BAB 2
(Translater : Fulcrum)
3 Juli, Selasa pagi, sehari setelah pemberitahuan yang membuat semua SMA Sihir jatuh ke dalam sebuah keributan dan kekacauan itu diumumkan. Di markas JSDF 101 di Tsuchiura di Prefektur Ibaraki Lama, komandannya, Mayor Jenderal Saeki Hiromi, memanggil Komandan Batalion Sihir Independen, Mayor Kazama Harunobu.
Mayjen Saeki adalah seorang perwira tinggi wanita yang berusia 59 tahun. Seorang perwira yang berbakat, karena kilauan perak rambut abu-abunya dia mendapat julukan ‘Silver Fox’. Tapi, sekilas dia terlihat seperti kepala sekolah yang baik hati, jauh dari kesan rubah, fox.
Di kalangan JSDF dia juga dikenal dengan kritikus anti Sepuluh Master Clan yang ekstrem. Walau begitu, dia benar-benar tidak punya kebencian atau sentimen apapun terhadap penyihir. Dia hanyalah orang yang waspada dengan ruang lingkup Sepuluh Master Clan yang terlalu independen dalam bidang pertahanan nasional. Untuk itu Saeki dipandang sebagai rival politik untuk Kudou Retsu, tapi itu tidak terlihat dari luar.
Hubungannya dengan Kazama dimulai sejak Perang Besar Indocina.
Di perang dimana Great Asian Alliance bergerak ke selatan untuk menaklukkan seluruh Semenanjung Indocina, Kazama mengabaikan perintah petinggi JSDF dan langsung bergerak untuk mencegah peperangan. Berkat taktik gerilya-nya, ia berhasil menghentikan pergerakan Great Asian Alliance, sekaligus USNA dan Uni Soviet Baru, dan memaksa Great Asian Alliance untuk mundur dengan tangan kosong. Kazama dihormati atas aksinya sebagai petarung medan hutan terhebat di dunia. Tapi Saeki lah, seorang analisis intel di markas utama JSDF yang saat itu membantu Kazama yang terisolasi penuh dengan intel dan rencana operasi, yang menjadi alasan dibalik kesuksesannya menaklukkan perang itu.
Dan karena pembangkangannya di Perang Besar Indocina, saat itu perintah untuk Kazama adalah menghadang pergerakan Great Asian Alliance ke selatan dengan diam-diam, meski bagian ‘diam-diam’nya dihilangkan, Kazama tidak mendapat kenaikan pangkat sedikit pun, tapi tidak ada kecaman sama sekali kepada Saeki, baik resmi maupun non-resmi. Dia dihujani pujian bahkan dari eselon-eselon atas yang terkesan dengan pekerjaannya.
Empat tahun yang lalu, tepat setelah Invasi Okinawa, rencana Saeki melatari pembentukan sebuah Batalion 101 dan dia ditunjuk sebagai komandan tertingginya. Dia meminta Kazama, yang saat itu berpangkat Kapten, mengangkatnya jadi Mayor dan memberinya komando atas Batalion Sihir Independen.
Mereka berdua jarang berinteraksi, tapi ikatan mereka dalam. Bahkan dengan mereka berdua yang sudah saling mengenal untuk waktu yang lama dan hubungan mereka yang seperti teman, pembicaraan mereka tetap terasa seperti pembicaraan seorang atasan dengan bawahan. Perintah yang diberikan kepada Batalion Sihir Independen adalah untuk melakukan pengujian terhadap peralatan sihir dan taktik sihir baru. Tujuan utama Batalion 101 adalah untuk menciptakan sebuah kekuatan sihir yang independen dari Sepuluh Master Clan, dan unit milik Kazama adalah kuncinya. Masuk akal bagi Saeki dan Kazama untuk memiliki hubungan yang dekat.
Dan di kantor komandan, mereka berdua bisa membicarakan aksi militer rahasia dengan bebas.
“Mayor Kazama, apa kau tahu tentang perubahan lomba di Kompetisi Sembilan Sekolah tahun ini?”
Dan Saeki memulai pembicaraan pagi mereka dengan pertanyaan ini.
“Hanya sebatas tahu saja. Apa itu sudah secara resmi diumumkan?”
Saat dia bertanya balik, Kazama dengan tidak nyaman teringat sesuatu, Saeki punya kemampuan sihir yang lemah, tapi dia bukan penyihir. Dia terkenal karena memasukkan ‘sihir’ ke dalam strategi perang dan menggunakannya dengan baik, tapi dia seharusnya tidak tertarik dalam kompetisi sihir non-tempur.
“Sepertinya berita itu terlambat sampai padamu, Mayor. Pemberitahuan resminya telah dikirimkan ke semua SMA Sihir kemarin”, Saeki yang duduk berbicara sambil menyerahkan lembaran-lembaran dokumen kepada Kazama, berdiri ‘santai’ di hadapannya. Dia memberitahunya sambil menunjukkan jarinya pada kertas yang diberikannya untuk mencegah bocornya penjelasan yang dibicarakannya. Tapi itu sepertinya memang sudah kebiasaan Saeki saja.
Untuk sesaat suara kertas-kertas yang dirapikan itu memenuhi ruangan kantor. Kazama, segera sehabis menyelesaikan bacanya, mengangkat wajahnya dan memasang tampang ingin bertanya sesuatu.
“Bagaimana menurutmu?”
Sepertinya mereka masih belum akan bicara ke intinya. Melihat Saeki yang masih basa-basi, jadi Kazama memutuskan untuk mengikuti alurnya.
“Ini jelas-jelas regimen latihan militer.”
“…..Aku tidak yakin bagaimana mengatakannya tapi aku setuju denganmu kali ini.”
Saeki menekan tombol di ujung mejanya seolah ia mengingat sesuatu. Sebuah kursi muncul dari dinding, lalu diam di belakang Kazama. Saeki mengisyaratkannya untuk duduk.
Sepertinya ini tanda kalau pembicaraan mereka akan lama. Kazama menunduk sebelum dia duduk di kursi itu.
“Garis besar perlombaan tahun ini berubah akibat insiden di Yokohama tahun lalu. JSDF ingin memastikan kemampuan tempur efektif penyihir, dan karena itu mereka menginginkan adanya pengembangan kemampuan.”
“Aku yakin semua orang bahkan orang awam pun tahu itu.”
Saeki mengangguk mendengar perkataan Kazama, lalu menlanjutkan kalimatnya.
“Asosiasi Sihir Jepang hanya menunjukkan tanda-tanda perlawanan pada permintaan dari JSDF ini.”
Kazama menunjukkan wajah penasaran kepada Saeki.
“Orang tua itu tidak melakukan perlawanan?”
Saeki sedikit tersenyum pada pertanyaan Kazama.
“Tetua Kudou tidak menentangnya.”
Saeki menyembunyikan senyumannya setelahnya, lalu segera merubah pembicaraan mereka.
“Ada tuntutan dari markas utama JSDF agar pasukan kita ikut serta dalam kompetisi tahun ini.”
“Bukan perintah, tapi tuntutan.”
Daripada disebut memastikan, Kazama lebih terdengar seperti mengiyakan hal itu.
“Ya, aku rasa mereka memberikan itu karena faktor diriku dan bukan karena kemampuan pasukan kita.”
“Saya bisa mengerti itu.”
Bahkan markas utama tahu sentimen Saeki terhadap Sepuluh Master Clan dan status quo-nya di antara masyarakat sihir. Mungkin permintaan bantuan untuk acara seperti kompetisi anak SMA yang ditujukan kepadanya bisa dianggap penghinaan. Penghinaan terhadap Saeki dan Asosiasi Sihir Jepang sebagai sponsor kompetisi.
“Dengan begini bisa dilihat kalau Asosiasi Sihir sedang bermain sulit dengan JSDF, tapi seperti markas utama kesal akan itu.”
“Akhirnya.”
Didengar sekilas, perkataan Saeki terdengar seperti komplain. Tapi bagi Kazama tidak seperti itu, ia memandang kalau akhirnya markas utama sendiri menyadari risiko yang ada jika mereka meminta tolong kepada Sepuluh Master Clan.
Mendapat balasannya, Saeki menunjukkan ekspresi puas kepada Kazama.
“Akan kuterima tuntutan ini.”
Kazama mempersiapkan diri untuk perintah kerjanya.
“Namun, aku tidak akan mengerahkan Batalion Sihir Independen. Unit-mu akan berjaga selama Kompetisi Sembilan Sekolah.”
Perintah Saeki bukan menyuruhnya maju tapi malah diam.
“Dimengerti. Batalion akan siap untuk perintah selanjutnya.”
