BAB 5

Penerjemah : Fulcrum


Pesta pembukaan Kompetisi Sembilan Sekolah tahun ini diselenggarakan tanggal 2, dengan kompetisinya dimulai dari tanggal 5 dan akhirnya selesai tanggal 15. Itu berarti kompetisi ini akan berjalan selama 11 hari, satu hari lebih panjang daripada tahun lalu.Pesta pembukaan Kompetisi Sembilan Sekolah tahun ini diselenggarakan tanggal 2, dengan kompetisinya dimulai dari tanggal 5 dan akhirnya selesai tanggal 15. Itu berarti kompetisi ini akan berjalan selama 11 hari, satu hari lebih panjang daripada tahun lalu.

Meski jumlah harinya berubah, tempat pelaksanaannya tidak. Rombongan atlet SMA 1 berangkat di hari pesta pembukaan jam 8 pagi seperti biasa. Bus besar dan van teknisi berangkat menuju ke tempat kompetisi.

Rombongan itu terdiri dari 12 laki-laki dan 12 perempuan untuk divisi utama, 9 laki-laki dan 9 perempuan untuk divisi kelas 1, 8 staf teknisi dan 4 ahli strategi, dengan total 54 orang, dua orang lebih banyak dari tahun lalu. Ini terjadi karena perubahan peraturan kompetisi. Namun, bahkan dengan bertambahnya orang tetap masih ada kursi kosong di bus. Tahun lalu semua staf teknis berangkat naik van, tapi kali ini ada empat di van dan empat di bus. Dua dari empat teknisi yang ikut di bus adalah Tatsuya dan Isori. Karena mereka berperan sebagai ahli strategi selain sebagai teknisi, mereka perlu ikut di bus, tapi sudah bisa ditebak siapa yang memaksakan ikutnya dua orang ini.

Ada dua anak kelas 1 tambahan di tim teknisi tahun ini, satu laki-laki dan satu perempuan. Yang laki-laki, Smith Kent, sedang fokus pada Tatsuya, sementara yang perempuan memberi tatapan dingin pada Tatsuya.

“Kenapa orang itu membawa robot pelayan ke Kompetisi Sembilan Sekolah?”

Kasumi bergumam dengan benci sambil melihat Pixie, yang ada di bagian belakang kendaraan mereka.

“Kasumi-chan, tidak sopan menyebut Shiba-senpai ‘orang itu’. Dan itu bukan robot pelayan. Itu Humanoid Home Helper.”

Izumi dengan gugup menegur Kasumi. Untuk sesaat, sikap Kasumi terhadap Tatsuya kelihatan sudah agak membaik, tapi sejak kejadian sebelum ujian itu, sikap Kasumi semakin kaku.

Bahkan Izumi tidak tahu kenapa Kasumi sangat tidak menyukai Tatsuya. Insiden itu sebagian besar karena salah Kasumi sendiri. Meski Izumi merasa teguran Tatsuya terlalu keras, bukan itu alasan dari kekesalannya, itulah kenapa Izumi tidak mengomentari perkataan Kasumi.

Dia hanya tidak ingin komentar saudara kembarnya didengar Miyuki. Bisa dibilang Miyuki punya rasa hormat yang tinggi pada Tatsuya, dan tidak akan membiarkan candaan seperti itu lepas begitu saja. Dengan demikian, teguran Izumi untuk Kasumi didasari oleh rasa egoisnya yang tidak ingin memberikan kesan yang buruk di depan senpai kesayangannya.

“Mau itu robot pelayan mau itu 3H atau apapun. Itu sama saja.”

Untungnya, Kasumi tidak sadar akan maksud tersembunyi saudara kembarnya. Ini bukan karena Kasumi tidak peka, atau polos, tapi karena pikirannya terlalu terpusat pada kebenciannya pada Tatsuya.

“Kalau dia cuma butuh HAR, tidak perlu membuatnya terlihat seperti gadis muda cantik.”

“Penampilan 3H itu dimodel seperti perempuan umur 25 tahun. Menyebutnya gadis muda rasanya agak…..”

“B-Bukan itu masalahnya! Maksudku tidak perlu membuatnya sangat cantik! Kebanyakan pengguna HAR itu perempuan, jadi membuatnya berpenampilan seperti ibu-ibu sudah cukup!”

Izumi tidak terlalu setuju dengan Kasumi yang memandang kecantikan tidak penting, tapi karena dia merasa Kasumi ada benarnya kali ini, dia tidak membantahnya. ….Lagipula tidak semua perkataannya bisa diterima oleh Kasumi yang sedang naik darah.

“Pada akhirnya, alasan kenapa 3H dibuat terlihat sangat cantik untuk menggaet orang-orang mesum, ‘Aku mau diurus sama perempuan cantik!’. Membawa sesuatu seperti itu ke Kompetisi Sembilan Sekolah…..”

“Kasumi.”

Kasumi sangat terbawa dengan amarahnya sampai-sampai dia tidak sadar kakak kelasnya yang mendekat dari belakang sampai dirinya dipanggil. Kaget bukan main, dia dengan malu melihat sekitar.

“Apa yang kau lakukan?”

Ia menoleh dengan wajah penasaran.

“Ti-tidak apa-apa.”

“Oh? Baiklah, kita sudah mau turun.”

Kasumi menghela napas seakan-akan perkataannya sebelumnya tidak didengar. Melihat sekeliling, sepertinya kebanyakan kakak kelas dan teman-temannya sudah turun dari bus.

“Maafkan aku, Kitayama-senpai!”

“Kita merepotkan senpai.”

Sepertinya dia kebetulan memanggil sesama anggota Komite Moral Publik dan Izumi. Dengan wajah bersyukur, mereka berdua berjalan ke belakang bus.

◊ ◊ ◊

Tahun ini mereka tidak mengalami hal-hal tidak nyaman ataupun kecelakaan selama di bus, dan delegasi dari SMA 1 sampai di hotel dengan selamat. Tidak ada masalah sama sekali, semuanya berjalan sesuai rencana, dan sekarang pesta pembukaan sudah dekat.

Tatsuya sudah memasuki tempat acara. Tidak seperti tahun kemarin, dia sudah mengenakan seragamnya sendiri. Memandangi emblem gir segi delapan di seragamnya, Miyuki tersenyum bahagia.

“Miyuki, kenapa kau senyum-senyum?”

Meski cuma terbatas untuk Miyuki, Tatsuya bisa segera tahu senyuman Miyuki palsu atau tidak. Melihat adiknya yang suasana hatinya bahagia, Tatsuya menanyakan hal itu.

“Seragam Jurusan Teknik Sihir terlihat cocok denganmu, Onii-sama. Aku senang.”

“Itu lagi? Kau sudah melihatnya selama empat bulan, ya ‘kan?”

Tatsuya terlihat sedikit terkejut. Di belakang Miyuki, Minami memandangnya dingin seakan berkata ‘Apa yang sebenarnya dikatakan orang ini?’, tapi di tempat ini tidak banyak orang yang sepemikiran dengannya.

“Aku juga sependapat, Tatsuya-san!”

“Aku juga.”

Dengan antusias (atau rasa tersaingi) Honoka melontarkan pendapatnya, sambil diikuti Shizuku seperti biasa.

“Ya. Aku rasa karena yang tahun lalu itu pinjaman. Rasanya tahun lalu jadi tidak pas.”

Eimi mengangguk setuju dengan perkataan Subaru. Tampaknya semua atlet perempuan kelas 2 sepemikiran dengan Miyuki.

Divisi utama diikuti tidak hanya dari kelas 2 tapi juga kelas 3. Ikut divisi kelas 1 tahun lalu, atlet kelas 2 tahun ini lima perempuan dari total dua belas.

Miyuki ikut di Ice Pillars Break kelas tunggal, Shizuku berpasangan dengan Kanon, Honoka dan Subaru di Mirage Bat, dan Eimi ikut di Rower and Gunner kelas ganda. Tatsuya dikelilingi oleh lima perempuan ini ditambah lagi anak kelas 1 Minami. Meski Tatsuya sendiri menyangkalnya, dari sudut pandang orang luar dia terlihat seperti punya harem. Ditambah lagi, temannya sesama kelas 2, Tomitsuka dan Morisaki, dan juga Mikihiko, yang ikut di Monolith Code, terjebak bersama seniornya di Komite Moral Publik dan klub, Sawaki, dan beberapa anak kelas 3 lainnya.

