LORELEI VS RAIKIRI 
(Translator : Ridho. H)

Bagian 1
Lorelei vs Raikiri
Mereka berdua adalah murid terkuat dengan Rank-B.
Pertandingan diantara kedua sosok tertangguh di Hagun dimulai secara tidak terduga.
[A, ada apa ini-? Mereka berdua tidak maju!]
Kodachi bernama berwujud seperti belati perak.
Pedang Jepang diselubungi oleh sarung hitam.
Mereka berdua berkeliling di sekitar arena, saling menjaga jarak satu sama lain, selagi memegang device mereka.
Meskipun satu menit telah terlewati sejak pertandingan dimulai, mereka masih belum juga mengadu pedang mereka.
---Arena diselimuti oleh suasana yang mencekam.
Para audiens, yang menyaksikan pertandingan ini, menahan nafas mereka tanpa dan memandang arena.  
“Mereka sama-sama belum menyerang.”
Gadis berambut merah menyala, yang berdiri disebelah Ikki, bergumam.
“Mereka meneliti gerakan satu sama lain selagi beradu tatap.”
Itu adalah si tinggi jangkung, Arisuin Nagi yang menjawab Stella.
“Mereka berdua adalah kesatria Rank-B yang memiliki kekuatan untuk menjadi Raja di Seven Star Sword. Si dewan siswa itu dan juga Shizuku, mereka memiliki kesamaan gaya serangan yang bisa mencapai dari ujung ke ujung arena. Mereka berdua berada di dalam jarak serangan. Kalau salah satu dari mereka bertindak ceroboh maka dia akan kalah.”
“Sebagai tambahan terhadap perkataan Alice, Shizuku juga tidak ingin menjadi orang yang pertama menyerang karena Toudou-san pada dasarnya memegang senjata yang lebih kuat.”
“…Ikki, apa itu kartu as yang dikatakan oleh si komentator?”
“Iya, itu bukanlah eksesif maupun kebohongan. Itu adalah julukan noble art Toudou-san karena senjatanya yang luar biasa dan spesialisasinya. Itu bisa menguraikan ultra-electromagnetik battoujutsu .”
Dia menciptakan medan magnetik yang sangat kuat dengan kemampuan petirnya di sekitar pedangnya dan sarung , tergantung di pinggangnya, dan kemudian menghunus pedangnya.
Tusukan dari pedang itu memiliki kekuatan luar biasa dan kecepatan yang mampu membelah petir.
Itu bukan lagi tusukan yang dapat ditangkis oleh manusia.
Sejatinya itu adalah teknik kematian pasti.
“Setiap pertandingan resmi dimana dia menggunakan berakhir dengan kemenangan Toudou-san. Sekali teknik itu dilepaskan itu akan mengalahkan musuhnya tanpa cela. Itu secara harfiah adalah sebuah kartu as.”
“Huh, tapi Ikki, bukannya tahun lalu dia peringkat empat besar? Kalau begitu, artinya kesatria yang mengalahkannya berhasil lolos?”
“Enggak.”
Ikki menyangkal, menggelengkan kepalanya.
“Raja Seven Star Sword King saat ini, Moroboshi-kun adalah seorang pengguna tombak. Aku menonton video siaran ulangnya, dia melakukan yang terbaik, melewati sepanjang pertandingan, berusaha menjauh dari jangkauan . Dengan kata lain, bahkan sang Raja Seven Star Sword King takut terhadap miliknya. Belum ada satupun orang sampai sekarang yang dapat lari dari jangkauan Toudou-san. Setiap orang yang memasuki jangkauannya, tannpa pengecualian, akan ditebas olehnya dengan kecepatan melampaui kilat, dan tentunya, Shizuku juga mengetahui hal itu.”
“…Itulah kenapa, dia tidak menyerang.”
 “Ya, Shizuku akan bermain bertahan sepanjang pertandingan ini. Meskipun, sejatinya Shizuku berspesialisasi di jarak dekat. Tidak ada seorangpun yang akan mau memasuki jangkauan Toudou-san dengan kemauannya sendiri.”
Itulah kenapa, Shizuku akan menunggu.
Untuk sesaat ketika lawannya menyerang.
Seolah-olah waktu berhenti.
“Namun… sekali Toudou-san menyerang situasi akan berubah signifikan.”
Tepat selesai Ikki mengatakan itu— Touka bergerak.

Bagian 2
Menekuk lututnya sedikit, dia membungkuk ke depan, dan melesat.
Dalam sekejap dia mencapai kecepatan maksimalnya. 
Jarak mereka sekitar dua belas meter.
Touka dapat menutup jarak sampai sejauh itu dalam sekejap mata.
Namun sang bukanlah seseorang yang akan membiarkan hal itu begitu saja.
Jelas sekali kalau dia sudah menunggu-nunggu kesempatan ini.
Sesaat ketika Touka akan bergerak merangsek dengan seluruh kekuatannya.
“Membekulah— Toudou Heigen“
Bersamaan dengan perkataannya, Shizuku membekukan tanah.
Dia membekukan seluruh ring dan mencapai dinding lebih cepat daripada Touka.
Dan apa yang akan terjadi kalau seseorang berlari sekencang-kencangnya di atasnya?
Tentunya, dia akan terpeleset.
Sehingga Touka harus menurunkan kecepatannya.
Namun, menempatkannya dalam situasi itu adalah rencana Shizuku.
Shizuku segera melancarkan serangan berikutnya.
Noble Art .
Sebuah bola air, yang dapat menghempaskan lawan-lawannya ditembakkan dari ujung .
Tiga tembakan beruntun. Mustahil menghindari tiga tembakannya di medan beku ini. Begitulah seharusnya.
Namun, lawannya adalah monster yang menduduki puncak Seven Stars.
Sebuah kejutan, karena Touka tidak menurunkan kecepatannya.
Dia memprediksi rencana Shizuku yang ingin memperlambatnya dalam waktu singkat.
Malahan, dibanding berhenti dia berakselerasi lebih jauh dengan berseluncur.
Dia mengelak dari ketiga bola air dengan piawai.
Dan, selagi berputar seperti seorang profesional, dia melepaskan , yang berada di pinggangnya mengincar Shizuku yang masih jauh disana.
Segera, sebuah petir berbentuk sabitan diarahkan ke leher Shizuku.
Setelah mengetahui rencana Shizuku, dia membalas serangannya dengan serangan jarak jauh.
Touka telah menyusun semua ini sejak dia melihat .
Belum ada satupun lawan yang berhasil mengelabui Shizuku sampai saat ini.
Namun Shizuku masih bertahan.
Sesaat sebelum petir itu mengenainya. 
Sebuah dinding dengan lebar sekitar tiga puluh meter muncul di hadapan Shizuku.
Itu adalah noble art . Itu adalah teknik pertahanan kokoh yang menghentikan segala macam serangan.
Shizuku tidak mengira kalau ternyata secakap ini.
Tentunya, itu karena dia adalah murid kesatria terkuat keempat di Jepang.
Dia memang menyerang dari jarak jauh.
Jadi Shizuku menyiapkan perlindungan.
Petir itu memang meledakkan sedikit dinding air itu, tetapi tidak mampu menembusnya.
Dia berhasil menangani serangan balik Touka.
Asumsi itu terlintas sejenak. 
“—Nn.”
Touka melihat serangan baliknya gagal, jadi dia melepaskan dua, tiga, sepuluh lagi tebasan-tebasan petir tanpa henti.
Dia melepaskan serangan-serangan itu seperti senjata mesin.
Sungguh itu adalah serangan-serangan brutal yang mengerikan.
Ini bukan lagi pertempuran seperti yang Shizuku bayangkan. 
Namun, dia tidak menyerah.
Touka, pada saat ini, telah mengetahui keunggulannya.
Ini adalah waktunya untuk teknik pamungkas.
Shizuku perlu memperhatikan setiap molekul air dan mengubahnya menjadi benar-benar jernih, untuk menghentikan petir-petir itu. Hal ini sangat menyiksanya. 
Sebagai perbandingan, Touka hanya perlu melapisi tebasan-tebasannya dengan petir dan mengirimnya ke Shizuku. Untuk melakukannya tidak begitu sulit.
Tentunya, muncul kesenjangan dalam kecepatan mereka.
Touka menyadari keunggulannya.
Rentetan serangannya ini memojokkan Shizuku.
Shizuku tidak akan mampu memperbaiki bariernya tepat waktu apabila dibombardir seperti ini.
Shizuku tidak punya pilihan selain melindungi dirinya dengan dari rentetan serangan-serangan petir itu.
Namun, setiap serangan itu terasa sangat berat.
Serangan petir itu, meruntuhkan pertahanan Shizuku.
Dan setelah menerima sepuluh serangan, barier yang melindunginya akhirnya hancur.
Touka segera mengayunkan , berniat untuk menyelesaikan ini dengan satu serangan petir lagi.
—Pada saat itu.
“…..n!”
Pergerakan Touka terhenti.
Kenapa?
Alasannya adalah pijakannya.
Kaki Touka tertahan oleh sesuatu.
Itu adalah lengan air yang merembes dari dalam tanah beku.
Lengan air itu membeku ketika menangkap Touka, dan membuatnya terdiam.
Disaat bersamaan ada sesuatu yang mendekati Touka dari atas.
Apa ini?
Sudah terlambat ketika Touka melepaskan tatapannya dari Shizuku dan mendongak. Apa yang ada diatasnya adalah pilar es raksasa yang jatuh dengan kecepatan tinggi dari titik butanyam dan pilar itu semakin mendekatinya.
—Semuanya berjalan sesuai dengan rencana Shizuku.
Touka memang telah membaca rencananya, tetapi Shizuku menyiapkan rencana-rencana cadangan dan berantai.
Shizuku membiarkan Touka mengira dia unggul dalam hal kecepatan.
Dia membuatnya salah mengartikan tindakannya yang tampak bermain defensif dan melindungi diri layaknya kura-kura.
Dan dengan tatapannya, dia menyalurkan mana-nya ke dalam tanah dan membuat tanah untuk membelenggunya. Di sisi lain, dia menggunakan air yang menguap akibat serangan-serangan petir Touka untuk menciptakan gumpalan es untuk menghancurkannya.
Dia secara bertahap menerapkan tiga operasi mana kompleks.
Rata-rata para Blazer tidak bisa melakukan ini, tetapi Shizuku bisa.
Daya hancurnya dahsyat. Retakan dari hantaman pilar es itu meluas sampai ke kursi penonton.
Dan di tengah-tengah retakan itu adalah peti mati terbuat dari es.
Tidaklah mungkin dia dapat bangkit setelah menerima serangan seperti itu.
Hasil pertandingannya jelas bagi semua orang. Begitulah seharusnya.
Akan tetapi, Shizuku merasakannya.
—Suasana mencekam di sekitarnya belum juga menghilang,
Tidak disangka-sangka, pilar es itu terburai layaknya bunga-bunga yang mekar.
berdiri di tengah-tengahnya, tak terluka.