Benar-benar terkejut, Kazama merespon agak lambat. Meski begitu, dia menanggapinya dengan cara militer.
“Satu hal lagi.”
Menunjukkan gestur pada Kazama, yang sudah akan berdiri dan memberi hormat, untuk duduk lagi, Saeki mengganti topik pembicaraan mereka.
“Bukan hanya Tetua Kudou tidak menentang perubahan ini, dia juga kelihatan sangat mendukungnya.”
Lupakan itu, pembicaraan ini kembali membahas reaksi Kudou Retsu pada perubahan Kompetisi Sembilan Sekolah.
“Aku dengar Tetua Kudou memberikan ketertarikan besar di perlombaan, Steeplechase, yang baru ini. Dia memerintahkan agar aturannya tidak membatasi anggota perwakilan saja yang bisa ikut serta. Bahkan perlombaan ini sendiri dirancang sesuai dengan keinginannya.”
“Itu mengejutkan.”
Steeplechase Cross-country adalah sebuah latihan tempur yang sangat sulit bahkan bagi penyihir tempur sekalipun. Dengan durasi latihan yang berlebihan, penyihir tersebut bisa berisiko kehilangan kekuatan mereka. Kazama tahu kalau orang tua itu sebenarnya tidak ingin melihat penyihir-penyihir muda dijadikan pengorbanan militer. Dan karena itu mendengar perkataan Saeki membuatnya terheran.
“Ini bisa dianggap pengkhianatan Kudou, yang selalu berkampanye untuk menghentikan penggunaan penyihir sebagai senjata. Tapi mengingat dirinya, seharusnya ini bukanlah masalah kecil.”
“Maksud Anda ada sesuatu di baliknya?”
“Seharusnya ada, benar begitu, Mayor?”
Kazama bertanya mendadak, lalu sadar kalau itu tidak membutuhkan jawaban. Jika mengingat kembali alasan kenapa Kudou berkampanye menghentikan penggunaan penyihir sebagai pengorbanan militer dan senjata, rasanya tidak mungkin orang tua seperti itu akan merubah pemikirannya semudah itu.
“Dan satu hal lagi, meski ini mungkin berita bagus untukmu.”
Kazama, tenggelam dalam pikirannya, menarik kembali dirinya ke pembicaraannya dengan Saeki karena awalan yang cukup menarik ini.
“Keluarga Fujibayashi bersekongkol dengan Keluarga Kudou dan sepertinya mereka merencanakan sesuatu di Steeplechase.”
“Jadi itu alasan kami dibekukan.”
Keluarga Fujibayashi adalah keluarga salah satu bawahan Kazama, Fujibayashi Kyouko. Dia tidak merasa kalau Fujibayashi Kyouko adalah orang yang tidak bisa dipercaya tapi fakta kalau dia merupakan anggota keluarga itu cukup untuk Saeki membekukan Kazama dalam kasus ini.
“Benar.”
Dan Saeki tidak menyembunyikan kenyataan yang berhasil terbongkar itu.
“Tanpa perlu dikata, aku ingin unit Mayor bekerja saat dibutuhkan. Tolong bersiaplah dan terus awasi pergerakan Letnan Fujibayashi.”
“Baik!”
Kazama tidak sedang ingin berdebat. Memercayai orang dan memersiapkan diri dalam segala situasi adalah dua hal yang berbeda.
Saat dia meninggalkan kantor itu, pikiran Kazama bukan berisi bawahannya, tapi lebih kepada anggota sementaranya, Letnan Khusus Ooguro Ryuuya, dengan kata lain Tatsuya.
Apa tidak apa-apa tidak memberitahunya, yang akan ikut di Kompetisi Sembilan Sekolah, tentang perlombaan ini yang akan jadi seperti ajang percobaan? Saeki tidak membicarakan soal pengerahan Letnan Khusus Ooguro, jadi mungkin dia seharusnya tidak perlu diberitahu dulu. Dan sampai mereka sudah diperintahkan bergerak, dia cuma sebatas warga sipil biasa.
Namun, ada sedikit keraguan kalau adiknya akan ikut perlombaan yang sedang jadi pembicaraan mereka tadi. Kalau ada bahaya yang terjadi kepada adik yang disayanginya, bahkan jika dia harus….
Membayangkan tragedi, tidak, bencana, yang bisa terjadi, mustahil baginya untuk bisa pura-pura tutup mata begitu saja. Kazama tidak bisa berhenti memikirkan itu.
◊ ◊ ◊
Kekacauan tentang perubahan perlombaan di Kompetisi Sembilan Sekolah menyelimuti SMA 1. Saat situs resmi kompetisi secara publik mengumumkan perubahan itu, banyak sekali hal yang terjadi mulai dari munculnya harapan sampai keputusasaan di semua klub mengenai hal itu.
Namun, mereka yang paling terbebani oleh hal ini adalah OSIS.
Pertama, mereka perlu menjelaskan semua ini kepada ketua-ketua klub tentang pelepasan atlet-atlet yang seharusnya ikut di perlombaan seperti Speed Shooting. Seleksi atlet masih dalam tahap sementara dengan belum diumumkannya satu nama pun sama sekali, tapi yang pasti kalau mereka akan ikut dalam Kompetisi Sembilan Sekolah maka mereka harus meninggalkan kegiatan klub mereka. Jadi mereka perlu memberitahu ketua klub masing-masing atlet sebelum mengumumkannya. Dan juga, meski mereka sudah mempersiapkan kompetisi tahun ini lebih cepat dari tahun lalu, semuanya tetap saja kacau. Di benak Azusa dia merasa sepertinya semua ini masih belum akan berakhir.
Mereka harus mulai menyeleksi lagi atlet dari awal. Mereka tidak bisa tidak merubah atlet-atlet yang sudah ditunjuk begitu saja. Ada beberapa kasus dimana ada atlet yang lebih cocok di perlombaan baru ketimbang lombanya sebelumnya, dan mereka juga perlu mengingat aturan baru yang menegaskan hanya Steeplechase sajalah yang bisa menjadi lomba kedua seorang atlet. OSIS yang diberi tanggung jawab untuk menunjuk atlet yang bertanding tapi mereka tidak bisa mengabaikan opini masing-masing klub. Lagipula, mereka perlu bernegosiasi dengan setiap klub dan hal-hal yang lain.
Selain itu semua, mereka juga perlu memersiapkan semua peralatan untuk perlombaan yang baru. Itu hal yang mudah, tapi harus mulai membaca peraturan kompetisi yang baru seperti Rower and Gunner, Shield Down, dan Steeplechase Cross-country, tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hari ini, saat mereka keluar dari gerbang sekolah, semua anggota OSIS terlihat lesu. Baik Tatsuya maupun Miyuki tidak lepas dari hal itu.
Tidak peduli semuda apa mereka, tidaklah mudah untuk tetap bersemangat setelah semua itu. Mereka pulang ke rumah dan setelah makan malam, Miyuki berdiri di dapur; hal yang mengganjal di dirinya sejak pulang sekolah terus dipikirkannya. Namun, meski begitu, Miyuki di waktu dan tempat seperti ini tidak akan menyerahkan semua tugasnya kepada Minami. Jika dilihat dari perasaan Miyuki, bisa berguna bagi Tatsuya adalah suatu penghiburan besar baginya. Mengabaikan tugasnya karena dia sedah lelah adalah sesuatu yang tidak bisa diterimanya. Dia telihat lebih teliti saat membuat kopi; kelelahannya tidak menghilangkan senyuman di wajahnya sedikit pun ketika menaruh cangkir berisi kopi itu di depan Tatsuya.
“Terima kasih, Miyuki.”
Tatsuya dengan tegas melihat mata adiknya; dia tersenyum padanya, matanya memancarkan rasa terima kasihnya.
“Itu, umm…. sama-sama.”
Miyuki cukup terbiasa dengan sikap Tatsuya itu dan tidak akan membuatnya tersipu malu. Tidak peduli seberapa dingin Tatsuya dia tetap saja kelihatan normal, tidak peduli seberapa kejam wajahnya di mata musuh-musuhnya, Miyuki paham kalau kakaknya adalah orang yang ‘baik’. Walau begitu, saat dia tiba-tiba dihadapkan dengan kebaikan itu, dia akan membalas dengan sedikit tersipu di bawah matanya, kesenangan tidak bisa dibendungnya.
“Kau lelah hari ini, bukan? Istirahatlah.”
Tatsuya, yang seperti biasa duduk di sofa untuk tiga orang, menepuk tempat di sebelahnya.
“Y-Ya!”
