PENGIKUT
(Translator : Ridho H)

Bagian 1
“Baiklah semuanya! Pertandingan ketujuh pada pertarungan seleksi hari ini sekarang akan dimulai!”
“Datang dari gerbang biru adalah orang yang mengalahkan kesatria Rank-C, si ‘Pemburu’ Kirihara Shizuya, yang mewakili Seven Stars Sword-Art Festival tahun lalu. Dia adalah tahun pertama Rank-F si ‘Kesatria Gagal’, kontestan Kurogane Ikki. Sampai sekarang, dia telah menang delapan kali dalam 8 pertandingan. Terlebih lagi, kecuali melawan kontestan Kirihara, dia tidak ada menerima sedikitpun cedera dalam setiap pertandingannya. Tapi hari ini dia akan melawan seorang lawan sekaliber si Pemburu!”
“Dan itulah dia, muncul dari gerbang merah, seorang anggota Dewan Siswa Akademi Hagun dan salah satu kontestan teratas pada Festival tahun ini, tahun kedua Rank-C ‘Pelari Tinggi’, Tomaru Renren! Rekornya sama seperti kontestan Kurogane, delapan kemenangan dalam delapan pertandingan!”
“Tapi, Tapiii! Kontestan Tomaru berada di urutan ketiga pada peringkat akademi tahun lalu! Dengan kata lain, dia adalah kesatria ketiga terkuat di Sekolah ini! Akankah dia menunjukkan kekuatan yang sesuai dengan peringkatnya hari ini? Atau akankah si Kesatria Gagal menang lagi hari ini dengan kekuatan seni bela diri yang melampaui akal sehat? Yanagida-sensei, bagaimana menurutmu?”
“Kelamaan, tidur.”
“Terima kasih banyak! Kalau begitu, pertandingan panas pada hari ini… dimulai!”
Suara lonceng menandakan dimulainya pertandingan, dan riuh tepuk tangan dan teriakan secara spontan bergema dari kursi-kursi penonton.  
Sebagai target gema hiruk-pikuk itu, dua kesatria berdiri di ring. Yang laki-laki berdiri tegak sambil memegang Device tipe katana Jepang adalah Kurogane Ikki. Yang perempuan dipersenjatai Device tipe knuckle adalah Tomaru Renren.
Meskipun pertandingan sudah dimulai, Renren sedang melakukan lompatan-lompatan ringan seolah dia bermain-main, dan memanggil Ikki dengan sebuah senyum penuh kasih sayang.
“Kurogane-kun. Aku melihat pertandinganmu dengan si ‘Pemburu’! Itu pertandingan yang luar biasa!”
Senyuman Tomaru secantik kulit coklatnya yang perlahan-lahan memudar. Menghadapi senyumannya, Ikki sedikit menyengir untuk membalasnya.
“Terima kasih banyak. Dipuji seperti itu oleh Tomaru-san yang menempati peringkat tiga membuatku sangat senang.”
“Menggunakan honorifik selagi kita bicara ya, kamu tau kalau kita seumuran, ‘kan? Tapi tetap saja, ini aneh. Padahal kamu bisa bertarung dengan baik, kenapa kamu ngulang setahun?”
“…Ahaha, yah itu… ada banyak hal terjadi.”
“Fuu~un. Yah, aku gak tahu apa yang terjadi, tapi itu sangat disayangkan. Akan jauh lebih menyenangkan kalau aku ada di tahun yang sama dengan seseorang yang kuat kayak Kurogane-kun.”
“Kalau kamu ngomongin orang yang kuat, bukankah Saijou-san peringkat keempat?”
“Orang itu gak bagus. Kekuatan fisiknya sih gila tapi dia bahkan gak bisa nyentuh aku dengan hal itu. Dia kayak kipas elektrik… tapi tetap, itu akan sama juga buat Kurogane-kun. Maksudku, kalau kamu sampai mati-matian melawan seseorang kayak si ‘pemburu’, kamu gak akan bisa ngalahin aku.”  