Tatsuya tidak punya masalah dengan perempuan. Faktanya, mereka tidak mengganggunya sama sekali. Tapi seperti dugaan, menjadi satu-satunya laki-laki di antara enam perempuan, yang mana semuanya cantik-cantik, membuatnya merasa tidak tenang, bahkan untuk orang sepertinya. Di pesta pembukaan tahun lalu, Subaru dan Eimi menjaga jarak dan tidak mendekat, jadi ini suatu perubahan. Namun dari perkataan Subaru sebelumnya, mereka sudah lebih dekat dengannya daripada saat itu.

Agar tidak terlihat terlalu menatap perempuan-perempuan itu, Tatsuya mengalihkan pandangannya ke seluruh aula. Di sana, dia melihat seseorang yang ‘dikenalnya’, yang sama dengannya sedang dikelilingi gadis-gadis.

Dia juga kelihatan melihat Tatsuya. Mungkin dia merasakan tatapannya. Membawa segerombolan gadis-gadis berseragam SMA 3 bersamanya, Ichijou Masaki datang mendekati Tatsuya.

Tatsuya sama sepertinya berjalan maju, seolah-olah akan menyapanya. Honoka dan Eimi secara refleks minggir, dan Tatsuya dan Masaki bertemu gadis-gadis di belakang mereka. Namun, Masaki bukan satu-satunya laki-laki, berdiri Kichijouji Shinkurou di sampingnya.

“…..Lama tidak bertemu, Shiba-san.”

Tapi, Kalimat pertama yang Masaki katakan ditujukan kepada Miyuki.

“Ya. Lama tak bertemu, Ichijou-san.”

Saat Ichijou tersenyum tegang dengan sebisa mungkin, dan selagi Miyuki membalasnya dengan senyuman palsu yang menakjubkan, mata semua orang terlihat canggung. Sebelum atmosfer itu semakin memburuk, Kichijouji datang.

“Terakhir kali di Yokohama. Senang melihatmu belum berubah, Shiba Tatsuya-kun.”

Walaupun perkataannya terdengar dingin, Tatsuya meresponnya dengan ramah, lalu menoleh ke wajah di sampingnya.

“Kau juga, Ichijou. Kau benar-benar luar biasa di Yokohama. Luar biasa memang sang Crimson Prince.”

“…….Tolong jangan katakan itu.”

Dipanggil dengan julukannya oleh Tatsuya dengan suara seriusnya, Masaki agak tidak menyukainya.

“Kau tidak suka? Aku tidak sedang mengejekmu atau semacamnya.”

“Aku cuma tidak mau terdengar sombong. Hanya Ichijou saja cukup, mengerti?”

“Baiklah.”

Dengan nurut, atau bisa dibilang tidak peduli, Tatsuya mengangguk. Mendengar itu, Masaki agak terkejut. Dia tidak mengatakan apa yang membuatnya seperti itu.

“Omong-omong Shiba…. Apa kau tidak apa-apa dipanggil seperti itu?”

“Tidak masalah.”

Di sekitar mereka, gadis-gadis dari SMA 1 & 3 sudah mulai saling berinteraksi. Bisa dilihat kalau gadis-gadis SMA 3 agak menahan diri, tapi pembicaraan mereka mengalir dengan baik. Dengan suara pembicaraan gadis-gadis itu, Masaki mengecilkan suaranya dan berbicara pada Tatsuya.

“Apa menurutmu ada yang aneh di Kompetisi Sembilan Sekolah tahun ini?”

Walaupun ini topik yang agak absurd, ekspresi Masaki terlihat serius.

Kichijouji juga sama.

“Apa ini seaneh itu? Aku cuma tahu Kompetisi Sembilan Sekolah tahun lalu, jadi aku tidak bisa bilang apa-apa.”

Perkataan Tatsuya cuma separuh benar. Faktanya, dia sudah mencurigai apa yang dimaksud Masaki. Tapi, Tatsuya tidak terlalu yakin. Dia memutuskan untuk mendengar lebih lanjut.

“Aku tahu tentang perubahan cabor tahun ini.”

“Itu bisa tahu dari rincian yang dikirim Komite Penyelenggara Kompetisi Sembilan Sekolah yang berisi perubahan cabor.”

Sepertinya Kichijouji seperti biasa tidak berencana untuk diam saja setelah perkenalan, ikut dalam pembicaraan.

“Tren lomba-lomba yang berbau militer ini juga jadi bukti, tapi dilihat dari situasi akhir-akhir ini, hal itu masuk akal.”

“Tapi cabor terakhir, Steeplechase Cross-country, benar-benar mengejutkan.”

“Ya. Itu sudah kelewatan, pada dasarnya itu sudah berbeda.”

“Sebenarnya, itu adalah latihan militer untuk peperangan di hutan. Penamaan cabor seperti itu saja sudah mencurigakan. Walaupun tidak banyak informasi yang diketahui dan rincian yang kita ketahui tidak jelas….. area seluas empat kilometer bahkan jarang digunakan tentara, dan sepertinya itu lebih seperti latihan skala besar.”

“Membuatnya jadi perlombaan untuk penyihir SMA, dan melakukannya di hari terakhir yang melelahkan, terlalu banyak risiko yang ada.”

“Ditambah lagi, semua anak kelas 2 & 3 bisa ikut. Ini memang tidak wajib, tapi melihat bagaimana semua atlet yang selesai dalam waktu sejam akan mendapat poin penuh untuk sekolahnya, sepertinya tidak akan bisa santai-santai.”

“Ada lagi. Ini memang tidak tepat untuk mengatakannya, tapi Kompetisi Sembilan Sekolah sendiri sudah seperti semacam tontonan. Tidak bisa dipungkiri aspek Kompetisi Sembilan Sekolah sebagai ajang penyihir menarik masyarakat umum.”

“Tapi kau tidak bisa menonton jalannya Steeplechase Cross-country bagaimanapun caranya. Bahkan di arena hutan Monolith Code, masih bisa menonton jalannya pertandingan di sekitar Monolith. Steeplechase Cross-country tidak bisa seperti itu.”

“Kalau tujuannya bukan untuk tontonan atau siaran TV, aku hanya bisa menyimpulkan kalau ada tujuan lain di baliknya.”

“Sampai-sampai memerbolehkan adanya cabor seperti itu, aku merasa kalau Kompetisi Sembilan Sekolah tidak hanya untuk kita anak SMA Sihir beradu kemampuan, tapi sekali lagi dikendalikan oleh orang lain.”

Mendengarkan Masaki dan Kichijouji, Tatsuya terkesan.

Dia sudah mendapat pesan dari pengirim tak dikenal yang menyuruhnya menginvestigasi Kompetisi Sembilan Sekolah tahun ini dari balik layar. Tapi mereka berdua, tanpa hal seperti itu, bisa mendeteksi adanya faktor yang mengendalikan jalannya acara dari balik layar.

“Apa itu hasil investigasi Keluarga Ichijou?”

“Nn? Tidak, tidak sama sekali…..apa menurutmu kami perlu melakukannya?”

“Kalau kau punya kecurigaan dan mau menyelidiki, lebih baik lakukan. Tapi kalau kau tidak punya orang yang bisa melakukannya, maka itu sudah beda cerita.”

Itulah jawaban Tatsuya untuk pertanyaan Masaki. Dia tidak punya niatan untuk memprovokasinya, tapi memang tak terhindarkan kalau cara bicaranya membuat Masaki sampai berpikir seperti itu.

“Tentu saja kita sudah melakukan sesuatu! Maksudku apa kita perlu sampai sejauh itu!”

“Kalimat ‘lebih baik membiarkannya tidak tahu’ itu cuma bohong. Walaupun ada banyak masalah yang muncul karena kurangnya informasi, aku tidak pernah tahu kalau tahu banyak hal akan merugikan. Apa kau pernah punya pengalaman seperti itu, Ichijou?”

“Tidak, tapi dibanding itu, ini….”

“Masih ada 12 hari sebelum hari terakhir Kompetisi Sembilan Sekolah dan perlombaan Steeplechase dimulai. Aku tidak bisa bilang banyak, tapi aku bilang ini belum sampai ke titik dimana kita tidak bisa melakukan apa-apa.”

“Masaki, dalam masalah ini aku rasa Shiba-kun benar.”

Kichijouji berbicara di menenangkan Masaki, yang bibirnya cemberut.

“Kami masih sibuk sekarang, tapi aku rasa Gouki-san mungkin bisa menemukan sesuatu.”

Gouki-san adalah nama kepala Keluarga Ichijou, atau ayah Masaki. Perkataan Kichijouji mendukung Tatsuya.

“……Baiklah. Akan kubicarakan dengan keluargaku.”