Mereka berdua menyerang, dan bertahan sampai pada titik dimana arena hampir hancur, tetapi belum ada satupun yang memperoleh poin.
Mereka bahkan hampir seimbang.
Pertarungan diantara kedua kesatria Rank-B telah kembali ke titik semula, kedua beradu tatap.

Bagian 3
[M………… menakjubkan!!!!!!!! Sungguh pertandingan ofensif dan defensif berkelas! Saya, sebagai komentator, sampai tidak bisa berkata-kata!]
Si komentator yang terpesona terhadap pertarungan mereka, berteriak lantang.
Dan dengan itu para audiens, akhirnya akhirnya terbebas dari tekanan yang membuat mereka menahan nafas.
[A, apa-apaan mereka itu….!? Apakah mereka benar-benar manusia….!?”
[Luar biasa, presiden benar-benar luar biasa!!”
[Tidak, tidak, aku sudah tahu kalau Presiden itu luar biasa! Lagipula, dia adalah peringkat empat! Tapi, apa-apaan dengan tahun pertama yang setara dengannya itu?]
[Pada saat itu, dia bertahan, menyerang balik, menggertak, dan menggunakan kartu as-nya… berapa banyak sebenarnya kartu yang dimainkannya dalam waktu singkat tadi?]
[Keduanya monster. Jadi, ini kekuatan Rank-B….!]
[Pertarungan mereka menghasilkan hiruk pikuk di stadion! Namun, ini bukan kejutan! Kekuatan, teknik, taktik, semua yang ditunjukkan dalam pertandingan ini tidak dalam tingkatan kompetisi antar Sekolah lagi! Tidak akan aneh apabila salah satu dari mereka berhasil menjadi Raja Seven Stars Sword King, dengan kekuatan mereka masing-masing! Selain itu, mereka berdua juga tidak terluka bahkan setelah pertarungan mendebarkan tadi! Seperti yang orang-orang bilang “Berlian memotong berlian!” Siapakah yang ditakdirkan menjadi pemenang hari ini?]
“Shizuku, penampilannya cukup bagus….!”
“…Aku tahu dia kuat, tapi sampai ke titik ini… aku juga terkejut!”
Seperti komentator dan yang lainnya, Stella dan Arisuin, menatap Shizuku menguasai pertandingan membuat mereka terkagum-kagum.
Karena lawannya adalah kesatria terkuat Hagun.
Dan juga, karena dia adalah gadis yang menempati peringkat empat besar pada festival Seven Stars Sword Art tahun lalu.
Menghadapi lawan seperti itu, Shizuku dapat seimbang melawannya.
Dengan kata lain, kekuatan Shizuku setara dengan monster yang telah merasakan kerasnya festival Seven Stars Sword Art.
“Kalau begini, dia mungkin bisa menang…!” Kata Stella, penuh harap.
Meskipun selalu bertengkar dengan Shizuku, Stella tidak membencinya.
Ada beberapa hal yang mereka sepakati, terutama rasa cinta mereka terhadap pria yang sama.
Itulah kenapa Stella senang dengan situasi ini dari dalam sanubarinya.
Juga, hasil pertandingan ini masih belum jelas. Ada kemungkinan hal-hal mengejutkan bisa terjadi.
Namun, di sebelah mereka berdua yang berharap, ada seorang—
Kurogane Ikki adalah satu-satunya yang menatap ragu arena.
(………Setara, ya.)

Bagian 4 
“Yah, Kanata, keduanya jelas seimbang.”
“Ya, Wakil Presiden, tampaknya begitu.”
Dua anggota dewan siswa, Utakata Misogi dan Kanata Totoukubara, sedang menyaksikan jalannya pertandingan dari atas gerbang merah yang berada di seberang gerbang biru dimana teman-teman Ikki berada. 
“Benar, anak tahun pertama itu luar biasa. Semuanya sangat kuat. Aku sampai harus menyerah. Kalau mereka macam-macam, kita yang akan menghentikan mereka, kan?”
“Hahaha. Apakah kamu menangis bahagia? Yang penting kita bisa lulus ‘kan?”
Mengeluh seperti suara halus, Kanata menatap kembali lawan yang sedang dihadapi Touka dari bawah tepi topinya. 
“Meskipun begitu, aku benar-benar terkejut kalau dia bisa mengimbangi putri kita sejauh ini.”
“Itu benar. Dia kecil-kecil cabe rawit. Ternyata ada tahun pertama yang sekuat ini selain Kurogane-kun dan Stella-san, ini benar-benar menakjubkan.”
Utakata juga mengakui itu. Dan selain mengakuinya, dia juga mengaguminya sehingga memasang senyuman antusias.
“—Tapi tetap saja, pada akhirnya, dia kurang diuntungkan.“
Benar. Inilah alasan Ikki ragu. Mereka adalah satu-satunya yang menyadari situasi pertandingan saat ini. Touka sangat menguasai jarak dekat. Bisa dibilang, memutarbalikkan situasi ini adalah hal mustahil. Dengan kata lain, Shizuku Kurogane lebih berpeluang menang karena keunggulannya dalam jarak jauh. Kalau begitu… tidak benar mengatakan mereka setara. Adegan menyerang dan bertahan baru-baru ini sejauh yang Shizuku khawatirkan, tidak begitu mempan. Terlebih dia belum bisa memberikan luka berat pada Touka. Pertandingan sejauh ini telah menampilkan berbagai variasi serangan dan bertahan, dan mereka setara, tetapi apabila salah seorang memperhatikan dengan seksama jalannya pertandingan… sejak beberapa saat yang lalu, tampak superioritas yang jelas diantar Lorelei dan Raikiri.
“Belum lagi, Touka masih belum serius.”
Shizuku adalah kesatria Rank-B, seorang pengguna air yang menguasai hampir seluruh sihir Rank-A. Menghadapi bakat luar biasa ini, adalah sesuatu yang tidak bisa ditemukan selain di festival Seven Stars. Yaitu pengalaman. Itulah kenapa, Touka sengaja tidak menyerang, dan menerima tantangan pertarungan jarak jauh yang Shizuku inginkan. Itu dilakukannya dalam rangka mempelajari serangan terkuat Shizuku.
“Bertarung mati-matian sebelum festival Seven Stars, Touka pasti senang, ya?”
“Ya. Tapi tetap saja, sudah waktunya dia selesai mempelajarinya. Dia sudah banyak membuang waktu. Sebagai presiden dewan siswa, sebaiknya dia tidak lagi menunda-nunda waktu.”

Bagian 5
Seperti yang Kanata katakan, sesuatu yang abnormal terjadi di arena. Di bawah kaki Touka, permukaan es mulai menguap. Dengan memanipulasi energi listrik berdaya besar, Touka mencairkan permukaan es itu. Dan mengangkat Narukami, dia mengacungkannya kepada Shizuku.
Shizuku merasakan perasaan haus darah dari pedang yang bersinar itu, dan ekspresinya mengeras. Ekspresinya itu bukan hanya dikarenakan oleh tekanan yang dirasakannya.
Aku tidak mengerti.
Pada saat Shizuku menyerang Touka dengan rentetan mantranya, dia terperanjat. Karena serangan dan pertahanannya telah dihancurkan tidak beberapa waktu yang lalu.
Bagaimana bisa dia bereaksi terhadap terhadap serangan balikku?
Pengendalian sihir Lorelei jauh melampaui pengendalian Raikiri. Dibandingkan dengan Stella yang adalah seorang kesatria Rank-A, pengendalian sihir Raikiri lebih inferior dibandingkan Shizuku. Karena itu, Shizuku memiliki kepercayaan diri terhadap  taktik gerilyanya. Seharusnya mustahil bagi lawannya untuk membaca tekniknya. Terlebih lagi, manusia memiliki titik buta di kepalanya. Meskipun ada orang-orang yang memiliki refleks bagus sehingga bisa merasakan bahaya yang datang dari belakang tetapi lain cerita apabila datangnya dari atas kepala. Begitulah batasan umat manusia. Meskipun demikian, Touka dapat menyadarinya dengan mudahnya, dan membelah dua nisan es itu. 
Aku melihat sesuatu…. Sesuatu yang sebelumnya tidak ada.
Setelah dia menimbang-nimbang apa itu sebenarnya…
Angin tiba-tiba berdesing, dan Shizuku melihat touka mengacungkan Narukami tepat ke matanya.
Shizuku mendelik, dan hampir berteriak. Ini sangat tidak masuk akal karena dalam sekejap, lawannya yang sebelumnya sejauh sepuluh meter darinya kini cukup dekat untuk menikamkan pedangnya.
“Guh—“
Meskipun demikian, dia tidak mematung. Shizuku mencondongkan tubuhnya ke belakang, dan menghindari tebasan pedang yang lewat diatasnya. Dan kemudian dia memutar tubuhnya, dan menempatkan tangan kirinya di lantai. Kemudian dari telapak tangannya, air bertekanan tinggi memancur, mendorong tubuhnya menjauh dari Touka.
Dia bereaksi secara insting. Dari luar dia tampak tenang. Namun kenyataannya pada saat ini, pikirannya sedang panik.
Alasannya, aku tidak mengerti!
Dia tidak mengerti apa yang terjadi. Dia mengerling sebentar. Touka telah menyusutkan jarak menjadi sekitar sepuluh meter darinya, dan tiba-tiba muncul di hadapannya.
[Oh, kontestan Kurogane! Dia baru saja menghindari maut! Meskipun dia mampu menghambat pergerakan kontestan Toudou, apa-apaan yang baru saja terjadi? Kelihatannya dia kehilangan konsesntrasi, tapi…!]
Aku kehilangan konsentrasi?
Terhadap perkataan komentator, Shizuku mengernyit. Tidak mungkin baginya kehilangan konsentrasi di tengah-tengah pertandingan. Meskipun demikian, perkataan komentator tampaknya meyakinkan para penonton. Tampak seolah Raikiri, yang baru saja menyerang membuatnya terlena.
Padahal hal itu sepenuhnya salah.
Pokoknya, situasi ini tidak menguntungkan baginya. Dia harus berkonsentrasi agar hal ini tidak terjadi lagi. Shizuku bertekad seperti itu, dan memfokuskan seluruh perhatiannya.
Kemudian, matanya memandang pedang Narukami menghunjam ke arahnya.
“…Uu!?”
[Aaaaaaa! Kontestan Kurogane Shizuku menghindari pedang Raikiri dengan terampil…tidak!]
Si komentator tiba-tiba tercekat. Kenapa? Karena ada luka sobek di tangan kirinya.
[Darah mengucur dari tangan kirinya! Rupanya dia tidak sepenuhnya berhasil menghindar! Akhirnya, kontestan Kurogane terluka! Poin pertama dalam pertandingan ini diraih oleh ‘Raikiri’, Kontestan Touka Toudou!]
“Kuh….!
Aku tidak melihatnya sama sekali. 
