THE KING’S ANXIETY 

(Author : Rafli Sydyq)


Kerajaan Tristen, merupakan salah satu Kerajaan terbesar di Benua Allard.

Hal yang paling menonjol dari Kerajaan tersebut adalah bagaimana mereka bisa menjaga keseimbangan antara politik, agama, dan militer. 

Hal itu tidak lepas dari kehadiran tiga pilar yang masing-masing mengemban tugasnya dengan rajin dan setia. Namun, yang lebih penting daripada itu semua adalah peranan sang Raja sebagai seorang kepala negara untuk tetap mengawasi agar keseimbangan yang sudah ada sejak beratus-ratus tahun tersebut tetap terjaga.

Karena itulah, sang Raja haruslah menjalani kewajibannya dengan tekun dan tidak boleh bermalas-malasan. 

Di dalam Istana Kerajaan, tepatnya di dalam sebuah ruangan yang tidaklah besar, namun juga tidaklah kecil, terdapat sesosok pria berusia sekitar awal empat puluhan sedang membenamkan dirinya dalam tumpukan dokumen yang tampak menggunung.

Meskipun rambutnya sudah memutih karena usia, namun tubuhnya tetaplah tegap seperti pada masa mudanya. Meskipun keriput sudah mulai terlihat, itu sama sekali tidak mengurangi pesona yang dia pancarkan. Malahan, itu malah menambah pesona tersendiri pada penampilannya.

Orang tersebut tidak lain adalah orang paling penting di kerajaan ini. Ya, dia adalah Raja ke-56 Kerajaan Tristen. Raja Ambrosius Rery Marvelia Tristen.

Beliau saat ini sedang fokus memeriksa tumpukan dokumen yang ada di hadapannya.

Dari semua dokumen yang menggunung ini, selain dari laporan rutin dari setiap wilayah, terdapat juga laporan tentang kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan Makhluk Buas yang sering terjadi akhir-akhir ini.

Terhitung sudah ada puluhan desa kecil menghilang dari peta. Bahkan sudah ada lima kota besar yang diserang hanya dalam kurun waktu dua bulan ini.

Untungnya, tiga dari lima kota tersebut berhasil selamat dan hanya menderita kerusakan kecil. Akan tetapi, hal berbeda terjadi pada dua kota lainnya.

Tiga kota yang selamat, antara lain: Kota Penyihir Lawton, Kota Perdagangan Marland, dan Kota Pertambangan Geyser. 

Sedangkan dua kota lainnya yang kurang beruntung, antara lain: Kota Perbatasan Landyn dan Kota Hiburan Cornelica. Sekarang, dua kota yang kurang beruntung itu sudah menjadi wilayah Makhluk Buas.

Jatuhnya Kota Landyn cukup memberikan pukulan yang menyakitkan bagi Kerajaan. Bagaimana tidak, perannya sebagai Kota Perbatasan adalah sebagai dinding pertama bagi Kerajaan dari ancaman luar. Kejatuhan Kota tersebut sama saja artinya dengan Kerajaan telah kehilangan sebuah perisai yang berharga.

Sedangkan untuk kota Cornelica yang berada tidak jauh dari kota Landyn, sama sekali tidak memberikan kerugian yang berarti. 

Hanya saja, dengan ini orang-orang kaya atau para Petualang yang cukup sukses terpaksa mencari tempat wisata lain.

Sambil menyeruput teh yang disajikan seorang pembantu, Raja Ambrosius beristirahat sejenak dari pekerjaannya.

Disampingnya, berdiri seorang pria yang penampilannya memancarkan aura kebijaksanaan. Dia mengenakan jubah lebar yang serasi dengan warna rambutnya yang berwarna hijau tosca dan di kedua lengannya terdapat beberapa lembar dokumen penting.

Orang itu adalah salah satu dari Tiga Penasehat Raja, Ivander Marvelia Sylvia.

Sambil menundukkan kepalanya dengan anggun, dia mengucapkan “Selamat atas kerja kerasnya” kepada Raja Ambrosius.

