SISTER JOURNEY

(Author : Rafli Sydyq)


    Setelah beberapa hari tinggal bersama Ayah dan Ibu, aku memutuskan untuk kembali berpetualang sembari mencari keberadaan kakak.

“Kakak, aku rindu...”

Meskipun kami telah bertemu di dunia nyata, aku tetap ingin melihat wajahnya di dalam game.

Parasnya yang cantik rupawan, rambut crimsonnya yang berkibar dengan anggun karena ditiup angin, dan suaranya yang selembut sutra yang mampu menenangkan hatiku hanya dengan mendengarnya.

Sungguh, aku tidak bisa memaafkan laki-laki itu yang telah merebut kakak dariku dan bahkan telah menodainya.

Sembari menggerutu dalam hati, tanpa sadar aku sudah tiba di kota berikutnya.

Itu adalah sebuah kota perdagangan yang disebut Marland.

Kota ini merupakan salah satu tempat keluar masuknya barang-barang berharga seperti perhiasan, barang seni, bahkan perlengkapan Petualang yang mereka miliki terbilang yang paling lengkap di seluruh Kerajaan.

Hal itulah yang membuat banyak dari Petualang tingkat tinggi selalu datang kesini untuk mencari perlengkapan bagus dengan harga yang cukup bersahabat.

Sembari melihat sekeliling dengan santai, aku akhirnya melihat sebuah perlengkapan yang terpajang di etalase toko yang menarik perhatianku.

Itu adalah sebuah Light Armor yang dirancang untuk job seperti Assassins dan sejenisnya.

Model dari Armor tersebut meyerupai pakaian yang biasa digunakan oleh sekelompok Assassins dari sebuah game jadul yang dulu pernah dimainkan oleh Kakek dulu sekali.

Tanpa pikir panjang aku segera masuk kedalam toko dan menanyakan harga Armor tersebut. Tidak disangka harganya ternyata cukup murah.

Itu hanya berharga 1.000 R dan memiliki performa yang jauh lebih baik dari yang kupakai sekarang.

Aku segera menyerahkan satu keping emas kepada penjaga toko tersebut dan membawa Armor tersebut bersamaku.

Tidak jauh dari toko tersebut, aku segera menemukan sebuah toko senjata yang mendedikasikan dirinya untuk menjual berbagai macam belati.

Karena aku telah menerima uang jajan dari Ayah, aku tidak ragu untuk mampir ke toko tersebut dan membeli sepasang belati kembar dari toko tersebut.

Setelah itu, aku kembali berkeliling dan membeli berbagai macam keperluan dan tanpa aku sadari hari sudah menjelang malam dan aku memutuskan untuk segera mencari sebuah penginapan untuk bermalam.

...

    Hari sudah berganti dan saat ini aku sedang sarapan di sebuah restoran yang berada tepat di samping penginapan tempat aku bermalam.

Dan tentu saja, aku sudah melengkapi perlengkapan yang aku beli kemarin.

Untuk melihat peningkatan dari Armor tersebut, aku membuka layar status dan beginilah hasilnya.


Name    : Carissa Aradea                Age    : 17

Race    : Human (Female)                Job    : Rogue

MP    : 230 

STR    : 370 (860)

DEX    : 160 (370)

VIT    : 90 (150)

AGI    : 375 (560)

MND    : 150

Equipment :

(Weapon-Dagger) Dark Assassin Dagger

    ATK : 430 SPD : 200 Durability : 70

(Weapon-Dagger) Light Assassin Dagger

    ATK : 430 SWF : 200 Durability : 70

(Armor-Outwear) Black Assassin Outfit

    DEF : 120 SWF : 230 Durability : 90

    Special Ability : {Noise Reduction}

(Armor-Hood) Assassin Hood

    DEF : 30 SWF : 80 Durability : 70

    Special Ability : {Thin Presence}

(Armor-Glove) Assassin Glove

    SWF : 50 Durability : 50

(Armor-Boots) Dark Assassin Boots

    SPD : 170 Durability 60

    Special Ability : {Silent Steps}

Skill :

[Apprasial]   [Identify]  [Mana Manipulation]   [Mana Presence]   [Magic Knowledge]

[Danger Presence]   [Detection]   [Tracking]   [Acrobatics]   [Conceal]   [See-Throught]

[Weapon Mastery: Katar]   [Weapon Mastery: Dagger]   [Wind Magic]   [Dagger Skill]


Jujur, ini adalah sebuah peningkatan yang sangat signifikan bagiku.

Ditambah dengan skill bawaan dari Armor ini yang mampu memaksimalkan kemampuan bergerak dalam diam milikku adalah sebuah peningkatan yang sangat berharga.

Meskipun awalnya aku sempat menggunakan Katar, tapi entah mengapa aku merasa tidak cocok dengannya sehingga aku memilih untuk mengambil gaya Dual Dagger mulai dari sekarang.

“Maaf, pelanggan yang terhormat”

Disaat aku sedang memikirkan itu semua, tiba-tiba saja seorang pelayan restoran datang menghampiriku.

“Iya, ada apa yah?”

