SATU TEBASAN

(Translator : Ridho. H)




Bagian 1

“Ya, aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja. … Ya. Pertandingan besok adalah pertandingan terakhir Sekolah, kurasa. Eh? Bantuan dari Tokyo akan datang? M-Membuat spanduk !? Terlalu dini untuk melakukan itu! Dan lagi pula, Festival Seven Stars Sword Art sedang diselenggarakan di Osaka tahun ini … Ya, itu benar. Lagi pula, mau menang atau kalah, begitu pertarungan seleksi berakhir, aku akan membuat penampilan sementara. Ya “Sampai jumpa lagi. Terima kasih untuk sayurannya. Sampaikan ucapan terima kasihku kepada semuanya. Dan Ibu, rawat tubuhmu, ya? … Sampai jumpa.”

Setelah mengutarakan kata-kata perpisahannya, Touka mematikan fitur telepon di datapad siswanya. Layar LCD-nya tampak basah. Itu adalah bukti bahwa percakapan telepon telah berlangsung selama lima puluh menit. Sepertinya itu pembicaraan telepon yang sangat panjang.

“Direktur sehat?”

Sambil duduk di sofa ruang OSIS dan menggigit tomat merah besar, Utakata bertanya tentang orang yang berbicara dengan Touka di telepon. Mengenai keadaan direktur Rumah Wakaba, panti asuhan tempat mereka dibesarkan.

“Rasanya seperti dia benar-benar penuh energi seperti biasa.”

Direktur ― wanita tua yang dipanggil Touka “Ibu” ― telah mengalami serangan jantung tahun lalu. Pada saat itu, Touka menghabiskan sepanjang malam menangis, dan bahkan Utakata yang biasanya cerita juga tampak pucat, tetapi setelah mendengar suara dari telepon tadi, sepertinya kondisi wanita itu sudah membaik, dan energinya telah pulih, .Bahkan terlalu banyak.

Bagaimanapun juga―

“Dia bilang mereka sudah membuat spanduk, ya?”

Meskipun kemenangan dalam pertarungan seleksi belum diputuskan, atau keputusan mengenai perwakilan, tampaknya direktur dan anak-anak panti asuhan itu sudah membuat spanduk untuknya dalam Festival Seven Stars Sword-Art. Sesuai perkiraan, bahkan Touka tidak mampu berkata-kata.

“Mereka semua terlalu terburu-buru.”

“Itulah satu-satunya hal yang mereka semua harapkan. Bagi anak-anak Rumah Wakaba, begitulah cara mereka memberikan dukungan mereka untuk pahlawan mereka, Raikiri.”

Sambil berkata demikian, Utakata menyerahkan kepada Touka foto yang diambil dari dalam kardus berisi sayuran yang dikirim dari Rumah Wakaba. Di foto itu ada wajah-wajah tersenyum yang berlumuran lumpur dari anak-anak yang sedang memanen sayur-sayuran, dan di bagian bawahnya ada dukungan yang ditulis dengan surat-surat yang telah mereka hafal dengan susah payah.

Memang, tidak ada keraguan bahwa untuk anak-anak Rumah Wakaba, Touka adalah seorang pahlawan. Dia yatim piatu seperti mereka, tumbuh dari fasilitas yang sama, bertarung dengan elegan di garis depan dunia. Berjuang, dan terus menang. Sosok itulah yang dikagumi anak-anak Rumah Wakaba.

Suatu hari Utakata juga ingin bersinar seperti gadis itu. Dengan impian tersebut, dia memperoleh keberanian untuk terus menggapai impian tersebut dari Touka.

Dan lagi, Touka sendiri sadar bahwa dia adalah harapan bagi banyak orang. Karenanya, dia tidak boleh kalah. Untuk mempertahankan harapan seperti itu, dia tidak boleh membiarkan kekuatannya tunduk pada represi. Sampai batas tertentu, hal itu adalah bagian terkuat dari Touka Toudou, Raikiri.

Ini, aku akan membacanya pelan-pelan nanti.

Memegang foto di dadanya dengan manis sejenak, Touka memasukkan foto tersebut ke dalam tasnya. Kemudian dia mengalihkan perhatiannya ke kardus penuh sayuran. Tomat, terong, sampai mentimun ― semua itu adalah bermacam-macam sayuran musim panas yang dipanen dari kebun sayur panti asuhannya. Anak-anak disana tampak sangat kurus, yang memberikan perasaan hangat yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

“Wow, lihat Uta-kun. Terong ini, sangat gemuk dan indah. Jika kita membuat kari terong atau semacamnya, itu mungkin akan terasa lezat, kan?”

 “Sepertinya begitu, Tapi karena sayuran-sayuran itu akan akan busuk kalau ditinggalkan di sini, jadi apa kita harus membawanya ke kantin sekolah besok?”

Mendengar kata-kata Utakata, wajah Touka sedikit risau. Itu karena dia memikirkan sesuatu yang tidak menyenangkan.

“… Besok, ya?”

Beberapa waktu lalu, sebuah pesan datang untuknya. Pesan tersebut berasal dari Kurono Shinguuji. Isinya ― adalah pergantian lawannya untuk besok. Dan lebih jauh lagi, karena lawan itu adalah The Worst One, berita yang sedang heboh sekarang ― memberikan kesan bahwa The Worst One telah melakukan kejahatan.

Touka telah menanyakan hal tersebut, dan Kurono juga tidak menyembunyikannya. Masalah yang dialami Ikki, yang dia dengar dari Kurono, tidak diragukan lagi adalah fitnah. Penderitaan yang mengerubungi The Worst One, yang menyudutkannya ke dalam situasi terburuk, dan selain itu mengirimkan Touka sendiri sebagai pembunuh atas dirinya.

Namun, tak perlu dikatakan Touka tidak mau seperti itu.

“Apa Touka akan menerima duel itu?”

Bahkan Utakata mengerti masalah ini. Karena itu dia, kepada Touka yang kelimpungan, bertanya dengan nada cemas. Sebagai tanggapan, Touka menunduk.

“Aku tidak punya hak untuk memutuskan. Ibu Direktur juga berkata seperti itu, tetapi bagiku ini adalah pertarungan akhir yang mutlak.”

Memang, itu adalah duel untuk Ikki, tetapi untuk Touka itu adalah pertarungan seleksi mutlak. Yang berbeda adalah perubahan lawan, dan dia tidak bisa mengambil risiko apa pun demi tujuannya. Dan meskipun tidak ada perubahan yang mendadak ini, situasi telah sampai sejauh ini. Karenanya, bahkan Touka tidak bisa memprotes. Namun-

“Tapi kamu merasa ini seharusnya tidak terjadi, kan?”

“Ya….”

Karena hal itu, tidak mungkin rasa kagetnya ini akan terhapus begitu saja. Terlebih lagi untuk seorang gadis yang baik hati seperti Touka.

… Karenanya, dia telah mendapatkan satu tolak ukur.

Tepat waktu, seorang pengunjung mengetuk pintu ruang OSIS.

“Siapa kira-kira itu di jam segini?”

“Aku yang memanggilnya. Silakan masuk.”

“Maaf atas gangguan saya.”

Orang yang membuka pintu dan masuk adalah seorang gadis muda mungil yang tampak seperti boneka bisque. Dia adalah orang yang bertarung dengan Touka dengan seluruh kekuatannya, Shizuku Kurogane, si Lorelei.

 

Bagian 2

“Ini tamu yang mengejutkan, kan?”

“… Aku juga tidak berpikir bahwa aku akan dipanggil ke sini oleh orang yang mencoreng rekorku pada malam ini,”

“Ha ha. Itu lumrah. Oh, benar, apakah kamu ingin tomat? Ini sangat manis dan lezat.”

“… Aku sudah menyikat gigiku, jadi tidak terima kasih. Lagipula, aku mungkin tidak dipanggil ke sini untuk makan tomat. ― Ketua OSIS. Apa yang kau inginkan dariku?”

Shizuku mendesak Touka ke topik utama.

… Dia bersikap kekanak-kanakan. Shizuku sendiri berpikir begitu. Tetapi bertemu dan berbicara dengan orang yang menghancurkan mimpinya, tujuannya tampil di hadapan depan semua negara dengan kakaknya, ternyata membuatnya tidak nyaman.

Touka memiliki perasaan yang persis sama. Karenanya dia langsung ke pokok permasalahan, dan mengutarakan alasan memanggil Shizuku di sini.

“Sebenarnya, Ibu Direktur mengirim pesan beberapa waktu yang lalu … dan karena kamu tidak berhubungan, Shizuku-san, aku ingin menyampaikannya—”

Apa yang Touka katakan adalah bahwa jadwal kompetisi untuk besok tiba-tiba direvisi. Dan bahwa Ikki mempertaruhkan seluruh masa depannya dalam pertarungan itu. Sedikit demi sedikit, ketika Shizuku mendengarkan pernyataan yang sebenarnua, ekspresinya menjadi penuh amarah. Dan segera setelah dia selesai mendengar semua itu,

“… Bajingan…!”

Dengan mata hijaunya yang berkilau penuh amarah, dia meludahi seseorang yang tidak ada di sini. Dan setelah itu, dia bertanya pada Touka.

“… Ketua, maukah kamu bertarung? Melawan Onii-sama, yang tidak dalam kondisi prima?”

“Ketua OSIS tidak lebih dari siswa biasa. Bahkan kalau aku menangis untuk menyampaikan keberatan, aku tidak memiliki kuasa untuk mengubah siapa yang akan melawanku.”

Bahkan meskipun itu Touka, yang enggan bertarung, tidak ada yang bias dilakukannya. Namun ― meskipun dia tidak dapat meyakinkan Shizuku, Touka masih saja memanggil Shizuku di sini.

“Karenanya Shizuku-san, aku punya permintaan untukmu sebagai keluarga Kurogane-kun.”

“Untukku…?

“Ya. … Shizuku-san, bisakah kamu menasehati Kurogane-kun untuk tidak melakukan ini?”

“… Eh?”

“Kondisi fisik Kurogane-kun nampaknya sangat buruk. Paling tidak, pneumonia. … Kudengar mungkin lebih buruk dari itu. Yang jelas, dia sangat tidak bisa bertarung dengan tubuhnya seperti itu. … Namun, meskipun baru beberapa hari mengenalnya, tetapi aku telah melihat jenis ksatria seperti apa Ikki Kurogane itu. Karenanya, dia akan memaksa dirinya sendiri untuk bertarung bahkan dengan seluruh tubuhnya cedera. Aku menganggumi kegigihannya, tetapi dalam rangka melawanku dengan serius. Dia pasti butuh strategi untuk menang. “

Dan-

“Dan aku juga, aku adalah seorang gadis yang tidak akan membiarkan lawan yang aku hadapi melarikan diri. Saat pertarungan dimulai, aku akan menghadapi lawanku dengan seluruh jiwaku. Akibatnya, kalau terjadi kecelakaan…. “

Pada saat itu, seluruh tubuh Shizuku menggigil.

Orang ini … serius.

Di balik kacamata Touka, Shizuku bisa melihat dengan jelas kilauan di mata Touka, dan Shizuku yakin. Touka tidak mengada-ada. Dia bahkan sepertinya memikirkan cara membunuh Ikki. Dan melihat kemungkinan terburuk di masa mendatang, dia memanggil Shizuku di sini.

“Aku mohon padamu. Tolong hentikan Kurogane-kun. Satu-satunya yang bisa melakukan itu adalah kamu yang adalah keluarganya, kurasa.”

Shizuku tidak segera merespons.

Apa yang harus dia lakukan? Apa yang benar? Tanpa mengetahui itu ….

“… Satu malam, tolong beri aku satu malam untuk memikirkannya ….”

Yang bisa dia lakukan adalah mengungkapkan kata-kata tersebut.

 

Bagian 3

Sejak Shizuku meninggalkan ruangan, Touka menggumamkan beberapa patah kata dari perasaan tidak enak hatinya.

“Bahkan meskipun Kurogane-kun tidak bertarung besok, bahkan jika aku bertarung dan menang – aku … bisakah aku merasa bangga di hadapan seluruh negara setelah melalui pertarungan seperti itu?”

Mengingat senyum pada foto yang datang bersama sayuran, dan pesan dukungan. Apakah dia bisa bertarung dengan layak demi harapan dan rasa kagum yang jujur?

Itu adalah kecemasan yang tak terhindarkan.

“Touka.”

 

Tiba-tiba, tangan Touka yang gelisah itu diselubungi oleh kehangatan mungil. Itu adalah tangan Utakata. Dia menggenggam tangan Touka, yang mendongak menatapnya.

