-senpai telah ditugaskan untuk mengurus pengaturannya. Hattori-senpai juga secara langsung mengawasi pengarahan sekolah lain dan aku pikir tidak apa-apa untuk menyerahkan kepadanya, bukan.”

“Apa tidak apa-apa tidak mengundang Hattori-senpai ke pertemuan ini?”

Orang yang mengangguk menjawab pertanyaan Honoka bukanlah Mikihiko tetapi Tatsuya.

“Sesuai persetujuan dengan mantan Ketua Manajemen Klub Hattori-senpai, tidak apa-apa mengabari hasilnya saja kepadanya. Benar ‘kan, Ketua Komite Moral Publik.”

“Benar yang dikatakan Kepala Sekretaris Shiba.”

Mikihiko tampaknya sedikit susah untuk menyebut posisi ‘Kepala Sekretaris’. Namun, dia tidak berani tidak menyebut posisi resmi itu di depan Miyuki.

“Mantan Ketua Manajemen Klub Hattori-senpai bilang tidak apa-apa baginya untuk tidak mengikuti pengarahan hari ini. Karena dia sedang mengumpulkan informasi. Yang diperlukannya cuma hasil akhir pengarahan ini saja.”

Mungkin, dia tidak bisa mengabaikan kegelisahannya berbicara dengan formal; Mikihiko secara tidak sengaja berbicara santai.

“Sudah waktunya untuk masuk ke inti pembahasan.”

Mungkin, Tatsuya sadar kalau itu lebih mudah baginya, dia cepat-cepat menyamakan cara bicaranya juga.

“Baiklah. Kalau begitu, lihat ini.”

Walaupun, nadanya kedengaran ramah, ini merupakan nada yang biasa digunakannya untuk berbicara dengan Miyuki.

“Ini tempatnya, Pusat Konferensi Internasional Baru .”

“Ini berada di pinggiran kota.”

Melihat peta, Izumi menyatakan pendapatnya yang berbeda.

“Sepertinya ada sentimen untuk tidak mengadakannya di pusat kota.”

Setelah menjawab pertanyaan Izumi sambil tersenyum masam, wajah Mikihiko menjadi kaku.


“Tidak seperti tahun lalu, lalu lintas di daerah itu tidak banyak. Sehingga kelihatannya tidak ada banyak tempat dimana kriminal, pemberontak dan sejenisnya dapat menyerang kita. Namun, karena area itu masih di pedesaan, sangat mudah untuk menyembunyikan persiapan yang akan dilakukan.”

Mikihiko men-zoom Pusat Konferensi sebelumnya, lalu menggantinya dengan peta seluruh Kyoto.

“Dan, meski tidak ada tempat untuk bersembunyi; aku yakin ada lokasi yang berpotensi untuk dijadikan markas tidak terlalu jauh dari situ.”

Miyuki menyela di tengah pembicaraan.

“Singkatnya, menurutmu, Yoshida-kun, ada area yang lebih luas di sekitar tempat pelaksanaan yang harus diinvestigasi?”

“Ya. Tidak mungkin kita membiarkan kejadian tahun lalu terulang kembali.”

Tanpa menunda, Tatsuya langsung ikut memasukkan opininya.

“Setuju. Walaupun kita hanya murid SMA, kita harus melakukan apapun yang kita bisa.”

Tatsuya mendapat banyak tatapan penuh kejutan. Selain dari Honoka dan Izumi, Tatsuya sebenarnya ingin Minami, yang sudah tahu situasi sebenarnya, tidak memandangnya seperti itu, tapi penting untuk Honoka dan Izumi, yang masih belum tahu apa-apa, tidak mencurigainya. Dia pura-pura tidak menyadari tatapan tiga pasang mata itu.

“Jadi, Mikihiko. Siapa yang akan kau kirim untuk pemeriksaan pendahuluan?”

“Aku akan pergi.”

“Apa tidak apa-apa Ketua Komite Moral Publik absen sekolah?”

“Aku akan menyerahkan keamanan sekolah pada Kitayama-san. Aku juga ingin Tatsuya untuk ikut.”

“Tidak apa-apa. Mungkin memang perlu setidaknya satu orang anggota tim keamanan untuk memeriksa tempat pelaksanaan.”

Tatsuya mengikutinya dengan anggukan; Miyuki mengangkat tangannya.

“Onii-sama, apa boleh aku ikut denganmu?”

“Miyuki, kau ini Ketua OSIS, bukan?”

Tatsuya mengajukan pertanyaan itu tanpa sadar kalau actingnya buruk. Bersikap seperti ini merupakan keahlian Miyuki.

“Aku sendiri ingin memesankan hotel untuk akomodasi suporter. Aku ingin memastikan ada tempat penampungan yang bisa dijadikan tempat evakuasi misal terjadi hal yang tidak diinginkan.”

“Miyuki, aku bisa melakukannya.”