Sekejap, Miyuki yang terbelalak dengan senang duduk bersama kakaknya.
Minami, yang berdiri di belakang mereka kehilangan tugas-tugasnya, tidak bisa menyembunyikan kecemasannya, tapi mungkin Minami sudah melupakannya, atau mungkin dia tidak ingin mengganggu momen ini saja, sebaliknya dia hanya diam saja mengamati Tatsuya.
Namun, bahkan jika Miyuki tidak memermasalahkannya, Minami masih tidak bisa menerimanya begitu saja. Dia masih merasa tidak berguna sejauh ini. Merasa kehilangan pekerjaannya sebagai pelayan, dia tidak mampu untuk menahan keinginannya untuk meninggalkan mereka berdua saat ada bunyi tanda email yang masuk.
Dengan bahagia, Minami mengarah ke konsol itu. Daripada menampilkannya di layar utama yang terpasang di dinding ruang keluarga, dia melihatnya lewat monitor kecil yang terpasang di konsol itu.
Saat dia menoleh ke belakang, wajah Minami dipenuhi kebingungan.
“Tatsuya-sama.”
Dia benar-benar bingung; dia sampai lupa memanggilnya ‘Onii-sama’ seperti yang dijanjikannya.
“Ada email yang masuk. Tapi…tidak ada nama pengirimnya.”
Itu adalah alasan yang cukup masuk akal.
“Tidak ada?”
Suara Tatsuya penuh keraguan saat bertanya. Terlepas dari apa yang ada sebelum perang, format sistem email sekarang sudah benar-benar diawasi. Butuh kemampuan teknis tingkat tinggi untuk mampu menyembunyikan identitas pengirim.
Tapi, menurut peraturan, mustahil untuk mengosongi bagian identitas pengirim.
Namun, itu berarti bisa dibilang juga: kalau kau punya kemampuan teknis yang tinggi untuk mengirim data yang tidak memenuhi peraturan jaringan lalu menyamarkannya dengan mudah. Pengirim misterius ini pasti punya kemampuan teknis yang tinggi dan tidak ingin mereka tahu identittasnya….. itu bisa diterka dari email yang dikirimnya.
Kalau memang begitu, maka ada banyak kemungkinan yang ada. Ada orang yang dikenalnya yang bisa menggunakan jaringan seperti ini dengan bebas…..
(Tidak, terlalu cepat menyimpulkan seperti itu.)
Tatsuya mengenyahkan dugaan orang yang muncul di kepalanya. Email yang dikirimnya, kemungkinannya tidak nol. Tatsuya merasa kemungkinannya lebih dari lima puluh persen. Tapi masih ada lima puluh persen lain kalau itu adalah malware yang dikirim oleh musuh mereka.
(Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mencek isinya.)
Tatsuya telah memasang konsol nirkabel di rumahnya untuk tidak membuka email yang berkemungkinan berisi malware; sebaliknya, transmisi data mentahnya lah yang ditunjukkan. Perintahnya sudah dimasukkan dan munculah beberapa baris teks. Dari gayanya dia bisa tahu siapa yang mengirimkannya.
Tatsuya menyalakan dekoder-nya; membaca setiap baris teks yang muncul di layar. Kode itu biasa digunakan oleh pasukan pertahanan. Batalion 101 menggunakan jenis kode yang berbeda, tapi dia juga tidak bisa memastikan kalau ini bukan dari Batalion Sihir Independen.
Kejadian seperti ini, hanya terjadi jika ada sinyal komunikasi yang penting. (Sebenarnya, ini diterapkan untuk menghambat Echelon III yang memiliki sistem lebih baik daripada versi sebelumnya, Echelon II). Kode yang umum digunakan ini mungkin digunakan pada data email itu karena mengutamakan keamanan.
Bagaimanapun, dia masih belum bisa menentukan apa itu dari temannya atau musuhnya jika hanya melihat dari gaya kodenya. Kalau dia tidak membaca isinya, dia tidak akan bisa tahu. Tatsuya tanpa bersuara menunggu sampai proses dekripsi itu selesai.
“Ini bohong, ‘kan…..?”
Namun, data yang berhasil di proses dari email itu membuatnya bisa mengetahui identitas pengirimnya. Informasi itu sangat buruk sampai-sampai Miyuki, yang berusaha untuk memberi ruang bagi kakaknya agar tidak mengganggu, menggumamkan itu tanpa pikir panjang.
“Pengujian performa senjata baru……. Ini cukup sulit untuk diterima, tapi aku tidak bisa mengabaikannya tanpa memastikannya.”
Email mencurigakan itu mengklaim bahwa Keluarga Kudou memanfaatkan perubahan lomba di Kompetisi Sembilan Sekolah yang dikeluarkan militer sebagai kesempatan uji senjata baru yang mereka kembangkan diam-diam, dan pelaksanaannya ada di perlombaan Steeplechase Cross-country.
“Keterlibatan militer memang benar adanya. Tapi, keanoniman ini membuatnya jadi mencurigakan dan karena ini bisa jadi campuran fakta dan kebohongan maka…..”
Miyuki sekali lagi mendekati Tatsuya, yang sedang berpikir keras. Kali ini bukan untuk dimanja kakaknya; alasannya cuma karena dia mengkhawatirkan Tatsuya saja.
“Onii-sama……. Bagaimana menurutmu?”
Miyuki kesal dengan dirinya yang tidak bisa apa-apa. Dia marah sampai tidak bisa apa-apa tapi setidaknya dia bisa menjadi orang yang bisa diajak Tatsuya membicarakan semua ini sehingga tidak harus menanggung semua ini sendirian.
Namun, ini semua cuma kegelisahan Miyuki sepihak.
“Hmm, besok pagi akan kucoba bicarakan dengan master.”
Tatsuya menjawabnya dengan santai sekali. Bahkan meski dia tidak terlihat seperti akan menyerahkan semua masalah ini ke Yakumo, pada akhirnya dia tetap akan melibatkannya. Melihat kakaknya yang selalu menjadi seperti ‘orang jahat’ seperti biasa, ketegangan di bahu Miyuki menghilang.
“Onii-sama, apa kau mau tambah kopi?”
“Ya, terima kasih.”
“Baiklah. Tolong tunggu sebentar.”
Karena dia akan berbicara dengan Yakumo, Miyuki menenangkan pikirannya sampai besok pagi, jadi dia pergi ke dapur. Oleh karena itu, dia tidak mendengar sisa perkataan Tatsuya.
“Minami, teruskan email ini pada Hayama-san.”
“Ya, Tatsuya-sama.”
“Dengan kode enkripsi tertinggi.”
“Seperti yang Anda inginkan.”
◊ ◊ ◊
Di dunia ini, ada orang yang seperti Tatsuya yang ingin ‘menghindari masalah sebisa mungkin’; di sisi lain, ada juga orang yang selalu ingin ‘menimbulkan masalah’. Secara kebetulan, di seberang lautan sana, ada mata dan telinga yang mengawasi dengan intens; ada juga mereka yang selalu ‘mencari benih-benih kekacauan’.
Master dari Zhou Gongjin adalah tipe orang yang seperti itu.
[Gongjin]
Mayat manusia yang diawetkan dan dikendalikan Sihir Iblis memanggil nama Zhou Gongjin yang berlutut di depannya.
[Aku paham kalau Militer Jepang sedang melakukan tes performa sebuah senjata rahasia di acara Kompetisi Sembilan Sekolah mendatang di bulan Agustus.]
Suara yang menggunakan mayat itu untuk berbicara menghadap tembok yang mengarah ke Samudera Pasifik adalah milik salah satu ‘Seven Sages’, Jiedo Heigu, salah satu anngota okultis militer Dahan yang selamat.
“Senjata baru?” Sambil bertanya dengan sopan, Zhou berkata “Ada lagi?” dalam hatinya. Maksudnya ‘lagi’ bukan merujuk pada senjata baru: hanya saja baru tahun lalu mereka dikalahkan di Kompetisi Sembilan Sekolah dan kali ini mereka mencoba melakukannya lagi, itulah yang terlintas di pikiran Zhou. Pion Heigu sebelumnya, No Head Dragon, yang sebelumnya sempat beroperasi di Kompetisi Sembilan Sekolah musim panas lalu, telah dilumpuhkan.
Dia memerhitungkan kalau risiko yang ada di depan mereka saat ikut campur di kompetisi anak SMA terlalu tinggi; namun, tampaknya tuannya berpikir sebaliknya, membuat Zhou berpikir keras, terkejut mendengar pemikirannya.