“Tentu saja, berbagai hal telah dibuat konyol oleh orang-orang dewasa itu yang memanas-manasi keadaan untuk kepuasan mereka, tetapi meskipun demikian, kamu adalah kamu. Kamu harus berjuang dalam pertarungan yang kamu banggakan. Kami mencintaimu karena kamu seperti itu. … Dan Kouhai-kun mungkin berharap untuk itu juga. “

Tanpa sadar, dia memberi tahu Touka kebenaran berdasarkan pada keyakinannya. Apa yang dipikirkan orang lain tidak masalah. Kalau Touka melakukan apa yang menurutnya benar, itu sudah cukup.

Terhadap kata-kata itu … Touka sedikit demi sedikit tersenyum. Dia bisa melakukannya.

“Ya. Terima kasih, Uta-kun.”

Memang benar. Sejak awal, hanya itu yang bisa kulakukan.

Dia seharusnya melakukan yang terbaik yang dia bisa.

“Baik!”

Touka berteriak, dan bertepuk tangan. Rasa sakit yang intens tadi, menghilangkan keraguan serta kebingungannya ― dia tidak labil lagi.

Besok, kalau dia datang bertarung dengan terpincang-pincang demi melawanku, aku tidak akan menunjukkan belas kasihan.

Tanpa belas kasihan, Touka akan menghadapi Ikki dengan seluruh kekuatannya sebagai seorang kesatria. Dan dia akan menang. Dia akan menang tanpa gagal!

Aku akan menang ― dan aku akan pergi ke Festival Seven Star Sword-Art dengan bangga!

Dengan demikian, malam sebelum pertarungan yang menentukan semakin dekat― dan Akademi Hagun menyambut pagi dimana pertarungan pemilihan perwakilan final untuk Festival Seven Stars Sword-Art.

 

Bagian 4

“Yah. Meskipun ini baru awal musim panas. Sepertinya tahun ini cuacanya akan terik juga.”

Pada pagi hari terakhir pertempuran seleksi. Di stasiun terdekat dengan Akademi Hagun, kepala stasiun menyeka keringat dari dahinya.

Langit cerah. Hari itu matahari bersinar terang. Di musim seperti ini, seragam biru tua yang nyaman itu sedikit tahan lama.

Tiba-tiba, dia mendengar suara kereta listrik yang mendekat, dan mendongak. Ada kereta yang sedang mengarah ke stasiun ini. Kereta tersebut melambat sampai berhenti, dan pintunya terbuka. Kepala kondektur tidak punya pilihan selain mundur tiga langkah sebelum pengunjung keluar.

Yah, tidak ada orang yang akan datang ke sini saat ini, tapi ….

Bagaimanapun juga, Akademi Hagun adalah tempat yang logis untuk dituju dari stasiun ini. Selain para siswa yang pergi untuk berlibur, pada hari-hari biasa, tidak ada orang yang akan singgah ke stasiun dekat Akademi Hagun,  yang memiliki sistem asrama seperti perumahan. Itu yang diperkirakannya, tetapi—

Hmm?

Dari pintu kereta yang terbuka, seorang pria perlahan keluar. Punggungnya bungkuk. Dia seorang yang tua renta.

Sangat tidak biasa. Seseorang datang pada hari biasa.

Orang macam apa dia ini? Dari rasa ingin tahu tersebut, kepala kondektur menengok ke arah lelaki tua yang telah turun itu.

Dan dia menjadi termangu.

Yang turun tadi bukanlah seorang tua renta. Dia adalah seorang pemuda ― tidak, laki-laki. Seorang anak lelaki yang seharusnya sehat walafiat, tetapi dia merangkak keluar dari kereta listrik dengan membungkuk.

Tapi alasan kepala kondektur terkelu bukan karena usia pemuda itu. Kejutannya adalah karena kondisi fisik dari― Ikki Kurogane.

“Haa … haa ….”

Napas parau menyembul, dan wajahnya pucat pasi. Matanya yang tersembunyi di belakang jambulnya yang acak-acakan tampak suram, dan tidak ada tanda-tanda vital yang bisa dirasakan. Dan terlebih lagi, keringat yang menetes dari dagunya tampak tidak biasa. Bahkan dengan suhu panas yang menyengat, kereta listrik memiliki AC. Orang yang sehat tidak akan mengeluarkan keringat berlebih seperti itu.

“K-Kamu, baik-baik saja?”

“A … oh, ya, aku … baik-baik saja.”

“Tidak, kamu jelas tidak baik-baik saja! Aku akan memanggil ambulans …!”

Kemudian, kepala kondektur menatap wajah Ikki heran. Meskipun Ikki berada di depan matanya, baru sekarang dia mengenali bocah yang dikatakan dalam berita itu telah bersenang-senang dengan putri Vermillion. Dan pada saat itu, raut kepala kondektur menunjukkan rasa jijik yang kentara. Ikki memperhatikannya.

“Terima kasih telah … mengkhawatirkanku. Tapi … maafkan aku … Aku sedang terburu-buru.”

Menyambangi kepala kondektur, Ikki menundukkan kepalanya dengan cepat, dan melewatinya. Dan seperti itulah, dia meninggalkan stasiun.

“Ah….”

Punggungnya semakin lama semakin menjauh dengan langkah-langkah kakinya yang gontai. Memandanginya lagi, kepala stasiun ingat dengan bingung. Ikki adalah anak yang oleh media diklaim sangat sulit ditangani selama berada di rumah orangtuanya.

Tapi kenapa … dia sangat sopan?

Setelah bertemu orang itu sendiri, kepala kondektur tidak berpikir kalau orang ini sangat mirip dengan orang yang dideskripsikan oleh berita.

 

Bagian 5

Ikki keluar dari stasiun. Lalu menaiki jalan bukit menuju Akademi Hagun. Itu adalah jalan sepanjang sekitar satu kilometer. Jalur di mana dia selalu berjoging dengan Stella setiap pagi. Jalur itu adalah lereng yang biasanya tidak akan mengganggu Ikki, tetapi karena kondisiknya sekarang, itu adalah jarak yang sangat jauh.

Dengan napas tersendat-sendat, paru-parunya tidak bisa menyalurkan oksigen dengan baik.

Ini menyakitkan….

Setidaknya, dia ingin bernafas, tetapi—

“… Ack”

Karena rasa sakit dari paru-parunya yang teriritasi, dia melepaskan semua oksigen yang didapatkannya. Oksigen dalam darahnya semakin rendah, dan bibirnya membiru. Pandangannya menjadi kabur karena demam dan kekurangan oksigen, kesadaran Ikki pada dasarnya telah putus. Dan sebagai gantinya, Ikki membayangkan ketidakberdayaannya dari halusinasi karena dibius.

… Aku menghadapi Raikiri dengan kondisi seperti ini …?

Hal semacam itu, itu tidak mungkin. Itu hanya bunuh diri.

Aku tidak ak nbisa menang ….

Itu sudah jelas. Pertama-tama, kemampuan berpedangnya tidak akan mungkin menyamai kemampuan berpedang gadis itu.

Cukup, aku mau tidur ….

Ikki mengutarakan keluhannya saat sedang mendaki bukit yang sepi di bawah teriknya sinar matahari suara jangkrik berderik. Saat ini, dia hampir menanggalkan kesadarannya. Bagi Ikki, itu adalah godaan yang tak tertahankan.

Pada waktu itu.

“Ah….”

Sebuah batu kecil menyangkut kakinya, dan tubuh Ikki menghantam aspal.

Ini … tidak baik ….

Kalau dia tidak bangun.

Kalau dia tidak melakukan itu, dia tidak akan sampai ke pertandingan tepat waktu.

Kalau dia tidak sampai ke pertandingan tepat waktu, dia akan kalah.

Kalau dia sampai kalah …

Oh, memangnya apa bedanya …?

Dia merasakan otaknya meleleh. Dengan perhatiannya yang teralihkan karena obat bius dan demam, apa yang akan Ikki lakukan sekarang? Dia bahkan tidak bisa mengerti apa tujuannya melakukan ini.

Dan di tengah-tengah kesadarannya yang kacau balau, Ikki menangkap sesuatu di ujung pandangannya.

…Ah.

Itu salju. Sebelum dia menyadarinya, langit menjadi gelap, dan butiran salju besar jatuh.

Di pertengahan musim panas? Mustahil. Tapi tetap saja,—

Ini dingin….

Dengan giginya yang bergemeretuk, tubuhnya membeku. Di saat dingin itu… Ikki teringat.

… Ini mengingatkanku, hari itu harinya juga bersalju, kan?

Hari itu, ketika semua keluarganya berkumpul untuk merayakan tahun baru. Pada hari dia minggat. Tidak ada yang datang meskipun dia memanggil-manggil, tidak ada yang memedulikannya saat dia meringkuk sendirian di salju.

Dibandingkan dengan waktu itu, aku … tidak berubah sama sekali.

Sungguh, apa yang dia lakukan? Tanpa adanya harapan, ataupun pencapaian, dia tidak dapat mengubah satu hal pun. Di masa lalu dan di masa sekarang, dia meringkuk di salju yang tak berujung. Meskipun dia mengatakan itu, dalam kondisi kecapekan seperti ini, apa yang coba dilakukannya?

Dia tidak tahu. Dia tidak bisa mengingat apa pun. Tubuhnya menjadi lemas, dan kelopak matanya bertambah berat—

Kesadaran Ikki pudar dalam gelapnya dingin.

 

Bagian 6

Pertandingan final seleksi. Jumlah pertandingan pada hari ini lebih sedikit dari biasanya. Dalam pertandingan ini, mereka hanya menyertakan dua belas petarung yang belum terkalahkan sampai sekarang. Karenanya, tidak mengherankan ada banyak sekali penonton. Terlebih lagi, orang-orang yang datang ke arena latihan pertama di mana konfrontasi antara Raikiri dan The Worst One begitu membludak.

Para siswa yang datang untuk menonton berseru heran di mana-mana.

“Wow, banyak orang, ya?”

“Tentu saja. Semua orang di sini datang untuk menyaksikan pertarungan antara Raikiri dan The Worst One itu.”

“Ngomong-ngomong, apa itu kamera?”

“Karena reporter berita. Kamu tahu, cerita itu.”

“Benar, skandal tentang The Worst One dan The Crimson Princess. Tapi bukankah reporter dilarang masuk ke dalam sekolah?”

“Kesatuan sangat berpengaruh dalam masalah ini, jadi mungkin ada pengecualian?”

“Hei … kalian, apa kalian percaya cerita itu?”

“Mereka memang selalu bersama. Tak satu pun dari mereka menyangkalnya, dan tidak lama kemudian  mereka menjadi rukun.”

“Dan setelah pertandingan dengan The Hunter, The Crimson Princess adalah yang pertama kali menyatakan cintanya, tahu.”

“Itu tidak benar! Dengar, keluarga The Worst One adalah orang-orang yang membawa buktinya, kan? Merekalah yang mengungkapkan kalau The Worst One itu bengal dan terkenal kejam di masa lalu, dan suka bermain wanita bahkan sampai sekarang?”

“Oh benarkah?”

“… Aku tidak memercayainya.”

“Sebenarnya, aku juga. Device-ku adalah sebuah pedang Jepang, dan aku belajar mengayunkannya dan mengatur gerakan kaki dari orang itu selama istirahat makan siang, tahu.”

“Oh, aku juga melihatnya. Dia melakukannya di halaman. Dia mulai melakukan hal itu dengan teman sekelas yang menganiayanya.”

“Benar, benar. Aku melihat orang itu ada di sana, jadi aku tidak memercayai kalau ditulis oleh surat kabar itu adalah benar. Lagipula, selama pertandingan seleksi musim ini, dia bersikap sangat sopan saat mengajar orang-orang meskipun dia tidak mendapatkan apa-apa. Bagaimana bisa seseorang seperti itu memperdaya The Crimson Princess? “

“Tapi buktinya berasal dari keluarganya sendiri. Berarti itu benar, kan? Karena untuk apa mereka berbohong? Mereka adalah kerabatnya sendiri. Mereka mungkin berbohong untuk melindunginya, tetapi tidak ada alasan bagi mereka berbohong untuk menindasnya, kan? “

“Ya, sulit membayangkan itu.”

Bersatu dengan diskusi kerumunan yang ribut, pertanyaan dan kecurigaan tentang Ikki diperbincangkan. Dari kursi penonton, tempat terbaik untuk mengobrol, Nene Saikyou – wanita mungil mengenakan kimono yang menatap arena – berbicara dengan kagum kepada Kurono Shinguuji yang berdiri di dekatnya.