“Honoka, kau ada tugas mengurus transportasi, pemesanan, dan rincian suporter yang ikut bukan? Aku hanya mengawasi jalannya secara keseluruhan, aku tidak punya pekerjaan lain.”

“Oh, baiklah…..”

Honoka yang kecewa hanya bisa menghela napas.

Izumi sepertinya ingin mengatakan sesuatu saat ia mendengarkan Miyuki dan Honoka berbicara, tapi Miyuki berpaling padanya sebelum ia berbicara.

“Izumi-chan, selagi aku di Kyoto, sebagai Wakil Ketua OSIS apa kau bisa menggantikan posisiku?”

“Baiklah, serahkan saja padaku. Percayakan semua padaku.”

Perkataannya terlontar tanpa pikir panjang, sebenarnya Izumi ingin pergi ke Kyoto bersama Miyuki. Setelah dimintai langsung oleh Miyuki untuk menjadi pengganti, dia  tidak bisa bilang tidak. Sebaliknya, Izumi merupakan tipe gadis yang akan senang ketika “Miyuki-senpai memintaku melakukan sesuatu!”

“Bagaimana jadwalnya?”

“Jadwalnya agak ketat, bagaimana kalau dua hari satu malam di akhir pekan sebelum Kompetisi Thesis, tanggal 20 sampai 21?”

“Ide bagus, apa kau sudah menyiapkan akomodasinya?”

“Belum, kukira baru akan diputuskan sekarang.”

“Aku mengerti. Minami.”

Tatsuya memanggil Minami adalah langkah terakhir rencana mereka.

“Ya.”

Dia sudah menjelaskan rencana ini kepadanya, sehingga dia tidak terlalu kaget. Dia selalu tampak lebih dewasa dari usianya.

“Maaf, apa kau bisa memesankan hotel untuk kami. Kalau bisa, hotelnya sama seperti yang akan kita gunakan saat Kompetisi Thesis. Untuk empat orang; aku, Miyuki, Mikihiko, dan kau, Minami.”

“Saya, juga?”

“Uh, ya. Kau juga akan membantu Miyuki di sana.”

Penyesalan terpampang di wajah Izumi mendengar pernyataan Tatsuya. Dia mungkin berpikir untuk juga ikut membantu Miyuki. Namun, dia telah menerima tugas dari Miyuki. Jika Tatsuya yang memintanya, Izumi mungkin bisa dengan mudah membatalkan persetujuannya sebelumnya. Namun, tidak mungkin bagi Izumi untuk mengabaikan tugas yang diberikan Miyuki kepadanya.

Sekarang waktu gerbang sekolah ditutup. Tatsuya berada sedikit di depan Honoka yang berjalan bersamanya meninggalkan ruang OSIS. Mereka sedang pergi ke tempat dimana Shizuku sedang menemani Azusa yang memimpin proses pembuatan alat presentasi.

Seiring jalan, mereka menemani Mikihiko yang sudah mengunci ruang Komite Moral Publik dan mereka bertiga pergi ke aula eksperimen.

Selain pekerjaan yang diawasi Isori, Azusa sedang membuat konsol CAD yang akan jadi pembanding efek eksperimen.

“Shizuku!”

Honoka memanggil Shizuku. Entah kenapa, Chikura Tomoko dan Sayaka yang mengawal Azusa ada bersama dengan Shizuku dan Kirihara yang seharusnya menjaga Kerry, semuanya menoleh pada Tatsuya.

“Shiba, apa kabar? Kita sedang lembur ini.”

Kirihara sudah berhenti memanggilnya ‘Shiba-ani’. Tatsuya dipanggil ‘Shiba’ dan Miyuki dipanggil ‘Kaichou’. Ini mungkin panggilan yang paling cocok untuk mereka.

“Tentu saja, aku tidak masalah tentang lembur ini, tapi tidak baik untuk murid perempuan tinggal malam-malam di sekolah.”

“….Tapi”

Kirihara mengkode Sayaka kalau mereka sebentar lagi akan pulang dengan lirikan matanya. Sepertinya, Saya tidak senang dengan itu.

“Apa kabar?”

Dengan suasana di sana yang berubah tidak nyaman, Shizuku berusaha basa-basi dengan Honoka. Dia mungkin ingin merubah topik pembicaraan melihat suasana yang seperti itu, tapi Tatsuya dan Mikihiko ada hal lain yang perlu dibicarakan dengan Shizuku.

“Kitayama-san, aku ingin berbicara denganmu.”

“Aku?”

Mikihiko mencoba masuk ke inti pembicaraan di depan Shizuku yang memiringkan kepalanya seperti boneka. 

“Kami tadi memutuskan untuk pergi ke Kyoto dan melihat-lihat sekeliling area Kompetisi Thesis.”

“Untuk siap-siap kejadian seperti tahun lalu?”

Saat Shizuku mendengar kata ‘melihat-lihat sekeliling’, dia sudah paham maksudnya.

