THIRD MONTH

(Author : Rafli Sydyq)


    Seperti biasa, setelah menyortir dokumen penting dan memberikan persetujuan, aku segera mengakhiri pekerjaanku dan segera pergi ke mesin Full Dive untuk kembali bermain game.

Setelah menyelesaikan proses Log In, dengan jantungku yang terus berdebar, aku merasakan kesadaranku kembali memudar kedalam silaunya cahaya.

...

Disaat aku membuka mata, aku menyadari kalau saat ini aku sedang berada di dalam tenda. Mengingat kembali, aku seharusnya saat ini sedang berada ditengah perjalanan menuju kota berikutnya.

Untuk menyingkatnya, setelah kami mendengar kalau Kota Marland telah diserang oleh  sekawanan Makhluk Buas, kami segera pergi ke kota tersebut untuk memberikan pertolongan.

Disaat kami akhirnya sampai ditujuan, invasi para Makhluk Buas telah berhasil digagalkan dan Boss mereka berhasil dikalahkan.

Oleh karena itu, kami menjadi terlibat dalam kegiatan pembersihan.

Alexis dan Noel membantu dalam menghabisi Makhluk Buas yang masih tersisa, aku dan Shery membantu dalam memulihkan orang yang terluka, sedangkan Eve membantu dalam penyediaan logistik dan selalu memainkan alat musik untuk memulihkan moral semua orang.

Meskipun ini memang berada di dalam game, luka seseorang tidak akan sembuh seketika kecuali mereka meminum [Healt Potion] atau mendapatkan perawatan oleh [Heal Magic].

Disaat aku sedang menyembuhkan orang yang terluka, tanpa sengaja aku bertemu dengan seseorang yang bisa disebut sebagai teman lama ku.

Namanya adalah Aaron. Atau dalam penampilan sebagai Petualang, dia disebut sebagai Rey. Dan dia adalah seorang NPC.

Setelah berbincang sebentar, aku mengetahui kalau ada anggota Party nya yang terluka parah dan aku setuju untuk membantunya.

Rey lalu membawaku menuju kamar tempat dia menginap. Disana terdapat seorang gadis muda dengan rambut pirang sedang terbaring lemas tidak berdaya. Jika dilihat dari penampilannya, dia mungkin berusia sekitar 17 tahun.

Karena penasaran, aku menggunakan [Identify] padanya dan itu membuatku cukup terkejut. Hal itu dikarenakan nama yang tertera disana adalah “Carissa”.

Meskipun “Carissa” bukanlah nama yang langka, tapi perasaanku mengatakan kalau gadis ini memang memiliki suatu hubungan denganku.

Setelah aku menggunakan [Light Magic: High Heal] pada gadis itu, aku segera memanggil Shery. 

Hasilnya...

...

    Saat ini terdapat seorang gadis muda dengan rambut pirang dan mata berwarna emas sedang memandang kearahku dengan tatapan setajam pisau.

Dia tanpa henti terus menatap kepadaku seolah ingin membunuhku hanya dengan tatapannya saja. Tidak berhenti sampai disana, dia terus saja menempel kepada seorang gadis dengan rambut merah kebiruan yang saat ini sedang sibuk memasak.

Dia terus saja memeluk salah satu lengan gadis itu seolah tidak ingin melepaskannya lagi.

Tidak lama kemudian, gadis yang sedang memasak tadi akhirnya menyadari apa yang terjadi. Setelah bolak-balik melihat kearahku dan gadi situ, gadis yang memasak tadi akhirnya angkat bicara…

“Carissa, bisakah kau hentikan itu? Ini sudah lewat beberapa hari, jadi seharusnya kalian sudah bisa akur”

Gadis yang sedari tadi terus menatap kearahku, Carissa. Masih tidak mengalihkan pandangannya, dia pun menjawab.

“Tidak… sedetik saja aku mengalihkan pandanganku darinya, dia pasti akan berbuat macam-macam kepada kakak”

Gadis yang terus saja dia dekap dan dia panggil sebagai kakak, adalah Sherina. Atau biasa kupanggil Shery. Dia adalah istriku.

“Oh ayolah, Carissa, Rafa bukanlah orang seperti itu. Lagipula kami sudah…”

“Tidak! Aku tidak mau dengar!”

Seolah tidak mau mendengar apa yang Shery hendak katakan, Carissa menutup kedua telinganya dengan menggunakan kedua tangannya sambil menaikkan suaranya dan bertingkah seperti anak kecil.

Hal ini sudah sering terjadi semenjak kami meninggalkan kota Marland.