“Hm ~ ph. Sepertinya anak-anak lain tidak menganalisis laporan berita secara keseluruhan, ya?”

“Benar. Tampaknya orang-orang yang pernah berkenalan langsung dengan Kurogane yang paling tidak melakukannya.”

“Kamu bisa tahu dia tidak berbahaya sama sekali, bocah itu.”

“Tapi kebenarannya sudah tidak penting.”

Dengan ekspresi masam, Kurono mengatakan kenyataan itu.

Memang, rangkaian peristiwa mengenai Ikki, benar dan salah atau baik dan buruk, telah dipercayakan demi kemenangannya dalam duel ini. Oleh karena itu seberapa besar Ikki perlu dirombak, seberapa besar kesalahan kelompok Akaza, bergantung pada hasil akhir duel ini.

“Sungguh, mereka benar-benar melakukannya, kau tahu. Bajingan itu.”

Bahkan Kurono tidak mengantisipasi hal-hal telah terjadi ini. Ikki seharusnya bertahan sampai ayah Stella datang. Kurono mengerang karena kenaifannya sendiri. Lalu….

“He he he. Biarkan aku menerima pujianmu.”

Sebuah suara yang memuakkan terdengar dari samping mereka berdua. Mereka berdua berpaling ke arah suara itu, dan di sana ada laki-laki sebesar tong yang berdiri terik dan menyeka keringat dari dahinya dengan saputangan.

“Selamat siang. Ya ampun, hari ini pasti panas, bukan ~?”

“Ketua Komite Akaza ….”

Terhadap kemunculan Akaza, Kurono dan Saikyou meringis bersama-sama. Tentunya, karena dia bukanlah seseorang yang bisa mereka sambut.

“Apa yang kamu inginkan dari kami, dasar tanuki merah?”

Saikyou bertanya blak-blakan dengan nada menusuk, dan Akaza tertawa seolah berkata, Tunggu, tunggu, tolong jangan tunjukkan taringmu.

“Tidak, tidak. Aku menginginkan apa-apa darimu, tetapi karena kita telah bertemu dengan Sensei secara tidak sengaja, aku hanya ingin membawanya ke sini sehingga kalian bisa berbicara kepadanya, begitu? Ahh, sebelah sini, Sensei.”

Seorang lelaki tua mungil mengenakan kimono yang dihiasi lambang keluarga dikawal ke hadapan mereka berdua.

“Ah, akhirnya kami menemukanmu. Di tempat seluas ini, aku tidak akan tahu di mana kamu berada atau apa yang kamu lakukan, ha?”

“Geh, kakek tua!”

Saikyou adalah yang pertama bereaksi terhadap penampilan orang ini. Dan itu dibenarkan.

Nama lelaki tua itu adalah Torajirou Nangou, Dewa Perang. Dia adalah kesatria sihir berusia sembilan puluh dua tahun, yang tertua di Jepang, merupakan guru dari Saikyou.

“Ho ho. Mulut muridku yang tercinta tajam seperti biasanya. Nah, itulah bagian imut darimu, kan?”

“I-Im … jangan mengatakan hal yang menjijikkan!”

“Wajahmu memerah, Nene. Bagaimana kalau menanggapinya secara jujur?”

“K-Kau dasar kakek tua, mendengar hal seperti itu darimu tidak membuatku bahagia!”

Wajah Nene ketika dia mengatakan itu, tampak tidak mampu menyembunyikan rasa malunya.

Astaga, gadis itu tidak bisa jujur.

Meskipun telah diketahui kalau pak tua itu adalah orang terlama yang Nene kenal, dan yang paling ia hormati di dunia.

“Kurono-kun, ini juga sudah lama bagi kita, bukan? Kami terakhir kali bertemu saat kau sedang hamil ‘kan, apa persalinanmu tidak bermasalah?”

“Ya, untungnya.”

“Itu bagus, sangat bagus. Namun, hnn ~, setelah melahirkan, kamu menjadi tampak lebih menggairahkan, Kurono ~. Terutama, di sekitar pinggul~“

“Kakek! Apakah kamu datang ke sini hanya untuk merayu temanku!? Aku akan membunuhmu!”

“Ho ho ho. Nene, kamu semakin dewasa setiap tahunnya, jadi daripada mengomel-ngomel seperti itu, kamu harus meniru Kurono dan mempelajari tentang daya tarik orang dewasa. Kalau tidak, kamu akan kehilangan kesempatan untuk menikah, tahu?”

“Nangou-sensei, meskipun kau tidak mengkhawatirkan hal tersebut, gadis ini telah kehilangan kesempatan itu sejak lama.”

“A-Aku masih bisa menikah! Aku hanya suka bersenang-senang sebagai wanita lajang! Hanya saja bodoh sekali kalau setia pada satu laki-laki! Atau lebih tepatnya, mengapa Kuu-chan ada di sisinya !?”

Karena Nene lucu setiap kali Nangou-sensei ada di dekatnya.

Itu membuat Kurono ingin menggoda Nene. Meskipun ada terlalu banyak momen dimana Nene tidak bereaksi imut. Yah, dia tidak akan memberi tahu orang itu sendiri.

“Ngomong-ngomong, Nangou-sensei, kenapa kau datang kesini hari ini?”

Mengabaikan kemarahan Saikyou, Jangan abaikan aku!, Kurono bertanya pada Nangou. Ya, ini hanya untuk basa-basi. Kurono bisa alasan utama dia datang ke sini.

“Tentu saja, aku datang ke sini untuk menonton penampilan Touka. … Yah, sebenarnya tidak masalah menunggu sampai Festival Seven Star Sword-Art, tapi aku harus datang karena lawannya adalah seseorang dari Kurogane, bukankah begitu?”

Seperti dugaanku.

Memang, Nangou adalah guru Touka disaat bersamaan dengan Nene. Dia melihat kemahiran Touka yang mengikuti gaya kuno, dan kemudian mengajarinya gaya pedangnya sendiri. Julukan Touka saat ini, Raikiri, juga diadopsi dari teknik pria tua itu sendiri, Otogiri. Dan alasannya bahkan lebih penting dari itu—

“He he he. Itu karena dia adalahsaingan seumur hidup Nangou-sensei yang terhormat yang lahir di era yang sama, sang pahlawan agung Ryouma Kurogane, bukan? Wajar saja jika kita sana-sama tertarik.”

Nangou berusia sembilan puluh dua tahun. Dia adalah seseorang yang bertarung bersama pahlawan agung Ryouma Kurogane dalam Perang Dunia Kedua, dan pada saat yang sama mereka adalah rival. Biasanya, jadwal pertarungan seleksi tidak dipublikasikan ke luar Sekolah, tetapi pertarungan kali ini diberitakan oleh media. Jika dia tahu bahwa murid favoritnya sendiri dan keturunan saingannya sedang bertarung satu sama lain, wajar saja jika Nangou muncul untuk melihat hasil akhirnya dengan mata kepalanya sendiri.

Namun-

“… Tapi tunggu, Nangou-sensei. Ada kemungkinan pertandingan hari ini tidak akan terjadi.”

Tiba-tiba, Akaza menyisipkan senyum menjijikkan di wajahnya, dan mengatakan itu.

“Apa?”

Alis Kurono tiba-tiba bergerak pada kata-kata itu. Karena dia merasakan niat buruk yang tidak sesuai dengan nada suaranya. Dan pada waktu yang hampir bersamaan—

Pemberitahuan untuk para hadirin. Meskipun ini sudah waktunya pertarungan antara kontestan Touka Toudou dan kontestan Ikki Kurogane, kontestan Ikki Kurogane masih belum juga tiba di ruang tunggu. Sesuai peraturan pertarungan seleksi, apabila kontestan Kurogane tidak tiba dalam sepuluh menit, dia akan diberikan hukuman, jadi tolong beri kami pengertian Anda.

Pengumuman itu bergema di dalam arena.

“… Kalau tidak salah ingat, Kurogane dibawa ke sini oleh Ketua Komite Akaza di mobil yang sama sehingga dia tidak perlu dijemput. Bukankah begitu informasinya?”

Tentunya, Akaza telah mengatakan hal ini kepada Kurono kemarin, agar mencegahnya menjemput Ikki. Namun terlepas dari pembicaraan itu—

“He he he. Tidak, aku benar-benar minta laaf. Aku benar-benar lupa. Aku sungguh-sungguh menyesal. Namun, jarak dari cabang Kesatuan ke sini tidak terlalu jauh. Seseorang dapat menggunakan kereta listrik untuk sampai ke sini… Nah, kondisi fisiknya tampak sangat buruk, jadi saya harap dia tidak pingsan di dalam perjalanan? He he he. “

Bajingan ini ….

Karena rasa tidak nyaman yang mendidih di dalam dirinya, Kurono mengepalkan tinjunya yang haus darah.

Tangan lain menggenggam kepalan itu. Itu adalah tangan Saikyou. Dia menatap Kurono dengan alisnya terangkat, dan menegur Kurono dengan suara kecil, bibirnya tersembunyi di balik kipas lipatnya.

“Jangan marah, Kuu-chan.”

Kurono diam.

“Detailnya tidak masalah, karena Kurobou menerima duelnya. Apa yang terjadi di sini tidak penting. Hal-hal yang harus dilakukan, semuanya akan berlangsung setelahnya.”

Saikyou juga kesal. Mengetahui hal itu, Kurono melepaskan kepalan tangannya dengan tenang.

“Ya, itu benar, kan?”

Maka, keduanya memutuskan sendiri. Pertandingan ini, apakah Ikki menang atau apakah Ikki kalah, mereka tidak akan membiarkan tanuki merah ini pergi dari sini hidup-hidup.

Sedangkan su tanuki merah, Akaza, seolah-olah tidak merasakan niat membunuh dari mereka berdua, dengan senang hati menatap arena di mana pertandingan tidak dimulai. Hingga saat ini, semuanya berjalan dengan baik. Mengucilkan Ikki dari Kesatuan: apabila Akaza mendapatkan hasil yang diinginkan Itsuki, Itsuki telah berjanji akan mempromosikan posisi Akaza dari posisi ketua Komite Etika menjadi ketua hubungan masyarakat.Posisinya itu tidak akan menempatkannya di bawah tanah. Dia akan berada di permukaan yang terang. Kalau itu terjadi ….

Maka aku akan mengucapkan selamat tinggal pada peran penjahat ini hari ini.

Komite Etika yang dikritik sebagai polisi rahasia adalah sebuah departemen yang memiliki kehormatan selama era polisi militer, tetapi pada hari ini departemen tersebut hanya melakukan perbuatan nista. Orang yang waras tidak ingin berlama-lama berada disama. Demikian pula Akaza, oleh karenanya ….

Sangat disesalkan, tapi aku akan menghancurkan Ikki-kun sepenuhnya.

Demi hasil itu, tidaklah masalah kalau Ikki mati. Itu bukanlah tanggung jawabnya.

 

Bagian 7

Kesadaran Ikki terkubur di dalam badai salju. Di dalam salju yang tiada henti-hentinya, sambil gemetaran, dia mengingat kembali awal kisahnya. Kira-kira pada hari itu persis seperti ini, ketika dia membeku sampai ke tulang-tulangnya. Yang mana saat itu adalah awal mula bagi Ikki Kurogane yang sekarang.

Bertemu dengan Ryouma Kurogane, untuk pertama kalinya sejak dilahirkan dia diberitahu bahwa tidak apa-apa mempercayai dirinya sendiri, dan merasa sangat bahagia karena hal tersebut. Beberapa bulan kemudian, Ryouma meninggal karena usia tua, tetapi kata-katanya tetap hidup di dalam diri Ikki. Dan Ikki memutuskan bahwa suatu hari nanti, dia juga akan menjadi orang yang akan mengucapkan kata-kata tersebut kepada seseorang sepertinya yang meringkuk dan menyerah di depan dinding bernama bakat, dan kemudian sejak hari itu dan seterusnya, orang itu akan terus berjuang melampaui batasannya sendiri.

Jika dia tidak mengalami pertemuan itu, dia tidak akan hidup sampai hari ini. Pertemuannya dengan Ryouma adalah sesuatu yang Ikki banggakan. Namun-

Apakah pertemuan itu adalah hal yang benar?

Sebuah suara seperti suaranya sendiri membisikkan sesuatu di telinganya.

Pertemuan itu, apakah itu menghasilkan apa-apa selain penderitaan dan kesepian?”

Lambat laun, adegan-adegan masa lalu terputar dalam benak Ikki.

