BERLARI MELINTASI BAYANG-BAYANG IBU KOTA

(Translator : Zerard)


Ketika seorang fixer memberitahumu “Cuma tinggal masuk dan keluar. Gampang kok.” Kamu harus berhati-hati. Apa yang dia maksud adalah ini pekerjaan di buru, rumit, berbahaya, kemungkinan berhubungan dengan uang.

Lagipula, jika ini memang aman dan sederhana, mereka nggak akan membayar kami.

Rogue muda mengingat cara temannya menyeringai kepadanya; kemudian dia menggenggam erat kail pengait dan menanamkan kakinya pada dinding. Sejujurnya, walau demi uang, ini bukanlah tempat yang ingin dia bobol.

“Apa—apa kamu nggak apa-apa...? Aku nggak terlalu berat?”

“Nggak, kamu biasa saja.”

Suara itu berasal dari punggungnya, sebuah suara manis yang menggelitik telinganya. Ini sama sekali bukanlah situasi yang dapat membuat hatinya berdebar. Dia mengernyit, sadar akan keringanan dan kelembutan dari “rekannya,” seorang mage yang melilitkan lengannya di sekitar leher dirinya.

Tuhan, elf ini...

Sang rogue merasa cukup malu—bisa di bilang, bimbang—mempunyai temannya, seorang wanita muda seumuran, bergantung padanya. Terdapat hal lain yang dapat dia fokuskan: yaitu, secara mental membandingkan peta yang telah di siapkan oleh “peneliti” dengan apa yang dia amati di area ini selama siang hari.

Ketika mereka mencapai jendela yang dia tuju, dia menepuk lengan kurus yang melingkar di leher dengan jarinya. “Giliranmu.”

“Oke, serahkan padaku,” dia berkata, kemudian menjulurkan salah satu lengannya di atas pundak pria itu, menyentuh kerangka jendela dengan sesuatu di ujung jarinya. Di keluarkan dari tas yang ada di pinggulnya, adalah sebuah serangga yang tampak seperti campuran antara kelabang dan siput. Dia membisikkan beberapa kata kepadanya—sebuah permintaan—dan makhluk itu dengan segera mulai menggeliat, menggali ke dalam kerangka batu. Material rapuh dari bangunan seperti ini bukanlah saingan untuk larva Rock Eater.

Orang-orang mungkin akan meletakkan lempengan armor di atas jendela mereka; mereka mungkin menggunakan gembok secara berlebihan atau memakai mantra sihir pelindung di kaca—namun mereka tidak pernah berpikir untuk melindunhi kerangka jendela. Sang rogue melepaskan kerangka jendela secara keseluruhan dan menyelinap masuk ke dalam ruangan. Adalah ruangan belajar—atau mungkin kantor. Terdapat rak buku, sebuah meja, botol alkhol setengah kosong di iringi dengan cangkir cantik. Terdapat karpet bulu yang begitu tebal hingga kakinya tenggelam di dalamnya; dia tidak dapat membiasakan kakinya seberapa banyaknya dia mencoba.

Dia meletakkan kerangka jendela, berhati-hati agar tidak menimbulkan suara, dan sang mage turun dari punggungnya. Bersamaan, dalam satungerakan, rogue melepas busur silang yang menggantung di sabuk di sekitar dada dan mengambil posisi menembak. Dia memastikan bahwa busur itu telah terisi, kemudian menemukan sebuah posisi yang akan melindungi titik buta temannya. 

Mereka telah melakukan hal ini sebagai rutinitas sekarang. Mereka telah bersama dalam waktu yang cukup lama.

“Aku akan melihat dekitat,” sang gadis berkata. “Kalau aku melihat sesuatu yang menarik, aku akan mengambilnya. Dan meninggalkan sedikit untuk mereka.”

“Itu rencananya.”

“Aku nggak akan lama kok.” 

Orang-orang hanya melihat apa yang telah di curi setelah sebuah pembobolan. Mereka tidak pernah melihat apakah mereka memiliki posesi lebih dari apa yang mereka miliki sebelumnya.