Masaki tidak sedang berbicara dengan Kichijouji, melainkan dengan Tatsuya.


Selagi Tatsuya, Masaki, dan Kichijouji sedang melakukan pembicaraan super serius yang tidak cocok dengan pesta ini, gadis-gadis SMA 1 & 3 menikmati pembicaraan mereka tanpa mengganggu ketiga laki-laki ini. Itu saat mereka dipanggil oleh seorang laki-laki dari SMA 4.

“Shizuku-san.”

“Harumi-niisan.”

Dua suara menjawab balik. Honoka juga mengenal anak itu, Naruse Harumi, dan keduanya saling mengangguk.

Melihat Shizuku memanggilnya ‘niisan’, Miyuki ingat kalau Shizuku punya sepupu yang ada di SMA 4. Seingatnya, dia bisa mengalihkan perhatiannya dari anak SMA 4 yang mengekornya dan pura-pura tidak tahu.

Setelah berbicara dengan sepupunya, mengangguk beberapa kali, Shizuku kembali ke Miyuki.

“Miyuki, aku punya permintaan.”

Ekspresi Shizuku agak sedikit menyesal.

“Ada apa?”

“Sepupuku ingin mengenalkan adik kelasnya dengan Tatsuya-san.”

“Pada Onii-sama?”

Sambil memasang wajah bingung, Miyuki berpikir ‘Jadi itu kenapa mereka datang’.

“Ya. Sepupuku di SMA 4, tapi adik kelasnya mendengar tentang Tatsuya-san dan ingin bertemu dengannya.”

Setiap SMA Sihir punya fokusnya masing-masing. SMA 1 & 2 mengajarkan pendidikan berstandar internasional. SMA 3 punya tradisi militer dan fokus pada sihir untuk pertarungan. Sebaliknya, SMA 4 lebih condong pada praktik dan teknik sihir yang biasa digunakan di laboratorium.

“Itu terserah Onii-sama, tapi aku rasa Onii-sama tidak masalah.”

Dengan begitu, Miyuki pergi ke Tatsuya. Dengan santai, pembicaraannya dengan Masaki dan Kichijouji berakhir.

“Apa Onii-sama kosong? Beberapa adik kelas dari SMA 4 bilang ingin bertemu Onii-sama.”

“Aku? Ah, baiklah.”

Masaki dan Kichijouji mengangguk, mengiyakan untuk alasan yang berbeda dari apa yang Tatsuya pikirkan. Sebegitu cocoknya lah ‘SMA 4’ dan ‘riwayat Tatsuya’.

“Ichijou-san, Kichijouji-san, apa tidak apa-apa kami meminjam Onii-sama sebentar?”

“Ti-tidak apa-apa. Silakan. Kami baru saja selesai.”

Miyuki tersenyum anggun kepada Masaki, yang tersipu lagi, menunduk, dan membawa Tatsuya ke tempat Shizuku menunggu.

“Sampai jumpa, Ichijou.”

Tidak ada jawaban untuk Tatsuya. Kesadaran Masaki benar-benar terpusat pada senyuman Miyuki.


“Aku Kuroba Fumiya. Senang bertemu denganmu, Shiba-senpai.”

“Senang bertemu denganmu, aku Kuroba Ayako. Kami kembar, Fumiya yang lebih muda. Senang sekali bisa bertemu, Shiba-senpai.”

Dikenalkan oleh sepupu Shizuku, Fumiya dan Ayako menyapa Tatsuya seakan-akan ini ‘pertama kalinya’. Tidak ada yang aneh dari perkenalannya.

“Senang bertemu dengan kalian, aku Shiba Tatsuya.”

Sama seperti itu, Tatsuya melakukan hal yang sama.

“Tapi, aku dari SMA 1; aku bukan senpai kalian.”

“Bahkan walaupun sekolahnya berbeda, dari ilmu sihir Shiba-san adalah senpai kami.”

“Walaupun kami dari SMA 4, kemampuan teknik kami tidak terlalu bagus. Tapi kalau boleh, bisa kami minta masukan? Baik aku dan adikku sangat kagum dengan kemampuan Shiba-senpai.”

Tentu saja, ini semua memudahkan Ayako dan Fumiya berhubungan dengan Tatsuya. Inilah kenapa Miyuki diam saja agar tidak mengacaukan sandiwara mereka, dan karena mereka tidak percaya diri untuk menyamar jadi orang lain, maka mereka datang sebagai diri mereka sendiri.

“Mustahil selama Kompetisi Sembilan Sekolah, tapi kalau ada waktu lain aku tidak masalah.”

“Benarkah!?”

“Terima kasih banyak. Kami sangat menghargainya.”

Bagi mereka berdua, terutama Fumiya, tidak berbicara dengan Miyuki sudah hal biasa, tapi ini juga untuk sandiwara mereka agar ini seakan pertemuan pertama. Berhasil membuat kesan kalau mereka berdua tidak kenal dengan Tatsuya, mereka kembali ke rombongan SMA 4 mereka.


Pesta itu diikuti dengan sajian buffet berdiri, tapi, seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap sekolah punya areanya masing-masing. Saat Masaki kembali ke meja SMA 3, gadis-gadis SMA 3 mengikutinya dari belakang.

Sudah hampir waktunya perkenalan tamu. Tanpa ada orang yang diajaknya bicara, Tatsuya seperti biasa kembali ke meja SMA 1 dengan gadis-gadis itu.

“Tatsuya, siapa murid SMA 4 itu?”

Saat dia datang, Mikihiko datang ke sampingnya dan bertanya.

“Dua anak kelas 1 itu?”

Tentu saja Tatsuya mengerti maksudnya. Karena itu dia tidak menunjukkan tanda-tanda kekagetan mendapat pertanyaan mendadak itu, tapi merespon normal.

“Ya….. dua orang itu, mereka bilang nama mereka ‘Kuroba’, ‘kan?”

“Kau membaca gerakan bibirnya?”

Suara Tatsuya memberi kesan seakan dirinya tidak senang. Tentu saja, ini sengaja dilakukannya.

“Maaf, aku bukan bermaksud ingin menguping.”

Di sisi lain, suara penuh penyesalan Mikihiko tidak menyembunyikan apa-apa. Sikap rendah hatinya memberi kesan kalau dia mungkin merasa bersalah akan apa yang dilakukannya baik itu sebenarnya iya atau tidak.

“Tidak apa-apa. Lagipula kami tidak membicarakan hal yang sensitif.”

Mendapati respon Tatsuya, Mikihiko terlihat lega.

Tapi, ekspresinya lalu berubah suram lagi.

“Apa ada yang mengganggumu tentang mereka berdua?”

Memberikan segelas air pada Tatsuya, Mikihiko dengan ragu-ragu membuka mulutnya.

“Ini rumor yang menyebar sekitar bulan April kemarin….. Kuroba adalah keluarga cabang dari Yotsuba. Bahkan di antara cabang-cabang Keluarga Yotsuba, Kuroba lah yang terkuat.”

“Bulan April kemarin berarti masih belum lama……. Apa menurutmu mereka berdua punya hubungan dengan Keluarga Yotsuba?”

“Aku tidak 100% yakin.”

“Karena nama ‘Kuroba’ itu jarang, bukankah orang akan otomatis menyambung ke hal itu, ya ‘kan?”

“Kalau begitu nama Yotsuba juga tidak begitu langka.”

Ujaran Tatsuya dibalas Mikihiko dengan logika yang sama.

Meneruskan ini mungkin hanya akan menguatkan pandangannya saja. Berpikir seperti itu, Tatsuya merubah arah pembicaraannya.

“Aku mengerti. Jadi apa menurutmu kita harus menjauhi mereka?”

“Bukan begitu….. yah, agak. Setidaknya, kau tidak mendekati mereka duluan.”

“Jadi tidak apa-apa kalau mereka yang mendekatiku?”

“Masalah selalu mengikutimu, jadi mau bagaimana lagi.”

Tatsuya merasa kalau itu agak kejam. Dia berpikir untuk membalas sarkasnya, tapi sayangnya dia tidak punya kesempatan. Lampu lantai dinyalakan saat perkenalan tamu dimulai.


Pertama diawali dengan kata sambutan oleh komandan markas yang menyediakan tempat untuk Kompetisi Sembilan Sekolah, ini lebih seperti pegarahan, lalu dilanjutkan Direktur Asosiasi Sihir dan Kanselir Universitas Sihir Nasional. Setelah mendengarkan orang-orang yang biasanya tidak bisa didengar oleh anak-anak SMA, Kudou Retsu seharusnya menutup sesi itu dengan sambutannya.