“Betul. Selama dua hari, kita mau menyelesaikan semua masalah selama dua hari satu malam sampai tanggal 21. Apa kau bisa menggantikanku sebagai Ketua Komite Moral Publik selama dua hari itu.”

Entah kenapa, Shizuku menoleh ke Honoka dan bukannya menunduk pada Mikihiko.

“Bagaimana menurutmu, Honoka?”

“Eh, aku…tidak ikut.”

“Hmmmm………”

Fokus Shizuki berubah ke Tatsuya.

“Apa kau ikut pergi, Tatsuya-san?”

“Uh, iya.”

Shizuku memikirkan hal itu sebentar, lalu berkata “Baiklah” kepada Mikihiko.

“Terima kasih. Lega mendengarnya.”

“Sama-sama.”

Saat berbicara, matanya tidak menatap Mikihiko yang masih menunduk melainkan pada Honoka yang mencoba untuk tidak melihat Tatsuya.

◊ ◊ ◊

Di dalam cabinet saat perjalanan pulang, Tatsuya membaca artikel berita internet diikuti dengan ekspresinya yang berubah seakan bilang “Apa-apaan ini?”.

“Onii-sama, apa ada sesuatu?”

Miyuki yang duduk disampingnya segera menyadari hal itu dan menanyainya

“Ah, berita ini.”

Tatsuya menunjukkan terminal informasi itu kepada Miyuki. Artikel berita lokal Kyoto tampil di layar itu. Sepertinya Tatsuya sudah mulai mengumpulkan informasi.

Artikel itu berisi laporan penemuan tubuh orang yang terbunuh di tempat rekreasi yang terkenal.

“Jasadnya ditemukan pagi ini, korbannya adalah Nakura Saburo-san…Onii-sama, orang ini!?”

Miyuki dengan cepat mengerti alasan di balik ekspresi Tatsuya.

“Apa Miyuki-sama mengenalnya?”

Pertanyaan itu lumrah, Minami tidak mengenali nama itu.

“Kalau memang tidak salah orang, penyihir itu adalah pengawal Saegusa Mayumi.”

Mata Minami terbelalak.

“Itu orang yang sama, ‘kan?”

“Aku tidak tahu, tidak ada satupun gambar.”

Walau dia berkata seperti itu, intuisi Tatsuya percaya bahwa korban ini merupakan pengawal tua Mayumi.

“Jika ini memang orang yang sama…apa ini sebuah kebetulan?”

Pertanyaan yang Miyuki katakan sama seperti apa yang sedang Tatsuya dan Minami pikirkan.

Penyihir dari Keluarga Seagusa terbunuh di Kyoto di tempat dimana Zhou Gongjin bersembunyi. Selain itu, tubuhnya mengindikasikan sebab kematian karena tindak kekerasan.

Biasanya, kondisi tubuh tidak dijelaskan di berita; mungkin, karena ini pertarungan sihir.

Seorang penyihir yang kemungkinan besar Extra dan punya kemampuan hebat sampai bisa dipercaya sebagai pengawal putri tertua Keluarga Saegusa terbunuh dalam pertarungan sihir. Tidak banyak orang yang punya kemampuan sehebat itu. Contohnya saja orang yang berhasil melukai Kuroba Mitsugu dan lepas dari kejaran tim Kuroba…

Bagi Tatsuya tidak mungkin ini cuma sebuah kebetulan.

◊ ◊ ◊

Orang yang paling terkejut melihat berita tentang Nakura tidak lain adalah dia.

“Otou-sama, tolong jelaskan ini!”

Setelah diberitahu kalau Kouichi sudah pulang ke rumah, Mayumi datang ke ruang belajarnya tanpa diundang.

“Nakura-san terbunuh, apa maksudnya ini!?”

Kedua tangannya menggebrak meja dengan gagah, dia menekan Kouichi yang duduk di depannya untuk mendengar jawaban.

“Bagaimana kau tahu Nakura terbunuh?”

“Ada panggilan dari polisi yang bertanya asal usulnya!”

“Kau menghadirinya? Bagaimana dengan kuliah?”

“Mereka tidak bisa menghubungi Otou-sama atau Onii-sama jadi, mereka memanggilku!”

“Konyol sekali…apa-apaan maksudmu menghadiri pemanggilan itu….”

Kouichi bergumam mencela kesalahan anaknya sambil di saat yang sama mengabaikan kesalahannya sendiri. Mendengar ini, Mayumi menjadi kian marah.

“Itu tidak penting!”

Tidak adanya ayah dan dua kakak laki-lakinya bukanlah sesuatu yang aneh dan sejauh ini memang sudah seperti itu.

“Cukup, tolong jangan menghindar! Mereka bilang Nakura-san terbunuh, apa maksudnya itu!?”

“Maksudnya seperti yang dikatakan, ‘kan? Nakura terbunuh. Orang baik mati.”

“Bukan itu yang kutanyakan! Mengapa Nakura-san terbunuh di Kyoto!?”