Shizuku merintih selagi menerapkan sihir cahaya di tangan kirinya. Dia tidak mengerti bagaimana caranya dia bisa bergerak secara tidak kasat mata. Meskipun demikian, darah yang merembes di tangan kirinya memberitahunya satu hal pasti.
Aku tidak bisa menghentikan pergerakannya…!
Benar. Pada saat ini, sudah jelas di mata orang-orang kalau mereka tidak lagi seimbang.

Bagian 6
Begitu keunggulanya lenyap, situasi kini terbalik, dan Touka merampak. Shizuku memulai gaya bertarung bertahan dan berlarian di sekitar arena. Namun, kecepatan Raikiri mampu mengimbanginya, dan Shizuku secara perlahan menjadi kelelahan, dan kalau ini terus dibiarkan dia akan ambruk karena kelelahan.
[Ada apa ini? Lorelei dan Raikiri kelihatannya seimbang pada awalnya, tapi sekarang Lorelei berlarian, dan kelihatannya hanya itu yang bisa dilakukannya. Kenapa sekarang perbandingannya tampak mencolok!?]
Si komentator tidak melihat dari perspektif Shizuku. Karena itu, dia tidak mengerti kenapa pertandingannya sekarang menjadi berat sebelah. Namun, ada satu hal yang dapat dimengerti oleh semua orang. Itu adalah—siapa yang akan menjadi pemenang dalam pertarungan ini.
[Harusnya dia menyerah saja sekarang…]
[Lagipula dia lawan yang berat bagi tahun pertama…]
[Meskipun kukira tidak ada kesempatan menang dia ternyata bisa berjuang sampai saat ini…]
[Lantas mau bagaimana? Mau pergi?]
[Yeah, kurasa hasil pertandingannya sudah kelihatan. Dia benar-benar kuat, tadinya.]
Suasana antuasias yang tadi menyelimuti perlahan pudar. Begitulah situasinya. Kalau dipikir-pikir, secemerlang apapun dirinya, dia masih tahun pertama. Tidak ada alasan bagi kesatria terbaik Hagun melawan lawan sepertinya. Sebenarnya suasana antusias masih sedikit terasa tetapi beberapa saat lagi itu akan lenyap.
Sementara itu, Stella bertanya pada Ikki.
“…Hey Ikki. Bagaimana Shizuku?”
“Apa maksudnya bagaimana?”
“Aku bisa tahu dari melihat. Jelas sekali kalau reaksinya terhadap serangan lawanya tiba-tiba memburuk.”
“Stella benar. Meskipun Presiden sebenarnya bergerak normal kelihatanya dia seperti tidak kasat mata.”
Arisuin juga merasakan persoalan yang sama terhadap pergerakan Shizuku. Dan tentunya, Ikki juga menyadarinya. Namun Ikki dapat melihat beberapa hal lain daripada mereka berdua.
“…Itu memang benar, sepertinya.”
“Eh?”
“Shizuku benar-benar tidak bisa melihatnya. Aku juga pernah merasakan sesuatu seperti itu sebelumnya.”
Itu adalah saat pertarungan debutnya, dimana dia bertemu Yaksha Princess Nene Saikyou di meja resepsionis.”
“Waktu itu, Saikyou-sensei tiba-tiba berada di depanku. Meskipun aku tidak melepaskan pandanganku darinya sedetik saja, ketika sadar dia sudah menyentuh dadaku. Sekarang, Raikiri mungkin menggunakan teknik yang sama, kurasa.”
“Ahaha. Seperti yang diharapkan dari Kuro-bou. Kamu juga menyadarinya, ya?”
Sebuah suara terdengar dari atas. Ikki menoleh ke arahnya, dimana gadis penyihir mungil mengenakan kimono dan seseorang yang mengenakan jas menuruni tangga tribun berbentuk mangkuk.
“Hey there~. Sudah lama, ya. ♪”
“Saikyou-sensei, dan nyonya Direktur. Karena kalian berdua bersama-sama kesini, aku penasaran kira-kira ada apa?”
“Dia menyapa kalian karena dia mau, tanpa ada alasan lain.”
Ketua dewan, Kurono Shinguuji, menjawab pertanyaan Arisuin. Mereka berdua hanya datang untuk melihat duel antar sesama Rank-B dalam pertandingan seleksi. Mereka menyapa karena grup Ikki sedang membicarakan hal yang menarik.
“…Hey, Nene-sensei. Hal yang Ikki sadari, apakah yang dikatakannya benar?”
Saikyou-sensei mengonfirmasi pertanyaan Stella dengan anggukan.
“Yep. Itu adalah teknik bela diri kuno Jepang yang disebut Langkah Renik yang menggabungkan pengendalian nafas dan gerak kaki. Atau sesuatu seperti itu—“
“…Eh?”
Dalam sekejap Saikyou yang kira-kira sejauh lima meter dari Stella muncul sangat dekat, dan meraba-raba dada Stella dari bawah dan memijatnya. 
“Eek!?”
“Oh, perasaan apa ini? Yah, tidak ada susu yang keluar. Tapi ini sangat lembut~♪”
“Kyaaaaa! Ap-Ap-Apa yang sensei lakukan!?”
“Aku penasaran apakah memijat milikmu akan membuat milikku membesar.”
“Kalau sensei ingin membesarkan milikmu kenapa kau tidak memijatnya sendiri!”
“Aku tidak memiliki apa-apa untuk dipijat, BODOH!”
“Sensei marah seolah anda korbannya!?”
Mengabaikan pertengkaran keduanya, Kurono menanyakan sesuatu kepada Ikki.
“Kurogane. Seseorang sepertimu pasti pernah melihat Langkah Renik ‘kan?”
Terhadap spekulasi itu, dia mengangguk.
“Kurang lebih. Kalau ibu menyuruh saja melakukan hal yang sama, saya mungkin bisa melakukannya.”
“Hey Ikki, apa itu Langkah Renik?”
“Coba kulihat, manusia tidak begitu berbeda dari hewan, dan seperti mesin mereka tidak bisa memproses seluruh detail terkecil yang mereka lihat dan dengar, dan otak jelas tidak bisa terus-terusan mengidentifikasi seluruh visual dan audio. Lagipula, kalau mereka memproses dan menganalisis segala yang mereka lihat dan dengar, otak akan kewalahan. Karena itu, otak manusia akan menyalurkan informasi prioritas rendah ke alam bawah sadar, dan membiarkannya tersimpan sampai waktu ketika itu dipanggil lagi. Sebagai hasilnya, meskipun Shizuku masih dapat melihat Toudou-san, dia menjadi tidak bisa mengenali realita. Meskipun otak dan matanya merekam pergerakan Toudou-san, keduanya tidak bisa memproses dengan benar sehingga kesadarannya mengklasifikan sebagian pergerakan Toudou-san sebagai informasi tak penting karena ketidaksanggupan keduanya dalam memproses seluruh pergerakannya.” 
“Tepat sekali. Kamu sangat memahaminya.”
Kurono memujinya, karena tidak ada kesalahan di dalam jawaban Ikki terhadap gerak-gerik misterius yang menghantui Shizuku.
Benar. Itu ada hubungannya dengan alam bawah sadar.
Sang lawan membuat sosoknya tidak kasat mata dengan menarik nafas dan memajukan kakinya setengah langkah, dan setengahnya lagi ditempuh dengan meluncur sehingga membuat kesadaran Shizuku kewalahan mengolah informasi visual dan suara yang didapat,
Terlebih lagi, Langkah Renik Touka memiliki kelemahan besar dibandingkan dengan Saikyou. Itu karena, Ikki dapat mengerti cara kerjanya.
“Tapi kupikir tidak ada murid yang bisa melakukan hal yang sama seperti Yaksha Princess.”
“Yah, bisa saja karena Nene dann Toudou belajar dibawah bimbingan kesatria yang sama. Langkah Renik aslinya adalah teknik pamungkas kesatria tersebut.”
“Benarkah? Ngomong-ngomong, siapa guru mereka?”
“Torajirou Nangou.”
“Nangou, the ‘God of War’…!?”
 Terhadap nama yang diungka, Ikki terperangah.
God of War—Torajirou Nangou. Rival abadi sang pahlawan agung Ryowa Kurogane, kesatria senior yang aktif membakti sampai umur melebihi sembilan puluh tahun. Dia adalah legenda hidup yang banyak dibicarakan orang-orang tanpa dimakan waktu.
“Sama sepertimu yang pernah menemuinya di panti jompo di masa lalu, dan memohon padanya untuk melatihmu.”
“Tunggu sebentar, Kuu-chan. Aku tidak pernah memandang kakek tua itu sebagai guru bahkan sekali saja.”
“Kenapa malu? Sendal bakiak itu mungkin sesuatu yang kamu tiru dari orang itu.”
“K-K-Kamu salah! Aku membeli ini di internet untuk meringankan sembelitku.”
“Sandal untuk mengubah caramu berjalan, ya.”
Selagi menepuk kimono berlengan panjang Saikyou, Kurono mengungkapkan opini jujurnya mengenai dengan komentar ‘orang itu tidak jujur ​​tentang perasaannya seperti biasa’ terhadap Saikyou yang untuk suatu alasan merasa kesal, sehingga sekali lagi memalingkan pandangannya menuju Ikki.
“Yah, meskipun begitu, apabila kau mengerti cara kerjanya sampai sedalam itu, sepertinya sangat jelas bagimu. Langkah Renik tidak bisa dipatahkan oleh adikmu.”
“Eh—!“
Pernyataan itu, berarti adalah kekalahan pasti bagi Shizuku. Bagi Stella dan Arisuin, ini adalah sebuah kejutan.
Namun Ikki, meskipun dia sedikit getir, tidak tampak terkejut. Itu karena dia sudah mendapat kesimpulan itu dari beberapa waktu yang lalu.
“…Benarkah itu, Ikki? Tidak mungkin baginya mematahkan Langkah Renik!?”
“Tidak, ada cara untuk mematahkan Langkah Renik dengan tubuhmu sendiri. Yang perlu dilakukan hanyalah memusatkan perhatianmu ke alam bawah sadar. Namun, berteori saja mudah.”
Sebagai contoh, bayangkan ada seseorang yang menodongkan pistol ke salah satu matamu. Dan orang itu tidak ragu menarik pelatuknya. Pada situasi seperti itu, hampir semua orang akan memandang moncong pistol. Itu adalah hal alami, karena nyawa sedang terancam. Dalam situasi itu, adakah orang yang akan memperhatikan anting-anting penembaknya? Akankah ada yang peduli siapa kira-kira pembuat anting-anting itu? Tentunya tidak akan ada yang peduli. Tidak akan ada yang melakukan hal absurd itu. Namun, dalam rangka mengalahkan Langkah Renik, korban harus mengabaikan moncong pistol dan berfokus terhadap anting-anting itu. Begitulah cara untuk memusatkan perhatian ke alam bawah sadar.