[Mereka menyebutnya dengan kode nama, Weapon P. Aku masih belum bisa mengkonfirmasinya, tapi jika dilihat dari situasinya maka tidak salah lagi ini adalah sesuatu yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan Parasite yang terjebak di tubuh android.]
Mendengar perkataan itu, Zhou menjadi terkesima. Ia tidak terkesima pada jaringan informasi Heigu, tapi lebih kepada kemampuan teknis Militer Jepang. Itu diluar keahliannya, tapi dia sudah belajar menggunakan roh selama penelitian okultisme yang dilakukan, yang ditelitinya bukan sebuah peri melainkan sebuah roh iblis jahat, dan dia belajar cara memperbudak dan memerangkap mereka didalam sebuah boneka dengan sihir yang rumit.
(Mereka menciptakan ulang Yellow Turban Doll Warrior; Militer Jepang melakukanya dengan baik….)
[Hmm, meski bukan pertapa gunung, mereka kira mereka bisa mengontrol hal-hal seperti itu. Namun, mereka bodoh sekali sampai menggunakan anak SMA dalam tes performa.]
Namun, pendapat Heigu berbeda dari Zhou. Mungkin itu cuma karena ia tidak ingin mengakui Militer Jepang.
“Apa tidak apa-apa kita mengintervensi pengujian ini?”
[Siapkan mantra berserker. Itu memang sihir Normandia tapi mereka yang kau kendalikan bisa menggunakan sihir lain yang sejenis dengan itu.]
“Aku mengerti. Akan kumasukkan mantra berserker ke dalam Weapon P.”
Zhou sedang memikirkan bagaimana caranya ia menggunakan pelarian Great Asian Alliance di benaknya dan menyakan sebuah pertanyaan yang paling tidak berguna.
“Apa tidak apa-apa kita cuma mengancam seperti ini?”
[Kita tidak perlu memerdulikan keselamatan mereka, tapi kita memang tidak perlu membunuh. Kita sudah cukup hanya dengan melemahkan Militer Jepang dengan menghancurkan kekuatan mereka saja. Membuat mereka merasa tak berdaya lebih buruk daripada langsung membunuh mereka.]
Tindakan seperti itu diperbolehkan Heigu. Itu adalah pemikiran yang cukup kelam dan naif.
“Seperti yang kau inginkan, Master.”
Selagi dia mengejek Master-nya dalam hati, ia memberikan tundukan yang penuh hormat.
◊ ◊ ◊
Keesokan paginya sebelum berangkat ke sekolah, Tatsuya mengunjungi tempat Yakumo ditemani Miyuki.
Tatsuya mengenakan baju latihannya seperti biasa.
Berbanding terbalik dengan itu, Miyuki mengenakan sebuah pakaian olahraga musim panas: sebuah kaos lengan pendek, penangkal sinar UV di lengannya, kacamata hitam, celana pendek, dan celana ketat anti-UV. Di bagian bawah kakinya di memakai sebuah sepatu roda yang bisa dilepasnya. Di pinggangnya, dia membawa sebuah tas kecil berisi CAD dan barang-barang kecil lainnya.
Mereka berdua terlihat siap untuk latihan pagi. Sebenarnya kemarin sore, mereka sudah memberitahu Yakumo untuk membatalkan latihan karena ada hal yang ingin mereka bicarakan dengannya. Omong-omong, saat mereka melewati kuil utama, segerombolan murid-murid kuil mulai menyerang Tatsuya.
Dari wajah Tatsuya yang sedang diserang dari berbagai arah, ia tidak terlihat terganggu dengan semua ini. Dia mungkin sudah menduga hal seperti ini. Faktanya dia bahkan berpakaian seperti biasanya. Namun, dia jelas berada di bawah tekanan. Pembicaraan mereka hari ini bukan sesuatu yang bisa selesai dengan cepat. Akibatnya, Tatsuya menghabiskan waktu secepat mungkin dengan murid-murid Yakumo; dengan kata lain, dia menghabisi mereka semua tanpa menahan diri.
Yakumo duduk di tangga tempat pendeta dan menonton semua ini. Miyuki mengikuti di belakangnya, Tatsuya berjalan ke arah Yakumo.
“Selamat pagi, master.”
“Selamat pagi, sensei.”
Mungkin Miyuki sudah sadar apa yang dipikirkan kakaknya; tanpa banyak protes ‘keusilan’ Yakumo, dia menunduk dengan anggun.
“Yo, pagi.”
Di sisi lain, wajah Yakumo, orang yang memulai semua ‘keusilan’ ini, tidak menunjukkan adanya rasa bersalah sama sekali. Dia mungkin merasa berlatih dengan muridnya adalah salah satu bentuk sapaan.
Bagaimanapun, semuanya sudah terjadi. Saat waktu yang tepat dia akan menggunakan ini sebagai ‘hutang’nya, tapi untuk sekarang Tatsuya langsung menanamkan itu ke dalam ingatannya dan segera masuk ke topik utama.
“Kalau begitu, ayo kita masuk ke dalam.”
Namun, kebetulan Yakumo buka omongan lebih dulu. Tatsuya terlihat sedikit berkecil hati saat dia mengikuti Yakumo, yang telah menaiki tangga tempatnya duduk tadi dan masuk ke dalam ruang pendeta.
Setelah Miyuki mengikuti Tatsuya masuk ke dalam, pintu itu menutup otomatis. Karena tidak ada jejak-jejak Psion yang tertinggal, pintu itu mungkin memang membuka-tutup sendiri. Mungkin itu dilakukan manusia; sederhananya, mungkin ada murid yang menutupnya dari luar.
Semua jendela ditutup juga. Untuk sebuah ruang pendeta, tempat itu cukup kedap udara. Saat ruangan itu gelap gulita, lilin di salah satu dinding menyala. Sebuah aroma kuat berputar-putar di ruangan itu; mungkin itu lilin aromatik. Baik Tatsuya ataupun Miyuki tidak terkejut melihat lilin itu menyala. Jelas bagi mereka itu sihir yang digunakan Yakumo.
Cahaya tiga lilin tidak cukup untuk menerangi seisi ruangan, tapi itu sudah cukup untuk memberi penerangan yang memadai. Bagi mata Tatsuya, cahaya lilin itu memberikan bayangan yang lebih gelap dalam ruangan itu. Lalu dia sadar kalau itu tidak untuk menerangi ruangan tapi hanya untuk menebar aroma dupa.
Dia merasa kalau cahaya Psion itu semakin meredup.
“Apa ini Kekkai?”
Menurut apa yang Tatsuya tahu, badan informasi Psion, roh, shikigami, dll, diketahui benci dupa, tapi sepertinya bukan aroma ini.
“Karena ini pembicaraan privat.”
Termasuk Keluarga Yotsuba, Tatsuya percaya kalau tidak ada penyihir atau bahkan sihir yang bisa masuk ke tempat ini tanpa sepengetahuan Yakumo. Namun, kalau dia memang merasa itu perlu, maka mereka lah yang seharusnya menawarkan diri untuk melakukannya.
“Miyuki, tolong.”
“Baik Onii-sama.”
Miyuki segera memahami apa maksud kakaknya. Dia membentuk sebuah pelindung yang mengisolasi penuh gelombang elektrik dan suara di tempat itu.
“Maaf.”
Yakumo tersenyum melihat ini, terlihat sungkan. Tampaknya, itu kebiasaannya saja untuk menggunakan Kekkai saat melakukan pembicaraan privat. Tentunya, mengingat isi pembicaraan mereka kali ini, semua cukup masuk akal. Tatsuya tidak meminta Miyuki untuk menghentikan sihirnya dan segera masuk ke pembicaraan.
“Sensei, kali ini kita akan sangat merepotkan sensei; tolong maafkan kami.”
Saat Tatsuya menundukkan kepalanya, Miyuki melakukan tundukan yang sama. Mereka berterima kasih dulu di muka atas bantuan Yakumo. Hal seperti ini dilakukan untuk memastikan bantuan yang akan diminta sebelum Yakumo mendengar apa yang dimintanya.
“Kudou pasti melakukan sesuatu yang cukup berbahaya.”
Oleh karena itu, seperti biasa, daripada basa-basi dulu, Yakumo akan langsung masuk ke inti pembicaraan.
“Mungkin sudah tidak perlu dibilang lagi, tapi bahkan tanpa ada tambahan aneh-aneh saja Steeplechase sudah merupakan kompetisi yang berbahaya.”
“Seperti yang diduga, sensei juga berpikir seperti itu.”
Suara Miyuki terdengar sedikit gemetaran saat menjawab itu. Seperti magma yang menyembur keluar dari bumi, nada bicaranya juga berhiaskan tekad yang kuat.