“Tidak ada alasannya kau untuk tahu.”

Kouichi dengan dingin menolak anaknya. Namun, Mayumi tidak gentar dengan hal seperti ini, dia bukanlah putri yang lemah.

“Nakura-san adalah pengawalku. Aku seharusnya pantas untuk tahu.”

Nada bicaranya sudah tenang, tapi jauh di dalam hati kemarahannya besar. Semua orang tidak harus Kouichi juga bisa tahu tentang itu. Karena dia tahu sifat putrinya, ia tahu batas komprominya.

“Nakura ditugaskan ke Kyoto untuk melakukan sebuah pekerjaan. Dia mungkin terkena masalah di sana.”

“Pekerjaan? Apa itu.”

“Tugas penting Keluarga Saegusa dari Sepuluh Master Clan.”

“Aku tahu itu! Apa pekerjaannya!?”

“Kau tidak perlu tahu.”

Namun, Kouichi tidak merasa butuh kompromi lebih lanjut.

Hal itu dipahami Mayumi. Dia sadar kalau tidak ada gunanya bertanya lebih banyak lagi.

“….Aku mengerti. Permisi.”

Merasa kalau perkataan ayahnya sangat tidak bisa dipercaya, Mayumi meninggalkan ruang belajar itu.


Namun, Mayumi belum menyerah mencari kebenaran ini.

Sejujurnya, Mayumi dan Nakura tidak seakrab itu. Sikap Nakura sopan kepada Mayumi dan selalu menjadi seorang pelayan yang seperti itu. Mayumi tidak dekat dengannya, dia membuat Mayumi jadi tidak tenang.

Meski begitu, dia sudah lama menjadi orang yang menemaninya dalam semua aktivitasnya dan kini ia terbunuh. Terlebih lagi, dia terbunuh karena tugas dari ayahnya.

Mayumi benar-benar tidak percaya dengan perkataan ayahnya, “Dia mungkin terkena masalah di sana”. Dia yakin Nakura tidak terkena masalah saat melakukan pekerjaannya sebaliknya ia terbunuh karena pekerjaannya.

Namun, itu cuma intuisi yang baru saja dibuatnya tanpa dasar apapun. Dia sendiri pun mengakuinya.

“Ada apa, Mayumi. Kau kelihatan kelelahan akhir-akhir ini. Selain itu, kau juga tidak bersemangat. Ada masalah?”

“Eh? Tidak, Mari. Tidak ada apa-apa.”

“Kau kelihatan ada masalah…… tapi jika memang tidak apa-apa maka keluarkan saja unek-unekmu. Kau sudah terus-terusan memikirkannya.”

“Oh, kelihatan ya!?”

Tersipu, Mayumi menegakkan badannya dan membetulkan kerah bajunya dan meluruskan lengan bajunya.

Mereka sedang berada di kantin Universitas Sihir, ini adalah jeda antara kuliah pagi dan siang yang juga dikenal dengan istilah jam makan siang. Ini merupakan waktu dimana banyak mahasiswa berkumpul bersama setelah menyelesaikan makannya, tidak mungkin orang tidak sadar kalau putri terhormat Keluarga Saegusa tampak lesu.

Omong-omong, Mari ada di situ bukan karna ia membolos kelas Akademi Pertahanan-nya. Ada sebuah kelas penelitian militer spesial di Universitas Sihir. Sederhananya, ada kelas untuk mengajarkan penyihir menjadi tentara, dengan begitu Akademi Pertahanan  akan mengirimkan mahasiswa terpilih mereka sekali seminggu untuk ikut kelas kuliah di Universitas Sihir. Mari ditunjuk dan hari ini adalah hari kuliah.

Mayumi terkadang memasang tampang tidak terjadi apa-apa tapi dia tidak bisa mempertahankannya terus-terusan. Mungkin karena dia merasa aman di depan teman yang sudah lama tidak ditemuinya. Mayumi terpaksa menghentikan sikapnya ketika temannya sadar kalau dia kelihatan lesu.

“Mari, ada hal yang ingin aku omongkan denganmu.”

Mayumi menaruh kedua sikunya di atas meja dan menutupi mulutnya dengan tangan saat dia berbicara kepada Mari. Itu adalah sikap yang tidak sopan tapi itu cara termudah untuk mencegah orang bisa membaca gerak bibirnya. Mereka diperbolehkan menggunakan sihir pelindung kedap suara di kantin, tapi mereka tidak bisa menggunakan pelindung pembelok cahaya.

“Apa itu?”

Mari membuat pose yang sama. Pose itu menandakan mereka sedang membicarakan rahasia.

“Mari, apa kau ingat Nakura-san?”

“Pengawalmu, ‘kan? Ada apa dengannya?”

“Dia terbunuh.”

“Terbunuh, katamu, oh tidak…. kapan?”

