CHAPTER 3

(Translater : Orion)


---[Kota Api Kouen] Area latihan di depan ruang pertemuan ke-3 di sebelah kiri Istana.

Kasukabe Yō adalah orang yang pertama kali menyadari akan adanya lembaran kertas yang bertebaran di langit malam Kota Kouen. Yō yang begitu peka dengan keadaan di sekitarnya segera mengangkat kepalanya untuk melihat keadaan yang terjadi di langit.

Mempunyai penglihatan seperti seekor elang, Yō langsung membaca isi dari lembaran kertas tersebut dan berteriak ke arah pasukan yang sedang berjaga dan pasukan utama yang sedang berkumpul di area latihan:

“Semuanya! Cepat! Bersiap-siap! Raja Iblis akan tiba!”

“Apa katamu?!”

“Lihat ke sana! Itu adalah [Geass Rolls] hitam!”

Mendengar teriakan Yō, para pasukan yang sedang berjaga mulai saling berteriak juga.

Tapi teriakan tersebut bukan karena mereka sedang panik. Menjadi bagian dari [Salamandra] yang merupakan salah satu pelindung di sisi Utara, tindakan mereka setelah mengetahui kalau ada kabar tentang serangan tiba-tiba yang dilakukan oleh Raja Iblis membuat mereka selalu sigap.

Mandra bergerak ke menara lonceng dan mulai membunyikan lonceng tersebut sekeras-kerasnya untuk memperingatkan pasukan lain tentang situasi yang sudah mulai berubah.

“Semua pasukan kembali ke posisi masing-masing! Mulai jalankan strategi sesuai rencana!”

“Tapi, Mandra-sama! Apa yang harus kita lakukan tentang area yang belum kita lindungi?!”

“Sama seperti yang harus kita lakukan biasanya! Ketika kita bertempur melawan Raja Iblis, kalau kita bisa menempatkan setengah dari pertahanan kita untuk melindungi area tersebut sudah merupakan sebuah berkah bagi kita! Ikuti saja alur dari situasi Game saat ini dan sisanya harus berimprovisasi sendiri!”

Menanggapi perintah Mandra, pasukan yang berjaga mulai bergerak satu per satu.

Pertempuran ini sangat menguntungkan pasukan [Salamandra] karena mereka sangat kenal betul area mereka sendiri. Dibandingkan dengan pertempuran dengan Raja Iblis di markas Raja Iblis sendiri atau di tempat yang telah diubah menjadi lokasi yang mematikan, dalam pertempuran untuk bertahan di tempat yang telah mereka kenal dengan sangat baik merupakan poin plus bagi [Salamandra].

Lalu tiba-tiba, pasukan yang ditempatkan di Dinding Luar dari [Kota Kouen] terbang ke area latihan sambil terengah-engah.

“Aku utusan dari garis depan! Ada kumpulan besar dari apa yang terlihat seperti ras Raksasa yang mulai bermunculan di luar Kota!”

“Ras Raksasa? Dari mitologi mana?”

“Dari rupa mereka, sepertinya mereka adalah para Raksasa dari Mitologi Kelt (Celtic)! Menurut perkiraan terbaru, jumlah mereka sudah melebihi ribuan!”

(Note: Kelt/ Celtic terkenal sama cerita pahlawannya bagi yang belum tahu. Contohnya ada, Queen Maeve (Medb), Cu Chulainn, Diarmuid Ua Duibhne, Scathach etc.)

Mendengar informasi yang disampaikan oleh utusan tersebut, salah satu tetua yang dikalahkan oleh Izayoi sebelumnya---- Raksasa bertangan seratus mulai menunjukkan taringnya.

“Mitologi Kelt……. Para Raksasa dari ras Fomoire? Kita kesampingkan kecerdasan mereka untuk saat ini, tubuhnya sangat besar dibandingkan dengan tingkat kecerdasan mereka dan hal ini akan sangat merugikan kita kalau harus berhadapan langsung dengan mereka.” 

(Note: https://en.wikipedia.org/wiki/Fomorians)

Tidak sengaja mendengar sarannya, Yō mengangguk setuju saat dia memberikan pendapatnya:

“Kalau begitu kita bisa menggunakan Pasukan Naga Api yang berukuran besar agar membentuk garis pertahanan. Dengan naga api yang terbang dibantu dengan Percher menyerang dari langit, hal itu memungkinkan kita untuk mengalahkan banyak musuh dalam sekejap.”