“Shizuku sekarang bertarung mempertaruhkan nyawanya. Dalam situasi ini dimana lawannya mengelabui kesadarannya, dia mulai beradaptasi, dan kalau dia dapat mengendalikan tubuh dan alam bawah sadarnya, dia akan bisa melakukannya.”
Sebagai contoh, kalau hal itu dipraktikkan oleh Ikki atau Stella, itu mungkin saja dilakukan. Karena keduanya, dari proses belajar ilmu bela diri, harus menguasai hampir seluruh pengendalian raga mereka. Namun, Shizuku berbeda. Dia adalah yang terbaik menyangkut pengendalian sihir, tetapi menyangkut pengendalian tubuh fisiknya, dia hanya amatir. Itulah kenapa, dia akan berpikir dia lengah, dan terus mencoba berkonsentrasi. Sebagai konsekuensinya, bidang pandangnya akan menyempit, dan alam bawah sadarnya akan semakin kelam. Dengan begitu, kesalahannya akan melahirkan lingkaran setan yang sempurna.
“Sejujurnya… ini terlalu berat bagi Shizuku, kurasa.”
“Itu tidak mungkin…!”
Tentunya Ikki tidak ingin membayangkan kekalahan Shizuku. Namun sangat disayangkan bagi Shizuku dan Touka, kalau kedua kesatria Rank-B ini memiliki perbedaan besar. Apapun usaha Shizuku, dia tidak akan bisa mendaratkan serangan efektif pada Touka. 
Terlebih dia adalah spesialis jarak jauh. Dalam pertarungan tanpa adanya jarak pasti, pertandingan akan berjalan rumit. Sepertinya mustahil baginya menang dalam situasi ini dimana dia dapat dikatakan telah dilucuti. Tanpa perlu diragukan, dia telah terperangkap di jarak fatal dimana itu adalah jangkauan Raikiri.
“…Mungkin, ada kesempatan untuk Shizuku menggunakan kartu asnya untuk menangani Raikiri dari jarak dekat. Tapi kalau tidak…”
Ikki tidak melanjutkan perkataannya. Namun, meskipun begitu, Stella tahu apa bagaimana kelanjutannya.
Ini misterius. Karena sejauh yang Stella perhatikan, Shizuku adalah rival cintanya. Seseorang yang bukan siapa-siapa selain penghalang, tapi tetap saja—dia memahami Shizuku. Dia menerka-nerka perasaan Shizuku saat ini. Betapa tegarnya Shizuku dalam pertarungan ini. Karena dia mencintai pria yang sama, dia mengerti seperti perasannya, sesak.
Karena itu—
“Shizuku—! Lakukan yang terbaik—!“
Stella memutuskan menyemangatinya.

Bagian 7
Suara lantang nan indah Stella menggema ke seluruh arena yang telah kehilangan euforianya. Shizuku menyadari kalau suara ini berasal dari rival cintanya yang mengharapkan kemenangannya.  Untuk menanggapinya, Shizuku mengenggam erat-erat tangannnya.
Aku sebenarnya tidak suka disemangati oleh orang sepertimu!
Selagi mengernyit, Shizuku berpura-pura kuat. Ada kemungkinan hubungan antar keduanya membaik berkat kejadian ini.
Perasaan ini entah kenapa membuat semangatnya terpacu.
Stella-san pasti akan memasuki festival Seven Stars Sword-Art.
Itu hal yang pasti karena dia adalah satu-satunya kesatria Rank-A di Hagun. Saat ini dia adalah seseorang yang lebih kuat daripada Shizuku dan juga Raikiri. Shizuku tidak mengira kalau Stella akan terjungkal di babak seleksi. Terlebih, Ikki yang dulu menang dari Stella pasti juga akan terus melaju, sampai ke tingkat nasional. Shizuku adalah yang paling memahami saudarnya dibandingkan semua orang. Karena itu, dia tidak ragu terhadap teori ini.
Jadi—dia tidak boleh kalah disini.
Aku juga harus menang, dan melaju. Dengan Onii-sama, dengan semuanya, menuju festival Seven Stars Sword  Art—! 
Pada saat dia bertekad seperti itu, semangat juangnya membara. Selagi menyembuhkan tubuhnya yang terluka, dia mengangkat kepala tinggi-tinggi dan menatap tajam lawan di  hadapannya.
[Oh, kontestan Kurogane yang sebelumnya hanya bermain defensif masih belum menyerah! Dia menyembuhkan tubuhnya, dan mempersiapkan ancang-ancang untuk kembali bertarung! Akankah dia menemukan suatu cara untuk menang!?]
Dia belum memiliki caranya. Namun dia sekarang memiliki determinasi.
…Touka mendekat, dia tidak bisa mengikutinya. Shizuku tidak mengerti bagaimana cara kerjanya, tetapi yang jelas dia sangat membencinya. Kalau begitu—dia tidak bisa terus-terusan bertahan. Terlebih dia tidak bisa melihat pergerakan lawannya, taktik untuk menjatuhkannya dengan serangan jarak jauh telah gagal. Terus-terusan menjaga jarak hanya akan membuat situasi lebih buruk. Karenanya, bermain aman hanya akan mengendurkan serangannya.
Lawannya adalah Raikiri. Kesatria teratas Hagun yang menguasai tebasan mematikan.Tidak ada cara lain untuk menang darinya selain—
Akan kutahan! Tebasan mematikan itu!
Shizuku mempersiapkan dirinya, dan menguatkan genggamannya pada Yoishigure. Namun hanya determinasinya, melawan Touka yang serius dan tanpa ampun yang membingungkan kesadaran Shizuku dengan Langkah Renik—
Pada saat itu jua, Shizuku bergera! Dia menusukkan Yoishigure ke dalam tanah beku, dan berteriak kencang.
“Byakuya Kekkai!!!”
Bersamaan dengan mantranya, tanah beku seketika menguap, dan menjadi kabut yang menyelimuti seluruh arena.
Shizuku mengubah persepsinya. Kalau lawannya juga tidak bisa melihat keberadaannya, tidak masalah membuat semuanya menjadi tidak terlihat. Karenanya, tanah beku yang gagal melaksanakan tugasnya, lebih baik diganti dengan kabut tebal sehingga dia maupun lawanny tidak bisa melihat satu sama lain.
Di tengah-tengah kabut magis, satu-satunya yang dapat bergerak bebas adalah praktisinya yakni Shizuku. Meskipun dia tidak dapat melihat, kabut itu telah menjadi bagian dari dirinya. Ada apa disana? Siapa disana? Dia dapat merasakan semuanya. Dan dengan pendeteksian ini dia pasti dapat mengetahui posisi Touka yang terpaksa harus terdiam untuk keluar dari kabut.
Shizuku telah menemukannya.
“Hisuijin.”
Bereaksi terhadap suaranya, air di atmosfer berkumpul di ujung Yoishigure, dan segera mengubah bentuknya menjadi pedang Jepang besar. Itu adalah pedang yang dikelilingi air bertekanan tinggi. Dapat dikatakan, air dapat menjadi alat yang dapat memotong logam layaknya mentega. Lagipula, dapat dikatakan kalau air adalah medium kokoh. Shizuku dengan kepercayaan dirinya terhadap kendali shirnya, mengompres air itu untuk menjadi pedangnya—
Ayo lakukan ini—
Dan dia merangsek masuk menuju Touka. Apakah itu serangan bunuh diri? Tidak, dia sangat yakin dari lubuk hati terdalamnya. Serangan kejutan yang dilancarkannya di awal, dia tidak mengerti kenapa itu bisa gagal. Namun, menggunakan Narukami untuk berurusan dengan Hisuijin di waktu yang bersamaan adalah hal yang mustahil. Kenapa? Tidak peduli seberapa kuat tebasan pedangnya, air adalah benda cair. Narukami, yang memiliki wujud padat, tidak akan dapat menahannya. Hisujiun akan melewati Narukami, dan menghantam tubuh Touka.  
Shizuku dapat melihat skenario itu. Untuk itu, dia menyerbu Raikir dengan kepercayaan diri di dalam hatinya, dan—
“Eh….”
Pada saat itu, Shizuku melihatnya. Sepasang mata di dalam kabut yang mengincarnya, itu adalah Touka yang memasang ancang-ancang menarik pedangnya. Kilatan petir yang terlihat bergerak dengan kasar di sarung hitam tempat Narukami disimpan.
Dia tahu. Shizuku melihat dan mengingat gambaran itu berulang kali. Teknik ini yang melepaskan cahaya yang menyilaukan. Itu adalah kartu truf yang memotong semua hambatan dalam sekejap. 
“—Raikiri.”
Menghamburkan plasma, membakar dunia menjadi putih. Hawa panas menggila dalam sekejap. 
Shizuku, yang memulai penyerbuan tidak bisa berhenti. Dia sedang menghunjamkan Hisuijin dengan kekuatan penuh. Raikiri yang telah melepaskan kekuatannya, dengan kecepatan itu, menghapus pedang terbuat dari putaran air itu dalam sekejap.
Seolah semuanya sia-sia. Shizuku Kurogane berharap, dia gugur dalam satu serangan.

Bagian 8
Saat itu Raikiri, yang dibalut dalam plasma, bergerak, sebuah pedang yang melampaui kecepatan suara meledak melalui atmosfer sekitarnya. Badai angin yang sama yang meledak melanda Toudou, dan menghancurkan kabut Byakuya Kekai. Kekuatan atmosfer sudah ke titik orang tidak bisa terjaga.
Tetapi di tengah-tengah itu, Ikki tidak menutup matanya sekali pun. Dalam badai angin kencang, menatap arena di bawah matanya, —sampai akhir, tanpa mengalihkan pandangannya, ... dia melihat Shizuku Kurogane jatuh dengan matanya sendiri.
[Kilatan cahaya! Pedang menghunjam! Pada saat yang sama, wasit menyilangkan tangannya! Pertandingan sudah berakhir !!! Kontestan Kurogane telah menunjukkan kami pertarungan yang berani, tetapi meskipun begitu, rintangan dari empat terbaik tahun lalu tidak dapat diatasi! Orang yang menyaingi kematian dan perjuangan hidup dengan sesama B-Rank adalah presiden dewan siswa kita, 'Raikiri' Touka Toudou !!!]
Komentator mengumumkan nama pemenang.
Melakukan perlawanan yang bagus—tentu saja serangan dan pertahanan pada awalnya jauh melampaui level siswa. Namun, isi alami dari pertandingan itu mungkin adalah kekalahan Shizuku sepenuhnya. Karena apa pun yang terjadi, dia tidak akan pernah bisa menyentuh Touka.
Namun—meskipun demikian….
“Hey, Ikki.”
“Aku tahu, Alice. Aku menonton seluruh kejadiannya.”
Menjawab suara Arisuin seperti itu, Ikki menatap  arena. Apa yang dia lihat adalah tangan kanan Shizuku yang jatuh.
Tangan kanan itu mencengkram kaki Shizuku.
Benar, dia memang kalah telak. Namun—
“Dia luar biasa, Shizuku.”