Namun tahun ini sesi ini selesai tanpa sang ‘Tetua’.

Keributan kecil mulai bermunculan menanggapi hal ini. Bukan hanya para murid, tapi para tamu juga. Murid-murid SMA 1 juga termasuk di antaranya. Namun, ada beberapa murid yang bisa memahami keanehan, atau bisa dibilang, keadaan ini.

“Aku dengar kesehatan Tetua sedang buruk.”

Saat Honoka melihat kanan-kiri dengan wajah bingungnya, Shizuku datang dari belakang dan berbicara kepadanya.

“Shizuku, apa benar begitu?”

Dia mengangguk pada Honoka, yang menoleh ke arahnya dengan terkejut.

“Aku mendengarnya dari situ.”

Shizuku melihat ke arah pejabat yang sedang berbicara dengan Sekretaris Asosiasi Sihir. Miyuki, mendengar dari samping, penasaran dari mana dia mendengar hal itu…. Meski bisa jadi bukan dari dua orang itu.

◊ ◊ ◊

Di antara semua atlet perempuan SMA 1, lima di antara mereka anak kelas 2, tujuh orang anak kelas 3. Setiap kamar hotel diisi dua orang. Dengan begitu mereka bisa memasangkan anak kelas 2 & 3 sekamar (meski begitu, ada sembilan anak kelas 1 jadi totalnya ganjil, tapi karena salah satunya staf teknis, maka totalnya jadi genap sepuluh dan mereka tidak perlu berbagi kamar dengan kakak kelas mereka).

Pembagian kamar untuk anak kelas 2 antara lain; Honoka dan Shizuku, Eimi dan Subaru. Sudah ditentukan kalau Miyuki yang anak kelas 2 akan tidur sekamar dengan Kanon yang kelas 3.

Untuk staf teknisinya, ada tiga laki-laki kelas 3, satu perempuan kelas 3, satu laki-laki kelas 2, satu perempuan kelas 2, satu laki-laki kelas 1 dan satu perempuan kelas 1. Mereka juga akan berpasangan dengan anak kelas 3. Oleh karena itu, Tatsuya berbagi kamar dengan Isori.

Dan karena itu tidak terjadi apa-apa.

Tidak ada yang namanya jam malam di tempat Kompetisi Sembilan Sekolah. Sebagai fasilitas militer, ada yang namanya ronda malam di sana, tapi tidak sampai masuk ke kamar-kamar. Jadi sekarang Miyuki dan Kanon sekamar. Tatsuya dan Isori juga sekamar. Itu bukan masalah besar. Setidaknya para perwakilan SMA 1, tidak termasuk anak kelas 1, merasa kalau itu bukan masalah. Dan berdiri di depan Tatsuya, yang kelelahan dari pesta, bukanlah Isori tapi Miyuki.

“Tetua Kudou tidak ada kali ini, ya?”

Miyuki duduk di atas ranjang, berbicara dengan Tatsuya yang sedang ganti baju; di atas pangkuannya ada sebuah koper yang berisi baju gantinya. Keberadaannya di sini entah itu cuma untuk ngomong-ngomong atau ingin berkunjung bukanlah masalah.

“Dari apa yang Shizuku bilang, kondisi Tetua sedang memburuk……”

“Pasti itu cuma kedok belaka. Lagipula, mungkin memang ada masalah dengan fisik atau kejiwaannya, tapi bukan itu alasannya tidak ikut pesta.”

Secara harfiah, bisa dibilang kalau Kudou Retsu sudah gila. Miyuki terkejut mendengar kesimpulan Tatsuya. Meski cuma ada mereka di kamar itu, perkataan Tatsuya cukup tidak sopan terhadap pemimpin penyihir Jepang.

Tapi yang lebih mengejutkan, Tatsuya agak kesal dengan Miyuki. Tidak peduli bagaimanapun cara Kanon membujuknya, tidak peduli kalau Kanon dan Isori sudah bertunangan, Tatsuya tetap merasa salah untuk membantu seorang pasangan muda-mudi sekamar sebelum menikah.

Bagi Tatsuya, tidak ada masalah untuk tidur sekamar dengan adiknya. Ia tidak protes sedikit pun. Yang dikhawatirkannya adalah jika berita ini menyebar, takutnya hal ini akan merusak reputasi Miyuki. Di sisi lain, dia merasa lebih nyaman sekamar dengan Miyuki daripada dengan Isori. Itulah alasan kenapa dia tidak melarang Miyuki.

“…..Meski begitu, menggunakan alasan sakit menandakan kalau ia sekarang sedang mengunci diri di rumah. Atau setidaknya dia tidak akan datang ke sini. Kita tidak tahu apa yang direncanakannya, tapi ini akan lebih baik tanpa adanya Kudou Retsu.”

Dan di usianya yang sudah sembilan puluh tahun, Ia seharusnya sudah tidak bisa menghasilkan sihir atau punya stamina seperti dahulu, tapi meski begitu dia tetap menjadi orang yang ditakuti mengingat dirinya yang dikenal sebagai penyihir terkuat di dunia. Kemampuannya bisa sedikit dilihat setahun lalu, Sihir Pengganggu Mental yang digunakannya terus-menerus yang mempengaruhi seisi aula saat pesta pembukaan, dan kemampuannya yang bisa mengenali Electron Silkworm yang tersembunyi di CAD kompetisi hanya dengan sekali lihat, jelas gelar penyihir terkuat di dunia bukan main-main. Jika melawannya, dia adalah lawan yang tidak bisa diremehkan, bukan dalam pertarungan terbuka, tapi kemampuannya menyerang titik lemah lawannya. Tidak, dia adalah orang yang mungkin bisa mengalahkan Tatsuya kalau ia tidak meremehkannya. Walaupun Tatsuya tidak meremehkan penyihir-penyihir Kudou, dia agak tenang dengan Retsu.

“Miyuki, aku pergi dulu.”

Tatsuya, memakai baju hitam, pamitan pada Miyuki. Walaupun dia sebenarnya ingin sebuah baju penyamaran atau mobile suit dengan fitur-fitur tertentu, Tatsuya tahu kalau itu berlebihan.

“Hati-hati Onii-sama.”

Mendengar suara Tatsuya, Miyuki berdiri dari ranjang dan menjawabnya. Tidak bilang “Aku ikut” menandakan kalau dia tahu batasannya dan bisa mengontrol dirinya.

Sebenarnya matanya mengisyaratkan keinginannya untuk diajak Tatsuya, tapi Tatsuya pura-pura tidak menyadarinya.

“Miyuki, ingat kau seharusnya tidak di kamar ini. Kalau kau sampai ketahuan, ikuti saja apa yang Chiyoda-senpai katakan apapun itu dan jelaskan semuanya dengan baik.”

Apa yang dikatakan Tatsuya bukan omong kosong atau semacamnya. Tapi itu perintahnya pada Miyuki untuk membebankan masalah ini kepada kakak kelas mereka terasa lucu sehingga membuat Miyuki sedikit tersenyum.


Tatsuya mencoba untuk menyelidiki Steeplechae Cross-country. Tentu saja, dia tahu kalau senjata P itu, boneka Parasite, masih belum dikirimkan.

Dia merasa kalau dia bisa mencari tahu tempat lombanya, dia bisa mengira-ngira tempat mereka menaruh jebakan dan tempat monster itu akan menyerang.

Namun, Tatsuya tidak bisa mendatangi tempat itu.

(Dengan keamanan seketat ini, kenapa tahun lalu mereka bisa diselundupi No Head Dragon?)

Saat dia mengamati sistem keamanan yang sangat ketat tersebar di mana-mana yang bahkan tidak bisa dimasuki semut, Tatsuya mengeluh dalam hati. Dan dia segera menemukan kekeliruan omongannya.

(Hmmm itu terjadi tahun lalu….)

Zaman dulu, tentara yang membiarkan markas mereka diselundupi pasti akan berakhir di lapangan tembak. Dan komandan markas itu mungkin akan malu setengah mati. Dia yakin kalau penjagaan yang ketat dan terkesan paranoid ini akibat insiden tahun lalu.

Dia dengan hati-hati melebarkan jarak pandangnya untuk mencegah terdeteksi oleh penyihir militer. Penglihatan Tatsuya tidak bisa dideteksi oleh radar Psion; dia mungkin khawatir kalau kemampuannya akan ketahuan oleh esper yang berjaga. Tanpa bersuara, jadi dia bisa menembus keamanan itu, dia melihat dunia dengan persepsinya.