“Nn. Itu jadi cara yang teraman. Jin, pergi ke Ruang Pertemuan ke-5 di Istana untuk bersembunyi.”

“Mengerti. Kau juga harus berhati hati, Percher.”

Dengan itu, Percher mengeluarkan angin hitam yang mengelilingi tubuhnya dan terbang ke pinggiran kota.

Tetua yang merupakan ras Raksasa, mendengar percakapan tersebut yang berlangsung di samping dirinya, menunjukkan rasa tidak suka nya.

Namun, ia bukan tetua yang tidak tahu apa-apa karena ia segera mengerti akan alasan mereka menjalankan rencana seperti itu.

“Gadis yang merupakan mantan Raja Iblis dengan mulutnya yang kasar itu……. Adalah Wabah Kematian Hitam seperti yang dibicarakan, bukan begitu? Meskipun aku kurang menyukainya, dia merupakan pilihan terbaik jika melawan para Raksasa itu. Dia bisa memberikan beberapa pelajaran kepada para Raksasa dari Mitologi Kelt itu kan?”

“Kau tahu hal itu juga?”

“Tentu saja. Kami adalah faksi [Hekatonkheires] yang mengendalikan Ras Raksasa di sisi Utara. Waktu yang kita habiskan untuk bertarung melawan Fomoire tersebut tidak akan cukup dihitung jika menggunakan jari-jariku atau kedua…….tidak. Tunggu, jumlah tangan yang kupunya bisa berjumlah seratus. Kau lihat?”

Saat ia berbicara, area di sekitarnya tiba-tiba memunculkan banyak lengan besar dan saling tumpang-tindih yang terwujud dari kekuatan spiritualnya. Meskipun tindakan tiba-tiba yang dilakukannya mengejutkan Yō, raut wajah Yō langsung menunjukkan ketertarikan yang amat sangat dalam saat dia bertanya dengan bersemangat:

“Oji-san, apa kau juga salah satu Eudemons (Makhluk Mitos)? Dari Ras Raksasa?”

“Ah, aku tidak yakin akan hal itu. Seperti sebuah déjà vu, karena aku ingat seseorang pernah menanyakan pertanyaan yang sama…… tapi kurasa aku bisa dibilang sebagai salah satu Eudemons?”

Sang Raksasa membelai jenggot di dagunya saat ia mencoba menjawab pertanyaan itu dengan samar-samar. Namun,  jawaban seperti itu sudah cukup bagi Yō.

Langsung secara paksa menggenggam tangan orang lain, Yō bersalaman dengan nya---

“Mari kita lakukan perkenalkan diri nya nanti. Jadi, tolong jadi temanku!”

Sekarang giliran tetua itu yang terkejut saat ia menatap Yō.

Awalnya ia ingin bertanya apa maksud dari tindakannya itu, namun dirinya diganggu oleh sebuah raungan.

「UOOOOOOOOOooooooooo—!!!」

Keduanya langsung mengangkat kepala mereka ketika mendengar suara yang baru saja terjadi terdengar lebih dekat daripada sebelumnya.

Hal ini sudah pasti muncul dari lokasi yang dekat dengan Istana. Kondisi mental dari para pasukan utama langsung hancur berantakan karena mereka mengira musuh mempunyai kekuatan untuk menembus dinding dan sudah sampai di dalam gerbang bersiap untuk menyerang area ini.

“Para Raksasa sudah berhasil tiba di jantung kota……..”

“Bagaimana mungkin? Tidak peduli bagamana cara mereka agar bisa masuk, bukannya ini terlalu cepat?! Apa yang dilakukan oleh pasukan yang berjaga di Dinding Luar?!”

“Pasukan Naga Api yang berukuran besar, tolong langsung bersiap untuk bertempur!”

Para Lesser Dragon dengan bentuk tubuh seperti manusia yang menjadi pengendaranya duduk di pelana yang terikat pada Naga Api dan menggengam tali kekangnya erat-erat saat mereka bersiap-siap di posisi tempur mereka.

Ketika para Raksasa mencapai Istana, maka hal itu akan menjadi akhir dari rencana mereka.

Sambil mengusap keringat dingin yang muncul karena rasa takut mereka, mereka kembali berkonstentrasi untuk membentuk formasi pertarungan mereka agar mengantisipasi pertempuran yang akan terjadi.