Pelari tidak hanya akan mengambil pekerjaan terkotor, terbau yang tersedia. Terkadang mereka menyelinap: terkadang, misi utama mereka hanya sekedar berusaha keluar. Terkadang menculik, terkadang penyadapan. Pengalihan adalah spesialitas, contohnya adalah perlindungan dan pengejaran, pelarian, dan terkadang, penyelamatan. (TL Note : Pelari = Runner)

Orang-orang membayar uang untuk seseorang melakukan hal semacam ini. Oleh karena itu mereka berlari. Pelarian itu adalah segalanya. Mereka mendapatkan uang mereka, dan terkadang mereka bermain sebagai pahlawan, terkadang penjahat. Beberapa dari mereka membenci Guild Petualang atau pemerintahan atau dewa—namun langkah pertama untuk menjadi pelari adalah menerima dirimu sendiri sebagai kuku jari dari sesuatu yang lebih besar.

Kamu ingat itu di kepala, atau kamu mati. Sang rogue muda berpikir, seraya waktu berlalu dengan siulan lagu lucu yang akhir-akhir ini terdengar di kota air.

Seorang pahlawan yang hanya membunuh goblin? Itu baru lucu banget!

Banyak dari pelari yang telah bertemu dengan ajalnya di karenakan terlalu tertarik, melawan apapun yang sedang mereka lawan. Pelari ini juga sama saja. Terdapat seseorang yang sudah mendapatkan “jarahan” untuk mereka. Seseorang hang sudah melakukan semua “riset” duluan, dan banyak lagi yang lainnya. Kemungkinan bahkan seseorang yang akan membersihkan semua dari waktu pembunuhan ini ketika segalanya telah berakhir, yang persis seperti yang dia lakukan. Apa yang mereka tangani hanyalah kepingan demi kepingan, fragmen terkecil dari apa yang terjadi dalam pelarian. Apakah itu, mereka tidak akan tahu.

Dan di atas semua itu, terdapat seseorang yang mencari keuntungan dari semua ini.

Mereka berdua mungkin hanyalah pengalih—atau umpan. Kamu mengetahui itu ketika kamu menerima pekerjaannya. Tentu saja, apakah kamu melakukan apa yang di tugaskan kepadamu setelah menerimanya adalah permasalahan lain. Gembong yang menggunakan pelari dan membuang mereka demi keuntungannya sendiri, tidak akan hidup lama. (TL Note : saya menggunakan kata “gembong” di sini untuk menggantikan kata “johnson” yang merupakan idiom dari kont*l, gigolo, dild* dan semacamnya.)

Kami kecil, kami tahu itu, adalah pesannya. Tapi jangan berani-berani kalian ludahi kami. Paham?

Itulah posisinya sendiri dalam kehidupannya, atau setidaknya itu yang dia bayangkan.

Kurasa setidaknya pria itu, bukan tipe yang akan menipumu dan pura-pura minta maaf nanti.

Dia melihat wajah temannya sang fixer dalam kepalanya. Dia mungkin akan membawa sebuah pelarian berbahaya, namun dia tidak akan mengkhianati rogue. Di sinilah dia lagi, pada pekerjaan yang tidak di ketahui oleh gembong, namun dia setidaknya merasa lega bahwa orang itu tidak terlibat. Dia mempunyai kepercayaan dalam fixernya. Tentu saja. Mereka adalah sebuah tim.

Suara gadis itu memecahkan lamunannya. “...Baiklah, selesai.”

“Mm, bagus,” dia berkata dengan anggukan. “Ayo kita keluar dari—“

Dia menarik pelatuk busur silang bersamaan dengan pintu yang terdobrak.

Jika panah terbang bagaikan hujan, mereka bagaikan terpantul terkena payung. “Deflect Missile?!” sang mage berteriak.

Gygax!” sang rogue mengumpat. “Ini bukan terowongan!” dia mengerang seraya dia mencabut selongsongnya daan meraba di sekitar sabuk untuk mencari penggantinya. Sihir terlarang Magic Eye yang tertanam di bola matanya mengamati sesosok di dalam kegelapan.

Troll!