“Haaahhhh....” dengan desahan panjang, Raja Ambrosius menyandarkan tubuhnya kebelakang sambil merenggangkan seluruh tubuhnya yang kaku karena terlalu lama dalam posisi duduk.

“Dalam waktu dua bulan ini, sudah ada lima kota yang diserang.... kurasa ini adalah pertanda kalau kita harus mulai serius”

“Tapi, Yang Mulia, kita masih kekurangan informasi. Jika kita melakukan tindakan gegabah, hanya kerugian yang akan kita dapat”

Sambil menghabiskan teh yang ada dicangkirnya, Raja Ambrosius kembali memikirkan pergerakan para Makhluk Buas yang menjadi semakin aneh. Bahkan, lebih jauh lagi sudah ada penampakan Bangsa Majin yang menambah frustrasi. Untungnya, Majin tersebut sudah dikalahkan.

Akan tetapi, Majin bukanlah Makhluk Buas melainkan sebuah Bangsa. Berbeda dengan Makhluk Buas yang tidak berakal, Bangsa Majin merupakan sekumpulan makhluk dengan kecerdasan tinggi yang sebanding dengan Manusia. Terlebih lagi, mereka juga memiliki baik kekuatan fisik maupun magis yang jauh lebih besar dari Manusia. Sudah tentu melawan mereka membutuhkan usaha yang besar.

“Kalau aku tidak salah ingat, yang mengalahkan Majin itu bukannya putra Frumentius... bagaimana kabarnya sekarang?”

“Baik, Tuan Muda Rafael saat ini sedang membantu penyembuhan para Petualang di Kota Marland. Juga, aku mendengar Putra Mahkota juga ada disana”

“Hmm? Apa yang dilakukan anak itu disana?”

“Seperti biasa, Putra Mahkota kembali kabur dari Sekolah Kerajaan dan menyamar menjadi Petualang. Juga, saya mendengar kalau beliau jugalah yang mengalahkan Orc Lord yang memimpin serangan Makhluk Buas disana”

“Ohh... itu berita bagus” Raja Ambrosius menganggukan kepalanya dengan bangga akan prestasi putranya. Meskipun dia adalah seorang Putra Mahkota, sifatnya yang tidak bisa diam membuat banyak orang kerepotan.

“Juga...” 

“Hmm? Apa lagi?”

“Saya dengar, Putra Mahkota saat ini sedang menjalin hubungan yang cukup akrab dengan salah satu gadis Petualang”

“Ohh.... itu bahkan lebih bagus lagi” 

Mendengar itu, Raja Ambrosius berteriak gembira karenanya. Bagaimana tidak, Putra pertamanya itu sudah lama memasuki usia untuk menikah. Tentu saja sudah banyak gadis dari berbagai kalangan yang berbaris untuk menjadi pendampingnya. 

Akan tetapi, mereka semua ditolak. Mendengar Putranya mengembangkan ketertarikan kepada perempuan, membuat Raja Ambrosius bahagia bukan kepalang.

“Jadi, siapa gadis itu?”

“Baik, dari yang saya dengar, gadis itu adalah adik ipar dari Tuan Muda Rafael”

Mendengar hal ini, Raja Ambrosius seketika memasang wajah seolah kesusahan. Pasalnya, sejak dulu terdapat peraturan tidak tertulis yang melarang setiap anggota keluarga Kerajaan untuk menikah dengan salah satu dari Tiga Keluarga Besar. Alasannya, karena itu bisa mengguncang keseimbangan kekuasaan diantara Tiga Keluarga Besar.

“Hmm..... Karena ini hanya adik ipar, kurasa tidak ada masalah. Kan?”

“Tapi tetap saja, pasti akan ada beberapa bangsawan yang tidak puas”

Raja Ambrosius hanya diam sambil memikirkan sesuatu. Ekspresinya nampak lebih serius dari sebelumnya.

“Kurasa jika anak itu serius maka kita terpaksa melakukan ‘itu’ ”

“Yang Mulia boleh saja memikirkannya lain hari. Sekarang, ini adalah laporan tentang aktifitas magis tidak biasa yang terjadi dalam tiga bulan terakhir”