Mungkin Shizuku sendiri yang lebih merasakan siapa pun perbedaan antara kekuatannya dan kekuatan orang lain. Meskipun begitu, dia tidak menyerah sampai akhir, dan terus berjuang.
... Dia semakin kuat, ya?
Gadis kecil itu, yang selalu mengikutinya dengan langkah-langkah kecilnya—sekitar hari ini, tidak mungkin bagi Ikki tidak merasa kemajuan selama empat tahun. Dan—
Ikki menatap punggung di mana rambut berwarna kastanye melambai dan meninggalkan arena.
... Seperti dugaanku, dia lebih kuat.
Pada saat itu, Shizuku sama sekali tidak membuat tantangan bunuh diri yang sembrono. Byakuya Kekkai yang merebut bidang penglihatan lawannya. Di tengah Noble Art yang dimiliki Shizuku, kemampuan memotong yang dibanggakannya, Hisuijin. Dia, dengan seluruh kekuatannya, dengan serius membuat strategi melawan Raikiri. Dia mungkin bisa melihat visi kemenangannya sendiri. Tetapi untuk meraihnya, dia harus memotong langsung. Seberapa banyak dia mencoba yang terbaik, bahkan memikirkan upaya terbaik, keberadaan yang mengarah pada hipotesis yang jauh lebih tinggi.
Ikki, yang bertarung dengan "Sword Eater" Kuraudo Kushiki, tahu ini. Sejauh orang-orang yang berada di puncak Seven Stars, tidak satu pun dari orang-orang yang tinggal di wilayah itu adalah orang biasa. Mereka adalah manusia super yang melampaui pengukuran umum.
Untuk alasan itu, Ikki berpikir—berapa banyak upaya yang diperlukan untuk naik ke puncak itu?
Touka Toudou, Raikiri ... sepertinya aku pasti akan bersilangan pedang dengannya, ya?

Bagian 9
Setelah munculnya lampu kilat yang membakar bidang penglihatannya, ada kegelapan keputusasaan. Dari kesuraman itu, Shizuku perlahan-lahan bangun. Mengangkat kelopak mata yang berat, dia melihat dunia buram menjadi fokus. Apa yang melompat ke matanya adalah langit-langit putih dari kantor medis yang bersih, dan...
“Kamu sudah bangun ‘kan, Shizuku?”
—Dia mendapati wajah teman sekamarnya.
“…Alice.”
Shizuku perlahan mengangkat tubuhnya setengah jalan dari tempat tidur. Ketika dia melihat dia melihat bahwa itu bukan hanya Arisuin di sini. Di belakangnya, sosok kakaknya Ikki Kurogane dan Stella Vermillion juga ada di sini. Dari pemandangan itu—
Ah, aku mengerti.
Shizuku mengakui kekalahannya.
“Aku kalah, benar bukan?”
Mendengar kata-kata itu terbatuk dan bergumam, kesunyian terasa.
Jangan khawatir tentang itu, cerialah. Orang-orang yang menjadi bagian dari dunia pertandingan dan pertarungan ini tahu betapa suramnya kata-kata itu. Di dunia ini, tidak ada kata-kata seperti itu untuk pihak yang kalah. 
“…Shizuku, umm, kamu tahu?”
“Aku minta maaf.”
Kata-kata yang Stella coba untuk mulai katakan di tengah kesunyian yang menyakitkan ini, Shizuku memotong-motongnya kecil-kecil.
“Sebentar… sebentar saja, Bisakah kalau meninggalkanku sendirian? Aku sedang capek.”
“Aku mengerti. …Ayo, Stella.”
“…Yeah.”
Ikki bersimpati dengan perasaan Shizuku, dan segera membawa semua orang keluar dari kantor medis. Dia bersyukur. Penyesalan atas kekalahannya yang mengalir di hatinya sudah sampai ke tenggorokannya. Tubuhnya bergetar karena kepahitan, dia tidak ingin kakaknya, Stella, atau siapa pun melihatnya. Karena Shizuku adalah gadis kecil yang tangguh.
Begitulah keinginannya, namun—
“…Kenapa kau masih disini?”
Untuk suatu alasan, Arisuin tetap tinggal di ruangan itu dengan senyum lembut di wajahnya.
“Yah, kira-kira kenapa, ya?”
“Sudah kusuruh kalian meninggalkanku sendiri ‘kan?”
“Yep. Aku mendengarnya.”
“Jadi—“
Sesaat dia ingin memaki-maki Arisuin, Arisuin memeluknya.
Eh…
“…Ali…ce?”
“Kau berjuang keras, kan?”
Arisuin menyampaikan apresiasnya kepada Shizuku yang masih terkejut terhadap pelukan tiba-tiba yang didapatkannya.
“Kakakmu, dia menyaksikanmu sampai akhir. Dia bilang kau hebat.”
Dan sambil membelai rambut peraknya yang tampak seakan menyisirnya—
“Dan bagiku, Shizuku bukanlah seseorang untuk dilindungi maupun seseorang yang tidak ingin kehilangan. Karena itu ... kau tidak harus berpura-pura tangguh, tahu.
Itulah batasannya. Tutur kata lembut yang didengarnya, pelukan yang menghangatinya, isak tangis meluap. Setelah itu air matanya tumpah sekali, lebih banyak lagi yang berjatuhan layaknya bendungan yang jebol.
Frustasi.
Frustasi. Frustasi.
Frustasi. Frustasi. Frustasi!
Keinginan itu tidak terwujud. Mimpi yang tidak dia raih. Sisa-sisa itu menyiksa Shizuku. Rasa frustrasi yang tidak bisa diucapkannya dengan kata-kata, Shizuku berteriak saat dia menempel di dada Arisuin.
Harapannya tidak terwujud. Mimpinya gagal dia raih. Semua itu menyiksa Shizuku. Dia merasakan rasa frustrasi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, sehingga Shizuku berteriak selagi dia menempel di dada Arisuin. Dia memberikan kekuatan yang cukup untuk menancapkan kukunya, tetapi Arisuin tidak mengendurkan pelukannya. Karena pasangan dari gadis kecil yang tangguh ini mengeluarkan kesedihannya. Karena itu Arisuin terus memeluk tubuh kecilnya sampai isak tangis Shizuku berakhir. 

Bagian 10
“Shizuku tampak kesal.”
Menuju koridor dari kantor medis ke asrama, Stella berdeham.
“…Itu dapat dimengerti. Jalan menuju festival Seven Stars Sword-Art pada dasarnya telah tertutup untuknya, mungkin.”
Beberapa waktu yang lalu, Ikki telah diinformasikan oleh Oreki secara langsung bahwa pertempuran seleksi ini hanya akan meloloskan enam nama sebagai perwakilan, dan slot ini akan diisi oleh kontestan-kontestan yang tidak terkalahkan. Karena pertempuran ini akan melibatkan seluruh negeri, itu berarti yang kalah tidak berpeluang lolos.
“Tapi itu bukan sesuatu yang harus disesali Shizuku.”
Ikki mengingat tangan kanan Shizuku yang menggengam pergelangan kaki Touka. Tekad yang dia tunjukkan pada akhirnya, sungguh luar biasa.
"Ini pertempuran ketat yang tidak memperbolehkan sekalipun kalah, kan?"
“Yeah, Tapi… itu bukan hanya masalahnya seorang."
Semua orang bertarung di bawah aturan yang sama. Shizuku, Ikki, Stella-- dan yang lainnya. Tak satupun dari para peserta yang bertujuan dari puncak Seven Stars diizinkan kalah sekali saja. Itulah aturan yang ditetapkan oleh ketua dewan baru, Kurono Shinguuji. Sebuah tebing yang menyaring para kontestan demi menciptakan raja Seven Stars Sword dari Hagun. Bahkan memecah dan menyatukan peserta-peserta Rank teratas, untuk memilih satu orang terkuat. Karena pada akhirnya, hanya satu orang yang dapat menduduki puncak Seven Stars.
“Ini sudah menjadi garis akhir Pertempuran Seleksi. Bahkan kita harus memfokuskan energi kita lebih banyak dari sebelumnya, kan?"
“Aku tidak akan kalah, kau tahu.”
Ikki mengalihkan pandangannya ke Stella di dekatnya, selagi mengutarakan pernyataan itu. Dan Stella juga menatap Ikki lagi. Dengan pupil yang senyala api membara dan berkilau.
“Aku pasti tidak akan kalah. Karena aku akan bertarung dan menang melawan Ikki kali ini di final festival Seven Stars Sword Art.”
Dengan ekspresi kemauan dan kasih sayang yang kuat, Ikki merasakan kebahagiaan muncul di dalam dadanya. Janji mereka malam itu. Dia tahu dia bukan satu-satunya yang menantikan ditepatinya janjinya itu.
“…Aku memikirkan hal yang sama. Aku juga tidak akan kalah.”
Stella dengan ceria menebarkan senyum di seluruh wajahnya atas jawaban Ikki. Terhadap wajah tersenyum itu, Ikki merasa tenang. Baru-baru ini, gadis ini menjadi semakin cantik dan tak tertahankan. Semakin dia mengenalnya, semakin dekat dia dengannya, semakin dia mencintai gadis ini. Aromanya yang seperti bunga, suhu tubuhnya yang sangat tinggi— semuanya indah. Dan karena dia ingin semakin jatuh cinta pada gadis itu, dia akan mempertahankan motivasi yang lebih tinggi dari apa yang dia pegang sampai sekarang. Dia akan mendorong dirinya lebih tinggi melewati di mana dia berada sekarang. Demi menjadikan dirinya layak bagi saingan terkuat yang ada di sana selain dia, dari gadis yang adalah kekasihnya tercinta. Pertemuannya dengan dirinya, itu adalah kenangan yang tak tergantikan.
“Yah, karena kita sama-sama tidak ingin kalah, haruskah kita berlatih?”
“Boleh. Sejujurnya, setelah menonton pertandingan Shizuku, tubuhku terasa bersemangat.
“Haha. Begitulah dirimu. Kalau begitu ayo cepat.”
Mengatakan demikian, Ikki memeriksa untuk melihat apakah tidak ada orang lain di koridor, lalu mengambil tangan Stella dan menjalin jari-jari mereka. Ketika dia melakukannya, Stella juga meremas tangan Ikki sebagai imbalan. Karena mereka telah mengambil langkah maju sebagai kekasih di kolam renang, sedikit demi sedikit mereka sudah terbiasa dengan kontak kulit bersama. Baru-baru ini, ketika mereka pergi ke tempat-tempat yang tidak terlihat oleh publik, salah satu dari mereka secara spontan akan mengenggam pihak lain. Jari-jari yang terjalin erat, mengenali suhu dan kehadiran pasangan mereka, Ikki dan Stella sama-sama suka melakukan hal-hal itu.