Dan di antara mereka, hanya ada satu orang yang menyadari hal ini---Willa the Ignis Fatuss.

“Maxwell…!”

Suara yang baru saja dikeluarkannya membuat orang lain tidak pernah mengira kalau suara itu berasal dari Willa yang biasanya canggung.

Dan mungkin setelah mendengar suara kecilnya, api unggun yang berada di Istana menyala dengan lebih besar seperti bereaksi terhadap panggilannya.

Badai api yang menyebarkan potongan-potongan kertas hitam legam tampak memiliki kesadarannya sendiri saat hal itu mulai berputar dan mengecil menjadi pusaran api. Dan itu adalah bentuk dari [Gerbang Astral] Maxwell.

Pusaran api yang berubah menjadi sebuah tornado besar yang mengamuk di Istana. Akhirnya, sebuah sosok yang muncul di balik kobaran api dan menjentikkan jarinya.

“Memanggil, Phrase Gate!”

Dengan suara seperti orang yang sedang bersandiwara, ia menghilangkan elemen panas dari kobaran api dalam sekejap dan membungkusnya dalam es.

Badai api dingin yang mirip dalam pertarungan Willa dan Asuka. Sosok tersebut mengeluarkan tawa sinis nya lagi dari dalam pilar es sebelum menjentikkan jarinya sekali lagi. Diikuti dengan hancurnya pilar es, orang tersebut menunjukkan dirinya dihadapan mereka. 

Mengenakan jaket dengan warna merah dan biru yang mencolok, ia muncul di hadapan Willa dengan ekspresi bahagia di wajahnya.

“Hoho, kau akhirnya memanggil namaku. Apakah kau sudah berubah pikiran? Apakah kau akhirnya bersedia menerimaku, wahai pengantin cantik?”

“Dasar penguntit berisik.”

Willa menggunakan api Biru nya untuk memukul mundur tangan kanan yang mencoba menyentuh rambut birunya. Namun, Maxwell dengan berani menembus api Biru untuk menyentuh rambut biru Willa.

Meskipun ia adalah Iblis yang mengendalikan zat panas, api Biru adalah tipe api yang mampu membakar apapun---Api Kematian; karenanya, tangan kanan Maxwell akan langsung terbakar dan hangus seketika.

Sejak awal mengetahui kekuatan dari [Ignis Fatuus], Yō menahan napasnya ketika melihat tindakan Maxwell yang menentang akal sehat tersebut.

(Hingga benar-benar meletakkan tangannya kedalam api Willa tanpa ragu sedikitpun……)

Jika yang melakukan itu orang lain, seluruh tubuh orang itu pasti sudah terbakar hangus. Meskipun Maxwell berhasil mencegah luka bakar itu menjalar ke seluruh tubuhnya, namun rasa sakit yang teramat sangat mampu membuat orang yang bersentuhan dengan api itu pingsan.

Tapi ekspresi wajah Maxwell tidak sedikitpun terlihat kesakitan.

Ekspresi wajah yang terlihat dari mata nya yang bersinar bisa dikatakan seperti wajah---bahagia karena orang tersebut berhasil menyentuh rambut kekasihnya.

“Ahh… Akhirnya… Aku mendapatkan kekuatan untuk bisa bersentuhan denganmu. Untuk mendapatkan kekuatan ini, aku melakukan perjalanan yang jauh. Aku selalu berdoa dalam waktu yang lama agar cintaku ini melintasi batas dunia dan akhirnya sampai kepadamu---Willa! Aku akhirnya tiba untuk menjemputmu!”

“Menjijikan.”

Jawaban singkat itu sudah pasti sebuah penolakan tapi ketika berbicara tentang Maxwell, hal ini cuma dilihatnya sebagai cara Willa menyembunyikan rasa malunya. Maxwell tidak menunjukkan kalau dirinya tersinggung akan hal itu saat ia mendekatkan wajahnya untuk mencoba mencium rambut biru yang dipegangnya.

Yō yang terdiam oleh interaksi dua orang yang ada di hadapannya kemudian mulai kembali sadar dan dia menyadari betapa bahayanya situasi tersebut.

“Kau, Dasar Penguntit!”

Mengeluarkan angin puyuh dari kakinya, Yō langsung menendang dada Maxwell.