Cabor-cabor yang ada sampai tahun lalu: Mirage Bat, Monolith Code, Battle Board, dll; semua lomba itu juga punya risiko kehilangan kemampuan sihir jika terjadi kecelakaan. Namun, bahkan dengan kondisi normal sekalipun, risiko Steeplechase Cross-country sangat tinggi jika dibandingkan dengan Mirage Bat dan Monolith Code.
“Menggunakan kegiatan seberbahaya itu untuk sebuah tes senjata tidaklah rasional.”
Perkataan Yakumo terasa makin berat. Bahkan orang pengguna Sihir Kuno turun-temurun yang dipandang seperti orang gila bisa menilai kalau ide ini benar-benar gila.
“Apa master tahu apa saja yang Keluarga Kudou rencanakan di pengujian ini?”
Tatsuya membuat panggilan telepon kemarin setelah jam delapan malam. Yang membuatnya merasa kalau Yakumo agak terlalu mengikuti perkembangan.
“Contohnya, sifat sejati senjata baru itu.”
“Apa yang kutahu cuma itu menggunakan kode nama Weapon P. Sayangnya tidak ada detail lain yang kutahu.”
Seperti yang diduga, Yakumo separuh setuju dengan keraguan Tatsuya. Sikapnya sangat menolak.
“…….Bahkan sensei sendiri tidak tahu?”
Miyuki bertanya dengan nada terkejut. Mendadak, mengetahui kalau ada hal yang tidak diketahui bahkan bagi seorang Yakumo, bahkan jika dia sudah mencoba menginvestigasinya, terlalu sulit untuk diterima. Sebelum Tatsuya menjadi muridnya, Yakumo tidak mengetahui keluarga asal Tatsuya-Miyuki, tapi Miyuki sendiri tidak sadar akan itu awalnya.
“Aku masih belum tahu.”
Yakumo sepertinya tidak sadar akan ironi itu. Mungkin pikirannya tidak terlalu memerdulikan pikiran orang lain.
“Kazama-kun mungkin tahu sesuatu, tapi….”
“Mayor menolak untuk memberi informasi?”
“Bukan seperti itu sebenarnya. Dia sedang tidak bekeperluan untuk memberi informasi kepadaku.”
Tidak ada yang bisa dibantah dari perkataan Yakumo. Tatsuya merasa malu dengan sikapnya sendiri yang tergesa-gesa. Dia tergabung dalam pasukan pertahanan sebagai seorang Perwira Khusus, tapi tidak ada selebihnya. Dia tidak seperti tentara pada umumnya dan tidak dibatasi regulasi militer, Kazama berpangkat lebih tinggi daripada Tatsuya. Seorang perwira yang berpangkat lebih tinggi tidak punya alasan untuk membuka informasi kepada bawahannya.
Selain itu, Tatsuya juga anggota Keluarga Yotsuba. Meski keluarganya tidak mengakuinya sebagai seorang Yotsuba, secara objektif, Tatsuya jelas merupakan Yotsuba. Kazama sebenarnya adalah bagian dari pasukan Batalion 101 yang berpotensi memberi pengaruh bertentangan dari Sepuluh Master Clan, jadi sudah masuk akal baginya untuk menutup-nutupi informasi darinya, sebagai Yotsuba, yang ada di bawah kendali Sepuluh Master Clan.
“Lagipula, aku tidak tahu detail pengujian yang dilakukan Kudou jadi aku tidak bisa melakukan pencegahan yang efektif….”
Yakumo menunjukkan sedikit geraman. Namun, matanya memancarkan sebuah perasaan tertantang. Cahaya itu berkata kalau dia bisa dengan cepat mengetahui semua hal tentang Weapon P dan sisanya.
“Jadi hal pertama yang perlu dilakukan adalah menginvestigasi.”
Apapun yang Yakumo pikirkan, karena mereka tidak tahu apa-apa, mereka tidak punya waktu untuk dihabiskan sambil tidak tahu harus berbuat apa.
“Kau benar.”
Komentar Tatsuya hampir terdengar seperti pertanyaan, jadi Yakumo memberikan jawaban.
“Aku mungkin perlu pergi ke Nara.”
“Ke bekas Ninth Institute.”
“Bagi kami itu seperti hetu dan prataya.”
Tatsuya tahu tentang kebencian Yakumo terhadap Ninth Institute dan mereka yang memiliki ‘angka 9’ di antara pengguna Sihir Kuno. Mungkin itulah alasan Yakumo menjadi mendadak bersemangat… Melihat sikap proaktif Yakumo membuat Tatsuya sedikit berpikir sebaliknya.
◊ ◊ ◊
5 Juli, Istirahat makan siang hari ketiga setelah pengumuman dari Komite Penyelenggara Kompetisi Sembilan Sekolah.
Tatsuya sedang melihati data-data anak SMA 1 di ruang OSIS.
Di masa-masa krisis seperti ini….. berbeda dari ekspektasi, ada krisis lain di balik persiapan Kompetisi Sembilan Sekolah. Di hari kerja, urusan pengintaian itu diserahkan kepada Yakumo, jadi Tatsuya bisa memusatkan fokusnya pada masalah di sekolahnya.
Di ruang OSIS, termasuk Tatsuya, ditambah Ketua Manajemen Klub, Hattori, sedang melihat-lihat dokumen-dokumen nilai praktik dan hal-hal lain untuk penyeleksian atlet Kompetisi Sembilan Sekolah. Mereka sebelumnya mengira tidak akan ada perubahan lomba pada tahun ini, tapi sekarang mereka bersusah payah mempelajari setiap nilai praktik untuk menentukan atlet-atlet baru.
Selagi memakan sandwich-nya, Tatsuya membaca setiap data yang dikumpulkan dalam format kartu satu per satu. Dia mengoperasikan keyboard dengan tangannya yang lain, mungkin menulis nama kandidat-kandidat atlet.
Omong-omong, sandwich itu salah satu yang dibuat Pixie untuk semua orang. Miyuki, Honoka, dan yang lain akan sesekali istirahat sejenak sambil makan dengan sikap yang lebih sopan, tapi Azusa terus menjejalkan sandwich ke dalam mulutnya sambil terus mengetik; dan Izumi dengan santai memberikan saran kepadanya.
“Aku rasa hanya mengganti atlet di Ice Pillars Break, Mirage Bat, dan Monolith Code yang ikut di dua lomba saja sudah cukup, tapi bagaimana menurutmu?”
Orang yang pertama buka mulut adalah Hattori.
“Aku rasa itu tidak apa-apa, tapi atlet utama Ice Pillars Break sendiri harus dibagi ke kelas tunggal dan ganda.”
“Shiba-san untuk tunggal putri, dan bukannya Chiyoda dan Kitayama bisa dimasukkan ganda putri?”
Setelah Tatsuya menyampaikannya, Hattori mengikuti alur pembicaraan itu dan melontarkan pertanyaan baru.
“Bagaimana yang laki-laki?”
“Di divisi laki-laki, tidak terlalu ada perbedaan kekuatan. Karena kedua pemain perlu bekerja sama, hal yang perlu kita tentukan adalah kecocokan mereka, bukan?”
“Aku setuju.”
“Aku rasa akan bagus kalau kita memilih atlet Rower and Gunner dari lomba Speed Shooting dan Battle Board.”
“Memang rasanya tidak apa-apa seperti itu untuk kelas ganda, tapi untuk kelas tunggal kita perlu atlet yang punya tingkat multicasting yang tinggi. Bukannya itu yang terpenting.”
“Aku mengerti. Mana yang lebih penting, kemampuan menembak atau kemampuan mengontrol perahu?”
“Karena aku menduga perahu Rower and Gunner akan lebih stabil daripada Battle Board, kurasa kemampuan menembak sambil bergerak lebih penting.”
“Jadi klub yang sesuai sepertinya Klub SS Board, Klub Biathlon, Klub Berburu, dan juga…..”
…..Target mereka siang hari ini adalah untuk memilih ulang para atlet; hampir semua perkembangan yang ada di siang ini datang dari mulut Tatsuya dan Hattori.
Sepulang sekolah, kakinya membawa Tatsuya ke sebuah gedung olahraga kedua yang lebih kecil. Dia tidak berencana untuk melarikan diri dari pekerjaannya. Ini juga bagian dari persiapan Kompetisi Sembilan Sekolah.
Di dua pintu masuk ke gedung itu, ada sebuah keset untuk membersihkan sepatu sebelum masuk, oleh karena itu kita tidak perlu lagi melepas sepatu saat masuk ke gedung itu. Namun, Tatsuya tetap melepas sepatunya karena akan berjalan di atas lantai kayu, yang digunakan sebagai ‘arena’.