Di tepi penglihatannya, dia menemukan suatu keberadaan. Apa yang dilihat Tatsuya bukan gambar, melainkan informasi. Struktur informasi dari badan-badan fisik dirubah oleh alam bawah sadarnya menjadi sinyal yang bisa diterima dengan mudah oleh alam sadarnya. Koordinat informasi yang diterimanya tidak berubah dengan yang di dimensi fisik. Secara fisik, mereka mendekat, tapi informasinya terasa jauh. Ini memberitahunya kalau yang dirasakannya adalah teknik kamuflase tingkat tinggi milik’nya’. Seperti yang diharapkan darinya, Tatsuya dalam hati memujinya sambil berjalan ke arah mereka berdua. Di tengah jalan, dia memanggil mereka di balik bayangan malam.

“Ayako, Fumiya.”

Tidak ada tanda-tanda keterkejutan mendengar nama mereka dipanggil. Segera setelahnya, bayangan yang mengitari mereka berubah menjadi sebuah badan padat. Dengan matanya yang bisa melihat di kegelapan, Tatsuya mengenali sosok Ayako yang bermata lebar dan Fumiya yang terlihat lega.

“Tatsuya-san, tolong jangan mengagetkan kami.”

“Aku tidak bermaksud seperti itu.”

“Kalau begitu tolong jangan panggil kami dengan suara menakutkan seperti itu.”

Protes Ayako bercampur dengan keseriusannya yang masuk akal. Napas pendeknya menunjukkan kelegaannya, sementara matanya terlihat berkaca-kaca.

Tatsuya tidak membantah perkataan Ayako. Mereka jelas tidak sedang dalam pertarungan, tapi keadaan mentalnya saat ini mungkin. Bahkan Tatsuya tahu kalau dia berbicara terlalu kasar untuk mencoba menenangkan.

“Jadi kalian ke sini untuk melihat tempat lomba?”

Meski begitu dia tidak meminta maaf.

“….Ya. Tapi keamanannya ketat sekali.”

“Dan kita tidak bisa masuk.”

Apa yang ragu untuk dikatakan Ayako sebaliknya diomongkan Fumiya.

“Kalian tidak bisa masuk bahkan dengan sihir Ayako?”

Benar-benar tidak menduga hal itu, Tatsuya mengeluarkan pertanyaan yang tidak seharusnya dikatakannya.

“Ah, tidak, maaf. Aku tidak bermaksud mengejekmu.”

Melihat Ayako menundukkan kepala malu, Tatsuya kali ini segera meminta maaf.

Lebih mengejutkan Tatsuya lagi, jelas bisa dilihat kenapa Ayako terlihat seperti itu.

Ayako punya sebuah keahlian, sihir unik ‘Perfect Diffusion’, alias ‘Perfect Darkness’. Sebuah sihir yang meningkatkan distribusi energi gas, fluida, dan fisik suatu daerah hingga tidak bisa dideteksi.

Secara kategori ‘Perfect Diffusion’ termasuk ke dalam Sihir Tipe Konvergen. Karena sihir itu bisa membentuk Rangkaian Aktivasi itu berarti sihirnya termasuk normal. Namun, bisa dibilang kalau penyihir pada umumnya hanya bisa menggunakan versi lebih lemah dari ‘Perfect Diffusion’, ‘Diffusion’, dengan kesulitan. Tatsuya tahu kalau hanya Ayako yang bisa menggunakan ‘Perfect Diffusion’.

Contohnya, kalau suatu volume suara dikecilkan, baik suara dan musik yang dimainkan akan terkecilkan jadi tidak jelas hingga tidak bisa didengar isinya. Namun, suara, dengan kata lain apa yang dihasilkan suara itu sendiri, tidak bisa disembunyikan. Ini masih di tingkat ‘Diffusion’.

Ketika efek sihir itu semakin ditingkatkan, ‘Diffusion’ akan menjadi ‘Perfect Diffusion’. Kecepatan aktivasi sihir dan kekuatan gangguan Ayako lebih lemah dari Miyuki. Namun, dia bisa menyebarkan zona gangguan yang lebih besar dari Miyuki, dan menjadi yang terhebat di Yotsuba.

Ayako bisa menggunakan kekuatan penuh sihir keahliannya di kondisi gelap di luar ruangan. Dia bisa mengatur dan dengan seketika menurunkan keberadaannya atau orang lain dan mengeluarkan sebuah gelombang elektromagnetik, melebur dalam kegelapan. Dengan menurunkan gelombang suara dan udara yang ada, dia bisa menghindari deteksi suara dan penciuman. Oleh karena itu dia melakukannya di malam hari. Kode namanya adalah ‘Yoru’ yang diambil dari salah satu kanji namanya, dan di saat yang sama cocok dengan sihir ‘Perfect Diffusion’nya yang unik.

“Tatsuya-niisan, apa kau ke sini juga untuk melihatnya?”

Fumiya menanyakan hal itu bukan untuk mengalihkan pembicaraan dari Ayako. Dia benar-benar penasaran apa Tatsuya bisa melakukan apa yang mustahil baginya dan Ayako.

‘Decomposition’ milik Tatsuya dan ‘Perfect Diffusion’ milik Ayako sejenis dari segi perubahan fenomena. Mendekomposisi materi menjadi wujud dasar, saat dilihat dari aspek berbeda, sama saja dengan menghancurkan struktur materi suatu objek dan mengacaukan elemen dasarnya. Bisa dibilang Sihir Dekomposisi adalah ‘Perfect Diffusion’ yang dikembangkan dan dikecilkan skalanya.

Dan sebenarnya, orang yang membuat Ayako bisa menggunakan ‘Perfect Diffusion’ adalah Tatsuya saat ia masih dilatih oleh Keluarga Utama Yotsuba. Saat itu Tatsuya masih SD, tapi dia sudah menguasai ‘Decomposition’ dan ‘Regrowth’ dan sedang menyelesaikan latihan bertarungnya bersama orang-orang dewasa. Sudah biasa bagi penyihir Keluarga Kuroba untuk berlatih dengannya. Dan dengan begitu Tatsuya menunjukkan kepada Ayako, yang saat itu masih tidak mampu menggunakan kemampuan khususnya dan masih menjalani latihan sihir dengan bawahan ayahnya, sebuah demostrasi sederhana untuk ‘Decomposition’.

Tatsuya tahu dengan ‘Elemental Sight’nya kalau Ayako mempunyai sihir khusus yang sama dengannya. Dan Tatsuya yang masih sangat muda, bermaksud untuk mengajarinya, menunjukkan Ayako bagaimana cara menggunakan ‘Perfect Diffusion’ berdasarkan ‘Decomposition’.

‘Perfect Diffusion’ milik Ayako sama dengan apa yang diajarkan Tatsuya kepadanya. Dan karena diajari Tatsuya, dia, Kuroba Ayako, sampai bisa punya reputasi di antara penyihir-penyihir Yotsuba.

Oleh karena itu Ayako tidak pernah memandang Tatsuya hanya sebagai Guardian. Dan ini juga menjadi alasan kenapa Fumiya mengaguminya. Di saat yang sama, ini menjadi salah satu penyebab kembar Kuroba menilai tinggi Tatsuya.

“Ya. Tapi aku tidak bisa menyelinap masuk dan penasaran dengan itu.”

Keahlian Tatsuya adalah pertarungan dan pembunuhan. Kemampuannya menyelinap ke area musuh hampir di kalangan atas, tapi itu semua dipelajari dari Yakumo; dengan semua kemampuannya dia masih bukan tandingan Ayako. Tempat manapun yang tidak bisa dimasuki Ayako maka juga tidak bisa dimasuki Tatsuya diam-diam.

“Aku mengerti….”

Fumiya bergumam, terasa ada keputusasaan di suaranya.

“Apa kita coba sekali lagi? Kalau Onii-san juga ikut, mungkin bisa.”

Tapi dia masih mencoba untuk positif, meski kemungkinannya nihil.

“Tidak, memaksa masuk dan membuat keributan itu kemungkinan terburuk. Aku berani bilang kalau kita lebih baik mundur sekarang.”

“Keputusan yang bijaksana.”

Respon untuk jawaban Tatsuya tidak datang dari Fumiya ataupun Ayako.

“Siapa itu!?”

Sebuah bayangan kurus mencuat dari hutan menjawab tantangan Ayako.

“Master, bisakah kau menampakkan diri dengan cara yang lebih normal?”

Bayangan itu, sesuai dengan perkataan Tatsuya, adalah Yakumo.