Meskipun ia telah bersiap-siap untuk melakukan serangan balasan jika musuh menyerangnya, Maxwell, yang terpaku dengan Willa, melesat jauh hingga ke lorong Istana dengan tendangan yang dipusatkan ke belakang pinggangnya.

Pada saat itu juga, pasukan dari pihak [Salamandra], yang juga terkejut belum lama ini, melakukan pengejaran dan melancarkan serangan mereka.

“Sekarang saatnya! Mari kita serang bersama-sama!”

Setelah mendapat perintah, para Lesser Dragon yang mengayunkan tombak dan tentara Salamandra mulai menembakan peluru api mereka.

Peluru api dengan seukuran kepalan tangan bertubi-tubi menyerang Maxwell yang terpental ke arah Istana; hingga akhirnya, pilar-pilar dan langit-langit Istana seketika berubah menjadi puing-puing yang menhujani kepala Maxwell.

Mandra yang bergegas turun dari puncak menara lonceng telah bergabung dengan para pasukan di bawah dan ia memerintahkan:

“Jangan berhenti menembak! Kita habisi dia langsung!”

Para pasukan yang tersebut melai menyerukan antusias mereka sembari menembakkan bola api mereka terus-menerus.

Namun, Yō berteriak untuk memperingati para pasukan Salamandra saat dia mengingat kembali isi dari [Geass Roll] hitam tersebut:

“Gawat! Para pria tidak boleh menyerang!”

“Apa katamu?!”

Mandra yang bertanya dengan ekpresi keheranan diwajahnya.

Perubahan yang dimaksud langsung terlihat jelas dari fisik para pasukan yang terus-menerus menembakkan peluru api mereka dengan sangat berantusias, tubuh mereka mulai rubuh satu demi satu dan mulai berkeringat deras.

“Apa yang terjadi pada kita…… tenaga kita mulai menghilang……”

“Tch! Meskipun kemungkinan hal tersebut menjadi kenyataan dengan perbandingan 1:1.000.000……”

Para pasukan Lesser Dragon dan Salamandra mulai rubuh satu demi satu dikarenakan kelelahan. Menyadari bahwa hal ini adalah bagian dari kutukan yang ada di peraturan Game, Yō dan Mandra hanya bisa menahan kekesalan dan rasa gelisah mereka sembari membaca [Geass Roll].

“Ini…… Kutukan Macha…… Ugh, Aku tidak mengira kalau efeknya akan terjadi secepat ini!”

(Note: Táin Bó Cúailnge – Wikipedia)

Mandra menahan kegelisahannya.

Namun ini bukan saatnya bagi mereka untuk membuang kekuatan tempur mereka yang berharga secara sia-sia. Pertempuran baru saja dimulai dan para Titan juga menyerang Dinding Luar. Mandra dengan berat hati memerintahkan pasukannya untuk mundur.

Setelah diserang bertubi-tubi dengan bola api, asap dan debu mulai terlihat dari lorong Istana yang runtuh. Terutama di tempat dimana Maxwell terpental, tampaknya ia tidak menghindari serangan tersebut dan seharusnya saat ini tubuhnya sedang terkubur di reruntuhan.

Semuannya dengan napas yang berat mengamati puing-puing tersebut untuk memfokuskan perhatian mereka pada setiap kemungkinan yang dilakukan oleh Maxwell.

Seakan mencoba untuk memecah ketegangan, Willa bergumam pelan:

“……Seperti yang kuduga, ini masih belum cukup. Sama sekali tidak mempan.”

“Apa?” Mandra berpaling menghadap Willa namun perkataan Willa mulai terbukti.

Bayangan seseorang yang mengibaskan asap disekitarnya dapat dilihat oleh semuanya yang berada di Area Latihan. Tampak tenang dan tak terpengaruh oleh serangan yang ditujukan kepadanya, Maxwell mulai berjalan menuju Area Latihan sembari membersihkan jaketnya dari sisa puing-puing kemudian melihat situasi di sekitarnya.

“Tidak mungkin…… Jadi benar-benar tidak mempan?”

Para pasukan yang sebelumnya menyerang Maxwell merasa putus asa.

Maxwell terus membersihkan debu yang menempel di jaketnya sembari mengumumkan ketidaksukaannya:

“Arara, tampaknya banyak sekali serangga yang suka menggangu percakapan kita……Hoho, Aku selalu merasa bahwa suku barbarian itu berlebihan namun, tampaknya lebih mudah menggunakan mereka untuk membunuh para serangga yang suka menghalangi!”