Mari sudah hampir ingin bertanya “Bagaimana bisa kau setenang ini?”, tapi dia melihat mata Mayumi dan melihat kesedihan dan kemarahan tersemat di dalamnya dan mengganti pertanyaan yang akan dilontarkannya.

“Kemarin lusa, sekitar tengah malam. Polisi Kyoto menghubungiku kemarin.”

“Kyoto? Jadi itu tidak ditujukan kepadamu?”

“Iya.”

“Jadi begitu…..”

Mari entah bagaimana tanpa pikir panjang tidak merasa lega terlebih dahulu. Dia berpura-pura tenang tapi jauh di dalam hatinya dia sudah hampir panik. Kalau ada orang yang mentarget Mayumi, apa yang bisa dilakukannya… pikiran itu berputar-putar dalam dirinya. Setelah dapat mengendalikan ketakutannya, dia untuk sesaat mengucapkan kedukaannya.

“…..Aku turut berduka.”

“Terima kasih.”

Suasana mereka berdua diam hening. Dalam keheningan itu, mereka mungkin sedang mendoakan almarhum.

“Jadi apa penyebab kematiannya? Kecelakaan?”

“Pembunuhan.”

Mari sudah menduga jawaban itu. Bagi orang yang bekerja sebagai pengawal Sepuluh Master Clan itu merupakan risiko biasa.

“Tapi, aku tidak tahu alasannya.”

Di depan matanya, temannya sedang berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosinya meledak. Bahkan sebelum dia berbicara bersama Mari, semua orang bisa melihat itu.

“Otou-sama tidak mau memberitahuku selain ada urusan di Kyoto. Urusan apa, pekerjaan seperti apa, semuanya tidak jelas. Bagaimanapun, aku yakin itu pekerjaan kotor tapi walau begitu bagaimana bisa dia sampai meninggal….”

Mayumi kedengaran sedang terisak. Tidak salah lagi, itu suara tangisan..

“Aku bukan mau balas dendam atau semacamnya.”

Mayumi entah bagaimana menekan emosinya dan dengan tenang, dia melanjutkan perkataannya dengan suara kedengaran tegas.

“Aku tidak akan melakukan hal seperti itu tapi aku juga tidak akan mengabaikannya begitu saja. Aku rasa ini bukanlah sesuatu yang dapat kubiarkan begitu saja.

“Apa…. yang sedang kau pikirkan?”

Selagi dia kewalahan melihat tekad Mayumi, Mari menanyakan sesuatu yang rasional.

“Saat ini, tidak ada. Ini tidak lebih dari intuisiku saja. Tapi, aku tidak bisa mengabaikannya. Aku gelisah.”

“Aku…masih tidak punya banyak waktu luang.”

Universitas Sihir dan Akademi Pertahanan tidak terpisah jauh, jarak Universitas Sihir dan kompleks departemen penelitian taktik khusus tidaklah jauh. Dan juga, pentingnya menjaga kerahasiaan sihir dan rahasia mahasiswa sihir, mereka dipaksa tinggal di asrama; tidaklah sulit untuk mereka berdua bertemu.

Namun, seperti yang Mari katakan, kurikulum Akademi Pertahanan tidak selonggar Universitas Sihir. Dengan padatnya jadwal berbagai kelas, semua mahasiswa tahun pertama tidak punya waktu luang untuk kehidupan di luas kampus. Mari sebenarnya ingin membantu temannya tapi itu tidak mungkin dengan jadwalnya.

“…..Bagaimana kalau berkonsultasi dengan Juumonji atau Tatsuya-kun?”

Secara tak sadar, dia menawarkan nama orang yang tidak Mayumi duga, matanya terbelalak dan dia terus menerus berkedip.

“Aku bisa mengerti Juumonji-kun tapi….. kenapa Tatsuya-kun?”

“Bukankah Kompetisi Thesis tahun ini di Kyoto?”

Mayumi merasa jika Mari tidak benar-benar menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan.

“Kompetisi itu diselenggarakan selama dua hari satu malam, bukan? Selain itu dia juga sibuk, dia tidak akan punya waktu kosong untuk melakukan hal lain, bukan?”

“Dengan semua yang terjadi tahun lalu. Bukannya mereka akan melakukan investigasi area?”

“Ya, mereka mungkin akan melakukannya. Tapi, Tatsuya-kun mungkin akan membantu persiapan presentasi dan juga pekerjaan OSIS. Saat dia sangat sibuk, tidak mungkin aku mengajaknya menemuiku…?”

Mayumi sadar kalau Mari sedang menatapnya dengan tampang kaget.

“Kita juga ada kesibukan masing-masing. Bukankah lebih baik bertanya padanya?”

Dihadapkan dengan logika itu, Mayumi tidak bisa membantah sama sekali.

“Lagipula, mengapa kau hanya mengkhawatirkan Tatsuya-kun? Bukankah hal pertama yang harus dilakukan adalah mendapat kerja sama Juumonji? Juumonji sudah mahasiswa jadi bukannya dia lebih fleksibel jadwalnya daripada Tatsuya-kun yang masih SMA dan kurasa Juumonji lebih bisa diandalkan.”