Saat sekolah dasar. Dirinya saat masih anak-anak, terus mengayunkan Intetsu meskipun tangannya berdarah karena kulitnya yang terkelupas. Hari-hari itu, apakah dia menjalaninya dengan benar? Dan dia bahkan tidak tahu apakah dia benar-benar menjadi lebih kuat. Pada hari-hari di mana dia tidak mengetahui apa-apa, dia telah belajar cara menggunakan pedang dari ilustrasi dalam buku referensi. Tidak peduli berapa banyak dia telah mencapai batasnya, tidak ada yang mau mengajarinya. Karenanya, dia secara sembunyi-sembunyi mengamati anak-anak dari keluarga cabang dari semak belukar, dan terus menerus meniru mereka. Pengalaman itu … kalau diingat-ingat begitu menyedihkan. Kelemahlembutan dan ketegasan yang ditunjukkan kepada anak-anak lain oleh instruktur pedang yang datang ke rumah Kurogane, hal-hal tersebut tidak pernah ditunjukkan kepadanya, dan dia merasakan rasa sakit tersebut baik dia mau atau tidak.

― Apa yang muncul selanjutnya adalah adegan di dojo. Ikki yang masih SMP mendatangi dojo demi dojo untuk mendapatkan keterampilan. Akhirnya, ada sebuah adegan. Adegan itu seharusnya adalah pertarungan satu lawan satu. Meskipun dia telah membuat perjanjian, begitu sinyal diberikan, murid-murid yang lain justru menyerangnya sekaligus, dan menahannya di tempat itu.

Ini adalah pengalaman karena kau telah melakukan hal bodoh yang sudah menantang sebuah dojo, jadi kami akan memastikan kau tidak merasakan ini untuk kedua kalinya!

Dan selagi berkata begitu, ketua klub SMP yang merupakan lawan Ikki menarik tangan Ikki dan mematahkan jari kelingkingnya dengan sekuat tenaga. Selagi tertawa terbahak-bahak, dia melakukan hal yang sama pada jari-jari Ikki yang lainnya. Tidak ada seorang pun disana yang membantu Ikki. Semua orang disana tertawa puas setiap kali jari-jarinya patah. Rasa sakit dan rasa takut disiksa saat waktu itu, itu masih membekas dalam ingatannya sampai sekarang.

Adegan terakhir yang muncul adalah … satu tahun yang lalu.

Hei, hei. Kalau kau tidak melawan, kau tidak akan membuktikan kekuatanmu. Aku, The Hunter, mengatakan secara pribadi kalau aku akan menjadi lawanmu. Setidaknya serang balik!

Dia, yang telah dipenuhi dengan terluka parah karena Kirihara, ditatap dengan dingin oleh para guru.

Dan-

Maaf, Kurogane-kun. Aku tidak bisa lagi berteman denganmu.

Kata-kata dari teman yang menjauh darinya ….

Suara yang seperti suara Ikki membisikkan sesuatu.

Dan sekarang, kau terbaring di tanah di tempat semacam ini. Itu karena kau ingin membuktikan kata-kata Ryouma Kurogane. Kau persis seperti yang Ayah katakan, kalau seseorang hidup sesuai dengan kemampuannya, hal semacam ini tidak akan terjadi. Kau juga menyeret tubuhmu yang diambang kematian ini, ke tempat di mana kau akan bertarung sampai mati. Ambisi di luar kemampuanmu hanya akan membawamu pada ketakbahagiaan. Setiap orang, memiliki peran yang sesuai dengan masing-masing. Bagi mereka yang meraih lebih banyak, hanya ada rasa sakit dan kesendirian. Jadi? Apa kau sudah merasa puas? Maka gunakan otakmu, dan rilekslah. Kata-kata orang yang sudah meninggal, tidak harus membebanimu selamanya. Kalau kau membiarkan diri tertidur di sini, semuanya akan beres. Kata-kata Ryouma Kurogane tidak akan menyiksamu lagi. Jadi-

Beristirahat sajalah.

Ya itu benar. Dia hanya harus beristirahat. Kalau dia terus seperti ini, hanya akan ada kekecewaan. Kalau dia menutup matanya, dia akan bahagia. Dia pasti akan bahagia. Dia mengetahui hal itu.

Dia mengetahui … hal… itu … tetapi-

“Ahhh AAAHHHHH AAAAAHHHHHHH!”

Sebuah raungan terbebas dari tenggorokannya yang serak, dan Ikki mengangkat tubuhnya dari aspal. Dan selangkah demi selangkah, dalam setiap langkah dia menguatkan langkahnya, dia terus melewati badai salju di lereng.

Berhentilah saja. Mengapa kau terus melukai dirimu sendiri?

Sebuah suara menanyakan pertanyaan itu. Siapa sebenarnya yang bicara, Ikki tidak tahu. Pikiran dan ingatannya sedang kacau.

Tapi ― sejak beberapa waktu yang lalu, sesuatu telah terus-menerus muncul dalam kesadarannya.

 

Api … membara.

Berayun tenang, menyebarkan percikan, rambut merah menyala seperti api.

Rambut siapa itu? Punggung siapa itu? Saat ini, Ikki bahkan tidak bisa mengingatnya.

Namun ― setiap kali dia melihat citra itu sekilas, hatinya mencelos. Meskipun dia tidak tahu siapa itu, hanya dari rambutnya yang berayun, hawa panas dari tubuhnya yang beku seketika membara, dan tubuhnya yang telah menghabiskan semua energinya menjadi terstimulasi.

Berstirahatlah saja. Seseorang yang tidak berdaya sepertimu hanya akan dibantai oleh Raikiri. Apa yang dapat kau lakukan kalau kau sampai disana sana? Apa yang dapat kau lakukan dengan kondisimu sekarang?

Dia tidak tahu soal itu. Pertama-tama, Ikki tidak tahu apa yang sebenarnya akan dilakukannya di sana, atau ke mana dia pergi.

Namun-

Aah, tapi-

Ada rasa panas yang membakar dadanya. Merasakan rasa panas itu, Ikki hanya mengingat satu hal.

Aku sudah membuat janji.

Jadi … ayo … kesatria … tingg ….

Meskipun dia tidak begitu mengingat isinya, itu adalah janji yang berharga, yang dibuat untuk orang yang berharga.

Bukan itu saja. Dia juga mendengar sebuah suara. Apa yang dikatakan suara itu, Ikki tidak tahu. Namun suara yang familiar itu seperti dukungan yang memotivasinya untuk terus bergerak maju.

Jadi ― aku harus ….

Itulah jawaban Ikki. Terhadap jawaban itu, suara yang telah mengejeknya mendengus.

Begitukah? Sampai akhir, kau akan melanjutkan rasa sakitmu, aku mengerti.. 

Wajah suara itu, menyeringai.

Namun ― itu sia-sia.

Pada saat itu-

Ah….

Pada saat dia tepat mencapai gerbang utama Akademi Hagun, lutut Ikki terjatuh, dan tubuhnya terjerembap. Apa pun yang telah mendorong Ikki, tubuhnya telah mencapai batasnya. Dia tidak bisa maju lebih jauh dari itu. Dia tidak bisa berdiri lagi. Ini adalah batas seseorang bernama Ikki Kurogane.

Kau sudah tamat, tahu.

Tubuh Ikki akan jatuh seperti boneka marionette yang talinya diputus, dan tubuh itu akan terbaring di tanah. Di tanah dimana dia tidak akan bangkit lagi untuk yang kedua kalinya.

—Itulah yang akan terjadi.

Namun, saat ini dia terjatuh.

Dengan * gedebuk *.

Kedua lengan yang penuh kehangatan dan juga lembut menangkap tubuhnya yang jatuh. Dengan kedua tangan yang kuat itu, suara lembut yang gemetar mengatakan sesuatu.

“… Selamat datang kembali, Onii-sama.”

Suara seperti bel yang manis itu membangkitkan ingatan seseorang dari ingatannya yang perlahan runtuh. Ingatan tentang adik perempuan Ikki yang sangat  disayanginya. Namanya adalah—

“Shizu … ku ….”

 

Bagian 8

Shizuku, yang telah menangkap tubuh Ikki yang roboh di lengannya, berbicara kepadanya dengan suara serak.

“… Semalam, aku mendengar apa yang Touka-san katakan, dan kata-katanya terngiang-ngiang di dalam kepalaku sepanjang waktu.”

Apakah dia harus menghentikan kakaknya, atau tidak.

Dengan mengutarakan perasaannya yang jujur, Shizuku pikir dia ingin menghentikan kakaknnya. Sudah cukup. Kakaknya sudah bertarung lebih dari cukup. Dia tidak ingin saudaranya terluka lagi. Shizuku tidak mau kakaknya mengalami pengalaman pahit seperti itu lagi. Berhentilah berjuang menjadi ksatria, dan kembalilah ke rumah Kurogane bersamanya. Bagi kakaknya, tempat itu mungkin adalah penjara. Namun dia akan ada di sana untuk kakaknya. Dia sendiri bisa memberikan cinta kepada kakaknya sebagai seorang ibu, seorang adik, seorang teman, seorang kekasih. Dia bisa memberikan kakaknya apa pun yang diinginkannya. Karena itulah … dia harus membiarkan kakaknya beristirahat.

 

“… Tapi meskipun aku berpikir begitu, aku hanya bisa membiarkan Onii-sama. Karena ketika Onii-sama berada di sekolah ini, dia tertawa lepas seolah dia benar-benar bahagia.”

Masa-masa dia di rumah keluarga mereka sangat tidak terbayangkan. Ya, dia tersenyum pada Shizuku yang muda dan belum dewasa, tetapi dia sendiri tidak pernah tersenyum, tidak sekali pun, untuk dirinya sendiri. Wajah bahagia yang dimiliki kakaknya sedikit demi sedikit melebur ke dirinya. Merenggut kebahagiaan tersebut dari kakaknya, dia tidak mungkin bisa melakukan hal itu dengan alasan apa pun.

“Jadi aku akan bertaruh. Sekarang karena Onii-sama sudah datang ke sini atas kemauannya sendiri ― Aku akan mengirimnya ke medan pertarungan dengan sorakan paling meriah.”

Seiring dengan kata-kata Shizuku ― terdengar sebuah huru-hara.

“Itu benar, Senpai! Kalau itu dirimu, kamu pasti akan menang !!!”

“Pertandingan belum dimulai! Cepat !!!”

“Kurogane-kun! Kau tinggal sedikit lagi sampai ke arena! Ayo lakukan yang terbaik !!!”

“Ikki-kuuun! Berjuanglah – !!!”

“Tinggal satu dorongan lagi! Tunjukkan pada kami kemampuanmu – !!!”

Ini adalah kerumunan yang Shizuku kumpulkan dalam rangka mengiringi kakaknya. Teman, teman-teman sekelas, murid, mantan lawan— ada banyak sekali siswa-siswi yang telah menunggu kedatangan Ikki di gerbang utama. Dan bagi Ikki yang menunjukkan wajah terperanjat, Shizuku berbicara.

“Onii-sama. Di dalam kerumunan ini, tidak akan ada yang menanyaimu apa-apa. Karena bagi kita semua, kita dapat dengan mudah membayangkan apa yang terjadi padamu sampai seperti ini. Tapi tolong jangan lupa. Onii-sama, kau sama sekali … tidak sendirian, kau memang sendirian pada awalnya. Pada waktu itu, waktu yang mungkin sudah sangat, sangat lama. Tapi sekarang, semua orang disiini mendukungmu. Bahkan Stella-san dan Alice yang tidak bisa berada di sini karena pertandingan mereka, mereka mendoakan kemenanganmu. Kamu, The Worst One, adalah pahlawan kita semua. “

Jadi-

“Tolong bertarunglah. Dan menanglah!”

 

Bagian 9

Sorakan dari Shizuku dan yang lainnya. Mereka … tentunya membangkitkan kesadaran Ikki. Ikki yang penglihatannya masih kabur dapat memastikan hal tersebut.

“Tolong bertarunglah. Dan menanglah!”

Adiknya yang berambut perak berada di sana.

“Senpai, aku akan menempatkan satu judul tentangmu di mading berikutnya, jadi kamu benar-benar tidak boleh kalah! Tolonglah!”

Teman sekelasnya yang cantik dengan kacamata juga berada di sana.

“Kurogane-kun. Ini adalah saat yang kritis, kamu tahu!”

Seorang mantan muridnya yang tinggi dan cantik juga berada di sana.

“Sensei percaya padamu. Kamu bukanlah laki-laki yang akan kalah di tempat seperti ini.”

