GEYSER

(Author : Rafli Sydyq)


    Saat ini kami semua sedang dalam perjalanan menuju kota Pertambangan Geyser. Alasan kami menuju kota tersebut adalah karena perintah langsung dari Raja Tristen. Atau dengan kata lain, itu adalah perintah dari ayah Aaron sendiri.

Tepat setelah Shery bertemu kembali dengan adiknya, salah seorang utusan dari istana datang menghampiri kami untuk menyampaikan titah langsung dari Raja.

Isi dari perintah itu adalah agar kami untuk segera mendatangi kota Geyser sebagai bala bantuan dikarenakan kota tersebut baru saja diserang oleh Makhluk Buas.

Mengingat latar belakang kami, sangatlah mustahil untuk membantah perintah Raja. Dengan begitu kami pun segera berangkat.

Carissa yang saat itu ikut mendengar hal ini, bersikeras untuk diijinkan ikut bersama kami. Alasannya tentu saja untuk bisa tetap bersama kakaknya, Shery.

Tentu saja Shery sudah menolak dengan keras permintaan adiknya tersebut. Tapi, setelah Aaron membujuknya, mau tidak mau Shery terpaksa menyetujuinya.

Ngomong-ngomong, karena Aaron adalah seorang Putra Mahkota, terlebih lagi dia hadir pada saat perintah itu dibacakan, maka secara otomatis dia juga ikut dalam Quest kali ini.

“Hei Rafael, apakah kereta ini tidak terlalu sempit?” Keluh Aaron yang sampai sekarang masih mencari posisi duduk yang nyaman. Aku yang saat ini memegang kemudi hanya bisa menghela nafas.

“Tentu saja ini akan sempit. Lagipula awalnya aku membeli kereta ini untuk berkelana berdua bersama Shery. Aku juga tidak akan menyangka akan menjadi seramai ini”

“Begitu ya?”

“Ya, jadi tahan saja”

Meskipun begitu, Aaron masih saja kesusahan mencari posisi duduk yang nyaman. Ngomong-ngomong, orang-orang yang saat ini sedang menaiki kereta ini antara lain diriku sendiri, Shery, Noel, Alexis, Eve, ditambah dengan Aaron dan Carissa yang baru bergabung, total ada tujuh orang yang ada di kereta ini.

“Hah... jika kau tetap seperti itu, kenapa kau tidak sedari awal mencuri kuda pada saat kau kabur dari akademi?”

“Jangan bercanda, karena aku sudah keseringan melakukan itu mereka sudah menempatkan banyak penjaga di seluruh kandang kuda di dekat akademi dan istana. Mereka juga telah menanamkan sihir pelacak pada setiap kuda yang membuatku mustahil untuk mencuri salah satu dari mereka”

Mendengar pernyataan dari Aaron. Shery, Noel, dan Carissa memasang wajah terkejut. Bahkan Carissa mulai menanyai Aaron perihal hal itu. Menaggapinya, Alexis yang sedari tadi duduk diam mulai membuka mulutnya.

“Itu semua kejadian biasa. Hanya karena dia adalah seorang Putra Mahkota bukan berarti dia itu sempurna”

“Tapi meskipun begitu, kenapa Rey mesti mencuri kuda? Bukankah dia hanya tinggal meminta dan semua orang akan berlomba-lomba membawakannya kuda terbaik di seluruh kerajaan?”

Mendengar perkataan Carissa, Aaron pun membantahnya dengan berkata “Tidak ada yang seperti itu” dilanjutkan dengan “Memangnya dari mana kau mendengar hal itu?” dan dengan wajah polos, Carissa menjawab “Dari ayahku, tentu saja”.

Mendengar hal ini, Shery hanya bisa memangdang langit sambil bergumam “Kalau diingat, Ayah memang sering mengatakan itu”.

“Kesampingkan itu semua, memangnya kenapa kau mesti kabur? Apakah pelajaran disana sangat susah?”

Aku dan Alexis terdiam, Aaron menatap ke kejauhan, sedangkan Eve mulai memainkan musik bernada suram dengan menggunakan Harpa miliknya.

“Eh? Eh?! Ada apa dengan kalian berempat?”

Dengan gerakan lesu, Alexis meraih pundak Carissa yang kebingungan.