“It-itu…. kita berdua anggota Sepuluh Master Clan, aku tidak ingin masalah Keluarga Saegusa merembet pada Keluarga Juumonji.”

Mari tidak menerima alasan Mayumi. Dia jelas dapat mendengarnya, tapi pikirannya benar-benar menolaknya.

“Mayumi, aku tidak percaya ini tapi”

“Ap-apa?”

Mari tidak sedang tersenyum jahil seperti yang biasa dilakukannya untuk mengganggu teman baiknya, wajahnya terlihat agak serius, sungguh-sungguh peduli dan tulus kepada Mayumi.

“Apa mungkin kau jatuh cinta dengannya?”

Butuh waktu beberapa saat agar perkataan Mari bisa dicerna Mayumi.

“Dengannya ini… Tatsuya-kun!?”

“Bodoh, suaramu terlalu kencang!”

Karena Mayumi telah menggunakan sihir pelindung kedap suara, perkataannya tidak bocor keluar, tapi tatapan mengancam Mari membuatnya lupa akan itu.

“Tidak mungkin! Betul, mustahil! Yang benar saja, aku jatuh cin-cin-cin……”

Mari menatap temannya yang terus bergumam dengan tatapan dingin.

“Mayumi, kalau saja kau bisa melihat dirimu sekarang apa kau masih bisa mengatakannya mustahil”

“Itu……”

Mayumi diam, hilang percaya diri.

Namun, dia tidak selesai sampai situ. Dengan tegas, dia mendongak dan membusungkan dadanya.


“Tidak, itu mustahil. Yang namanya mustahil ya mustahil.”

“….Kau sangat percaya diri, tapi perkataanmu benar-benar tidak meyakinkan….”

“Tatsuya-kun adalah orang yang dapat diandalkan. Seperti seorang adik. Benar, adik. Seorang adik!”

“Tidak, memangnya tidak boleh? Lagipula, kau dan dia tidak berhubungan darah, bukan?”

“Ya, sudah jadi hak seorang kakak untuk ditolong adiknya! Baiklah, aku akan meminta Tatsuya-kun membantuku mencari informasi. Pertama-tama, aku akan melihat jadwal kereta ke Tokyo.”

“Tidak, kau seharusnya….”

Dihadapkan dengan Mayumi yang bingung, Mari menjatuhkan mukanya tidak bisa berbuat apa-apa.

◊ ◊ ◊

Minggu, 14 Oktober. Tatsuya mengunjungi Kantor Asosiasi Sihir Cabang Yokohama.

Tatsuya menyebut namanya kepada resepsionis dan memberitahu kalau dia sudah ada janji.

Orang itu sudah menunggu di ruang wawancara.

“Hayama-san, lama tidak berjumpa. Aku tidak membuatmu menunggu, bukan?”

“Tidak, Anda tepat waktu, Tatsuya-dono. Karena saya yang mengundang, sudah pasti saya yang sampai lebih dulu. Tolong, jangan khawatirkan hal seperti itu sama sekali.”

Tatsuya menunduk dan berdiri di seberang Hayama.

Seolah-olah mereka telah sepakat sebelumnya, mereka berdua duduk di waktu yang bersamaan. Tatsuya merasa bantalan sofa yang didudukinya agak kaku, tapi itu akan membuatnya bisa tetap fokus.

“Urusan Hayama-san ini berhubungan dengan pekerjaanku sekarang?”

Tatsuya memulai pembicaraan.

“Ya. Tentang penyerangan yang Tatsuya-dono alami di Nara dan lainnya. Anda tidak terluka?”

“Aku baik-baik saja. Miyuki dan yang lainnya bahkan tidak terluka sedikit pun. Terima kasih atas perhatiannya.”

“Baiklah kalau begitu. Orang-orang seperti itu tidak mungkin bisa mengalahkan Tatsuya-dono. Omong-omong, apa Tatsuya-dono sudah mengidentifikasi orang-orang itu?”

“Aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Ada gangguan dalam aksesku ke divisi informasi militer, aku tidak bisa menyelidiki rinciannya.”

“Hoo, divisi informasi.”

Mereka berdua saling bertukar informasi yang bercampur dengan kebohongan dan kebenaran. Tatsuya tidak memberi tahu semua yang diketahuinya dan Hayama juga mungkin menyembunyikan beberapa hal. Sebenarnya, di pembicaraan mereka ini, Hayama tidak memberitahu satupun hal.

“Maafkan aku. Tapi untuk itu, belum ada perkembangan yang bisa kulaporkan.”

“Tidak, tidak. Nyonya dan saya memandang kerja sama dengan Keluarga Kudou sebagai sebuah prestasi besar.”