Setelah bertemu dengan kakaknya yang tercinta, Carissa lalu memaksa untuk ikut dengan kami demi bias terus bersama dengan kakaknya.

Awalnya dia memaksa Shery untuk keluar dari Party kami dan ikut berpetualang berdua dengannya. Namun karena Shery menolak, Carissa lalu memutuskan kalau dia sendirilah yang akan bergabung bersama dengan kami.

“Hooaaamm… selamat pagi”

“Pagi, Sherina, apakah ada yang bisa aku bantu?”

Disaat aku masih sibuk berurusan dengan Carissa, datanglah dua orang yang berjalan menuju arah kami.

Salah satunya adalah seorang pria dengan rambut merah seperti bara api. Dilihat dari wajahnya, terlihat sangat jelas kalau dia baru saja bangun dari tidur dan masih mengantuk. Namanya adalah Alexander atau biasa aku panggil Alexis. Dia adalah temanku dari dunia nyata.

Sedangkan disampingnya terdapat seorang gadis dengan rambut berwarna silver. Dia bernama Noel. Dan dia adalah seorang NPC yang bergabung bersama dengan kami tidak lama setelah aku bertemu dengan Shery.

“Tidak usah, ini juga sebentar lagi selesai”

“Oke, tapi jika butuh bantuan katakan saja”

Setelah mengatakan itu, Noel lalu duduk tidak jauh dari api unggun yang digunakan Shery untuk memasak. Pandangannya sekilas tampak kecewa. Namun segera berubah setelah dia melihat Carissa yang masih saja memeluk salah satu lengan Shery yang membuatnya harus memasak dengan satu tangan.

“Hei, Carissa, aku tau kalau kau sangatlah sayang kepada kakakmu. Tapi bisakah kurangi sifat manjamu itu? Sekarangkan kau sudah besar, terlebih lagi Sherina saat ini juga telah menikah. Jadi sekarang sudah waktunya bagimu untuk dewasa dan berhenti bertingkah manja seperti yang biasa kau lakukan saat kecil dulu”

“Tidak mau! Sampai kapanpun kakak adalah milikku!”

Kalau aku tidak salah ingat, Noel seharusnya adalah teman masa kecil dari Sherina. Jadi kurasa wajar saja jika dia pernah bertemu dengan Carissa. Serta dari perkataannya, tampaknya Carissa memang sudah dari dulu sangatlah dekat dengan kakaknya.

“Pagi semuanya”

Yang dating selanjutnya adalah seorang gadis dengan rambut berwarna hijau muda. Namanya adalah Everly atau biasa aku panggil sebagai Eve. Dia juga merupakan temanku di dunia nyata.

Setelah menyapa kami, dia lalu duduk tidak jauh dariku. Setelah melihat Shery yang sedang memasak dan Carissa yang terus menempel kepadanya, Eve lalu tersenyum kecil sambil berkata…

“Menyaksikan dek Carissa yang seperti ini mengingatkanku dengan Fei saat dia masih kecil… Fei juga terus saja menempel padaku. Namun karena Fei sekarang sudah besar, dia menjadi jarang memelukku. Bahkan sekarang dia hanya mau berbicara padaku pada saat ada maunya saja. Hah… mengingatnya kembali sungguh sangat membangkitkan kenangan”

Fei yang Eve maksud maksud adalah Feiran. Adik dari Eve di dalam game. Dia adalah seorang NPC.

“Hahaha… kalau diingat-ingat Fei kecil memang selalu menempel padamu”

Orang selanjutnya yang bergabung dalam pembicaraan adalah seorang pria dengan rambut coklat. Namanya adalah Aaron. Tapi sekarang dia menggunakan nama samaran yaitu Rey. Aaron bergabung bersama kami bersamaan dengan Carissa.

Carissa yang sedari tadi menjadi topic pembicaraan, merasa kesal dan memasang wajah cemberut. Tidak lupa Carissa juga mempererat pelukannya seolah tidak akan pernah melepaskan kakaknya lagi.

Sedangkan untuk reaksi Shery…

“Pang!”

Shery dengan lembut memukul kepala Carissa dengan menggunakan pengaduk sup.

“Aduduh… kak?!”

“Carissa! Kakak sedang sibuk, jangan ganggu!”

“Baik”

Dengan berat hati Carissa lalu melepaskan pelukannya dan bergeser agak jauh dari posisinya semula.

Melihat hal ini, kami semua hanya bisa tertawa sambil menunggu sarapan  kami siap.