“Carissa, dengarkan. Kau tidak mau membayangkan apa yang terjadi pada kami. Kujamin kau tidak akan mau merasakan apa yang kami rasakan. Terlebih lagi, diantara kami berempat, hanya Aaron dan Rafael lah yang berhasil melarikan diri secara terus-menerus dan jarang bisa tertangkap”

Dalam ingatan masa lalu Rafael, Akademi Kerajaan adalah tempat dirinya untuk belajar ilmu pengetahuan umum. Pelajaran disana terbilang cukup mudah. Akan tetapi, hal yang membuat tempat itu menjadi… ya… apa namanya yah? Oh iya, menyeramkan. Adalah keberadaan seorang guru yang bertugas untuk mengajarkan tata kerama dan sopan santun.

Beliau adalah seorang wanita yang sudah cukup berumur. Meski begitu, beliau masih sangatlah gagah. Metode pembelajaran beliau sangatlah ketat dan keras. Jika kau salah sedikit saja, hasilnya bisa fatal.

Karena itulah, setiap kali jam pelajaran beliau akan dimulai, kami semua berusaha sekeras mungkin untuk kabur menjauh dari akademi.

Tentu saja, semua tidak semulus itu.

Tidak terhitung sudah berapa kali kami tertangkap. Setelah tertangkap sebanyak tiga kali, Eve berhenti untuk melawan dan dengan patuh mengikuti semua perkataan beliau. Dan setelah sepuluh kali tertangkap, Alexis juga ikut tumbang.

Hanya Rafael dan Aaron sajalah yang tidak mau menyerah sampai akhir.

Salah satu alasan kenapa Rafael memilih untuk menjadi Petualang, adalah hal ini.

Meski aku tidak menjalaninya secara langsung, melihat ingatan Rafael saja sudah lebih dari cukup untuk membuat seluruh tubuhku gemetar ketakutan.

Setelah mendengar perkataan Alexis, Carissa lalu memasang wajah terkejut dan sedikit ketakutan setelah membayangkan hal apa yang bisa membuat kami berempat menjadi seperti ini.

“Kesampingkan hal itu… setelah kita sampai di Geyser, hal pertama yang akan kita lakukan adalah menjual kereta ini dan membeli yang lebih besar. Dan jika kurang, maka Aaron lah yang membayar kelebihannya”

““Setuju””

“Rafael, Kau!”

    Kota Pertambangan, Geyser. Merupakan pusat pertambangan dan metalurgi terbesar di Kerajaan Tristen.

Kota tersebut dikelilingi oleh tembok besar yang semuanya terbuat dari bahan logam yang sangat kuat dan digadang-gadang mampu untuk menahan bahkan seekor Behemoth. Tidak hanya itu, Geyser dikatakan memiliki senjata kualitas terbaik yang tidak mungkin bisa kau temui di daerah lain.

Namun... apa yang kulihat sangatlah berbeda.

Tembok yang menjadi kebanggaan kota tersebut hancur dan penuh dengan lubang. Beberapa bagian hancur berkeping-keping, sedangkan bagian lainnya tampak mencair seperti telah terkena serangan asam.

Dari luar, terlihat banyak sekali orang-orang yang berlarian kesana-kemari sambil membawa material bangunan. Tampaknya mereka berusaha untuk menambal kerusakan pada tembok sehingga tidak akan ada Makhluk Buas yang memasuki kota.

Disana juga tampak kesatria dan Petualang yang menjaga para pekerja tersebut.

Pada saat kami memasukki kota, pemandangannya menjadi lebih menyedihkan. Banyak bangunan yang hancur hingga hanya menyisakan puing-puingnya saja. Kami juga bisa mendengar banyak orang yang berteriak kesakitan meminta bantuan. Kami bahkan bisa mendengar suara tangisan anak-anak diantara semua kebisingan tersebut.

Disaat kami melintasi area yang tampak seperti rumah sakit darurat, aku pun segera menghentikan kereta.