Tatsuya mengamati wajah Hayama sebisanya agar tidak kelihatan tidak sopan. Apa perkatannya mengenai Maya yang senang itu cuma sanjungan atau memang benar; sayang sekali, mata Tatsuya tidak dapat mengetahuinya.

“Jadi, dapat kusimpulkan kalau kemajuan ini memuaskan.”

“Benar begitu.”

Saat ini, dia sudah mendapatkan kebebasan bergerak; bagi Tatsuya, itu hal yang sangat baik.

“Dari tim Kuroba, apa ada informasi baru?”

“Tidak ada perkembangan.”

Menjawab pendek sebisa mungkin untuk mencegah Tatsuya mendapat informasi apapun. Kecurigaan-kecurigaan itu terlintas di pikiran Tatsuya.

“Baiklah, Tatsuya-dono. Saya undur diri dulu, akan saya sampaikan kepada Nyonya apa yang Tatsuya-dono katakan.”

“Oh.” 

Hal itu sudah diduganya. Tidak mungkin ini berakhir hanya dengan dia bertanya tentang kemajuan investigasi.

“Mengenai Nyonya, apa perlu saya sampaikan ke Nyonya bahwa Tatsuya-dono tidak butuh bantuan.”

“Bantuan, hmm…..”

Perkataan itu di luar dugaannya, Tatsuya tidak bisa cepat menjawab. Tidak ada seorang pun yang mengira kalau Maya akan mengirim bantuan, bahkan Tatsuya sekalipun.

Namun, ini merupakan kesempatan bagus, pikir Tatsuya. Dia sebenarnya berencana untuk memanfaatkan Hayama dan Mitsugu sambil merahasiakan semua ini dari Maya, tapi menerima bantuan Maya mungkin adalah cara terbaik untuk menghindari masalah ke depannya.

“Hayama-san. Saat perintah ini diberikan, apakah Fumiya dan Ayako diperintahkan untuk membiarkan diri mereka dibuntuti?”

Hayama memiringkan kepalanya dengan wajah serius menanggapi perkataan Tatsuya

“Benarkah? Saya tidak memberi perintah seperti itu tapi…..”

Hayama tidak tampak bingung. Namun, dilihat dari situasi jelas memang betul adanya perintah itu.

“Ahhh, jika dipikir-pikir lagi, Hanabishi-kun sempat berbicara sesuatu dengan Fumiya-dono.”

“Hanabishi-san, hmm.”

Pelayan Keluarga Yotsuba nomor dua. Penyihir yang diambil Keluarga Yotsuba dari luar, kemampuan sihirnya biasa tapi dia sebelumnya merupakan seorang tentara dengan pengalaman tempur yang luar biasa. Dia bertugas mengatur jadwal dan menyiapkan perlengkapan untuk operasi illegal yang berhubungan dengan sihir yang diminta oleh Keluarga Yotsuba. Bisa dibilang perannya sudah seperti pengawas keseluruhan Keluarga Yotsuba.

“Namun, aku yakin Hanabishi-san tidak akan memberikan perintah seperti itu menurut inisiatifnya sendiri.”

“Saya minta maaf. Saya tidak tahu lebih dari itu.”

Itu bohong. Pelayan kepercayaan Maya tidak mungkin akan membiarkan hal seperti kebocoran informasi Tatsuya dan Miyuki lepas dari pengetahuannya. Tidak perlu memperhitungkan Tatsuya, Miyuki merupakan kandidat untuk kepala keluarga selanjutnya.

Namun, dia sudah berkata “Saya tidak tahu” yang membuat Tatsuya tidak bisa menekannya lebih jauh. Tatsuya merubah pertanyaannya.

“Aku mengerti. Namun, aku yakin Fumiya pasti dibuntuti. Ada orang yang menggunakan roh untuk memata-matai rumah dan kami juga diserang di depan stasiun.”

“Sampai seperti itu…..Tatsuya-dono, perbuatan itu tidak dapat dimaafkan. Akan coba saya tanyakan kepada Hanabishi-kun.”

“Tidak, apa yang sudah berlalu biarkan saja, tapi…..”

“Tapi?”

“Saat ini, kaki tangaan Traditionalist sedang mengganggu teman sekolahku dan Miyuki.”

“Hmm….itu pasti membuat Tatsuya-dono dan Miyuki-sama khawatir.”

“Ya. Untuk sekarang, aku telah meminta tolong Keluarga Kitayama dan Kuil Kyuuchouji tapi bisakah Hayama-san merekomendasikan kepada Oba-ue untuk memberiku bantuan.”

“Saya mengerti, melepaskan diri dari kekhawatiran adalah taktik dasar yang bagus. Maya-sama juga berharap Anda bisa bebas hambatan dalam tugas.”

“Terima kasih. Aku tidak ingin menyusahkan Master lebih lama lagi.”