“Seperti yang Tatsuya-kun bilang, lebih baik kita mundur malam ini.”

Bahkan tanpa menjawab protes Tatsuya, Yakumo melanjutkan perkatannya.

“….Tatsuya-san, orang ini…..?”

Menyadari identitas Yakumo, Ayako bertanya pada Tatsuya sambil menurunkan penjagaannya.

“Ya, sama seperti yang kau pikirkan, Ayako.”

“Itu berarti ini Yakumo-sensei yang itu.”

Kali ini Fumiya lah yang mengatakannya. Bagi mereka berdua, penerus Keluarga Kuroba, divisi intelijen Yotsuba, nama Yakumo membawa pengaruh besar.

“Kalau begitu, Master, apa kau menemukan sesuatu?”

Yakumo menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Tatsuya.

“Tidak. Tidak ada apa-apa di arena.”

“Kau bisa masuk ke arena!?”

Ayako secara refleks menaikkan suaranya, lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil panik. Ditenangkan dengan gestur kekanak-kanakannya, Tatsuya tersenyum kecil. Lalu dia segera menghilangkan itu dan melihat ke arah Yakumo.

“Kita menyerah dengan keamanan itu, jadi apa yang Anda lakukan menakjubkan.”

Tatsuya melirik tatapan Ayako. Seperti yang diduganya, dia menunjukkan ekspresi getir, tapi tidak terlihat menyalahkan dirinya sendiri.

“Tidak tidak tidak, itu bukan apa-apa.”

Di sisi lain, Yakumo merasa bangga terhadap harga dirinya. Sesuai dengan usianya, pikir Tatsuya, tapi Yakumo mungkin mengatakan itu untuk menghibur Ayako dan melirik ke arahku, pikir Tatsuya saat merubah pikirannya.

“Baiklah kalau begitu, bagaimana situasinya di dalam sana? Walaupun Master bilang tidak ada apa-apa.”

Kalau yang dipasang cuma sensor pasif maka sihir Ayako pasti bisa melewatinya, bukan masalah. Masalahnya yang digunakan adalah sensor aktif. Jelas bohong kalau Tatsuya tidak terganggu dengan fakta Yakumo bisa melewati semua sensor itu. Tapi jelas tidak ada gunanya iri seperti itu. Tidak mungkin Yakumo akan menunjukkan rahasianya. Selain itu, Tatsuya merasa kalau dia perlu mengutamakan tujuannya.

“Seperti yang kau bilang sebelumnya. Untuk sekarang hanya ada rintangan-rintangan biasa yang terpasang di sana; itu benar-benar hutan latihan buatan normal.”

“Jadi Master tidak bisa menemukan tempat boneka Parasite itu ditaruh.”

“Tidak. Tidak ada yang berubah kalau kita tahu tempat mereka menaruhnya. Mereka memang didesain seperti itu.”

“Jadi maksudnya boneka Parasite bisa dengan independen dan terus menerus beroperasi di lokasi itu.”

“Bisa dibilang mereka dibuat khusus untuk pertarungan.”

Pada akhirnya, penyelinapan malam hari itu gagal. Tatsuya berterima kasih pada Yakumo, mengucapkan selamat malam kepada Fumiya dan Ayako, dan mereka kembali ke kamar masing-masing. 

◊ ◊ ◊

Di saat Tatsuya, kembar Kuroba, dan Yakumo melakukan penyelinapan mereka; situasi terus berkembang tanpa berhenti. Suatu insiden bisa terjadi di tempat itu. Tapi di saat yang sama, persiapannya dilakukan di tempat lain.

Bagi Mayor Jenderal Saeki, komandan Batalion 101 JSDF, pagi datang begitu cepat dan malam terasa lama. Dia tertawa akan hal itu, atasannya memberikan semua pekerjaan tidak jelas padanya karena dia orang lama, tapi untuk bawahannya, itu bukanlah tertawaan. Bawahannya hampir selalu bilang padanya “Menjaga perdamaian adalah tugas biasa”, tapi Saeki bukan tipe orang yang menjawab “Situasi ini sudah darurat dan bukan biasa lagi”. Bahkan hari ini dia ada di ruangannya sampai larut malam, membaca-baca ringkasan laporan dari batalion yang dikirimnya ke Kompetisi Sembilan Sekolah.

Preferensi laporannya adalah hasil dari kerahasian, dia saat ini sedang membaca laporan rahasia di monitornya. Melihat ada panggilan masuk di layar telepon di ujung mejanya, wajah Saeki berubah kecut.

Bukan dari Batalion Sihir Independen 101-nya. Aneh rasanya mendapat panggilan di jalur telepon komandan dari markas JSDF selain dalam kondisi darurat seperti serangan kejutan atau semacamnya. Bahkan akan lebih aneh lagi mendapat telepon dari Kementerian Pertahanan. Memangnya siapa yang menelepon…..Curiga, Saeki menjawab panggilan itu.

[Tetua Saeki, maaf menelepon Anda di jam segini.]

Muncul di layarnya adalah lelaki yang bahkan lebih tua darinya. Saeki tahu siapa orang itu.

“Hayama-san dari Yotsuba, bukan? Lama tidak bertemu.”

[Astaga, ini sebuah kehormatan besar bagi pelayan rendah seperti saya untuk diingat oleh seorang jenderal besar seperti Tetua Saeki.”

Saeki dalam hati berguman ‘pelayan rendahan?’ tanpa merubah ekspresinya. Apa yang diketahuinya tentang Hayama, walau tidak banyak, adalah hubungannya dengan Tatsuya, yang mana merupakan anggota Batalion Sihir Independen di bawah pimpinannya. Kalau mereka memutuskan untuk menarik mundur Tatsuya, Saeki pasti langsung melakukan negosiasi, mengirimkan Kazama sebagai tangan kanannya. Di kasus ini, yang bernegosiasi adalah Hayama. Saeki bertemu langsung dengan Maya cuma sempat sebatas basa-basi. Dia yakin lelaki tua ini akan melakukan negosiasi antara Keluarga Yotsuba dengan Batalion Sihir 101.

[Kami mengganggu Anda di jam segini untuk membicarakan sesuatu yang kami rasa lebih baik dibicarakan hanya antara kita berdua. Kalau tidak bisa sekarang maka kita bisa membicarakannya lain waktu.]

Selagi Saeki memaksa pikirannya untuk mengingat-ingat, Hayama sekali lagi berbicara dengannya tentang waktu. Saeki segera berhenti sebelum menolaknya mentah-mentah

“Mari kita dengar.”

[Terima kasih banyak. Kalau begitu majikan saya yang akan menyampaikan.]

Sebelum dia bisa memahami maksud perkataannya, Saeki menelan ludah.

Sosok Hayama yang menunduk dengan sopan di layarnya menghilang.

[Senang bertemu dengan Anda, Tetua Saeki.]

Apa yang muncul di layarnya adalah seorang wanita dengan gaun merah gelap yang kelihatan seperti coklat. Penampilan cantiknya tidak berubah sejak tiga tahun sepuluh bulan yang lalu.

“-Yotsuba-san, lama tidak bertemu.”

Sebuah rasa merinding menjalar sepanjang punggung Saeki. Ini Yotsuba Maya, kepala Keluarga Yotsuba. Saeki tahu betul bukan hanya kekuatan Maya tapi kekuatan yang Keluarga Yotsuba miliki dari karir panjangnya sebagai analisis intel.

[Saya tahu betul kalau saat ini Tetua Saeki sedang sibuk, jadi saya akan cepat saja.]

Nada bicara Maya tidak hanya sopan, tapi juga ramah. Wajah tersenyumnya, yang terlihat lebih muda dari orang seusianya, tidak memberikan ekspresi menakutkan sama sekali.

Namun, Saeki memasukkan semua informasi yang dibaca dan didengarnya menjadi data di ingatannya. Tidak ada hubungan antara kemampuan sihir dan fisik. Bekerja atau tidaknya sihir tidak dipengaruhi oleh kekuatan fisik tapi pada seberapa jauh informasi itu bisa bekerja. Mendukung hal ini, kepala Keluarga Yotsuba sebelumnya dan ayah Maya, Yotsuba Genzou, menunjukkan dirinya di depan kamera untuk melakukan triknya dan mengalahkan musuhnya. Dan hanya dengan menyaksikan video ini saja, mungkin Yotsuba Maya bisa membunuhnya. Saat dia berhadapan dengan atasan dan penjabat-pejabat tinggi, Saeki tidak terpengaruh dengan semua ancaman yang didapatnya. Tapi di hadapan orang yang mungkin dan memang sedang memegang hidup-mati-nya, dia tidak punya pilihan lain selain berhati-hati.