“Ketua OSIS memang sangat kuat, tapi kau menang melawanku, jadi tunjukkan kekuatanmu!”

“Ya, seperti yang dikatakannya.”

“Ikki-kun! Kami benar-benar yakin kalau kau akan menang!”

Murid-murid lain yang diajarinya keterampilan berpedang, juga para kakak kelas yang selalu membantunya. Teman sekelasnya. Guru yang telah mengizinkannya masuk akademi. Lawan layak yang telah dibabatnya untuk Festival Seven Stars Sword-Art―

Banyak orang memanggil-manggil nama Ikki. Dari situ, satu keyakinan muncul di dalam diri Ikki.

Ahh, akhirnya aku mengerti.

Hal yang telah mendorongnya melampaui batasnya, adalah hal ini. suara mereka, dan juga harapan mereka.

Orang yang memedulikannya. Orang yang mengaguminya. Dan ― orang-orang yang telah direnggut mimpinya. Orang-orang yang berkumpul di sini sekarang, masing-masing dari mereka mempercayakan suatu harapan kepada Ikki. Itulah sebabnya mereka memanggil nama Ikki. Dan suara-suara itu, harapan-harapan itu, adalah yang memotivasinya.

Karena pada saat Utakata berkata padanya bahwa Di antara kalian berdua, beban yang kalian tanggung berbedaIkki mengira tidak ada yang membebaninya, tetapi itu adalah sebuah kesalahan. Dia sendiri telah melampaui batasnya, dan Ikki nyaris tidak menyadari keberadaannya sendiri. Hal-hal yang membebaninya sekarang, adalah harapan yang dipercayakan kepadanya.

Pada akhirnya, aku menjadi orang seperti itu…

Saat dia mendapatkan keyakinan itu, Ikki merasakan api berkobar di dalam hatinya. Darah yang mengalir di dalam tubuhnya memanas, dan kekuatannya pun kembali. Pikirannya yang runtuh, ingatan,semua itu kembali seperti semula, dan kesadarannya menjernih.

― Dia akan bertarung. Tentu saja dia mau. Apabila harapan dipercayakan kepadanya, dia tidak akan pernah bisa menyerah atas kemauannya sendiri.

Dan lebih dari apapun, dia memiliki sesuatu bersama dengan gadis berambut merah seperti api itu yang tidak ada di sini—janjinya dengan Stella.

Jadi mari kita pergi bersama, kita berdua, sejauh yang bisa dicapai para ksatria.

Saat ini, dia bisa mengingat dengan jelas. Sumpah berharga itu. Untuk memenuhinya, dia tidak bisa membiarkan semuanya berakhir di sini!

“… Terima kasih, Shizuku. Kusakabe-san. Ayatsuji-san. Tomaru-san. Saijou-san. Oreki-sensei. Dan kalian semua di sini.”

—Saat ini, keraguannya telah sirna.

Memberikan ucapan terima kasihnya, Ikki berpisah dari Shizuku dan berjalan dengan kakinya sendiri. Dengan kepala terangkat tinggi, dengan kekuatan yang dibawanya dari semua orang-orang itu, ke tempat pertarungan yang menentukan.

Hatinya tidak lagi gelisah.

Seseorang yang tidak berdaya sepertimu hanya akan dilumat oleh Raikiri itu.

Kata-kata yang berasal dari dalam diri Ikki yang lemah telah berbicara. Untuk itu, dia bisa menjawab dengan jelas sekarang.

-Dilumat?

Mereka menanggung beban yang sama, dan mereka adalah ksatria dengan status yang sama. Ikki tidak tahu apakah dia bisa menang. Sebenarnya, Raikiri adalah musuh yang tangguh. Apakah dia adalah lawan yang bisa dikalahkan Ikki dengan kondisi fisik seperti ini?

Semakin dia memikirkannya, semakin dia membebani pikirannya. Namun dia akan melakukan satu-satunya hal yang dia bisa. Karena demi semua orang yang memberinya kekuatan sehingga dia dapat maju selangkah demi selangkah, dia berkewajiban untuk melakukan hal tersebu.

“Baiklah, aku pergi—”

Pada saat itu-

“Ikki !!!”

Sebuah suara yang lantang bergema di udara musim panas. Sangat, sangat lantang, dan indah―suara yang lebih indah daripada nada musik apa pun.

 

Bagian 10

“Stella!”

“Syukurlah … aku tiba di sini tepat waktu …!”

Selagi menangis dan bergegas menghadap Ikki, gadis berambut semerah api itu terbatuk-batuk. Pada saat itu, Shizuku mengangkat suaranya karena keterjutannya dari belakang Ikki.

“Apa-S-Stella-san! Bukankah kamu seharusnya berada di tengah-tengah pertandingan sekarang …!”

Ya, itulah alasan keterkejutan Shizuku. Stella juga kandidat sebagai perwakilan di Festival Seven Stars Sword-Art yang belum terkalahkan sampai pertandingan terakhirnya. Dia seperti Arisuin yang tidak datang ke tempat ini, seseorang yang pastinya sedang bertarung pada saat ini. Namun terlepas dari hal itu, apa yang dilakukannya di sini?

Stella tidak menanggapi dengan jawaban.

Sebaliknya, dia menunjukkannya dengan tindakan.


Dia mengambil sesuatu dan memamerkannya di mata Ikki, dan mengatakan ini.

“Ikki, seperti yang kujanjikan, aku sekarang perwakilan Festival Seven Stars Sword-Art!”

Hal yang dibawa Stella. Itu adalah medali yang membuktikan bahwa dia sekarang adalah perwakilan Akademi Hagun.

Itu benar, dia sudah menyelesaikan pertandingannya. Dengan rekor tercepat pertarungan seleksi, KO tiga detik setelah awal pertandingan, melawan lawannya yang juga belum terkalahkan. Semua itu … demi saat ini.

Stella selalu memikirkan hal ini. Apa yang harus dilakukannya. Demi Ikki yang bertarung sendirian, apa yang bisa ia lakukan. Dan jawaban yang didapatkannya adalah untuk melindungi sumpah yang mereka buat. Melindunginya dan, menyambutnya. Hal itu pasti akan menjadi keberanian baginya. Begitu-

“Jadi Ikki, kamu juga menanglah! Dan mari kita pergi bersama! Sejauh yang bisa dicapai para ksatria!”

Mendengar kata-kata itu, Ikki merasakan sudut matanya memanas. Astaga, kekasihnya benar-benar… gadis yang luar biasa. Mendorongnya agar dia dapat mengeluarkan seluruh tenaganya, yang tidak hanya mengarahkannya jauh-jauh ke sini, tetapi juga memberinya keberanian yang luar biasa pada saat ini.

Aku jatuh cinta padanya. Itu adalah sesuatu yang kubanggakan.

Dalam hal ini, dia perlu membuktikan bahwa dirinya layak. Agar dapat bersaing dengan gadis yang kuat ini, dan merasa bangga pada dirinya sendiri.

―Untuk melakukan apa yang hanya bisa dia lakukan.

Semangat yang runtuh itu, dia telah menyebarkannya dari dalam dirinya hanya dengan beberapa kata. Karenanya dia mengubah kata-kata yang ditinggalkannya dengan orang-orang di sekitarnya.

Kata-katanya bukanlah “aku pergi”.

Melainkan “Aku akan menang!”

 

Bagian 11

“Oke, aku mengerti. Terima kasih telah memberi tahuku.”

Sebagai ucapan terima kasih, Utakata menurunkan datapad siswa dari telinganya. Dan dia melapor kepada Touka yang sedang menunggu kursi di ruang tunggu dengan mata tertutup dan berkonsentrasi penuh.

“Pesan dari Renren.… Kouhai-kun sudah datang.”

“…Begitu.”

Touka membalas singkat, dan menundukkan kepalanya. Karena jambulnya yang menggantung menyembunyikan matanya, Utakata tidak bisa membaca perasaannya. Ikki datang ke tempat ini. Mengenai hal ini, bahkan kalau Touka menghindarinya, apa yang dia—

“…Ha ha.”

Untuk sesaat, Utakata merasakan seluruh rambut tubuhnya berdiri tegak. Karena bibir Touka telah berputar dalam sukacita. Dengan suara berderak, kegembiraan Touka telah menggetarkan suasana, menghasilkan kilat. Saat melihat itu, Utakata menelan ludah.

… Saklarnya telah ditekan.

Dia belum pernah melihat Touka seperti ini sejak pertarungan dengan Moroboshi di Festival Seven Stars Sword-Art tahun lalu.

Ya, mendesak Ikki untuk tidak bertarung adalah cara Touka mengasihani adik kelasnya. Namun … di dunia pertarungan ini, seseorang tidak bisa mencapai posisi empat terbaik di seluruh negeri dengan belas kasihan saja. Kebrutalan dan keganasan yang menenggelamkan musuh dalam lautan darah. Itu juga salah satu sisi gadis ini.

Namun, itu adalah sisi yang biasanya jarang ditunjukannya—

Namun sayang, Ikki telah membuat Touka serius. Kebesaran hati anak laki-laki bernama Ikki Kurogane, telah membuat Touka mengakuinya sebagai musuh yang tangguh. Touka kemungkinan besar tidak akan membuat ini mudah untuk dirinya. Dia pasti akan menyerbu The Worst One yang sudah setengah sekarat. Ikki sudah tidak memiliki peluang menang dengan perbandingan satu banding sepuluh.

Kontestan Touka Toudou. Pertandingan akan segera dimulai, jadi silakan menuju pintu masuk.

“… Yah, aku pergi, Uta-kun.”

Perlahan bangkit dari kursi, Touka melewati pintu yang terhubung ke gerbang masuk. Utakata, yang melihat punggung Touka tampak bersemangat, merasa bersimpati kepada lawannya yang sudah berada di ambang kematian.

Ini menyedihkan, tetapi anggaplah kau mengalami nasib yang buruk ― The Worst One.

 

Bagian 12

Baiklah ~ para hadirin. Kami sudah membuat kalian menunggu sejenak. Dan sekarang ― pertandingan terakhir Festival Seven Stars Sword-Art akan dimulai! Dari gerbang merah, dia adalah Raikiri, yang tak terkalahkan dalam sembilan belas pertandingan! Ketua OSIS kita yang telah menunjukkan kepada kita semua kekuatan luar biasa yang melibas semuanya. Dalam sejarah Hagun Academy, sebanyak apa kita bersorak atas penampilannya yang konsisten? Dia adalah kebanggaan Hagun! Adibintang kita! Agar sang bintang cantik ini dapat melanjutkan perjalanannya menuju Festival Seven Stars Sword-Art terakhirnya, dia datang ke medan perang ini! Ini adalah kontestan tahun ketiga Touka Toudou, sang Raikiri! Saat ini, dengan mengemban seluruh dukungan dari semua orang, dia berdiri di atas arena pertempuran!

Touka yang berdiri di atas ring. Dengan kepala tegak dan percaya diri, sosoknya yang menatap gerbang biru itu sangatlah prestisius.

“Konsentrasi yang luar biasa, ya? Bahkan dari sini, aku bisa merasakan tubuhku menegang.”

Bahkan kepada Stella yang menonton dari jauh, kekuatan tekad Touka dapat sepenuhnya dirasakan olehnya..

Namun, Shizuku yang telah menemui Raikiri sebelumnya tidak merasakan hal itu. Pada saat Touka muncul di atas arena, rasa takut menggerogoti seluruh tubuhnya. Rasa takut itu membuatnya ingin berpaling.

Namun ― Shizuku tidak berpaling. Selagi memeluk bahunya yang kedinginan, dia menahan keinginan untuk melarikan diri dan menatap ke lapangan.

“Shizuku, kau baik-baik saja?”

“… Sejujurnya, tidak, tapi karena Onii-sama akan bertarung, tidak mungkin aku akan meninggalkan tempat ini. Aku akan menonton pertandingan ini sampai akhir. Tidak peduli apa hasil akhirnya.”

Dan dari gerbang biru, seseorang yang juga belum terkalahkan dalam sembilan belas pertandingan. Namun sangat tak terduga baginya dapat menapaki jalan yang sama dengan Raikiri! Tanpa rekan, dan pengakuan dari siapa pun ― dia adalah serigala penyendiri yang tersisa di bumi. Namun … dia telah merangkak bangkit! Melawan The Crimson Princess! Melawan The Hunter! Melawan Runner’s High! Mengalahkan ksatria-kesatria terkenal Hagun satu per satu! Sekarang, tidak seorang pun di Hagun yang tidak mengetahui namanya! Sang Rank-F terkuat yang merupakan kebanggaan Hagun! Kontestan tahun pertama Ikki Kurogane, The Worst One! Memamerkan taringnya ke langit, sekarang dia berada di tahap pertempuran ini untuk melahap bintang!