Walaupun ini sudah dekat dengan ujian, suara-suara pelindung tubuh yang berbenturan dengan shinai mereka terus terdengar di gedung itu. Meski dia tidak mengetahui siapa mereka karena wajah mereka yang tertutupi, Tatsuya mencari targetnya berdasarkan bentuk tubuh dan posturnya.
“Erika.”
“Uhh, Tatsuya-kun? Aneh rasanya untukmu datang melihatku ke sini.”
Erika menunjukkan sedikit keterkejutan pada Tatsuya yang berjalan di tepi ruangan dan melambaikan tangannya kepadanya. Seperti yang dikatakannya, ini pertama kalinya Tatsuya datang menemuinya di latihan Klub Kendo-nya setelah pelantikannya sebagai Wakil Ketua OSIS.
Omong-omong, Erika bukanlah anggota Klub Kendo. Dia anggota Klub Tenis. Meski begitu, dia bisa dibilang seperti anggota bayangan (anggota yang tidak terlalu atau bahkan tidak sama sekali ikut serta dalam aktivitas klub). Klub Tenis bukanlah klub yang sangat aktif; mereka sudah tidak lagi memerdulikan dia yang bolos latihan.
Karena keadaannya seperti itu, Erika terkadang datang membantu Klub Kendo seperti sekarang ini. Dia tidak menawarkan dirinya; tapi karena ini permintaan Sayaka maka dia tidak bisa mengelak.
Tatsuya juga sudah mengetahui situasinya. Namun, Tatsuya tidak tahu kalau hari ini adalah hari Erika ‘membantu’. Tatsuya sudah pergi dulu ke Klub Tenis sebelum ke gedung olahraga ini. Singkat cerita, dia sudah membuang-buang waktu dan tenaganya, tapi karena ini bukan kesalahan Erika, dia tidak mengatakannya.
“Kenapa kau di sini?”
Erika tidak sadar kalau Tatsuya sebenarnya sedang mencari-carinya. Jadi dia membukanya dengan basa-basi singkat.
“Ah. Aku ke sini untuk meminta tolong.”
Karena Tatsuya menggunakan sikap dan nada bicara yang formal, Erika menghentikan semua basa-basi itu dan juga memperbaiki dirinya. Itu seringkali disebut ‘tampang orang bodoh’, tapi karena dia sangat cantik dia bahkan terlihat cocok seperti itu.
“Err, ada apa, mendadak begini? Kau butuh bantuan dariku, Tatsuya-kun….”
Kewaspadaan Erika tidak tersembunyi dari tatapannya; tidak salah lagi kalau dia memang sudah sempat tahu identitas aslinya.
“Ini lebih seperti permintaan OSIS daripada pribadi dariku.”
Namun, pemikiran Erika kali ini terlalu berlebihan.
“OSIS?”
Memahami hal itu, ketegangan di mata Erika menghilang; sebaliknya, sebuah keraguan besar mulai menggantikannya. Dirinya dipenuhi oleh sebuah pertanyaan, ‘Apa yang mereka ingin kulakukan?’
Tentu saja, tidak ada gunanya menyembunyikan sesuatu darinya, Tatsuya menjawabnya dengan sigap.
“Ini tentang Kompetisi Sembilan Sekolah; kami ingin kau ikut sebagai rekan latihan untuk lomba Shield Down.”
“Ah, ini lomba yang cukup menarik. Tapi apa kau yakin aku orang yang cocok jadi rekan latihan?”
Erika sendiri mengakui kemampuan sihirnya cukup terbatas. Masuk akal kalau dirinya tidak ditunjuk sebagai atlet, jadi dia ragu kalau dirinya cocok menjadi rekan latihan.
“Tolonglah, kami membutuhkanmu.”
Namun, Tatsuya jelas yakin kalau Erika sangat cocok dengan tugas ini. Tanpa berpikir, Erika mengalihkan pandangannya. Itu membuatnya tersipu.
“…….Kalau kau memaksa sampai begitu, akan kucoba.”
Walaupun dia jelas menggunakan nada tinggi untuk menyembunyikan rasa malunya,
“Aku berhutang padamu.”
Tatsuya tidak berhenti sampai situ saja. Perasaan seperti ‘Apa dia mengejekku?’ berputar-putar di kepala Erika. ….Dia tahu kalau itu cuma perasaannya saja.
Erika berganti baju dan datang ke area persiapan di lantai satu gedung olahraga kecil seperti yang dikatakan Tatsuya kepadanya.
]
“Kenapa kau disini?”
Di sana, dia tidak menduga ada sosok teman sekelasnya; hal pertama yang ingin dikatakannya adalah itu. Kalau cuma mereka sendirian saja atau mungkin sama teman-teman yang lain, dia mungkin tidak akan seperti ini. Namun, kebanyakan yang duduk di ruangan itu semua kakak kelas yang tidak dikenalnya; dia tidak bisa membiarkannya hanya dengan seperti ini saja.
(Aw sial….. Aku berbicara seperti biasa tanpa berpikir dulu… Apa yang harus kulakukan sekarang?)
Bukan hanya Erika saja yang seperti itu; kakak kelas yang lain juga terlihat bingung.
“Santai saja. Aku juga dipanggil Tatsuya.”
Namun, atmosfer buruk di ruangan itu menghilang akibat jawaban Leo. Apa dia tidak bisa membaca situasi sama sekali; itu adalah hal yang tidak bisa diketahui jawabannya tanpa bertanya langsung pada orangnya.
“Erika, Leo.”
Panggilan Tatsuya yang sedikit dingin dengan jelas menunjukkan kalau dia memahami suasana canggung ini. Mereka berdua menutup mulut mereka dan Tatsuya memperkenalkan Erika kepada para atlet Shield Down.
“Baiklah kalau begitu, Shiba-kun, apa tidak apa-apa kalau aku berpasangan dengan Saijou-kun saat latihan?”
“Apa tidak apa-apa aku dengan Chiba-san?”
Orang pertama yang bertanya adalah dari perwakilan divisi laki-laki kelas tunggal, Sawaki. Selanjutnya datang dari anak kelas 3 bernama Chikura Tomoko yang ditunjuk ke dalam divisi perempuan kelas tunggal.
“Ok.”
Shield Down adalah semacam permainan tempur. Namun, hanya ada tiga atlet per divisi: tunggal dan ganda, jadi mereka kekurangan satu orang untuk kelas ganda. Yang mana membuat Erika dan Leo ditunjuk sebagai rekan latihan mereka.
“Kita juga ingin kalian menjadi rekan latihan untuk kelas tunggal.”
Kebetulan, mereka berencana untuk membuat Erika dan Leo berlatih dengan kelas ganda sehingga kelas tunggal bisa mendapat tiga rekan latihan.
“Uh huh. Shiba-kun tidak punya rekomendasi lain. Saijou-kun, aku percaya padamu!”
“…..Terima kasih.”
“Chiba-san, jangan terlalu keras padaku.”
“Ok.”
Hanya itulah penjelasan yang mereka dapatkan; tapi, Erika terlihat menerimanya begitu saja. Leo di sisi lain terlihat terpaksa memasang senyuman karena rekannya adalah Sawaki, yang dikatakan sebagai ahli bela diri nomor satu.
◊ ◊ ◊
Mungkin rasanya tidak tepat menyebutnya sumber masalah. Kalau ada orang yang mengerti urutan kejadiannya, Keluarga Kudou hanya menjalankan rencana militer yang sudah menggunakan penyihir untuk kegiatan-kegiatan militer mereka. Namun, menggunakan acara seperti Kompetisi Sembilan Sekolah, yang tidak lebih dari sebatas kompetisi antar anak SMA, sebagai bagian dari kegiatan militer, Keluarga Kudou sudah menyelipkan sebuah senjata percobaan berbahaya. Tingkat bahaya yang mengancam mungkin sampai bisa merenggut nyawa peserta kompetisi.
Selain itu, Keluarga Kudou masih belum melakukan hal yang bisa dikatakan pelanggaran berat. Mereka tahu betul kalau mereka tidak berada di posisi dimana bisa menyerang Kudou Retsu yang menggunakan ajang Kompetisi Sembilan Sekolah untuk kepentingan uji senjata. Berbanding terbalik, Keluarga Kudou punya segudang alasan untuk memastikan jalannya pengujian Parasite itu berjalan dengan baik.