Semenjak pasukan Demon Lord telah hancur, sisa-sisa dari kekuatan Kekacauan mulai tersebar di dalam dunia bayangan. Dark elf, wighy, vampire, tidak satupun dari mereka yang di sambut. Namun yang paling tidak di sambut di antara semuanya adalah makhluk raksasa yang sekarang berlari mengarahnya, menepis batang panah bagaikan nyamuk. Dan jimat Deflect Missile yang menggantung di sekitar lehernya semakin memperburuk keadaan...!

“TOOOOOORREOORRRRRRR!!!!”

Namun bahkan di sini, sang rogue tidaklah sendirian.

“Umbra...lupus...libero! Terbebaslah, serigala kegelapan!” Rapalan, dentingan lonceng, binatang tak terkekang terbang  dari bayangan sang mage, melakukan penyerangan. Taring, terbalut oleh sihir, mengoyak monster itu, mencabik dagingnya. Sang rogue tidak melewatkan kesempatan ini.

“Ayo keluar dari sini!”

“Baik!”

Tanpa keraguan. Dia sedikit merasa bersyukur atas kepercayaan yang gadis ituntunjukkan kepadanya. Dia mengangkat tubuh kurus gadis itu dan melompat keluar jendela, masuk ke kegelapan malam.

Dia merasakan dirinya mengambang. Kemudian terjatuh. Dia mendengar teriakan teredam. Dia berharap kail pengaitnya, sebuah pengeluaran yang di perlukan, dapat di ganti nantinya.

Duk. Benturan itu menghantam keseluruhan tubuhnya, di serap oleh sihir yang memperkuat kaki dan tangannya. Satu penguatan terlarang lagi. Mengorbankan beberapa dari esensinya ternyata sangat sepadan.

Dia mendengar suara gadis itu di telinganya. “...! Maaf; aku kena!”

“Nggak apa-apa!” bahkan seraya dia menjawab, dia menendang tanah dan berlari. Sesuatu yang besar datang menghantam ke tempat di mana dia berdiri sebelumnya.

“OOOOOOLE!!!” Sang troll, yang telah berhasil menghabisi makhluk bayangan, datang mengejar mereka, meraung. Tidak heran mengapa tak ada seorangpun yang menyukai mereka.

Namun, sekali lagi, sang rogue tidaklah sendiri. Sebuah fakta yang sangat, sangat dia syukuri.

“Ayolah bocah, cepatin!”

“Teriakanmu sama sekali nggak ngebantu!”

Sebuah kereta kuda beroda dua berdecak melewati gerbang depan gedung. Anggota tim lainnya berada di kusir. “Sedikit masalah?” dia bertanya.

“Pelari kalau kita beruntung, pelari kalau kita nggak beruntung. Bawa dia.”

“Eek!” temannya memberikan jeritan kewanitaan (dia memang seorang gadis) seraya dia melemparnya ke dalam kereta. Kemudian, di saat rogue muda memegang kursi pengemudi, kereta kuda itu melaju dengan kecepatan penuh.

Terdapat, tentu saja, dua orang lainnya di dalam kendaraan ini—atau lebih tepatnya, satu oranh dan satu binatang.

“...Tuh, sip, selesai. Aku menerbangkan jimat Deflect Missilenya.”

“Dan aku sudah mengecoh penjaganya buat mengejar ilusi! Kita seharusnya punya banyak waktu!”

Satunadalah gadis cleric, seorang pengikut dari God of Knowledge yang tengah bermeditasi, dan yang satunya adalah seekor familiar dari seorang mage.

Dia tidak mengetahui mengapa pengikut dari dewa akan terjerumus menjadi seorang rogue. Ketika di tanya, sang cleric hanya tertawa dan berkata, “Biarkan kegelapan turun.” Mungkin memang begitu saja. Dia juga tidak mengetahui mengapa mage yang satunya, tidak seperti temannya, hanya mengirimkan familiarnya. Apa yang dia ketahui adalah apakah dia dapat melihat pembaca mantra itu atau tidak, dia dapat menghitung jumlah mantra yang tersalurkan melalui familiarnya. Oleh karena itu tak seorangpun dari mereka yang mempunyai alasan untuk tidak mempercayai wanita itu (mereka mengira bahwa dia adalah perempuan).

Kamu tidak membutuhkan gelar keren untuk menjadi anggota party. Cleric atau mage atau apapun. Ini adalah party yang bagus, sang rogue yakin.