Ya, tentu saja kontak kulit favorit mereka adalah berciuman. ... Dalam keadaan itu, demi cinta di antara keduanya, masalah yang telah dimulai di kolam renang tentu saja memangkas jarak antara kedua kekasih itu. Itu tentu bisa disebut kemajuan.
Namun— sejujurnya, Stella merasakan tidak puas dengan situasi saat ini. Atau mungkin tidak puas bukan cara yang tepat untuk mengatakannya. Dia ingin lebih dekat dan lebih dekat— untuk memperlakukan Ikki sebagai wanita. Untuk mengecilkan dan memperkecil jarak antara dirinya dengan Ikki, hasrat itu semakin kuat.
Di malam hari. Terutama, ketika mereka bertukar ciuman sebelum tidur. Itu adalah yang terburuk saat bibir mereka berpisah. Seperti kemarin, dia mengeluarkan suara erangan aneh ketika bibir mereka terpisah yang mengejutkan Ikki.
Itu sangat memalukan…
Setelah dikejutkan oleh suara manis yang tidak dia bayangkan bisa keluar dari bibirnya sendiri, dia segera melompat ke tempat tidur dan menutupi kepalanya dengan futonnya, tetapi meskipun demikian ada waktu sebelum api yang menyala keluar dari dalam tubuhnya.
Apakah nafsu seksualku sebegitu kuatnya?
Hanya mengingatnya membuatnya merasa malu. Lagipula sejak awal dia tidak memiliki seseorang untuk membagikan isi hatinya. Karena bagi Stella, posisinya adalah putri Kekaisaran Vermillion. Meskipun demikian, di waktu bersamaan Stella dan Ikki sudah cukup dewasa mengingat umur mereka sudah diatas lima belas tahun. Dengan kata lain, mereka berdua adalah orang dewasa yang secara hukum dapat menikah. Sebagai orang dewasa, mereka berhak untuk jatuh cinta.
Bagaimana kalau, pada suatu kesempatan, Ikki mengetahuinya.
Kalau dia menatap matanya lekat-lekat, menaruh tangannya di bahunya, bagaimana pendapat Ikki? Akankah dia melepaskan jabatannya sebagai putri kerajaan? Atau justru dia akan mengutamakan perasaannya?
Stella yang dulu mungkin akan beralasan ini-itu dan menolak Ikki. Namun saat ini, pilihan apa yang akan diambilnya?
Dia bertanya pada dirinya sendiri, tetapi dia malah merasa gundah.
Namun, kalau Ikki benar-benar menginginkan hal yang sama.
…Aku akan—
“Ada apa, Stella? Wajahmu memerah?”
“Fue!? Ah, aku tidak apa-apa.”  
“Kalau tidak apa-apa, seharusnya wajahmu tidak memerah, tahu. Apa jangan-jangan terkena demam.”
Dengan ekspresi khawatir, Ikki menyentuh dahinya untuk memeriksa suhu tubuhnya. Terhadap rasa perhatian itu, sanubari Stella berteriak.
J-J-Jangan dekat-dekat denganku—
“A-A-Aku baik-baik saja! Sungguh! Jadi kamu tidak harus sedekat ini—!“
Dia mendorong Ikki, selagi merasa terkejut akan kurangnya pengalamannya. Bisa-bisanya dia berani membayangkan melakukan hal semacam iru di gedung Sekolah bahkan sebelum terbenam.
Benar-benar buruk.
Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan diluar ranjang.
Apakah itu berarti melakukannya di atas ranjang tidak masalah? Stella mengabaikan kata hatinya dan menenangkan perasaannya.
Tiba-tiba, pada saat itu. Dari ujung mata mereka, dengan bunyi ‘nuu’, hal aneh memasuki pandangan mereka.
Apakah itu bayangan manusia? Selagi berpikir seperti itu, mereka berdua dengan panik melepaskan tangan mereka. Seperti yang dibahas sebelumnya, posisi sosial Ikki tidak setara dengan Stella. Apabila mereka terpergok sedang bermesra-mesraan, itu akan sangat menggemparkan dunia, dan akibatnya akan menghasilkan tekanan yang luar biasa. Karena itu, sampai mereka benar-benar sendirian, mereka tidak akan menjalankan hubungan mereka secara sembunyi-sembunyi.
Namun… apa yang muncul bukanlah orang. Itu adalah monster berbentuk persegi panjang seputih kesucian.
Monster itu, apabila dilihat baik-baik, itu adalah seikat kertas yang ditumpuk menjadi pilar. Seseorang membawa tumpukan kertas setinggi itu dengan kedua tangannya. Sulit mengetahui apa yang sedang dilakukannya, karena gunungan kertas yang menjulang begitu tinggi sampai-sampai menutupi wajahnya. Namun dilihat dari kakinya, kelihatannya dia seorang siswi.
“I-itu tampak berbahaya.”
“Memang, kan? Kita mungkin harus membantunya.”
Menetapkan tekadnya, Ikki mengangkat suaranya kepada siswi itu.’
“Umm, kalau kau mau, bolehkah aku membantumu?”
“Eh!?”
Namun si siswi terkejut karena panggilannya, dan tububnya limbung. Karena itu, kaki kanannya tersandung kaki kirinya, dan—
“Eeeeeeeek!”
“Whoa!?”
Dan menjatuhkan tumpukan kertas itu ke arah Ikki.
“Sheesh, apa yang kalian berdua lakukan…”
“Oh tidak tidak! A-Aku minta maaf! Aku tidak mengira ada orang di depankju!”
“Tidak, aku juga minta maaf karena suda mengejutkanmu dengan panggilanku yang tiba-tiba.”
Mereka bertiga berlutut dan bersama-sama mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan. Dan setelah mengumpulkannya menjadi beberapa tumpukan, Ikki melengos kepada si siswi dan—
Di depan matanya, ada bokong yang bergerak ke kanan dan kiri.
“Bu!”
“Ooh, kacamata… dimana kacamataku?”
Sesaat dia mencari kacamatanya, roknya tersingkap. Namun si siswi tidak menyadarinya dan selagi berdeham, dia meraba-raba lantai. Selagi melakukannya, dia bergoyang dan mengepakkan pantat yang agak besar dan menggairahkan.
“Ap, hey kau! Rokmu! Rokmu terangkat!”
“Eh? Tidakkkkkkkkkk!!!”
Si siswi akhirnya menyadari posisi bokongnya yang berada di depan wajah Ikki setelah diberitahu Stella, dan buru-buru menurunkan roknya seperti semula.
“A-Aku minta maaf! Aku menunjukkanmu hal tidak pantas…!”
“Err, tidak… ahaha.”
“Ikki, apa kau melihatnya?”
“…Kalau kubilang tidak, apa kau akan percaya?”
“Menurutmu bagaimana?”
“Kurasa aku tidak perlu bertanya. …Hmmm?”
Terhadap helaan nafasnya, sesuatu memasuki bidang pandang Ikki. Itu adalah sepasang kacamata bulat dengan lensa yang sangat tebal.
Ah, jadi ini yang dia cari dari tadi?
Menebak alasan si siswi meraba-raba lantai, Ikki memungut kacamata itu dan menunjukkan padanya.
“Hey, ini yang kamu cari-cari, kan?”
“Ah, itu dia! Terima kasih banyak! Aku tidak bisa melihat tanpa kacamataku…”
Si siswi berbalik ke arah Ikki, dan dengan bahagia menerima kacamata itu. Dan ketika Ikki dan Stella melihat wajah si siswi baik-baik—
“Eh?”
“Ap!?”
—Dan mereka membeku dalam pertanyaan yang sama.
Kenapa? Karena si siswi— gadis berambut coklat kepang ini adalah—
“Raikiri—Touka Toudou!?“
Tidak diragukan lagi, dia adalah seseorang yang mengalahkan Shizuku dengan kekuatan mendominasi, seorang kesatria terkuat Hagun.
“Eh? Ah, ya? Itu benar, soal itu?”

Bagian 11
“Ah, Presiden! Apa kabar—!“
“Selamat siang, Mishima-san.”
“Presiden! Selamat atas hasil pertandinganmu hari ini!”
“Terima kasih atas dukungannya, Sayama-san.”
“President Toudou, selamat siang! Terima kasih karena telah membantuku mencarikan tasku waktu itu! Aku merasa tidak enak membuatmu menemaniku sepanjang hari.”
“Tolong jangan khawatir soal itu, Itagaki-san. Lagipula, yang menemukannya adalah Uta-kun, dan aku sama sekali tidak membantu… Ah, mulai sekarang tolong jaga baik-baik tasmu agar tidak hilang lagi ya, ok?”
Ketika mereka maju meter demi meter, siswa dari berbagai tahun sekolah dan baik laki-laki maupun perempuan menyapa Touka, dan Touka menjawab mereka satu-persatu dengan nama mereka. Ikki dan Stella memegang dokumen yang dibawa olehnya beberapa waktu yang lalu, dan menyaksikan adegan itu sambil berjalan beberapa langkah di belakangnya.
“Kamu punya banyak penggemar ya, Touka-san?”
Tiba-tiba, Stella mengungkapkan pikirannya. Karena itu, Touka tersenyum riang seakan merasa geli.
“Lagipula aku hanya melakukan hal-hal yang harus dilakukan sebagai presiden dewan siswa. Karenanya, aku harus berterima kasih kepada kalian berdua. Selain karena membantuku mengumpulkan dokumenku, kalian juga membantuku membawakannya.”
“Tidak ,tidak. Awalnya jumlah yang kau bawa itu terlalu banyak.”
“Ahaha… aku sedikit terlalu percaya diri dan mencoba membawa semuanya dalam sekali jalan. Pada akhirnya, kurasa aku seharusnya tidak mengambil jalan pintas.”
Touka menjulurkan lidahnya dengan malu-malu. Gerakan itu sangat memesona, dan tidak terduga dari orang yang sama yang sebelumnya menggunakan kekuatan dewa yang ganas untuk menyingkirkan Shizuku.
“Tapi… aku terkejut. Aku melihat wajah Stella-san di koran sebelum mengenalnya, tapi dirumorkan bersama Ikki Kurogane-san. …Kurasa waktunya tidak tepat saat kita bertemu, ya.”
Pemilihan waktu yang tidak tepat, mungkin karena Shizuku adalah adik Ikki. Terhadap kata-kata itu, Ikki merespons dengan menggelengkan kepalanya sedikit.
“…Itu sebuah pertandingan. Shizuku habis-habisan dan bertarung mati-matian. Dan kau menerima tantangan itu sepenuhnya. Itu cukup bagiku. Aku sangat senang kau menerima hasrat adikku, dan aku tidak punya dendam apa-apa.”
Itu adalah pikiran Ikki yang benar. Namun—
“Aku memikirkan hal yang sama, tapi aku mencemaskan satu hal.”
Mengikuti kata-kata Ikki, Stella menatap Touka dengan tatapan yang membawa suasana hati yang sedikit berbahaya. Dia punya sesuatu yang dia perlu tanyakan pada Touka tidak peduli apa. Itu adalah—
“Touka-san. Kami melihat situasi beberapa waktu yang lalu dan kamu seperti tidak bisa melihat apa-apa saat kau tidak mengenakan kacamatamu, tapi dalam pertandingan kamu juga tidak mengenakannya ‘kan? Kenapa begitu?”