Hari ini juga, Retsu mendatangi Ninth Institute untuk memimpin bawahannya sampai sore. Kalau dia tidak ada jadwal ini, dia mungkin tidak akan meninggalkan laboratorium sampai malam hari. Pertemuan makan malamnya dengan politisi mantan tentara yang punya pengaruh besar di Kompetisi Sembilan Sekolah, saat dia pensiun dia yang Kapten berpangkat lebih rendah daripada Retsu, untuk dapat memeroleh dukungannya, Retsu wajib menerima undangannya.
Setelah jam 6 sore. Retsu pergi menuju ke sebuah restoran tradisional Osaka. Sekitar waktu ini Makoto, yang diberikan kekuasaan oleh Retsu, mendapat panggilan internal dari penjaga gerbang depan bahwa ada tamu.
“Tamu? Aku tidak diberitahu sama sekali. Siapa itu?”
“Untuk namanya, dia mengatakan kalau itu Zhou Gongjin dari China Town di Yokohama. Dia ingin berbicara dengan Anda tentang urusan Anda. Apa Anda ingin menemuinya, danna-sama?”
Dia pernah mendengar nama Zhou Gongjin dari China Town di Yokohama sebelumnya. Bahkan jika 28 Keluarga belum pernah mendengar namanya, dia bukanlah orang yang bisa diabaikan oleh pemilik ‘angka 9’ yang berasal dari Ninth Institute.
“Aku akan ke sana secepatnya. Antar dia ke ruang tamu.”
Menyelesaikan perintahnya, Makoto segera bangkit dari duduknya.
Saat ia memasuki ruangan, dia melihat seorang pria berpakaian seperti salah satu pebisnis Cina di Yokohama berdiri dari sofa, dan perasaan pertama yang dirasakan Makoto adalah rasa iri; Zhou Gongjin terlihat muda dan menawan di mata Makoto. Penampilan indahnya memiliki nilai plus yang tidak dimiliki ornag tua seperti Makoto. Atau setidaknya itulah yang Makoto pikirkan.
“Selamat datang. Saya Kudou Makoto, Kepala Keluarga Kudou.”
Makoto mengenyahkan emosi gelapnya dan menjulurkan tangannya dengan wajah yang seperti berhiaskan senyuman.
“Saya Zhou Gongjin. Panggil saja saya Zhou.”
Berbanding terbalik, Zhou dengan sopan dan, setidaknya secara penampilan, menerima jabat tangan itu dengan rendah hati.
“Nama Anda cukup hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Anda sudah seperti artis saja di sini, Zhou-san.”
Maksud di balik perkataan Makoto membuat Zhou tersenyum. Itu sesuai perkiraan Zhou kalau dia akan mengenalinya. Sejak awal, dia datang dengan pesona publiknya karena ia tahu Makoto pasti akan tahu apa yang sudah dilakukannya dan itu akan memermudah kerjanya, Zhou berpikir seperti itu di balik senyumannya.
“Saya merasa terhormat melihat Anda mengenali saya. Saat ini, saya berkunjung karena saya pikir bisa mengajak Kudou-sama dalam masalah ini?”
“Maksud Anda ‘masalah ini’?”
“Ya, saya yakin itu sama seperti yang Anda pikirkan, Kudou-sama. Saya ingin membicarakan tentang bagaimana mengatasi masalah orang-orang negara saya yang melarikan diri dari pemerintahan tirani Great Asian Alliance.”
Di sisi lain, Zhou bekerja sama dengan Jepang dalam hal perlawanan terhadap Great Asian Alliance; dia memberikan banyak bentuk dukungan kepada mereka yang berencana untuk menghancurkan Great Asian Alliance. Prinsip kegiatannya memberinya pengaruh untuk membuat para pelarian politik bisa masuk, dan menjadi sponsor mereka selama perjalanan mereka ke Jepang; namun, dia juga membantu para pelarian politik dari segi finansial. Great Asian Alliance sebenarnya tahu kalau dia menjadi semacam makelar untuk para pelarian. Informasi itu sendiri tidak sebesar itu sampai diketahui oleh para petinggi militer, tapi setidaknya itu sudah jadi rahasia umum di antara pemerintah dan militer yang bergerak melawan Jepang.
Untuk alasan kenapa dia tidak berada di daftar hitam politisi Great Asian Alliance, itu semua karena jasanya kepada para pelarian politik sangat membantu Great Asian Alliance. Sederhananya, mereka yang jadi pelarian politik adalah mereka yang berasal dari faksi yang tidak senang dengan pemerintahan. Kalau mereka bisa segera keluar dari negara, maka perlawanan mereka akan berkurang. Great Asian Alliance tidak kekurangan kekuatan manusia dan karena pelarian itu tidak bisa membawa aset mereka saat emigrasi, itu semua akan menjadi kekayaan negara.
Untuk semua kekacauan yang mereka timbulkan kepada negara yang mereka tempati akan jadi nilai minus dalam diplomasi, yang akan menjadi alasan embargo ekonomi pada mereka.
Namun, saat ini itu bukanlah masalah untuk Great Asian Alliance. Akibat perang saudara dengan Dahan, Great Asian Alliance membangun kontrol sendiri pada bagian timur benua mereka dan saat ini semua kekuasaan militer ada di tangan mereka. Karena para pemberontak telah sepenuhnya dibungkam oleh militer, mereka tidak akan bisa melakukan aksi besar melawan pemerintah, yang mana mereka tahu betul. Untuk masalah bahaya interdensi negara asing, mereka tidak akan bisa menjatuhkan pemerintah tanpa kekuatan militer yang besar. Great Asian Alliance masih belum melupakan kekerasan pasukan asing yang mengatasnamakan kemerdekaan Dahan yang mana, dari sudur pandang Great Asian Alliance, sebatas pemberontakan.
Saat ini, Great Asian Alliance tidak punya kesulitan dengan urusan luar negeri. Mereka tidak terisolasi secara politik dan mereka mempunyai dukungan yang dibutuhkan dalam bentuk hubungan internasional karena tidak ada negara yang setara dengannya dalam bidang militer, meski mereka tidak sekuat itu dari segi ekonomi.
Namun, di keadaan dunia saat ini, acaman Great Asian Alliance masih tidak seberbahaya itu sampai memunculkan pembentukan aliansi militer. Empat kekuatan militer dunia: USNA, Uni Soviet Baru, Indo-Persia, dan Great Asian Alliance sendiri punya kebijakan militer masing-masing. USNA dan Indo-Persia punya aliansi, tapi itu tidak mencakup banyak bidang. Tidak ada lagi aliansi kuat antar negara seperti saat Perang Dunia. Kalau ada salah satu kekuatan militer yang mencoba untuk memperlebar kekuasaannya, maka tiga yang lain tidak akan diam saja, tapi mereka tidak akan sampai mencampuri urusan dalam negeri.
Karena meski secara ekonomi Great Asian Alliance masih dalam tingkat berkecukupan, blokade ekonomi yang ada tidak akan terlalu menyengsarakan mereka. Namun, mereka memiliki masalah dalam hal pemenuhan energi, sama seperti negara-negara lain. Karena banyaknya orang yang masuk ke negara mereka adalah orang kaya, selama jumlahnya tidak membeludak, itu akan menjadi nilai untung bagi negara.
Itulah alasan kenapa aktivitas Zhou sebagai makelar pelarian; tentunya, didukung diam-diam oleh pemerintah Great Asia Alliance.
Omong-omong, Jepang saat ini sedang memberlakukan kontrol ketat terhadap masuknya imigran (pelarian politik). Jepang bukan satu-satunya negara yang memberlakukan itu; keketatan ini diberlakukan untuk mencegah terulangnya kembali konflik-konflik di abad 20. Namun, itu hanya diundang-undangkan dan tidak dilarang. Semua itu juga akan berbeda kalau orang yang dimaksud sangatlah berbakat, contohnya saja, seorang peneliti yang ahli, artis yang terkenal, atau seorang penyihir yang kuat.
“Sebenarnya, minggu depan saya akan menerima kedatangan 3 orang okultis dari Cina Daratan, tapi ada sedikit masalah…. Saya masih belum menyiapkan akomodasinya?”
“Masalahnya?”
“Ini sedikit memalukan. Sepertinya mereka ditolak akibat oposisi dari agen imigrasi yang memeriksa mereka……”
“Saya mengerti. Tentunya, Sihir Kuno bisa membawa orang ke jalan yang salah.”
Makoto dengan acuh tak acuh berimplikasi kalau ‘agen imigrasi itu tidak suka dengan pengguna Sihir Kuno’. Tentu saja, dia memakan umpan yang dipasang Zhou dengan sebuah penjelasan; Makoto tahu itu dan mengikuti arus.
“Oleh karena itu, seperti yang mereka bilang, akan sangat tidak mengenakkan dalam banyak hal kalau mereka harus ada di tempatku.”