“-Menyampaikan apa?”

[Menyampaikan tentang rencana yang Batalion Tetua Saeki lakukan.]

Saeki mampu mendengar hal itu tanpa gentar karena keberanian besarnya. Tapi kalau dia tidak memersiapkan dirinya sebelumnya, dia mungkin sudah gemetaran ketakutan.

[Ada rencana untuk meneror jalannya Turnamen Olahraga Sihir Nasional, terutama di cabor Steeplechase Cross-country.]

“…..Dan apa Anda tahu siapa dalangnya?”

Dan apa infonya bisa dipercaya? Pertanyaan itu tidak dilontarkan Saeki. Meski bukan Maya yang mengatakannya, itu bukanlah hal yang bisa dikatakannya begitu saja.

[Rumornya dipimpin oleh orang-orang Kolonel Sakai di markas besar JSDF, dan para orang garis keras yang disebut anti-Great Asian Alliance lah yang menjadi dalang di balik rencana itu.]

Maya dengan santai tertawa kecil saat mengatakannya. Apa yang dikatakannya tidak lebih dari dugaan kalau dalangnya adalah orang lain, tapi Saeki tidak bertanya lebih lanjut. Jelas tidak ada gunanya bertanya padanya.

[Dan peran yang diberikan pada Batalion Tetua dalam rencana itu adalah sebagai eksekutor.]

“Tetapi saya tidak punya niatan melakukan tindak kejahatan seperti itu.”

Jelas bohong kalau bilang Saeki tidak marah mendengarnya. Dia tidak bodoh sampai masuk ke jebakan itu. Dan dia yakin kalau bawahannya tidak sebodoh itu.

[Kami juga berpikir seperti itu. Dan karena alasan itu kami ingin berbicara dengan Anda.]

Maya mungkin sedang memujinya. Tapi Saeki sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Bahkan meski dia adalah penyihir perempuan terkuat di dunia, Maya lebih muda lebih dari sepuluh tahun dibanding Saeki. Selain itu, hal yang mereka bicarakan sekarang adalah keahlian Saeki. Dia bersyukur bisa mendapat informasi seperti ini, tapi dia sudah mulai lelah dengan sikap arogan Maya.

Tentu saja, dia tidak akan menunjukkan perasaannya terang-terangan. Dia tidak sepolos itu.

“Kalau begitu, apa yang sebenarnya ingin Anda bicarakan?”

[Mereka juga ingin menarik orangku ke dalam rencana mereka.]

“…..Maksud Anda Perwira Ooguro, bukan?”

[Luar biasa tebakan Anda. Dengan keadaan anak itu sekarang, itu adalah sesuatu yang tak terhindarkan.]

Desahan yang tidak masuk layar itu bukan main-main. Saeki juga merasa kalau mereka berdua sependapat.

[Hanya saja kami tidak punya niatan melakukan apa yang ditujukan pada kami.]

“Apa perlu dia saya hentikan?”

[Tidak. Selain itu, rencana ini sudah disiapkan dengan sangat rapi, saya tidak tahu apa memang benar orang-orang garis keraslah dalangnya.]

Saeki menatap tajam wajah Maya di layar. Tapi bahkan dengan perkataannya barusan dia tidak berhasil mengorek tujuan asli Maya. 

Seperti biasa, tidak mungkin mereka tidak tahu apa-apa. Jelas untuk alasan tertentu Yotsuba ingin menghancurkan kelompok Kolonel Sakai.”

Bahkan Saeki merasakan hal janggal untuk beberapa waktu dari para garis keras. Benar, kalau sampai pecah perang, mereka akan menang melawan Great Asian Alliance. Tapi, dunia bukan sebatas tentang berdua Jepang dan Great Asian Alliance. Dia pernah mendukung Kazama untuk alasan yang sama. Faksi anti-Great Asian Alliance selama Perang Besar Indocina dan faksi anti-Great Asian Alliance yang muncul sekarang bisa dibilang hal yang sama. Bisa dibilang aksi militer adalah salah satu faktor diplomasi multilateral.

Saeki tidak pernah berpikir kalau ‘militer tidak boleh ikut campur dalam urusan dalam dan luar negeri’. Mereka memang diharapkan mengikuti perintah, tapi dia yakin jika perintah belum dihentikan maka tidak perlu melakukan kontrol diri. Meski begitu, Saeki merasa kalau faksi Kolonel Sakai melenceng dari idealnya seorang anggota militer.

Tapi ini adalah urusan rumah tangga JSDF. Seharusnya tidak ada keuntungan buat Yotsuba dengan membinasakan mereka. Saeki tahu betul kalau mereka haus kekuatan. Dia adalah salah satu orang kelas atas yang punya hubungan langsung dengan Yotsuba. Keluarga Yotsuba memegang kekuatan mereka yang hanya berpusat pada pertahanan sendiri dan retribusi; itulah yang bisa dipastikan Saeki.

Pasti ada pengaruh tersembunyi di balik alasan Keluarga Yotsuba yang ingin membinasakan para garis keras itu.

Dan dia tidak bisa menanyakan pertanyaan ini sekarang.

[Oleh karena itu, kami mau meminta kerja sama Anda.]

Jauh di luar dugaan, sebuah permintaan datang di depannya.

“Anda meminta saya…. Untuk mengerahkan senjata kami?”

[Tidak, saya ingin Tetua mengurus sisanya. Lagipula saya tidak bisa tampil di publik.]

Perkataan itu terdengar tidak sopan, meski disampaikan dengan cara yang biasa-biasa. Itu karena permintaannya adalah agar Mayjend. JSDF melakukan penyelidikan di dalam JSDF dan melakukan bersih-bersih.

“Lalu apa keuntungannya bagi saya?”

Tapi Saeki tetap menahan emosinya; dia bertanya apa yang diperolehnya dengan melakukan itu.

Maya memasang senyum penuh teka-teki menjawab pertanyaan Saeki.

[Pengaruh Sepuluh Master Clan terhadap JSDF akan hilang.]

Saat Maya bilang ‘Sepuluh Master Clan’ yang dimaksud bukan tentang sepuluh keluarga itu; yang dimengertinya adalah kata itu merujuk pada Kudou Retsu sendiri.

Saeki menutup matanya untuk terhindar dari senyuman Maya. Setelah merenung, dia mengangguk.


“Apa itu bijaksana, Nyonya?”

Hayama menanyakan itu kepada Maya setelah negosiasinya dengan Saeki selesai.

“Masalah apa?”’

Jawaban Maya dibuat dalam bentuk pertanyaan juga meski dia sebenarnya tahu apa maksudnya.

Kalau saja itu bukan Hayama dia pasti sudah dibungkam langsung oleh Maya. Tapi hal seperti itu tidak akan bekerja pada kepala pelayan satu ini.

“Keterlibatan Tetua Kudou masih belum hilang dari spekulasi.”

“Dan itulah kenapa aku tidak membawa-bawa nama sensei. Dan selain itu,”

Setelah memuji dirinya sendiri, Maya menunjukkan sebuah senyuman jahat.

“Kalau memang seperti itu keadaannya maka kita tidak perlu menghadapi teror para orang garis keras itu.”

Hayama, tetap tidak berekspresi, hanya mengangguk.

“Mungkin itu tidak benar. Tapi, kita tidak bisa mengatakan itu. Lagipula, merekalah yang mengeluarkan perintah untuk membunuh para orang garis keras.”

Mendengar perkataan kepala pelayannya, Maya mengangguk masih dengan senyuman jahatnya tadi.

“Betul, kita tidak bisa melawan keinginan sponsor kita. Kalau bukan karena ini, kita tidak perlu melakukan kekerasan.”

Pembicaraan mereka ini serasa seperti antar orang yang setingkat, dan bukan majikan dan bawahan.

“Kalau begitu keadaannya, rencana rahasia orang yang bernama Zhou Gongjin itu akan menguntungkan kita. Meski akan sulit untuk membantu Tatsuya-dono.”

“Kejadian mencolok seperti tahun lalu akan jadi masalah. Aku harap dia bisa lebih nurut untuk enam bulan ini, sampai masuk tahun baru.”

Saat Maya berkata seperti itu, dia dengan sombong menghela napas.

“Memang benar ada bahaya yang mengincar Miyuki-san, tapi kita tidak bisa memintanya untuk tidak melakukan apa-apa.”

“Nyonya, apa menurut Nyonya Tetua Saeki akan memberi dukungan kepada Tatsuya-dono?”