Karena dimabuk cinta, tatapan Maxwell berubah.

Sangat terlihat jelas bahwa Iblis ini mulai serius.

Mengeluarkan badai api dari tangan kanannya dan badai salju dari tangan kirinya, portal antara [hangat] dan [dingin] terbuka lebar, dan gerombolan besar Titan mulai muncul di halaman Istana.

Para Titan yang dibuat menjadi partikel-partikel kecil sebelum dipindahkan, saat ini sedang dibentuk kembali tubuhnya oleh kekuatan Maxwell. Setelah mereka terwujud dengan sempurna, para Titan mengeluarkan auman nya yang keras.

「UOOOOOOOOOooooooooo—!!!」

Kapak besar diayunkan ke arah musuh bersamaan dengan auman mereka.

Yō mengeluarkan angin puyuh yang ditujukan untuk melindungi Istana. Namun, Naga Api Besar dari [Salamandra] bereaksi lebih cepat.

Menggunakan sisik mereka yang lebih keras dari baja untuk menahan kapak tempur tersebut, para Naga Api melepaskan napas api dari mulut mereka secara terus-menerus untuk membalas perbuatan para Titan.

「GEEEEYAAAAAAAaaaaaa ! ! !」

「UOOOOOOOOOooooooooo—!!!」

Naga api dan para Titan saling beradu dengan semangat keduanya yang membara.

Setelah menyadari sembuaran api yang tak dapat dihindari, para Titan memaksa maju untuk mendaratkan tinju uppercut ke rahang bawah dari para Naga Api. Sinar panas yang membentuk garis lurus menerangi langit malam dengan warna merah menyala.

Tampak berempati dengan sesamanya, para Naga Api yang lain juga melalong dengan Naga Api tersebut.

Para Naga Api yang sebelumnya berduel dengan Yō, dan tetua yang berada di Area Latihan juga bersiap untuk bentrokan yang akan segera terjadi.

“Gadis kecil! Meski aku benci untuk mengakuinya, kau kuat! Kami hanya bisa berharap pada kalian untuk mengalahkan pasukan utama musuh!”

“Kami akan membukakan jalan untuk kalian. Serahkan para Titan ini pada kami!”

“Mhm. Tapi kalian harus berhati-hari. Para Naga Api pasti juga terkena kutukan Macha.”

“Wahaha, memangnya kenapa? Bahkan jika kami di bawah kutukan Macha, kami tidak akan kalah dengan para Titan bodoh ini! Kau juga gadis kecil, jangan mengacaukannya!”

Para Naga Api tersebut tertawa dengan keras dan terbang untuk bergabung dengan pertempuran.

Mandra juga menunggangi Naga Api saat ia mempercayakan pertarungan kepada Yō dan Willa.

“Apakah kita akan memenangkan pertempuran ini, semuanya akan bergantung kepada kalian berdua. Semoga kalian kembali sebagai pemenang di pertarungan nanti.”

“Mhm, kami akan menang dalam pertarungan nanti lihat saja.”

Setelah menyemangati satu sama lain, Mandra dan Naga Api segera menyerang para Titan.

Pertempuran awal telah berakhir dan masih ada peluang untuk menang. Yō dan Willa berdiri dengan gagah dihadapan Maxwell.

Baru pada saat itu Maxwell akhirnya tersadar dari rasa dimabuk cintanya untuk menyadari keberadaan Yō dengan perasaan kagum sembari tersenyum.

“Willa, apakah gadis ini rekan barumu? Tampaknya kau sudah bosan dengan kepala labu itu.”

“Tidak, bukan itu. Yō adalah temanku. Bersama-sama, kami……akan mengalahkanmu Maxwell.

Mendengar hal itu, Yō tidak bisa menahan rasa gembiranya dan tubuhnya gemetaran.

Saat menyusun strategi, Izayoi menyerahkan Maxwell kepada Yō.

Ia berkata---Kau yang akan mengalahkan [Raja Iblis Maxwell].

(……Apa aku benar-benar bisa mengalahkan Raja Iblis……?)

Sampa saat ini, Kasukabe Yō tidak mempunya pengalaman dalam melawan Raja Iblis.