“Waktunya terbang!” sang pengemudi berteriak. “Pergilah sekarang, kelpie, ini waktunya untuk sibuk! Bumi ke sungai dan laut ke langit, putar balikkanlah semuanya!” ketika dia memanggil para roh, sang kelpie yang menarik kereta melengih dan menambah kecepatan. Kuda itu terus menuju salah satu percabangan kanal yang menuju tempat ini, kota air. Itu adalah rute pelarian terbaik dari semua.

“Kalau begitu, saatnya lakukan pekerjaanku...”

Sang fixer sudah melakukan investigasi dan memberikan rute pelarian. Sang cleric dari God of Knowledge, dan familiar mage, memberikan bantuan. Kusir pengguna roh telah membawa mereka masuk dan, yang lebih penting, keluar.

Di depan, hanya terdapat temannya dan dia, seorang rogue. Terdapat tempat lain jika merrka membutuhkan yang baru. Dia mengingat teman fixernya berkata tertawa seraya dia berkata. “Satu-satunya yang akan berbeda itu adalah sifatnya.” Sang rogue tidak masalah dengan itu. Pujian tertinggi yang mencolok dari sisa tumpukkan mereka yang berkompeten. Kan?

Di dalam kegelapan, mata sihir terlarang Magic Eye miliknya dapat melihay troll yang mengejar mereka, napas yang mengepul dari hidungnya. Sang rogue tetap memeganh kursi pengemudi dengan satu tangan, membidik dengan busur silang dengan tangan lainnya. Bap-bap-bap-bap-bap. Dengan beberapa seri akan desing bernada tinggi, busur silang itu mengirimkan hujan panah kepada sang monster.

Monster itu masihlah seekor troll. Dia tidak akan mati hanya karena beberapa tusuk gigi. Wajahnya besar, dan melirik mereka.

“Sampai jumpa di neraka.”

Namun tusuk gigi bukalah satu-satunya yang mereka miliki: di tangan kirinya, dia tengah memeganh sebuah silinder sederhana yang dia keluarkan dari sabuknya, dengan pelatuk yang sudah tertarik.  Dari balik kilau flintlock dan asap putih akan bubuk mesiu, terdapat cipratan darah. Tubuh besar itu, sekarang telah kehilangan kepalanya, mencakar udara seperti makhluk tenggelam, kemudian terjatuh ke belakang, hilang dari pandangan. (TL Note : flintlock = sejenis pistol.)

Ok, mantap, nggak ada saksi. Sang rogue menyeringai sendiri, mengganti busur silang di sabuk, dan menghela lega. Pria yang menilai performanya sendiri berdasarkan berapa banyak musuh yang mereka tumbangkan dan berapa banyak peluru yang mereka gunakan tidak akan mengerti. Silinder satu kali pakai miliknya adalah senjata pamungkas yang dapat menembus armor dari jarak dekat, dan pilihannya untuk menggunakan senjata itu  adalah benar.

Menyelesaikan rintangan tertinggi memberikan hadiah terbesar.

Dia memikirkan panah yang dia gunakan dan tali yang dia tinggalkan dengan cara yang sama. Mengingat benda itu telah menyelamatkan nyawanya, harga benda itu sangatlah murah.  Dan semua benda pasti memiliki harga. Seperti itulah dunia bekerja. Dia berharap dia dapat meyakinkan yanh lain untuk membagi hadiah setelah di kurangi dari pengeluaran, namun...

Pekerjaan fixer itu, berusaha untuk meraup uang lebih dari orang setelah segalanya sudah mulai berjalan.

Terdapat ketukan lembut di atas kereta. Dia menoleh ke belakang untuk melihat gadis mage tersenyum melalui kaca di belakang bangku kusir.

Sang rogue tersenyum juga. Gadis itu menekan jendela dengan kepal tangan, dan pria itu juga mengikuti.

“Kerja bagus.”

“Kamu juga.”

Suara mereka terbawa menjauh oleh cipratan air seraya mereka berlari melewati kegelapan ibukota.

Untuk bayang-bayang tak bernama ini, ini hanyalah satu malam lainnya, hanyalah satu pelarian lainnya.