Memang, mengapa Touka, yang penglihatannya sangat buruk, melepas kacamatanya selama pertandingan?
“…Apa, jangan-jangan kamu ingin menahan diri melawannya?”
“T-Tidak, itu tidak benar!”
“Eh?”
“Eh? …Ah. …I-itu tidak sepenuhnya benar~”
Apakah dia gelisah dengan pertanyaan Stella? Aksen besar telah muncul sekarang. Dengan pipinya memerah, usaha Touka yang bingung untuk mengabaikannya sudah agak terlambat. Tapi, bagaimanapun, Touka berdeham sedikit dan mengembalikan nadanya ke normal.
“Yang akan kukatakan justru sebaliknya. Karena Shizuku-san adalah lawan yang tidak bisa ditangan dengan cara biasa, tidak mungkin aku bisa menerima tantangannya sambil mengenakan kacamata. Apabila aku tidak meningkatkan akurasi persepiku dengan merelakan penglihatanku, menyesuaikan diri dengan lawan sekelas Shizuku-san akan sangat sulit.”
“Persepsi, apa maksudmu tentang itu?”
“Aku, aku menjadi bisa merasakan sinyal halus dari tubuh lawanku bergerak dengan merelakan penglihatanku. Hal semacam itu adalah aplikasi praktis dari kemampuan menggunakan petir, kau tahu?”
Seperti kata Touka. Manusia adalah mesin hidup. Gerakan mereka didasarkan pada transmisi otonom dari sinyal yang sepenuhnya berasal dari otak. Mampu memahami sinyal-sinyal itu sangat bermanfaat.
Gerakan lawan dari sinyal itu mengalir di sarafnya. Garis pandang lawan dari sinyal itu mengendalikan otot matanya. Termasuk juga status mental lawan sinyal itu dapat memecahkannya. Orang yang bisa memahami semua itu dengan sangat jelas pasti akan sangat diuntungkan.
“Informasi semacam itu, perasaan murni lawan yang tidak bisa dipalsukan. Kondisi pikiran lawan. Bagaimana lawan berencana untuk bertindak selanjutnya. Ada banyak hal yang kupahami melampaui batasan indera manusia sehingga pola pikir lawan menjadi sangat sederhana. Sehingga aku menjadi bisa membaca perangkap dan serangan mendadak.”
“…Aku paham. Jadi begitu caranya Touka-san bisa menghindari serangan kejutan Shizuku, ya?”
Touka mengangguk dan mengatakan “ya” terhadap kata-kata Stella.
“Itu Noble Art-ku, Reverse Sight. Kurasa itu menyerupai Perfect Vision milik Worst One-san, kan? Meskipun kalau dibandingkan, dapat dikatakan Perfect Vision milik Worst One adalah buah kebijaksanaan, sedangkan milikku adalah kelicikan. ... Yah, begitulah adanya, tapi bukannya aku meremehkan lawanku, tahu."
“Yeah… aku mengerti, maaf, itu kecurigaan yang bodoh.”
“Tidak, tidak. Hahaha.”
“Kau entah bagaimana sedang gembira… ya?” 
“Ya, Stella-san mencemaskan temannya— Itulah yang kupikirkan.“
Pipi Stella memerah seolah-olah ada api yang baru saja disulut disana.
“Ap! O-Orang itu dan aku bukanlah teman!!!”
“Oh? Apa benar begitu?”
“Tidak, kupikir mereka sangat dekat.”
“I-Ikki, kau juga! Ugh—aku tidak peduli lagi!“
Tiba-tiba dalam suasana hati yang buruk, Stella memalingkan matanya menjauh dari Ikki dan mempercepat langkah berjalannya sejauh beberapa meter.
…Aku penasaran dimana ruangan dewan siswa sebenarnya?
Dia mungkin, tidak memiliki tahu jalan. Dia mungkin menunggu mereka setelah berbelok di tikungan berikutnya, kemungkinan besar. Jadi Ikki tidak mengejar Stella, dan bertanya pada Touka sebagai gantinya.
“Ngomong-ngomong, apa tidak apa-apa?”
“Apanya?”
“Yah, memberitahu kami tentang kemampuanmu. Hanya ada sedikit pertandingan tersisa sebelum final pertandingan seleksi, tapi masih ada kemungkinan kita dapat saling berhadapan.”
“Itu bukan masalah. Aku memang membocorkan cara kerja Reverse Sight, tapi— bukannya aku akan kalah.“
Dalam sekejap, Ikki merasa disambar petir, dan dia juga merasakan semangat bertarung yang mematikan dari bagian atas kepalanya hingga ke ujung kakinya. Touka, yang dengan riang memberikan senyum tenang seorang gadis yang lebih tua beberapa saat yang lalu. Dari mata yang menyipit dari senyum itu, cahaya buas seperti pisau berkilau terlihat. Itu adalah bukti yang tidak salah lagi bahwa gadis kecil ini adalah Raikiri. Memegang keyakinan mutlak pada kekuatannya sendiri, dan keinginan bertarung dengan orang-orang bahkan lebih kuat dari dirinya sendiri. Orang yang berjenis sama dengan Ikki atau Stella—dengan mata yang menyala-nyala dengan diri sendiri dan ambisi. 
…Ha ha.
Itulah yang Ikki lihat dari dirinya. Gadis ini dan dirinya, mereka pasti dapat berteman baik. Dan terlebih di masa mendatang—dia ingin bertarung dengan gadis ini.

Bagian 12
Setelah berjalan sekitar selama lima menit, Ikki dan yang lain akhirnya tiba di depan kantor dewan siswa.
“Whew. Akhirnya sampai juga. Ternyata ruang dewan siswa lumayan jauh, ya?”
“Terima kasih, kalian berdua. Apa kalian tidak keberatan masuk sebentar untuk minum teh? Kemarin, Toutokubara-san memasok daun teh yang sangat lezat kepada kami.”
“Kalau begitu aku akan menerima tawaranmu. Bagaimana denganmu , Stella?”
“Aku juga. Kebetulan tenggorokanku sedang serak.”
“Kalau begitu silahkan masuk—“
Selagi Touka berkata begitu, dia membuka pintu kantor dewan siswa, dan melangkah ke dalam untuk membimbing mereka berdua—
“Bgyu!”
Jari kaki Touka tersandung sesuatu yang berat, dan dia terempas ke depan dan jatuh secara dramatis. Kepalanya menunduk, dan pantatnya menghampiri Ikki dan Stella, memperlihatkan pakaian dalamnya lagi. Sejak beberapa waktu yang lalu, rok Touka tidak melakukan pekerjaannya sama sekali.
“…Hey Ikki. Bukankah celana dalam orang ini seharusnya dapatkan bayaran dari sponsor iklan?”
“Bukan begitu cara kerjanya.”
“Owwowow… Apa-apaan itu?”
Sambil berbicara dengan aksen pada jebakan yang tak terduga, Touka bangkit dan memperhatikan ruang dewan siswa. Wajahnya menjadi seputih kertas.
“Ad-ada apa sebenarnya ini—!!!“
Touka menangis. 
Rak-rak buka di ruang dewan siswa, beserta benda-benda lain yang ditarik ke sana-sini, benar-benar semua yang ada di sana berserakan. Dan di tengah ruangan yang kacau itu, semua anggota staf dewan siswa selain Touka hadir. Sang Sekretaris, Ikazuchi Saijou, sedang menyalin catatan pertemuan dengan surat yang benar-benar ditulis dengan terampil. Sang Bendahara, Kanata Toutokubara, menuangkan teh untuknya. Tetapi wakil presiden yang merupakan tipe orang yang melakukan pekerjaannya dengan rajin, Utakata Misogi, dengan antusias menghibur dirinya dengan video game, dan Renren Tomaru menonton layar permainan dengan penuh minat dan berolahraga sambil tidak mengenakan apa-apa selain kaos atlit dan celana dalam.
“Oh~? Presiden kembali—. Selamat datang—“
“AhahaTouka sangat ceroboh. Apa kau terguling lagi?”
Renren dan Utakata menyapa Touka ketika mereka menyadari saat Touka memasuki ruangan. Terhadap mereka berdua, alis Touka terangkat, dan—
“Astaga~! Tomaru-san! Aku sudah sering memberitahumu kalau kau ingin menggunakan barbel boleh saja selama kau mengembalikannya di tempatnya setelah selesai menggunakanya! Ini berbahaya, tahu! Dan Uta-kun, kalau kau ingin membaca manga maka rapikan rak-nya seperti semula! Kalian selalu seenaknya mengambil dan meninggalkannya begitu saja! Maksudku kenapa tempat ini begitu berantakan padahal aku hanya punya waktu sehari untuk bersiap-siap menghadapi pertandinganku?”
Dia berteriak. 
“Pff, kenapa presiden selalu memutuskan kalau kamilah yang membuatnya berantakan? Itu bisa saja tuduhan palsu, tahu!”
“Satu-satunya yang bekerja di ruangan dewan siswa hanyalah Tomaru-san, dan hanya kau dan Uta-kun yang membaca manga dan berbuat seenaknya!”
“Ya tidak ... entah bagaimana aku tiba-tiba ingin membaca semua Rur●ken dan Dragon B ● ll dan Sla● Dunk dalam satu waktu yang lalu, dan bolak-balik untuk mengambil setiap volume dari rak buku itu terlalu merepotkan, jadi aku hanya mengambil mereka semua bersama-sama, kau tahu? Dan ketika aku membacanya, aku menjadi nostalgia dan tiba-tiba ingin memainkan beberapa SNES, jadi aku membalik badan dan meninggalkan semuanya. Ah, tapi sementara Touka pergi, Ikazuchi dan Kanata bekerja dengan baik, jadi semuanya baik-baik saja!”
“Ada apa dengan kelegaanmu itu sambil menyerahkan segalanya kepada orang lain? Itu membuatku marah! Astaga, kalian selalu, selalu—“
“President, ini bukan waktu dan tidak ada alasan untuk meledak, lagipula kita sedang kedatangan tamu.”
“—Oh!“
Touka, yang telah melupakan dirinya sendiri dalam amarahnya di daerah bencana yang telah menjadi ruangan itu, memandang melewati bahunya ke pintu masuk. Di sana, Stella dan Ikki berdiri dengan senyuman kecil, memandangi kondisi buruk ruang dewan siswa yang telah menjadi seperti rumah penimbun yang dipenuhi dengan sampah.
“O-Ohoho. Bisakah kalian menunggu sebentar~?”
Touka, sementara dengan goyah memoles senyum paksa di wajah pucatnya, mendorong mereka berdua kembali ke koridor, dan membanting pintu hingga tertutup.
“Dengar sini! Semuanya bantu aku membereskan tempat ini! Uta-kun, berhentilah bermain game!”