Dan setelah itu, Ikki dapat terlihat di gerbang biru. Menghadapi medan perang dengan langkah kokoh dengan, punggungnya yang tegak saat dia menghadapi Touka.

Namun-

“Ap, apa itu? … Bukankah suasana hatinya berbeda dari biasanya?”

“Y-Ya … meskipun wajahnya sama seperti biasanya.”

“Melihatnya seperti itu, aku mendapat firasat buruk ….”

Terhadap postur Ikki yang seharusnya sama seperti biasanya, para hadirin membuat kehebohan. Meskipun tidak ada kata-kata yang keluar, semua orang merasakan suatu sensasi terhadap cara berdirinya. Dan di antara mereka, ada orang yang pasti mengetahui apa itu.

“Oh ho? Jadi itu lawan Touka, ya? Begitu ya … dia kuat, kan?”

“Nangou-sensei, kamu bisa mengetahuinya?”

“Tentunya. Wajahnya benar-benar tegang. Anak muda itu, dia bertekad mati di sini, ya? Bahkan para penonton kewalahan terhadap tekadnya. Aku tidak tahu kalau ada seseorang seperti di antara keluarga Kurogane, tapi … ini kelihatannya akan menjadi pertandingan yang menarik.”

“Begitukah ~? Mungkin ini tidak terlihat di wajahnya, tapi dia benar-benar kelelahan. Kuu-chan, dengan kondisinya seperti itu, apakah ada kemungkinan baginya menang melawan Raikiri?”

“He he he. Ada atau tidak ada, dia tidak punya pilihan selain untuk menghadapinya. Apa pun alasannya, ini adalah duel.”

Mengabaikan interupsi Akaza di sampingnya, Kurono menutupi wajahnya dan menjawab.

“… Jujur, situasinya sangat buruk. Dia mungkin dapat mengayunkan pedang dengan benar sekali atau dua kali. … Tapi itu sebabnya Kurogane akan bergerak dengan perlahan. Karena dia mungkin sudah tahu arah penghabisan Raikiri.”

“Hmm? Bahkan arah penghabisan Raikiri?”

Dia berpikir akan mengabaikannya lagi, tetapi pria berminyak itu memberikan pertanyaan yang menarik perhatiannya. Karena dia mengira begitu, Kurono menjelaskannya kepada Akaza yang berdiri di seberang jalan.

“… Raikiri adalah tarikan pedang yang cepat. Pada dasarnya, itu adalah teknik yang tidak bisa menyerang apabila pedangnya tidak dikembalikan ke dalam sarungnya. Dengan menggerakkannya keluar-masuk secara berulang, dia membuat Raikiri Toudou maupun Noble Art lainnya tidak berguna, dan apabila dia menghunus pedangnya, maka setidaknya pada saat itu Raikiri tidak bisa dilancarkan. Peluang menang Kurogane akan bergantung pada saat itu …. Namun, untuk menciptakan kesempatan itu, dia harus mengendalikan jalannya pertandingan dengan tubuhnya babak belur itu. “

Itu adalah pertarungan yang tidak menguntungkan. Namun di sisi lain, kalau dia mengejar kemenangan dengan terburu-buru, kesempatannya berhasil adalah nol. Lawannya adalah Raikiri, yang menyatakan dirinya tak terkalahkan dalam jarak dekat. Apabila dia menyerbu langsung, dia akan menjadi mangsa kartu trufnya tanpa ragu. Karena Ittou Shura Ikki, meskipun membuatnya mendapatkan penguatan tubuh selama bertahun-tahun, masih belum cukup untuk merintis Raikiri. Karena alasan itu, pertarungan seharusnya berjalan lambat. Itulah yang Saikyou pikirkan,

Namun ― ada satu ksatria yang memiliki visi berbeda.

“Ho ho, aku mengerti. Kurono-kun, kau memprediksi pertandingan ini akan berjalan lambat, ya?”

Itu Nangou. Matanya yang setajam elang berpendar, dan dia berbicara.

“Kuprediksi pertandingan ini ― akan diputuskan berdasarkan satu serangan.”

Di tribun luar, terdengar hiruk-pikuk karena dua sosok di atas arena. Dalam kemelut itu, Touka memberikan beberapa patah kata saat dia menghadapi Ikki.

“Kurogane-kun. Aku harus minta maaf padamu.”

“…Minta maaf?”

“Aku berpikir selama ini bahwa kau tidak seharusnya datang ke tempat ini hari ini. Dengan berpikiran begitu, aku memohon kepada adikmu untuk membujukmu jangan kemari. Tapi … meskipun aku melakukan hal munafik seperti itu, gadis seperti aku ini … melihatmu dengan mata kepalaku sekarang, aku hanya dapat menantikan pertarungan ini …! “

Ikki terdiam.

“Kurogane-kun, aku tahu kalau kau terluka parah sekarang. Aku juga bisa melihat betapa lelahnya dirimu. Tapi tetap saja, aku tidak bisa menahan semangatku. Karena sejak pertama kalinya bertemu denganmu, aku selalu berpikir bahwa ― Aku ingin bertarung melawanm! “

Dengan pengungkapannya, senyum merekah di wajahnya, dan dia mengambil sikap. Kilatan petir melintas di udara, dan kilat juga itu membungkus tangan Touka kemuidan memujudkan Narukami. Wajahnya seolah mengatakan kalau dia sudah tidak sabar menunggu pertandingan dimulai..

Menghadapi sikapnya, Ikki Kurogane juga—

“—Soal itu, aku juga sama.”

Selagi mengumumkan hal itu, dia memanggil pedang hitam Jepang kesayangannya di tangan kanannya. Memang. Dia juga memikirkan hal itu sepanjang waktu. Raikiri dan dirinys. Siapakah yang lebih kuat di antara mereka? Dia memikirkan kalau dia mungkin akan bertarung dengan orang ini. Terkadang dia mengkhawatirkan hal tersebut. Namun sekarang, dia tidak merasakan keraguan sedikitpun.

“Berdiri sebagai seorang ksatria di tempat ini, baik kau, atau aku, atau orang-orang yang mendukung kita aku menjanjikan ini padamu.”

Mengatakan itu, Ikki mengangkat pedang yang dia pegang di satu tangan, dan mengacungkannya ke Touka.

“Dengan kelemahan terkuatku, aku akan mematahkan kemenangan beruntunmu …!”

Dia bersumpah bahwa dia benar-benar akan menang. Tentu saja, karena itulah dia datang ke sini.

Dua rival besar telah bertukar kata-kata, dan mengeluarkan Device mereka di tangan mereka. Gadis yang berjalan menuju puncak, dan anak laki-laki yang merangkak naik dari. Siapakah yang lebih kuat? Dengan posisi sebagai perwakilan Seven Stars Sword-Art yang dipertaruhkan, pertarungan terakhir dimulai! Semuanya, tolong dukung mereka! MARI KITA MULAI !!!

 

Bagian 13

Momen saat sinyal dibunyikan. Semua orang di sana melihat sesuatu yang tidak bisa mereka percayai. Pada saat yang sama bel berbunyi di awal pertandingan, Ikki mengeluarkan cahaya biru dari tubuhnya, dan berlari mendatangi Touka.

A-A-A-Apa yang terjadi !? Kontestan Kurogane tiba-tiba menggunakan kartu asnya, Ittou Shura!

Komentator memastikan hal itu. Ikki telah mengaktifkan Ittou Shura di awal pertandingan, yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.

Itu wajar. Teknik ini memiliki batas waktu satu menit. Teknik ini bisa dihindari hanya dengan melarikan diri. Karena alasan itu, Ikki tidak pernah menggunakannya tanpa terlebih dahulu memahami secara mendalam ruang lingkup kekuatan lawan-lawannya.

Namun sekarang, Ikki telah membuang sikap itu. Dia tidak memiliki stamina untuk menguras tenaga lawannya sedikit demi sedikit. Apakah dia terlalu terburu-buru untuk membuat keputusan karena rasa lelahnya itu?

Bagaimanapun―

Keputusan itu gegabah, Kurogane …!

Kurono menggertakkan giginya saat melihat di depan matanya. Ini adalah pilihan yang terlalu bodoh. Sementara tubuhnya memiliki stamina, pertandingan masih tidak dapat ditentukan. Sejumlah kemungkinan dapat diperhitungkan. Apabila semuanya menjadi menguntungkan, taktik seperti itu mungkin bagus, tapi ….

Apakah kamu mengerti? Lawanmu adalah Raikiri!

Seorang anggota empat terbaik negara ini. Mustahil untuk mengalahkannya dengan serangan putus asa. Apakah dia akan ditebas oleh Raikiri, atau akankah Raikiri melarikan diri dengan kecepatan kilatnya? Apa pun itu, dia tidak bisa memprediksikan Ikki menang dengan pilihan ini. Pada kenyataan itu, baik Kurono dan Saikyou yang menonton di pertandingan pada saat yang sama berekspresi suram. Dan siswa yang berpengaruh seperti Shizuku dan Arisuin juga berpikiran sama. Dia terlalu sembrono. Ekspresi mereka berubah prihatin. Namun di antara mereka …The Crimson Princess, Stella Vermillion―

“Astaga. Bahkan dengan hidupmu sebagai seorang ksatria diambang kematian, kamu adalah orang yang mustahil, kan Ikki?”

Dan dia tersenyum sedikit.

Dia mengerti.

Mengapa Ikki memilih melakukan ini? Raikiri akan menyabetnya dengan hunusan pedangnya. Kalau begitu, dia harus menyerang selama dia masih menghunus. Hanya pada saat itulah Raikiri dapat membunuh.

Bahkan aku tahu itu, jadi Ikki pasti menyadarinya.

Namun Ikki tidak memilih itu. Kenapa? Karena dia menilai staminanya tidak akan mencukupi taktiknya itu?

Bukan. Alasannya bukan karena hal sepintar itu.

Stella mengerti itu, dan dia benar. Ikki―

Aku telah memutuskannya selama ini …!

Sejak dia bertemu Touka. Dia telah menyusun strateginya. Tentunya, itu melibatkan hunusan pedang elektromagnetik, Raikiri, yang adalah teknik khas Touka sebagai seorang ksatria. Dan ketika melawannya, bagaimana dia bisa menang tanpa terkena teknik tersebut?

Sebenarnya, tubuhnya berada pada batasnya. Meskipun dia memiliki kekuatan sihir yang tersisa sehingga dapat melakukan penguatan tubuh dengan Ittou Shura, dia tidak bisa menghabiskan staminanya lagi. Mengayunkan pedangnya dengan benar, mungkin hanya dapat dilakukannya paling banyak sekali.

Tapi itu tidak masalah. Ini sudah cukup. Apabila dia menyerbu dengan sekuat tenaga, satu tebasan saja sudah cukup. Dia tidak akan melakukan gerakan tipuan. Dia tidak akan menyia-nyiakan staminanya. Berlari maju dalam garis lurus pada jarak terpendek, dia akan membenamkan semua yang dimilikinya sekarang ke dalam pedangnya dan mengirimkannya! Dan dia akan mengalahkannya. Raikiri yang dibanggakan Touka Toudou!

Dan untuk Touka, yang naik di atas tempat ini, kebaikan hati yang bisa dia tunjukkan adalah—

Ini adalah tantangan pribadiku– !!! “

Apa pun kondisinya, ini akan menjadi pertandingan tanpa ada penyesalan. Dia tidak akan mengecewakan lawannya. Dengan semangat itu di dalam hatinya, Ikki berlari ke depan dengan angin yang berputar-putar di sekelilingnya.

Melihat itu— Touka Toudou merasakan perasaannya.

Dengan kelemahan terbesarku, aku akan mematahkan kemenangan beruntunmu!

Kata-kata yang dia ucapkan sebelum pertandingan, itu benar-benar serius.

Dia tidak membutuhkan Reverse Sight untuk membaca sinyal tubuhnya. Jiwa yang mendekat memberitahunya dengan fasih. Ikki Kurogane akan membuat satu tebasan di pertandingan ini, untuk menentukan akhir. Tujuannya adalah untuk mencegah Raikiri dilancarkan.

Kalau begitu, pertandingan ini sederhana.

Dia akan berpura-pura menggunakan Raikiri, lalu mundur jauh ke belakang, dan membuatnya menghabiskan seluruh kekuatannya. Dan apabila dia memancing Ikki yang kelelahan ke luar jangkauannya, dia tidak akan bisa melakukan apa pun. Pertandingan ini akan berakhir dengan kemenangannya – hal semacam itu ….