Selama pertempuran dengan [Wabah Hitam], dia terkena penyakit dari wabah tersebut dan harus dirawat.

Dan dalam pertempuran melawan Naga Besar, meskipun dia berhasi menang melawan musuh yang kuat, itu juga karena keberunungan yang menyertainya.

Pertarungan langsung melawan Raja Iblis adalah yang pertama kali baginya.

“Uu……!”

Karena ketegangan yang merasukinya, dia tidak dapat mengeluarkan kekuatan apapun dari tubuhnya. Seketika, Koridor kiri ke-8 dari Istana hancur tak tersisa. Tanpa mengetahui apa yang telah terjadi, orang-orang yang berada di Istana memalingkan pendangan mereka ke arah koridor tersebut.

Kedua bayang-bayang manusia yang terlihat saling menyerang satu sama lain mulai menampakkan diri mereka dari puing-puing Istana yang telah mereka hancurkan sebelumnya.

Guncangan yang ditimbulkan saat mereka saling bertukar pukulan satu sama lain membuat suasan disekitar mereka menjadi mencekam serta setiap pukulan yang mereka luncurkan seperti diiringi oleh suara guntur menggelegar.

Melihat pemandangan seperti itu, para Lesser Dragon sibuk dengan dugaan mereka yang tampak tidak mempercayai apa yang baru saja mereka lihat.

“Mereka……seperti monster!”

Pertarungan ini bisa dikatakan sebagai penggambaran dari pertarungan antara Dewa dan Iblis.

Pertarungan yang seperti badai dahsyat yang mampu mencuri perhatian para Lesser Dragon dan para spesies iblis yang dapat dikatakan sebagai monster sesungguhnya.

Jika seseorang mempunyai kekuatan yang setara dengan Raja Iblis bertarung secara mati-matian, skala kerusakan materi yang ditimbulkan pasti akan sangat luas. Rerumputan yang ada di pekarangan Istana sedangn berterbangan di langit dan pepohonan yang tadinya melekat ke tanah juga hancur tak tersisa.

---Bisakah Kasukabe Yō melawan seorang Raja Iblis dengan skala yang sama?

Memandang Yō yang sudah berkeringat hebat, Willa tersenyum.

“Semua akan baik-baik saja. Bahkan jika situasinya berubah menjadi tidak terkendali…… Aku akan mengalahkan Maxwell sendiri.”

Seakan berupaya untuk mewujudkan apa yang dipikirkannya, Willa mengeluarkan api dari tangannya untuk menciptakan hawa panas dari Api Biru.

[Ignis Fatuus atau Will-o’-Wisp]---sebuah api yang berasal dari batas antara hidup dan mati yang mana dapat membakar apapun yang ada di dunia ini selama objek tersebut mempunyai bentuk. Bahkan jika targetnya adalah sebuah Iblis yang lahir dari sebuah pemikiran, hal seperti bukanlah sebuah pengecualian.

(Note: https://www.britannica.com/science/Maxwells-demon)

Sebenarnya, jika seseorang bertanya tentang kemungkinan untuk menang---[Raja Iblis Maxwell] adalah seorang Iblis yang keberadaannya itu sendiri ditolak oleh sains awalnya.

Seorang Iblis yang keberadaannya ditolak sama saja seperti istilah “Harimau Kertas” karena imajinasi berlebihan yang pastinya akan menghilang setelah dirobek-robek hingga menjadi potongan kecil dan dibuang begitu saja. Ia adalah salah satu dari sekian Iblis yang bisa dikalahkan oleh serangan fisik. Awalnya hanya seorang arwah rendahan yang hanya mengembara tak tentu arah. Maxwell pada akhirnya mempunyai kekuatan spiritual yang kuat untuk alasan yang tak diketahui.

Willa yang ditangannya mengeluarkan api [Ignis Fatuus], berbalik menghadap Yō untuk memastikan tekadnya sekali lagi.

“Aku akan bertarung dengannya terlebih dahulu, setelah itu kita bisa mengikuti rencana yang telah disusun!”

Setelah mengatakan hal tersebut, sosok Willa menghilang.

Ini bukan karena gerakannya yang cepat atau karena tipuan yang dapat menipu indera seseorang. Bukan juga kamampuan yang diberikan kepada seseorang. Kemampuan ini berasal dari Gift untuk membuka portal yang diberikan kuasa kepada orang-orang yang mengendalikan batas-batas dunia.