“Tidak apa-apa, kita tidak bisa menghentikan mereka. Bagaimanapun juga, kita hanya bisa memberinya pertolongan. Hanya JSDF lah yang berani mengurus anak yang sudah jadi senjata sihir paling buruk dan menyedihkan itu.”

‘Kita tidak berani melakukan itu’. Hayama merasa kalau dia sempat mendengar Maya menggumamkan hal itu.

◊ ◊ ◊

Ini siang keesokan hari pesta pembukaan. Diundang makan siang dengan Honoka dan Shizuku di kamar mereka, bukan di kamar Tatsuya, tapi di kamar Honoka, Tatsuya bersama Miyuki, berempat kembali ke hotel. Tatsuya melihat murid-murid di lobi yang datang dan menginap untuk menyemangati mereka. Itu adalah teman-temannya, dan dia kelihatan bingung.

“Yahoo.”

Situasi ini lumayan sama seperti tahun lalu, tapi tahun ini lebih heboh. Erika yang memakai baju tak berlengan dan celana tiga perempat melambaikan tangannya.

“Jadi kalian datang untuk mendukung kami.”

“Iya. Ah, ada dua orang lagi.”

Saat dia berbicara, Leo berjalan dari belakangnya.

“Hei, kau, bawa sendiri barang bawaanmu…. Tatsuya, apa kabar?”

Di tangannya ia membawa sebuah tas, tapi hebatnya, sepertinya itu milik Erika.

“Erika-chan, ini kuncinya….ah, Tatsuya-san, Miyuki-san, Honoka-san, Shizuku-san, selamat siang.”

Ditambah lagi, di belakang Leo, Mizuki muncul dengan membawa koper beroda.

“Apa kalian sudah makan siang?” tanya Tatsuya.

“Belum.” Jawab Erika sederhana.

“Apa Mikihiko juga ikut?”

Dengan jumlah orang sebanyak itu, satu kamar pasti sempit. Tatsuya dan teman-temannya pindah ke kafe yang disediakan untuk tim Kompetisi Sembilan Sekolah.


Karena ini sudah lewat jam makan siang, mereka berdelapan tidak perlu menunggu kursi kosong. Saat mereka duduk, Mikihiko mendadak menanyakan sesuatu.

“Sepertinya ini lebih terlambat dari yang direncanakan; apa terjadi sesuatu?”

Orang yang ditanya Mikihiko adalah Mizuki. Namun, yang menanggapi pertanyaan itu, orang pertama yang menjawab adalah Erika.

“Ehh….”

“Ap-apa!”

Melihat senyuman sadis Erika padanya, Mikihiko kaget. Namun, reaksinya salah dan terlambat.

“Kau mendengar rencananya dari Mizuki.”

“Aku mendapat email. Itu saja.”

Mikihiko segera menjawab balik. Tapi kali ini, wajah tidak tenang Mikihiko punya efek yang berkebalikan dari dugaannya.

“Ehh? Miki, kau bertukar alamat email dengan Mizuki?”

“Kita bertukar email. Karena kita teman.”

Erika melirik ke arah Leo, yang duduk di sebelahnya, setelah mendengar jawaban kasar Mikihiko.

“Kau, apa kau punya alamat email Mizuki?”

“Tidak. Karena aku tidak perlu.”

Di masa sekarang, berkat adanya video chat, group chat yang dipakai luas; maka, jika ada orang yang butuh bicara sesuatu, mereka biasa menggunakan chat khusus grup. Kelebihan email adalah mampu mengirimkan data dalam jumlah besar dan bisa mengirim pesan pribadi ke tujuan. Omong-omong, Tatsuya tahu email Erika dan Mizuki, tapi dia tidak memberitahunya pada Mikihiko. Merasa malu bisa tahu email seorang gadis, wajah Mikihiko memerah.

Dan untuk Erika, sekarang senyumannya semakin melebar menghiasi wajahnya. Di samping Mikihiko, Mizuki juga wajahnya merah dan mengalihkan padangannya. (Untuk meluruskan kesalahpahaman ini, mereka duduk di dua meja bundar yang digabungkan, urutan duduknya; Erika, Mizuki, Mikihiko, Leo, Shizuku, Honoka, Tatsuya, Miyuki.)

Mikihiko, yang tidak tahan dengan situasi ini, akhirnya meledak..

“Tunggu dulu, kalian semua salah paham! Bukan aku saja yang punya email Shibata-san. Miyuki-san dan Mitsui-san dan Kitayama-san juga punya!”

Namun, usahanya itu hanya semakin memperburuk citranya.

“Tatsuya-kun?”

“Aku tidak.”

Mikihiko melihat ke arah Tatsuya dengan tatapan yang seakan berkata ‘Dasar pengkhianat’, tapi hal itu tidak mengganggu Tatsuya sama sekali.

“Omong-omong, Erika.” 

Namun, sepertinya bukan karena Mikihiko, tapi lebih karena dia bisa lihat kalau Mizuki sudah hampir sampai batasnya, maka dari itu Tatsuya mengalihkan pembicaraan mereka.

“Apa kau benar-benar terlambat?”

“Ya, begitulah.”

Sistem transportasi darat sekarang, yang sudah tidak ada kemacetan, jika orang bisa sampai melebihi perkiraan waktunya menandakan kalau di perjalanan pasti ada masalah. Hal itu mungkin sangat tidak enak sampai-sampai tidak bisa mereka lupakan. Perhatian Erika teralihkan dari Mikihiko.

“Busnya bertemu demonstran di tengah jalan.”

Melihat ini sebagai kesempatan untuk lepas dari kondisinya tadi, Mizuki segera angkat bicara.

“Demonstran?”

Jarak hotel dan pintu masuk markas terbilang cukup jauh, jadi mereka tidak akan tahu apa yang terjadi meski itu cukup besar.

“Ya, para…… ‘Humanist’.”

Mereka bertiga ada di sana, bukan hanya Tatsuya dan mereka yang tidak ada di sana saja tapi Erika dan Leo, juga, yang ada di tempat itu tadi, semuanya terlihat muram.

“Selalu seperti itu huh.”

Suara Erika dipenuhi rasa tidak senang.

“Kebanyakan murid SMA Sihir yang masuk tentara dan membuat kesalahan, sadarlah, tentara hanya memanfaatkan kalian saja, kata mereka. Yang benar saja, lagipula, itu semua bukan urusan mereka.”

Sambil berbicara, Erika perlahan menjadi semakin marah. Berbanding terbalik dengannya, ingatan Leo juga tidak mengenakkan, tapi dia diam saja.

“Apa-apaan yang kebanyakan! Memangnya maksud mereka jumlah lulusan SMA yang masuk universitas ditambah dengan jumlah lulusan universitas yang sudah bekerja ‘gitu? Karena dua hal itu dua populasi yang berbeda, mana bisa dijumlah, kurang, kali, bagi begitu saja, setidaknya mereka perlu belajar berhitung!”

Meski pengalaman mereka terbilang tidak mengenakkan, perkataan Erika cukup logis. Dengan keadaannya saat ini, dia mungkin akan terus mengomel. Tidak punya pilihan lain, Tatsuya sudah bersiap untuk menenangkan hal ini.

“Kalau masalah propaganda atau demonstrasi, yang penting bukan kebenarannya tapi lebih ke dampaknya. Mereka tahu kalau itu salah. Apalagi, 45% lulusan universitas punya koneksi dengan Departemen Pertahanan Nasional sebelum mereka masuk kerja. Itu jelas jumlah yang cukup tinggi, jadi kita tidak bisa apa-apa dengan klaim seperti itu.”

“Apa! Tatsuya-kun, apa kau membela mereka?”

“Aku? Mana mungkin.”

Senyuman getir Tatsuya seakan berkata “Aku, yang sudah masuk tentara ini?”.

“Maksudmu, itu ya? Maaf…..”

Tentu saja Erika paham maksudnya. Tidak ada jalan lain baginya, terka Erika.

“Apapun itulah, Miki.”

“Namaku Mikihiko.”

Mikihiko membaca maksud Erika yang membuatnya melontarkan kalimat andalannya seolah berkata ‘Ayo ganti suasana’.

“Kau, masih memanggil pakai ‘Shibata-san’? Tapi, karena kau sudah memanggil Miyuki ‘Miyuki-san’, bukannya tidak apa-apa memanggil Mizuki pakai nama depannya.”

“Itu bukan urusanmu!”

Namun, berkat Erika, diri Mikihiko mulai kembali seperti semula.