Jangan bercanda!

Touka bahkan tidak mempertimbangkan rencana itu. Raikiri, yang belum terkalahkan dalam jarak dekat sekalipun, mendominasi wilayah ini. Dan apabila seorang musuh menyerbu, apakah tuannya akan melarikan diri dari wilayah kekuasaannya? Jarak dekat adalah jarak terkuat Touka. Kalau dia melarikan diri, dari mana dia akan melawan? Terlebih lagi lebih dari apa pun ― menghadapi seseorang yang mendorong tubuhnya yang terluka parah namun masih menggunakan seluruh kekuatannya, apabila dia melepaskan teknik tak terkalahkannya dalam menghadapi tantangan ksatria yang gagah, bagaimana dia bisa membanggakan kemenangan seperti itu !?

Ahh, benar juga.

Aku tidak ingin menjadi yang terkuat di Akademi Hagun! Aku akan mengalahkan ksatria yang gagah ini, dan kemudian menjadi Raja Seven Stars Sword!

Kalau begitu.

Aku akan meladenimu! Dengan Raikiriku yang tak terkalahkan – !!!

Dia melebarkan sikapnya, dan mengirim kilat ke sarung yang melindungi Narukami. Dia menyiapkan kartu trufnya yang menamatkan semua lawannya. Sikapnya yang menghusu pedang itu, Touka menghadapi Ikki yang sedang mendekat dengan angin melingkar di sekelilingnya. Dia sama dengan lawannya, akan mempertaruhkan segalanya dalam satu tebasan!

Saling timbal balik, mendorong diri mereka sendiri, bertarung dengan adil dan jujur. Ini adalah jalan yang tepat bagi para kesatria!

Dan ― sekarang, dua ksatria saling berhadapan di jalan itu.

Ikki telah mengeluarkan teknik ketujuh pribadi tercepatnya. Teknik pedang rahasia ketujuh, Raikou. Dengan kecepatan yang gila, pedangnya menjadi tidak terlihat. Kecepatan itu, seperti kilat yang menyambar ke bumi dalam sekejap mata.

Namun meski begitu, nama teknik yang Raikou temui secara kebetulan adalah Raikiri. Sebuah hunusan pedangyang bahkan membelah kilat.

Kecepatan kedua belah pihak adalah kecepatan manusia super tiada tara. Karena itu, keputusan yang mana yang lebih unggul diserahkan kepada harapan yang ditanggung oleh masing-masing pedang. Doa orang lain demi kemenangan mereka dengan sepenuh hati. Dan harapan diri mereka sendiri, yang berkeinginan menang melawan musuh di depan mata mereka. Semua itu dipercayakan kepada pedang mereka.

“AHHHHHHH !!!”

“YAHHHHHHH !!!”

 

Kedua ksatria itu mendatangi satu sama lain! Kilatan petir menghadapi serangan yang dilepaskan oleh baja. Serangan bersama yang melintasi jarak terpendek ―tetapi Raikiri hanya sedikit lebih cepat!

-Tidak bagus!

Ikki tahu ini.

―Ini tidak cukup!

Di depan matanya yang sudah tidak bisa melihat warna, sebuah pedang plasma bersinar mendekat. Terhadap kecepatan itu dan kekuatannya―

 Dia tidak bisa mencapainya!

Dia akan dikalahkan. Raikiri yang semakin mendekat tidak menunjukkan keraguan ataupun belas kasihan. Ayunan yang akan membunuhnya seketika. Sungguh sebuah teknik berpedang yang sangat indah.

Touka Toudou, Raikiri … gadis ini benar-benar kuat!

―Memangnya kenapa !?

Dia sudah tahu itu. Kalau dia kuat, dan kalau dia lebih lemah daripada kebanyakan, semuanya. Namun, apakah Ikki mengalihkan pandangannya dari kenyataan itu?

Tidak!

Dia terus berjuang. Dia tidak mundur dari kenyataan pahit itu. Itulah sebabnya dia tahu. Karena Ikki seperti itu, dia tahu apa yang seharusnya dia lakukan sekarang.

Kalau dia lebih rendah, dia harus mengumpulkan kekuatannya. Kalau dia tidak sempurna, dia harus mendorong kekuatannya.

Satu menit terlalu lama. Saat ini, dia hanya butuh satu detik!

Jadi, dia akan mempertajam jiwanya.

Penglihatan, rasa, pendengaran, sentuhan, penciuman ― saat ini dia tidak membutuhkannya. Dalam sekejap ini, dia bahkan tidak perlu bernapas. Melepaskan semua indranya, dia memusatkan kekuatan yang tersisa.

Semua dagingnya. Semua otaknya. Semua darahnya. Semua selnya, semuanya.

Vitalitas pribadinya, stamina, kekuatan sihir, potensi, dia mengerahkan semua yang ia miliki—

―Dan untuk sesaat, dia melampaui batasnya !!!

Kilatan bertabrakan dengan baja. Udara yang bersamanya lenyap. Tabrakan itu menghasilkan kilat dan guntur yang bisa disaksikan ratusan mil jauhnya, membawa semua warna dan suara—

Dalam kesunyian panjang setelah itu, suara melengking dari baja bergema di tempat tersebut.

Dan kemudian … suara seseorang jatuh.

Para penonton yang telah menutup mata mereka pada cahaya yang menyilaukan itu dengan takut-takut membuka mata mereka lagi, dan melihat ke arah arena.

Yang rusak adalah ― Narukami.

Orang yang jatuh adalah Touka Toudou, Raikiri.

 

Bagian 14

A-pedangnya patah !!! B-Bagaimana bisa !? Dengan hanya satu persilangan pedang! Pada saat itu, Narukami Touka Toudou! Raikiri-nya! Telah hancur !!! Kontestan Toudou telah jatuh di atas ring dan bahkan tidak bergerak! Sekarang, wasit sedang bergegas! Bisakah dia melanjutkan !? Kalau tidak-“

Para penonton menahan napas ketika mereka menyaksikan wasit mendekati Touka. Wasit yang mencondongkan badan memeriksanya untuk waktu yang singkat, dan tak lama, berdiri kembali dengan kedua tangan membuat salib.

Wasit memutuskan kalau dia tidak bisa melanjutkan! Pertandingan sudah berakhir! Akhir yang luar biasa dari pertandingan ini! Hasil akhir yang tak terduga! Hanya dengan satu tebasan, ksatria terkuat Hagun Academy telah jatuh! Yang masih berdiri di atas ring adalah kontestan tahun pertama, The Worst One, Ikki Kurogane !!!

Saat nama pemenang diumumkan, sorak-sorai merebak dan mengguncang aula. Para penonton mengangkat suara mereka dengan takjub.

Itu, tidak mungkin ….

D-Dia benar-benar menang! Dia benar-benar melakukannya! Melawan Raikiri!

Aku tidak percaya! Ketua OSIS dikalahkan dalam jarak dekat ….!

Ini pertama kalinya aku melihat Device yang patah …. Apakah ketua OSIS masih hidup?

Eeeeek! Ikki-kun, kamu yang terbaik―!

Aula itu berubah menjadi tempat yang penuh gelora. Di tengah-tengah sorakan yang tak henti-hentinya, Ikki menyeret tubuhnya dari arena. Melihat itu, Stella segera berlari. Tempat yang dia tuju adalah gerbang biru. Dia mungkin akan bertemu Ikki.

“Shizuku-chan, kamu tidak pergi?”

Kagami yang sedang menontonnya bersama gadis berambut perak tiba-tiba menanyakan hal itu. Namun Shizuku menggelengkan kepalanya terhadap pertanyaan itu.

“Mungkinkah, kamu menahan diri untuk Stella-chan? Tapi kurasa tidak apa-apa bagimu untuk pergi bersamanya hari ini.”

“Bukan… begitu ….”

“Shizuku-chan?”

Berdeham, Shizuku duduk di sana dengan nyaman. Melihat itu, Kagami juga menyadarinya. Bukannya Shizuku tidak akan pergi. Dia tidak bisa bergerak karena syok.

Kakak tersayangnya telah menyeret tubuhnya yang berada di ambang kematian untuk muncul dalam pertandingan ini. Lawan telah menyerang kakaknya dengan kekuatan penuh, dengan tidak menunjukkan keraguan maupun belas kasihan. Meskipun hasilnya adalah Ikki yang menang, ini benar-benar berbahaya. Kalau saja ada satu hal yang salah, kepala Ikki akan mengudara dalam sekejap. Ketegangan itu, dan perasaan lega, mereka mungkin telah menyedot semua tenaga dari Shizuku.

Sekarang juga-

“… Hebat … dia selamat …. Hebat!”

Dengan perasaan lega itu, Shizuku melorot ke kursinya, dan sekarang menderaikan air mata. Yah, itu bisa dimengerti. Karena Shizuku sudah merasa tegang sejak tadi malam.

Namun, berbicara tentang pertandingan yang penuh risiko ― kebenarannya berbeda.

“Apa kau melihatnya, Nene?”

“Tentu saja aku melihatnya. Astaga, benar-benar laki-laki yang luar biasa Kuro-bou itu.”

Kedua kesatria-penyihir yang melihat ke arena dari kursi atas. Mereka telah melihat apa yang telah terjadi dengan mata kepala sendiri.

Raikou dan Raikiri. Desing dua pedang baja yang bersilangan, dan saat itu terjadi.

—Ikki bahkan lebih bergerak lebih cepat.

“Ittou Shura, yang menghabiskan semuanya dalam satu menit, tidak dapat menang melawan Raikiri. Kurogane sendiri mengetahui hal itu. Jadi anak itu, dia menghabiskan semuanya dalam satu ayunan pedang, bukan satu menit! Dengan konsentrasi yang luar biasa, dia berkonsentrasi pada ‘ satu menit terkuat ‘, dan memperbesar kekuatan fisiknya, dan juga menambahkan kecepatan dan kekuatan ayunannya …! “

Dibandingkan membakar seluruh staminanya menggunakan Ittou Shura yang biasa untuk berlari ke depan, Ikki menghabiskan staminanya untuk berlari seratus meter pada langkah pertama. Itu sepenuhnya di luar batasan manusia. Itu adalah ranah yang melampaui semua batasan. Seorang… iblis yang melampaui kemanusiaan. Kau dapat menyebutnya begitu―

Ittou Rasetsu [3].

“Tapi itu hanya mekanisme biasa. Hasil akhir pertandingan diputuskan oleh sesuatu yang lain, kau tahu.”

“Nangou-sensei ….”

“Pak tua, apa yang kau katakan?”

“Raikiri yang Touka lancarkan itu. Itu adlaah tebasan yang tidak bertujuan untuk membunuh si pemuda Kurogane. Apa yang kulihat adalah penetrasi tanpa keraguan. Dan itu, tidak salah lagi, lebih cepat dari pedang pemuda itu. Namun… pemuda itu. Dalam rangka mengalahkan Touka yang jauh lebih kuat. …Mungkin, pemuda itu datang kesini untuk melakukan itu sejak waktu, waktu yang lama. Tanpa ragu, sambil terus memercayai potensinya dalam kondisi yang setengah sekarat. Terus melecut dirinya. Agar bergerak lebih cepat dari yang biasanya dicapai selama semenit. Lebih cepat dari dirnya dalam sedetik. Touka jelas lebih kuat darinya. Namun pemuda itu, dalam pertandingan ini, dia melampaui batasannya sendiri. …Semangatnya terus mengembangkan potensinya, yang mana itu menjadi penentu kemenangannya.”

Berkata begitu, Nangou mengencangkan kulitnya yang keriput di sekitar matanya yang sipit, dan berkata—

“… Anak itu mirip dia.”

Menatap ke depan dengan tatapan yang seperti melihat seorang kenalan lama, dia memperhatikan punggung Ikki yang sedang meninggalkan arena.

Namun, di sampingnya,

“M-Mustahil! Bagaimana bisa sesuatu yang begitu bodoh ini terjadi! Anak itu setengah sekarat! Hal seperti ini sampai terjadi, pasti sesuatu ada yang salah! Ahh, tentu saja, ada sesuatu yang tidak benar! Imi kesalahan! Siapa yang bisa menerima hasil akhir semacam ini !? “

Hanya Akaza yang tidak bisa menerima situasi di depan matanya, dan dia berlari sambil berteriak.

Di punggungnya berlari dengan suara berdebar, Saikyou bertanya.

“Kuu-chan. Apakah tidak apa-apa tidak mengejarnya? Itu tidak terlalu memuaskan.”