“Dalam hal apa? Uh, tidak. Tidak apa-apa tidak perlu dijawab.”
“Tidak, ini bukan masalah yang perlu saya tutup-tutupi. Mereka yang datang kali ini adalah orang-orang yang cukup kuat…. Kalau saya tidak salah, pemerintah Cina Daratan tidak akan membiarkan kepergian mereka begitu saja.”
Makoto memberi Zhou tatapan yang tajam. Itulah caranya memberitahu Zhou kalau ia tertarik dalam masalah ini. Tidak, sebaliknya dia secara terbuka menunjukkan ketertarikannya dalam urusan Zhou ini. Dengan begitu, dia meminta Zhou untuk segera mengatakan inti urusannya.
“Saya rasa saya tidak bisa menyembunyikannya lagi. Saya ingin minta bantuan kepada Anda, Kudou-sama.”
Zhou sadar apa yang akan diterimanya.
“Jadi, apa Anda tidak keberatan menerima para ahli Taoisme ini sebagai tamu Anda?”
Seperti yang Makoto inginkan, pembicaraan ini berjalan sampai di mana kepala Zhou ditundukkan memohon. Dalam seketika, Makoto melemaskan bibirnya, tapi dia segera merubahnya dengan ekspresi ragu.
“Namun, apa itu tidak apa-apa? Ada banyak golongan Traditionalist yang bersekutu satu sama lain.”
Tepat itulah alasan kenapa mereka yang memiliki ‘angka 9’ tidak bisa mengabaikan Zhou. ‘Traditionalist’ adalah nama yang diberikan kepada para pengguna Sihir Kuno yang berpusat di Edo yang mengesampingkan perbedaan-perbedaan sekte mereka dan bersekutu dengan Asosiasi Sihir. Bahkan meski mereka tidak memamerkan status ‘Traditionalist’ mereka, tetap saja itu merupakan kebanggan, atau mungkin bisa disebut keangkuhan.
Tujuan Traditionalist adalah untuk melindungi individu pengguna Sihir Kuno dari Sihir Modern. Seharusnya bisa dibilang lebih seperti ‘memegang kukuh identitas mereka’. Tidak perlu dikatakan lagi kalau sentimen mereka terhadap Ninth Institute adalah faktor utamanya. Dendam Traditionalist terhadap pengkhianatan Ninth Institute menjadi faktor utama penarikan anggota ke dalam aliansi bentukan mereka; kebencian terhadap ‘angka 9’ adalah hal yang natural, terutama kepada keluarga terpenting pengemban angka itu, Keluarga Kudou.
Dan sudah biasa bagi Zhou untuk membawa para pengguna Sihir Kuno yang dibawanya ke tempat tinggal sementara yang berhubungan dengan tradisi okultisme yang ada di Jepang. Zhou seharusnya sudah sadar akan kemungkinan kebencian mereka terhadap semua orang yang mengemban ‘angka 9’ di namanya.
“Ini sudah jadi tugas utama saya untuk memastikan keamanan para imigran yang melarikan diri dari tirani. Saya tentunya punya kewajiban membantu para Tradisionalis yang bekerja bersama saya sampai sekarang ini. Namun, itu tidak merubah tujuan awal saya.”
“Anda bisa menyebutnya tempat perlindungan, tapi setidaknya dalam kondisi seperti ini, pemerintah tidak akan memberikan naturalisasi kepada para pelarian.”
“Tidak masalah meski itu cuma sementara. Bagi mereka yang menjadi korban tirani, dapat tinggal dengan damai seperti ini adalah sebuah hal yang tak ternilai meski hanya sementara.”
Zhou berkata terus terang, tapi itu membuatnya terkesan sudah menyelidiki tentang Kudou terlebih dahulu. Tentu saja, Makoto tidak bisa memercayainya sepenuhnya, tapi itu bukan masalah besar bagi Makoto. Setidaknya, Makoto memutuskan kalau dia bisa memercayai kalau Zhou tidak bekerja sama dengan Traditionalist untuk menjebak Keluarga Kudou. Itu sudah cukup untuknya memutuskan kalau ini bukanlah rencana Traditionalist.
“Saya mengerti. Memastikan penyihir bisa hidup normal seperti manusia biasa adalah prinsip utama Sepuluh Master Clan. Itu adalah tugas seorang Sepuluh Master Clan untuk menerima penyihir yang dibuang oleh negara mereka karena ingin kebebasan. Ini bukanlah sesuatu yang bisa ditentukan begitu saja, jadi tolong Anda bisa paham kalau saya tidak bisa memberikan jawabannya langsung.”
Namun, dia tidak bisa segera menerimanya. Dia harus mencegah orang yang pertama kali ditemuinya menganggap Kepala Keluarga Kudou sebagai orang yang murahan, meski dia mungkin terlalu memikirkannya saja.
“Ah, itu tidak apa-apa.”
Sepertinya Zhou tidak memermasalahkan Makoto yang menunda keputusannya, mungkin karena dia merasa rencananya akan lancar berkat Makoto. Zhou mengeluarkan sebuah amplop kecil dari kantungnya dan menyerahkannya ke Makoto.
“Ini adalah profil-profil ahli Taoisme yang sudah saya siapkan. Saya harap saya bisa menerima jawaban yang terbaik.”
“Saya akan menjaga informasi yang Anda berikan dengan baik. Saya seharusnya sudah bisa memberikan jawaban di awal minggu depan.”
Makoto menjawab Zhou sambil menerima amplop itu dengan kartu data.
“Saya senang sekali. Jadi apa bisa saya mengunjungi Anda hari Senin?”
Makoto mengeluarkan terminal bentuk notebook dari kantungnya, dan setelah memastikannya, dia segera mengembalikan tatapannya kepada Zhou.
“Kalau jam 4 sore saya bisa.”
“Jadi di waktu itu ya? Terima kasih untuk hari ini.”
Saat Makoto membaca data yang diberikan Zhou, dia memangil orang yang bertugas atas keamanan laboratorium dan memberikan sebuah perintah terkait kunjungan Zhou.
“Jangan beritahukan ini kepada kepala sebelumnya. Mengerti?”
Makoto meminta semua ini tetap rahasia, bahkan dari Kudou Retsu sekalipun. Kepala keamanan laboratorium itu terlihat kacau saat akan undur diri dan pergi meninggalkan ruangan itu. Setelahnya, Makoto menghubungi makelar informasi langganannya. Dari makelar informasi yang datang kurang lebih sejam sejak dihubungi, Makoto meminta sebuah investigasi terhadap apa yang ditawarkan Zhou Gongjin.
Selesai dengan dokumen pertamanya, Makoto menyandar di kursinya dan menghela napas dalam.
“Yellow Turban Doll Warriors, hmmm?”
Dia bergumam perlahan-lahan sambil membaca dengan teliti data-data ahli Taoisme di dokumen yang diterimanya. Ditulis di sana, kalau ada tiga pelarian yang berusaha membangkitkan sihir hilang Taoisme ‘Yellow Turban Doll Warriors’.
“Ini bagus sekali.”
Itu tepat seperti yang diharapkan dari pengembangan Parasite untuk menghidupkan mereka dan menjualnya. Makoto paham betul permintaan Zhou. Terlepas seberapa rahasia pengembangan Parasite, Zhou mempunyai informasi ini, simpul Makoto.
“Aku penasaran bagaimana dia bisa mendapat informasi ini, tapi….”
Namun, saat bicara tentang prinsip sebuah boneka, sihir untuk menjadikannya sebagai pasukan, sihir batu dan yang lain, Sihir Kuno berada lebih unggul daripada Sihir Modern jika digunakan untuk mengendalikan boneka non-mekanik dari jarak jauh. Sihir yang dibutuhkan Parasite bukanlah sihir yang digunakan untuk mengendalikan boneka-boneka sesuai keinginan pengendali, tapi sihir yang bisa mengendalikan roh yang ada di dalam boneka itu; namun, sihir itu sangat sesuai dengan Sihir Kuno yang mampu mengendalikan roh yang digunakan sebagai perantara lewat medium boneka.
Mempertimbangkan semua itu, penyihir yang sudah meneliti tentang sihir hilang ‘Yellor Turban Doll Warriors’ adalah tipe orang yang sangat ingin dijadikan rekan kerjanya dalam pengembangan Parasite tidak peduli apapun yang terjadi.
Tidak peduli kalau mereka adalah orang yang kejam atau berguna. Dengan bisikan terakhir di pikirannya, dia menghentikan monolognya.
1 Comments
Hmm
BalasHapusPosting Komentar