“Sekali lagi saya mohon maaf, tapi dikarenakan restoran sekarang sedang penuh membuat kami bertanya apakah anda bersedia untuk berbagi meja dengan pelanggan lain?”

Tepat dibelakang pelayan itu terdapat seorang laki-laki yang berusia sekitar 20 tahun dengan rambut coklat dan postur tubuh yang tegap. Aura disekitarnya sungguh berbeda dari orang kebanyakan sehingga aku yakin kalau dia bukan orang biasa.

Terlebih lagi, dengan menggunakan [Identify] aku mengetahui kalau dia merupakan seorang NPC. Jika saja orang yang ingin berbagi meja denganku adalah seorang Pemain aku sudah pasti akan menolaknya mentah-mentah.

Akan tetapi, dia adalah seorang NPC dan aku sangat yakin kalau dia bukanlah orang biasa. Kemungkinan besar aku bisa terkena masalah jika menolaknya.

Meski agak sedikit enggan, aku menerima tawarannya.

“Kurasa tidak ada masalah, aku sama sekali tidak keberatan untuk berbagi meja jika itu hanya satu orang saja”

Pelayan tadi segera membungkuk untuk mengucapkan “Terima kasih” dan segera menyiapkan bangku untuk membiarkan laki-laki itu duduk. Laki-laki itu lalu duduk tepat diseberangku.

“Maaf, mungkin akan sedikit canggung jika berbagi meja dengan seseorang yang tidak kau kenal. Maka dari itu, perkenalkan, namaku adalah Rey. Aku adalah seorang Petualang”

Rey? Jika melihat hasil dari [Identify] aku mengetahui kalau dia bernama Rery, jadi mengapa dia memperkenalkan dirinya sebagai Rey?

Yah, bila kau pikirkan sekali lagi Rery agak terdengar kurang jantan, sehingga kurasa wajar saja jika dia ingin dipanggil dengan nama yang sedikit lebih keren.

“Kalau begitu, perkenalkan, namaku adalah Carissa. Aku juga adalah seorang Petualang”

Setelah kami berdua saling memperkenalkan diri, kami melanjutkan mengobrol santai sambil menikmati sarapan pagi kami.

Dari percakapan kami, aku bisa mengetahui kalau dia adalah seorang Magic Swordman. Penjelasan singkatnya, Magic Swordman bisa dibilang merupakan seorang pendekar yang bisa bertarung menggunakan pedang dan sihir secara bersamaan. Dari percakapan kami aku juga mengetahui kalau dia sudah mencapai tingkat S. 

Tidak diragukan lagi kalau dia memang bukan orang biasa.

Dan tentu saja, aku juga mengatakan job apa yang aku milikki dan menceritakan alasan mengapa aku menajadi Petualang.

Disepanjang percakapan aku merasakan ada sesuatu yang aneh.

Bagaimana tidak, kami baru saja bertemu beberapa menit yang lalu tapi kami sudah bisa berbicara sensantai ini seolah kami adalah teman lama.

Tidak diragukan lagi orang ini memiliki kemampuan berbicara yang sangat mengerikan. Fakta kalau dia adalah seorang NPC membuatku tidak bisa lagi meremehkan siapapun yang kutemui baik itu Pemain ataupun NPC.

Tepat disaat kami sedang ditengah percakapan, tiba-tiba saja ada sekelompok Petualang yang memasuki restoran. Mereka adalah sekelompok lima orang yang salah satu dari mereka tampak berasal dari ras Elf.

Setelah berbicara sebentar dengan seorang pelayan yang berbeda dengan yang melayani kami sebelumnya, mereka segera dituntun menuju suatu tempat di dalam restoran.

Dari [Identify] singkat yang kulakukan, aku mengetahui kalau mereka semua merupakan Pemain. Kalau dilihat dari perlengkapan mereka, sudah dipastikan mereka adalah Pemain tingkat tinggi.

“Pelanggan? Bukankah restoran sedang penuh?”

“Mereka mungkin menyewa tempat VIP”

“Eh!? Memang ada tempat seperti itu?”

“Tentu saja, hanya saja harganya sangat mahal”

“Ohh... begitu... Lalu, kenapa kau juga tidak menyewa satu saja, lagipula bangsawan sepertimu pasti memiliki banyak uang bukan?”

Atas perkataanku, Rey menjadi terdiam. Dengan sebuah senyum tipis dia memandang kearahku dengan tatapan seolah tertarik.

“Bagaimana kau bisa sampai pada kesimpulan seperti itu?”

“Itu mudah, tidak peduli seberapa tinggi peringkatmu, tidak mungkin ada Petualang yang berbicara dengan nada sangat sopan dengan sangat alami. Juga, aura yang kau pancarkan jauh berbeda dengan semua Petualang yang pernah aku temui sebelumnya”

Rey hanya bisa tertawa kecil sambil mengucapkan sesuatu dengan sangat pelan sehingga tidak ada siapapun yang bisa mendengarnya. Hanya saja, aku bisa mendengarnya.

“Sungguh menarik”

Karena tidak ada hal lain lagi yang bisa dibicarakan, kami hanya kembali melahap hidangan yang disajikan pada kami hingga masing-masing piring kami bersih tidak bersisa.