Secara tersirat perkataannya itu bilang bahwa akan ada intervensi lebih lanjut dari Yakumo jika hal ini diteruskan, Hayama paham hal itu. Tatsuya merasa kalau Keluarga Yotsuba dan Yakumo seharusnya paham apa yang dilakukannya ini untuk kebaikan mereka, tapi dia tidak mengatakannya langsung.

“Omong-omong, Tatsuya-dono, masalah Kuil Kyuuchouji.”

Hayama tiba-tiba mengganti topik, mungkin ini caranya bilang untuk tidak ingin lanjut membicarakan hal tersebut.

“Tatsuya-dono, akhir-akhir ini Anda sedang mengembangkan sihir baru di kuil Kyuuchouji.”

“Kau tahu banyak, Hayama-san.”

Kekagetan Tatsuya bukan cuma pura-pura. Sejak kapan dia mengetahuinya, Tatsuya tidak tahu sama sekali.

“Saya hanya menebak saja. Kami ada informasi terkait apa yang ada di ruang bawah tanah kuil Kyuuchouji.”

“Aku mengerti, jadi ini merupakan pertanyaan jebakan.”

Tatsuya memasang ekspresi menyesal tapi itu pura-pura. Sekarang dia tenang karena dia tahu penyembunyian informasinya bukan diretas dan ini juga waktu yang bagus untuk membeberkan pengembangan sihir barunya. Bisa dibilang ini seperti kata pepatah “sekali dayung dua pulau terlampaui”.

“Seperti yang kau katakan aku meminjam ruang bawah tanah kuil Kyuuchouji untuk tempat pembuatan sihir baru.”

“Apa boleh saya tahu sihir tipe apa itu?”

“Tentu saja. Aku tidak memiliki rahasia dengan Oba-ue.”

Wajah Tatsuya tenang menjawab pertanyaan Hayama dengan wajah datar penuh kebohongan.

“Sihir yang sedang kukembangkan ini merupakan sihir serangan fisik jarak dekat. Aku yakin Hayama-san telah mendapat laporan tentang Brionac yang digunakan oleh Angie Sirius dari Stars.”

“Jadi Tatsuya-dono mencoba untuk membuat ulang Brionac.”

“Ada perbedaan kecil di konsep teorinya tapi dasarnya sama. Sebenarnya aku sempat melawan seseorang di SMA 1 yang tidak bisa dikenai ‘Mist Dispersion’.”

“Sang ‘Range Zero’ dari Keluarga Tomitsuka.”

“Jadi Hayama-san tahu hal itu. Aku dapat ide. Sebagai Guardian Miyuki, aku butuh sihir alternatif yang bisa digunakan pada lawan yang tak bisa dikenai ‘Decomposition’.”

Mungkin, pemikiran Tatsuya dipahaminya, Hayama menunduk dalam setuju dengan itu.

“Usaha yang bagus sekali.”

“Jika sihir ini sempurna, aku mungkin tidak hanya mampu menembus pelindung Psion ‘Range Zero’ tapi juga ‘Phalanx’ Keluarga Juumonji. Aku rasa aku akan dapat menyelesaikannya sebelum tahun baru.”

Untuk sesaat, Hayama tenggelam dalam keheningan. Tapi ‘senyum kepala pelayan’nya kembali lagi dengan cepat sehingga orang akan berpikir itu adalah ilusi.

“Apa nama sihirnya sudah ditetapkan?”

“Ini masih belum sempurna, jadi hanya sementara….”

“Apa saya boleh tahu?”

“Saat sudah selesai sepenuhnya, aku berencana ingin menamainya ‘Baryon Lance’.”

“…..Menarik sekali. Saya tidak sabar untuk melihatnya bersama Miyuki-sama di Pertemuan Tahun Baru.”

Sambil berbicara, Hayama pergi.

Tatsuya juga merasa ini waktu yang tepat.

“Jadi soal keamanan teman-temanku, kuserahkan padamu, Hayama-san.”

“Tatsuya-dono, semoga pekerjaan ini bisa berjalan lancar.”

Tatsuya menunduk pada Hayama yang meninggalkan ruang wawancara.

Tidak ada jabat tangan antara mereka berdua.

◊ ◊ ◊

Senin, 15 Oktober.

SMA 1 sedang berada ditengah-tengah keriuhan mempersiapkan Kompetisi Thesis yang juga ditambah keributan lain.

Berita kalau mantan Ketua OSIS sekaligus putri tertua Keluarga Saegusa dari Sepuluh Master Clan, Saegusa Mayumi datang minta bertemu dengan Shiba Tatsuya menarik perhatian para murid.

Di kalangan murid-murid beredar berbagai rumor, banyak yang tidak bisa menerima berita ini dengan tenang.

Seperti mantan Ketua Manajemen Klub Hattori Gyobu.

Atau Bendahara OSIS Mitsui Honoka.

Dan Miyuki yang merupakan Ketua OSIS sekaligus adik Tatsuya merasakan kegelisahan yang tak tergambarkan saat menyaksikan mereka berdua masuk ke ruang tamu.