“Aku akan turun disini. Shery, Noel, kalian sebaiknya juga ikut”

“Baik”

“Oh... Oke”

Shery dan Noel pun juga segera turun dan mengikutiku. Melihat hal ini, Alexis segera mengambil alih kemudi dan melanjutkan perjalanan. Sedangkan Aaron dan Eve sibuk menahan Carissa yang juga ingin ikut bersamaku, lebih tepatnya ikut bersama Shery.

Alasan kenapa aku turun disini adalah untuk ikut membantu sebagai tenaga medis. Karena Shery dan Noel juga memiliki skill penyembuh, makanya aku mengajak mereka. Itu jugalah yang menjadi alasan kenapa Carissa tidak bisa ikut bersama kami.

Selain dia tidak memiliki satupun skill penyembuhan, keberadaannya bisa menjadi pengganggu.

Alasan lainnya kenapa aku melakukan hal ini, selain disebabkan karena pengaruh Job ku, itu karena latar belakang karakterku yang membuatku tergerak untuk melakukan hal ini.

Setelah aku menemukan orang yang tampaknya bertanggung jawab di tempat ini. Aku segera mengenalkan diriku sambil mengungkapkan alasan kedatanganku.

Entah mengapa setelah aku mengenalkan diriku, orang tersebut segera mengoper posisinya sebagai orang yang bertanggung jawab di rumah sakit darurat ini kepadaku.

Karena menolaknya hanya akan membuang waktu dan tenaga, aku pun mengiyakan dan segera memberi perintah kepada semua dokter, perawat, dan sukarelawan yang ada ditempat ini.

Melihat hal ini, Shery dan Noel hanya bisa tersenyum kecil.

...

    Setelah berpisah dengan Rafael, kami lalu melanjutkan perjalanan menuju kantor walikota.

Meskipun menenangkan Carissa yang sedari tadi hendak melompat keluar terbilang cukup sulit, pada akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan kami.

Aku, Eve, dan Carissa pun turun dari kereta. Sedangkan Alexis pergi untuk menjual kereta dan membeli yang baru. 

Yah... alasan sebenarnya kenapa dia tidak ingin ikut adalah karena Alexis tidak terlalu suka dengan urusan semacam ini.

Sedangkan untuk Carissa, setelah mengetahui kalau percuma saja memberontak, dia lalu dengan tenang mengikuti kami dari belakang.

Setelah mengenalkan diri kami, kami lalu segera diarahkan menuju sebuah ruangan pertemuan. Setelah menunggu beberapa saat, muncullah seorang pria yang sudah cukup berumur datang dan menyambut kami.

“Oh... siapa lagi kalau bukan Putra Mahkota, ayo, silahkan duduk”

Cukup kontras dengan penampilannya yang sudah uzur, beliau menyambut kami dengan nada yang sangat ceria.

“Perkenalkan, saya adalah Walikota yang mengatur kota ini. Venera Von Threadbare”

“Meskipun tampaknya anda telah mengetahui siapa saya, tapi biarkan saya mengenalkan diri. Saya adalah Putra Mahkota dari Kerajaan Tristen, Aaron Marvelia Tristen. Gadis yang ada di kanan saya adalah Everly Marvelia Sylvia. Sedangkan gadis yang ada di kiri saya adalah adik ipar dari Rafael Marvelia Dragnier, Carissa Aradea”

Eve dan Carissa menundukkan kepala mereka setelah nama mereka dipanggil.

Sedangkan untuk Walikota Venera, beliau melihat kearah Carissa dengan ekspresi penuh ketertarikan.

“Hoo... saya mendengar kalau Tuan Rafael telah menikah. Tidak disangkan kalau saya akan bertemu dengan adik ipar beliau ditempat seperti ini”

Mendengar hal tersebut, Carissa hanya bisa tersenyum kecil.

“Kalau soal itu, saat ini Rafael beserta istrinya dan satu lagi anggota kami saat ini sedang membantu di rumah sakit darurat di dekat pintu masuk. Sedangkan Alexander saat ini sedang mengurus urusan lain”

“Ho Ho Ho... saya sangatlah senang mendengarnya”

Lalu, setelah basa-basi singkat, kami pun mengatakan tujuan kami datang kemari dan tindakan apa yang akan kami ambil kedepannya.

Namun... setelah mendengar informasi terbaru dari Walikota Venera, baru aku menyadari betapa seriusnya situasi yang akan kami hadapi.