Ini adalah kemampuan terkuat untuk membuka [Gerbang Astral] untuk dapat menjelajah aliran waktu berbeda dari dimensi berbeda sebelum akhirnya keluar di aliran waktu yang sama---a.k.a [Teleportasi].

“Memanggil, Ignis Fatuus---!

Muncul dibelakang Maxwell, Willa melayangkan Api Biru yang ada di tangannya ke arahnya. Jika lawannya bukan Maxwell, serangan ini sudah pasti akan melenyapkan lawannya.

Namun, Maxwell yang telah memperhitungkan serangan tersebut, menyeringai dengan lebar hingga gigi taringnya terlihat sebelum akhirnya menghilang dan muncul kembali di atas Willa. Menggunakan kedua tangannya untuk menembakkan pecahan es tajam dan bola api secara bertubi-tubi. Setelah terus-menerus menyerang dan menghindar dengan cara seperti ini hingga tiga kali, mereka berdua meluncurkan jurus pamungkas mereka secara bersamaan.

“Hahaha, jadi panas sekali disini! Suatu kehormatan bisa menerima serangan pertama dari api yang menghanguskan segalanya! Apa kau sangat menyukaiku hingga akhirnya menjadi seorang yandere?”

“Betapa menjijikannya.”

“Tapi Aku juga merasa seperti itu! Aku mencintaimu juga, wahai Pengantinku!”

“……Sangat menjijikan.”

Meskipun sifat dari musuhnya hampir membuat Willa tidak ingin bertarung dengannya lagi, dia terus memfokuskan kekuatannya untuk menyerang.

 Bagi Yō yang sedari tadi berdiam diri untuk mengamati pertarungan, masih belum memantapkan dirinya untuk bertarung. Tidak dapat menemukan celah untuk ikut bertarung bersama Willa setelah melihat serangan dan pertahanan yang dilakukan bertubi-tubi oleh kedua sisi, dia hanya bisa berdiam diri di posisi awal selama ini karena hal ini membingungkan baginya.

(Seperti yang kuduga…… teknik transportasi tersebut tidak mempunyai sebuah pertanda yang dapat dirasakan…)

Berkaitan dengan gaya bertarung Yō yang sangat bergantung kepada kepekaan dari kelima indera nya, pertarungan antara Maxwell dan Willa sangat berbeda dari apa yang dipikirkannya.

Baik itu penglihatan, pendengaraan atau penciuman, memiliki kepekaan yang tinggi dari indera-indera tersebut bukanlah hal yang menguntungkan dalam pertarungan ini.

Faktanya, jika seseorang begantung kepada kelima indera mereka dalam pertarungan ini maka hal itu malah akan merugikan mereka. Bagi Yō yang akan campur tangan dalam pertarungan diantara mereka berdua, dia harus menguatkan tekadnya dan merelakan untuk tidak menggunakan kekuatan andalan yang selama ini dia gunakan.

Kalau saja aku punya sedikit waktu untuk mengujinya sebelum digunakkan dalam pertarungan--- Yō akhirnya berhasil memendam sifat lemah dari dirinya yang memikirkan hal tersebut.

(Tidak, jangan seperti itu. Mandra juga mengatakan hal yang sama. Ketika bertarung melawan Raja Iblis, hal ini dapat dipahami.)

Jika tidak siap, maka hal itu sudah pasti.

Meskipun seperti itu, semuanya masih memberanikan diri untuk melawan Raja Iblis.

(Percaya dengan diriku sendiri! Jika Izayoi dan Asuka mampu bertarung, Aku juga bisa mampu melakukannya!)

Ia akan dikalahkan olehmu, Kau bisa melakukannya.

Mimilih untuk percaya pada kata-kata Izayoi, Yō menggengam [Genome Tree] miliknya.

“[Genome Tree]--- berubah menjadi [Marchosias]……!!!”


(Note: Marchosias adalah Pemimpin Iblis ke-35 dari 72 Iblis Sulaiman. Mempunyai gelar Marquis dan mempin tiga puluh pasukan Iblis. Prajurit kuat yang berwujud seperti Serigala dengan sayap Griffin dan berekor Ular serta kemampuan untuk menyembuarkan api dari mulutnya seperti Naga. Dan juga dapat mengubah wujudnya menjadi Manusia.)