“Ap! T-Tunggu sebentar, Touka! Aku belum menyimpannya sejak kemarin, tunggu, tuuuu! Hagurinku!!!”
“Aku ‘kan sudah sering memberitahumu, kau hanya boleh bermain selama sejam dalam sehari! Astaga, akan kumaafkan kau kali ini! Dan Tomaru-san, apa kau masih berlatih!? Ada cowok juga di dalam sini, jadi tolong pakai rok atau semacamnya!”
“Eh? Tapi disini sangat panas karena Presiden menghancurkan ACnya—“
“Karena semua peralatan listrik mengalami arus pendek setiap kali Presiden menyentuhnya.”
“A-aku minta maaf soal itu, tapi itu tidak ada hubungannya dengan mengenakan pakaian dalam di kantor dewan siswa! Itu sangat tidak bermoral! Ini adalah pemandangan yang tidak pantas untuk anggota dewan siswa yang seharusnya menjadi panutan bagi para siswa!”
“Padahal presiden yang lebih dulu memamerkan pakaian dalamnya—“
“AhahaItu karena Touka tidak biasa memiliki lawan untuk menjaga kondisinya, jadi dia tak pernah berhenti, kan?”
“K-K-Kehidupan pribadiuku tidak ada hubungannya dengan ini! Ngomong-ngomong, segera bereskan ini! Kalau tidak, aku akan melempar semuanya keluar!”
“Whoa, aku paham! Aku paham!”
“Cepat! Cepat!”
Buk Buk Buk Buk Buk. Dengan suara seolah-olah seseorang sedang pindah rumah, suara gemerincing dan berderak datang dari kantor dewan siswa mengguncang jendela. Sementara suara berisik itu terdengar dari koridor—
“Touka-san terdengar seperti ibu, ya?”
“…Dewan siswa punya masalahnya sendiri, kurasa.”
Ikki dan Stella merasakan suasana hati yang penuh kasih sayang terhadap Touka. Pada akhirnya mereka diusir sebelum meletakkan dokumen yang mereka bawa, tetapi mereka tidak akan mengeluh.
Mereka menunggu selama beberapa menit, sampai ruangan dewan siswa akhirnya terbuka.
“Mari, mari… ah, maaf membuat kalian menunggu. Silahkan masuk…”
Touka mengintip melalui sisi pintu, dan mengundang dari mereka ke dalam.
“Ah, ya. Maaf atas ketidaknyamananya…”
Selagi bertanya-tanya apakah sebuah kesalahan menerima undangan minum the ini, Ikki memasuki ruangan dewan siswa bersama Stella.
Tempat itu menjadi sangat indah seolah telah digantikan dengan ruangan yang benar-benar berbeda. Buku-buku yang berserakan sekarang telah ditempatkan di rak, dan lantai telah dipoles sampai ke titik dimana pantulan wajah dapat terlihat. Kebersihan dan gaya antik dari furnitur-furniturnya, memberikan nuansa keberat-baratan. Sangat menganggumkan mereka dapat membersihkannya sampai sejauh ini hanya dalam beberapa menit,
Namun, mata Ikki yang taham menyadari sesuatu.
Umm, tunggu sebentar. Lemari di sana terlihat seperti menggembung ke arah yang aneh.
Dan di depan pintu itu, Saijou hanya berdiri disana seperti patung Jizou, yang mana itu berarti—
…Ya, mari berpura-pura aku tidak melihatnya.
Dia dengan lembut mengabaikan segel yang mencolok itu, dan Ikki dan Stella dan duduk di sofa di tengah ruangan, berkumpul di meja yang sama dengan anggota dewan siswa.
Setelah itu, Renren dengan kulit coklatnya duduk menghadap mereka, dan menunjukkan senyum ceria dan berbicara.
“Kurogane-kun, sudah lama, ya. Sepertinya kau tidak kesulitan menang beruntun bahkan setelah mengalahkanku, ya?”
“Ya, entah bagaimana aku dapat terus melanjutkannya.”
Setelah pertukaran itu, Kanata menyapa Stella dengan senyum lembut. Di bawah pinggiran topinya, mata birunya mengintip untuk pertama kalinya.
“Sudah lama juga bagi kita ya, Stella-san. Kau bertemu denganku di restoran, kan?”
“Ya. Aku tidak menyangka akan datang hari dimana aku dipanggil ke ruangan ini.”
“Toutokubara-san. Tolong sajikan teh untuk mereka berdua.”
“Tentu saja.”
“Kanata-sempai! Aku ingin makan madeleine.”
“Kalian berdua anak nakal akan pergi tanpa mendapat camilan siang hari ini.”
“Ap-apa yang kau katakan!”
“Kau sangat kejam, Touka! Kalau kami tidak mendapat cemilan siang, untuk apa kmai datang ke ruangan dewan siswa!?”
“Karena ini ruangan dewan siswa, kan!?”
Touka mengangkat suaranya dalam teriakan. Kehidupan presiden dewan siswa dirangkum oleh jawaban itu.
Untuk Touka yang terengah-engah karena ketegangan itu, Saijo yang menahan lemari sepertinya memberikan penampilan serius dan berbicara dengan suara kagum.
“Tapi itu seperti presiden. Pekerjaannya cepat, mencari pembantu untuk hal yang sedang kita bicarakan. Itu juga pilihan yang bagus. Jika rekrutannya adalah mereka berdua, kemampuan tempur mereka tidak perlu diragukan.”
Kemampuan tempur? Pembantu?
Ikki dan Stella memperhatikan dan memiringkan kepala mereka pada kata-kata dengan suasana yang tiba-tiba berbahaya. Kata itu, mereka belum pernah mendengarnya dari Touka sekali pun. Mereka mengalihkan pandangan mereka ke Touka untuk bertanya apa yang dia katakan
“Ya?”
Touka sendiri juga memasang wajah bingung seolah bertanya tentang apa ini.
Saijou tampak bingung dengan jawaban ini.
“Umm, apa aku salah? Kupikir pasti ada alasan tamu kita ini datang.”
“Apa ini, Touka? Mungkinkah kau lupa? Dengar, bukannya ketua dewan yang membuat permintaan ini?”
“Sesuatu yang Kurono minta… ah, aaaahhh!”
Pada saat itu, Touka menjerit dengan wajah pucat.
“Astaga, apa kau benar-benar lupa? Meskipun kupikir pasti ada alsan kau membawa mereka berdua kesini.”
“…Au, ya. Aku terlalu fokuus terhadap pertandinganku dengan Shizuku dan melupakannya,,,”
“Umm, apa yang kalian bicarakan?”
Stella, yang duduk di sebelah Ikki, bertanya kepada Touka yang sangat kesusahan dan putus asa. Orang yang menjawabnya bukan Touka, tapi Totokubara sambil menuangkan teh hitam untuk semua orang.
“Beberapa hari yang lalu, dewan siswa menerima permintaan dari ketua dewan Shinguuji. Meskipun calon perwakilan biasanya tinggal bersama sebelum Festival Seven Stars Sword-Art di sebuah kamp pelatihan di Okutama, baru-baru ini ada orang yang mencurigakan di sana.”
“Itu belum pasti, tapi.”
“Ya. Mengonfirmasi keselamatan tempat itu untuk berjaga-jaga diserahkan keapda dewan siswa, karena para guru saat ini sedang sibuk mengurus administrasi Pertandingan Seleksi. …Namun, disana ada pegunungan tinggi dan hutan belantara di lahan asrama, dan para dewan siswa sendiri tidak cukup untuk melindunginya.”
“Jadi begitu. Jadi maksudmu kau butuh pembantu untuk area luar?”
Kelihatannya bukan hanya para guru yang sibuk dengan pertandingan seleksi berskala besar ini.
“Kebetulan, seperti apa orang yang mencurigakan itu? Apa ada informasi?”
“Ya, ada beberapa, tapi—“
Toutokubara ragu-ragu sesaat, tetapi lalu menjawab.
“Kelihatannya dia adalah raksasa setinggi empat kaki.”
“Huh!?”
“R-Raksasa!?”
“Aku tahu.”
“Dan juga jangan lupa, semua rekan Haishin-san, kau tahu?”
“Aku tahu. Maksudku, aku terkejut Toutokubara-san tahu tentangnya.”
Tiba-tiba, Stella mencondongkan tubuhnya sedikit terhadap topik yang tidak masuk akal ini.
“Kalian benar-benar mempercayainya, ya?”
“T-Tapi! Seorang raksasa! Itu kriptid, kau tahu! Bukankah itu menarik?”
Pupil merah dari gadis yang berbicara itu berkilau sepenuhnya seperti anak kecil. Menanggapi hal itu pada Stella, Renren setuju seolah-olah dia baru saja menemukan seorang kawan.
“Hey! Stella-chan menyukai hal-hal seperti itu!”
“Karena aku belajar bahasa jepang dari DVD Tanketai Kawaguchi Hiroshi, aku suka sekali mereka!”
Benar-benar cara yang mengejutkan untuk mengenali Jepang, putri kekaisaran ini ...! 
Meskipun tidak seperti Ikki yang merasa sedikit konflik, Renren tampaknya telah menemukan gairah yang pada di Stella.
“Ooh! Stella-chan, beritahu aku soal itu!”
“Itu mungkin hampir—“
“Wakil Presiden, kita tidak bisa lebih jauh lagi dari itu.””
“Hey, hey Ikki! Karena Touka-san tampak bermasalah, ayo kita bekerja sama! Aku ingin melihat raksasa!”
Stella menggoyang-goyangkan bauhu Ikki dengan mata berbinar.
Terus terang, Ikki tidak ingin tahu tentang raksasa, tetapi - dia adalah seseorang yang menuai manfaat dari Sistem Pertempuran Seleksi yang membuat dewan siswa sibuk. Jadi ide untuk bekerja sama dengan mereka terasa seperti kewajiban. Karena itu, dia segera mengakuinya.
“Kalau itu yang kalian bicarakan, maka aku sebagai siswa akan dengan senang hati bekerja sama.”
“B-Benarkah?”
Terhadap persetujuan siap Ikki dan Stella, wajah Touka yang telah bermasalah dan tertekan mendapatkan kembali vitalitasnya.
“Asrama juga merupakan institusi untuk siswa, bukan? Jika bantuan kami cukup—“
“Itu lebih dari cukup! Terima kasih banyak, sungguh! Kalian sangat membantu kami!”
Berbicara dengan suara yang hidup, Touka menawarkan jabat tangan yang mengungkapkan perasaan terima kasihnya. Tapi—
Tangan yang dijulukan Touka kepada Ikki dicegat oleh Stella. Mengimbangi Ikki, Stella menjabat tangan Touka dengan antusias.
“Salam sejahtera, salam sejahtera.”
“Eh? Ah, ya, salam sejahtera juga dariku.”
Jadi Stella dan Ikki membuat rencana untuk pergi akhir pekan depan dengan dewan siswa ke Okutama.