Itu tidak akan memuaskan. Kurono memiliki pendapat yang sama. Tapi….

“… Sejujurnya, aku berpikir untuk melakukan berbagai hal untuk membalasnya, tetapi melihat pertarungan Kurogane telah membuatku tampak konyol. Mungkin tidak apa-apa membiarkannya pergi. Bagaimanapun juga, pria itu tidak dapat melakukan apa pun sekarang. Kalau dia mencoba untuk melakukan apa saja, hal itu sudah terlambat, dia sudah tidak lagi memegang kendali, seorang juara di seluruh negeri, hubungan keluarga, serangan yang tidak manusiawi, duel yang absurd, Ikki Kurogane telah melibas semuanya dengan satu tebasan. “

Tidak ada seorangpun yang tersisa yang bisa menolak pernyataan itu. Dan situasi itu telah direkam oleh kamera berita. Pada saat itu Raikiri, di antara empat terbaik di seluruh negeri, dikalahkan oleh The Worst One.

“Jadi, tidak peduli seberapa besar keluarga Kurogane mencoba menganiaya Kurogane, itu sudah tidak relevan lagi. Masyarakat tidak bisa menghujatnya lagi. Karena dengan pertarungan ini, The Worst One― tidak, The Uncrowned Sword King, popularitasnya akan dikenal oleh seluruh dunia.”

 

Bagian 15

Suara sorak-sorai terdengar … jauh.

Seolah-olah suara tersebut hanya suara hujan di luar jendela. Ikki berpikir begitu. Kesadarannya benar-benar terpisah dari raganya. Kalau dia sedikit saja melepaskan fokusnya, dia akan segera pingsan.

Tidak, sudah tidak apa-apa untuk pingsan. Karena pertandingan telah diputuskan, dan Ikki telah menang. Namun meskipun begitu, Ikki berjalan maju.

―Ada di suatu tempat yang ingin ditujunya. Ada seseorang yang ingin dia temui.

Ada sesuatu yang ingin kusampaikan. …Saat ini.

Jadi dia berjalan. Dengan sorak-sorai di punggungnya, dia melewati gerbang biru.

“Ikki …!”

Orang yang ingin dia temui, datang untuk menemuinya juga.

…Syukurlah.

Karena jujur, berjalan ke kursi penonton akan merepotkan. Stella menyambut Ikki dengan tangan terentang.

Ikki jatuh ke dadanya. Stella memeluk Ikki ke dadanya yang menggairahkan, dan—

“Bagus sekali … Ikki …!”

Di wajahnya, air mata menetes.

“Apa kau… khawatir?”

“Aku! Tentu saja! Kamu dibawa pergi dan tidak kembali selama berminggu-minggu! Dan ketika kamu kembali, kamu kembali dengan kondisi setengah sekarat! Namun kamu melakukan sesuatu yang tidak masuk akal seperti menantang Raikiri berduel… kau ini sangat bodoh! Sangat! Sangat bodoh! ”

Ha ha … kasusku terungkap.

“Tapi … aku juga bodoh.”

Hmm?

“Karena Ikki, yang tidak mundur dari tantangan itu, adalah orang yang aku cintai.”

Mengatakan itu, Stella memeluk Ikki dengan kekuatan yang lebih besar. Dari pelukannya, Ikki bisa merasakan kehangatannya.

Ahh, rasa panas ini.

Rasa panas ini, memberinya kekuatan berkali-kali ke tubuhnya yang membeku. Saat itu, ketika dia jatuh di tengah badai salju, dia pikir dia sudah putus asa. Saat itu tidak sedikitpun tenaga tersisa di tubuhnya. Namun, rasa panas ini memberinya kekuatan untuk maju. Meskipun dia tidak bisa mengingat namanya, tubuhnya yang tidak berdaya masih dapat bangkit.

…Terima kasih.

Kalau Stella tidak ada di sana, tidak mungkin dia bisa sampai disini. Disisihkan oleh ayahnya sendiri, yang membuat tenggelam di dalam keputus-asaan, yang juga mungkin akan menjadikannya mati terkubur di bawah salju. Namun dengan adanya gadis ini disana … dia bisa bangkit. Kalau gadis ini ada di sana, dia bisa terus bertarung.

Jadi dia akan mengatakannya. Dia telah memutuskan. Saat pertarungan berakhir, seandainya dia menang, dia akan mengatakan ini kepada Stella.

“… Stella.”

Ikki menarik napas dalam-dalam, dan memeluk Stella dengan semua kekuatan yang tersisa.

“Aku ingin kita menjadi keluarga.”

Beberapa patah kata. Rasa kasih sayang yang dia rasakan, semuanya dimasukkan dalam kata-kata tersebut. Kata-kata tegas yang belum pernah diucapkannya sebelumnya. Kata-kata yang menyatakan hubungan di antara mereka sudah bukan sekedar kekasih.

Dalam sekejap, tubuh Stella yang memeluknya bergetar.

Namun itu hanya sekejap.

Segera, Stella memeluk tubuh Ikki lebih erat, dan berkata—

“Ya. Ikki, tolong jadikan aku pengantinmu.”

Dengan suara yang terdengar serak, tetapi dengan dipenuhi oleh kegembiraan, dia memberikan jawabannya. Saat dia mendengar kata-kata itu, hati Ikki diselumuti perasaan lega ― dan dia akhirnya melepaskan kesadarannya.

“Ikki …? Tidak, Ikki! Bertahanlah!”

Kehilangan tenaga, tubuh Ikki bersandar lemah padanya. Meskipun dia bernapas … napasnya sangat lemah. Dia bisa mengetahui kalau Ikki kondisinya kritis.

Dan selanjutnya Stella menyadarinya. Seluruh tubuh Ikki, di balik bajunya bersimbah darah. Tubuhnya telah diperkuat ratusan kali lipat. Sudah berada di luar jangkauan yang bisa ditahan oleh tubuh manusia.

Kalau aku tidak cepat-cepat membawanya ke rumah sakit ….

“Stooooop!”

Namun di depan Stella yang mencoba membawa Ikki ke rumah sakit, seorang lelaki seperti berdiri. Dengan mata merah dan keringat berminyak menetes ke seluruh wajahnya, itu adalah Mamoru Akaza.

Mata itu tidak memiliki kewarasan di dalamnya lagi. Dia telah gagal. Karena itu, ia harus bertanggung jawab atas kegagalannys. Kalau tidak, tidak mungkin dia akan dipromosikan. Jelas bahwa dia akan kehilangan bahkan posisinya saat ini.

Kecuali dia melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.

Ketidaksabarannya, melenyapkan semua perasaannya dari pria paruh baya ini. Akaza telah mengeluarkan Device kapak, dan mendekati Ikki yang tidak sadar.

“He he he! Tolong tunggu sebentar, Putri! Tolong serahkan anak itu kepadaku! Aku harus berduel dengannya sekarang ~! Sebenarnya, orang yang menjadi lawannya bukanlah Touka Toudou, tapi aku! Itu adalah janji antara laki-laki! Jadi berikan anak itu padaku segera ― huh? “

Pada saat itu, Stella menghilang dari hadapan Akaza. Tidak, tidak menghilang — bukan karena dia kehilangan pandangannya, tetapi Stella telah melangkah di sela-sela waktu kesadarannya.

Gerakan kaki seni bela diri kuno, Trackless Step. Untuk seseorang sekaliber Stella, selama dia memahami prinsipnya, itu bukanlah teknik yang sulit dilakukan. Stella membawa Ikki melewati Akaza tanpa dia sadari.

―Dan saat dia lewat, dia memberikan pukulan backhand yang membuat seluruh tubuhnya yang menyedihkan itu melayang.

“Buhyaaaaaaaaa !?”

Tubuh Akaza terlempar seperti ditabrak truk, dan menabrak gerbang biru, memental seperti bola karet yang akhirnya berguling ke ring.

Whoa! Pak tua itu benar-benar terbang!

Ada apa dengan pak tua itu? Kurasa aku pernah melihatnya sebelumnya.

Atau haruskah kukatakan, sepertinya punggungnya ditekuk dengan sudut yang aneh, kan?

Dan dia juga bergetar. Itu membuatku merasa tidak enak.

Apakah dia masih hidup?

Bagian luar menjadi sedikit berisik, tetapi Stella tidak peduli. Untuk segera memeriksakan Ikki ke dokter, dia menoleh ke rumah sakit. Wajah orang yang baru saja ia kirim terbang, sama sekali tidak terpikirkan di dalam benaknya.

 

Bagian 16

Satu jam setelah akhir pertandingan, kesadaran Touka, bersamaan dengan Device Narukami-nya yang  patah, pulih secara bertahap.

“Apa kau sudah bangun, Touka?”

“Bagaimana perasaanmu? Apa ada yang terasa sakit?”

Dia berbaring di tempat tidur. Utakata dan Kanata sedang merawatnya. Saat melihat ini, Touka tahu.

“Begitu … aku kalah, bukan?”

Ingatannya berhenti setelah menyerbu dengan Raikiri, jadi Touka tidak ingat saat dia dikalahkan. Namun dengan melihat ekspresi teman-temannya, hal itu tidak sulit ditebak.

“… Meskipun aku pikir Raikiri-ku tak terkalahkan, ya?”

“Nangou-sensei juga berkata begitu.”

“Guru berkata begitu? Dia tadi ada di sini?”

“Ya. Benar ‘kan, Kanata?”

“Ya. Karena pertandingan hari ini terbuka untuk umum. Sepertinya dia datang untuk menonton.”

“Dia sangat memujimu, kalau Raikiri-mu adalah yang paling indah sampai saat ini.”

..Apakah begitu?

“Bahkan guru sendiri menganggapnya, jadi itu tidak mungkin salah.”

Dia telah menggunakan semua kekuatannya. Dan tidak ada kesalahan bahwa dia telah melampaui Ikki Kurogane. Namun-

Pada saat itu, Kurogane-kun menjadi lebih cepat.

Dan dalam sekejap itu, dia telah melampaui batasnya sendiri. Dengan bayaran kemenangannya.

Dia juga mengejar tujuannya sendiri terus menerus, tetapi dibandingkan dengan Ikki, dia harus bersabar. The Worst One selalu, tidak hanya hari ini, mengalami pertarungan putus asa semacam ini. Dan pada setiap kesempatan, dia selalu mengembankan dirinya.

… Sungguh orang yang luar biasa.

Agar dirinya dikalahkan, hal itu mungkin tak terhindarkan.

Tapi ― itu hanya berlaku saat ini.

Di tangan Touka, ada respons yang memuaskan dari Raikiri yang patah. Dan respons itu mengajarkannya hal ini. Raikiri masih bisa menjadi lebih kuat. Apa yang menghambatnya bisa diatasi suatu saat nanti. Tidak, dia akan menunjukkan bahwa dia bisa mengatasinya. Sebelum pertarungan mereka berikutnya, tentu saja.

Dia akan mengejarnya. Dengan semua kekuatannya ― karena lain kali, dia akan menjadi penantang.

“… Baiklah, Touka.”

“Ya?”

Tiba-tiba, Utakata berbicara dengan ekspresi setengah sadar karena suatu alasan. Apa yang ada di pikirannya? Touka mendesaknya untuk berbicara.

“Haruskah kita menelpon semua orang di Rumah Wakaba?”

…Oh itu benar.

Sekarang saat dia memikirkannya, dia ingat mereka mengatakan mereka sudah membuat spanduk ucapan selamat. Dia harus memberi tahu mereka bahwa dia telah kalah. Kalau pertarungan seleksi berakhir seperti itu, dia harus pergi dan memberi tahu mereka.

Utakata mengatakan bahwa jika menyuruhnya mengatakan itu sendiri terlalu sulit, dia akan memberitahu mereka menggantikannya.

“Terima kasih sudah memikirkan perasaanku, tapi tidak apa-apa. Aku akan memberitahu mereka dengan benar.”

“Tidak apa-apa untuk tidak memaksakan dirimu sendiri, kau tahu?”

Tapi Touka dengan tenang menggelengkan kepalanya. Dia tidak memaksakan dirinya. Dia telah bertarung dengan Ikki dengan seluruh kekuatannya. Touka telah mengerahkan seluruh kemampuannya. Raikiri, bahkan yang seharusnya dapat mengalahkan Ikki, seharusnya merasa malu. Namun dia tidak perlu malu.

“Jadi, aku akan pulang dengan bangga.”

Dan dia akan memberi tahu mereka.

Bahwa dia telah bertarung dengan seorang ksatria yang luar biasa.