Senyuman lembut Tomaru berubah menjadi ganas.
“Bakal kutunjukin ke kamu cara peringkat tiga bertarung—“
Tiba-tiba, sosok Tomaru menghilang dari bidang padang Ikki.
Apakah itu skill sembunyi seperti Area Invisible? Tidak, itu salah. Ada suara. Suara seperti tendangan, sesuatu melewati angin dengan kecepatan luar biasa.
Itu benar. Tomaru tidak menghilang, dia hanya bergerak sangat cepat sehingga tampak seolah-olah dia menghilang. Itu adalah kemampuan Noble Art Tomaru Renren—
“Itu Mach Grid! Kontestan Renren tiba-tiba melesat dengan mendambakan kemenangan di matanya!”
Wujud sejati dari ketidakteraturan itu adalah akumulasi kecepatan. Dengan mengabaikan perlambatan alami yang ditempatkan di tubuhnya, Tomaru dapat terus-terusan melakukan akselerasi.
“Aku sudah ngeliat ini sebelumnya, tapi gak kusangka sampai secepat ini…”
“Ngeliatnya di kamera dan ngeliatnya secara langsung itu beda banget ‘kan?”
“Yeah, aku gak bisa ngimbanginnya… Alasan kamu ngobrol sama aku sebelum pertandingan dimulai itu buat langkah-langkah ini ‘kan? Kamu ngumpulin kecepatan awal dengan lompatan-lompatan tadi.”
“Tepat! Kelemahan dari kekuatan ini adalah kecepatan awalnya. Tapi dengan semua persiapan itu, aku bisa ningkatin kecepatanku sampai lima ratus kilometer per jam secara instan. Tapi lima ratus ini baru permulaan. Mach Grid-ku bakal nunjukkin kekuatan aslinya abis ngelewatin kecepatan suara!”
Sesuai yang dijabarkannya, Tomaru kemudian melesat ke kanan, menggunakan dinding yang mengelilingi ring. Memanfaatkan kemampuannya untuk mengabaikan hukum yang mengikat dunia ini, dia terus melakukan akselerasi. 800, 900, 1000, 1100, —1200! Dia akhirnya melampaui kecepatan suara dan mencapai kecepatan supersonik.“ 
Kecepatannya telah melewati tingkat dimana mata manusia bisa mengikutinya.
“Kamu paham? Kemampuanku bukanlah sesuatu yang ngebuat aku gak kasat mata kayak si Pemburu. Aku jadi gak terlihat dan mustahil buat ditangkap! Kurogane-kun yang kesulitan ngelawan seseorang kayak dia gak mungkin bisa menang melawanku!”
“Jadi kalau aku bisa menangkap Tomaru-san, kamu bakalan mengaku kalah?”
“Haha…! Yah itu kalau kamu bisa ngelakuinnya! Tapi kamu gak bisa! Gak mungkin kamu bisa! Sayang banget perjalanan Kurogane-kun di Festival ini bakal berakhir disini! Ayo, dengan serangan berkecepatan supersonik ini…!”
Di saat Ikki tidak bisa lagi melihat siluet Tomaru… Tomaru datang mendekat dengan merayakan kemenangannya sambil menempatkan tenaga di tinjunya. Bergerak ke titik buta Ikki, dia melepaskan serangan yang berisi energi terbesar yang bisa dikumpulkannya.
“Black Bird!”
Selagi menciptakan ledakan sonik, Tomaru mengarahkan tinjunya ke punggung Ikki dan melepaskan serangan supersonik.
Kecepatan tinjunya telah melampaui Mach 2. Itu jelas adalah serangan penghabisan yang telah melampaui level dimana mata bisa mengikutinya. Lupakan soal membloknya, itu bahkan mustahil untuk menghindarinya, atau bahkan bereaksi tepat waktu.
Tomaru tidak ragu pada kemenangannya. Akan tetapi—
“Cewek itu bego!”
Seorang gadis kecil berambut silver berdiri disana, menghela nafas seolah mengejek seseorang.
Gadis imut ini yang mengingatkanmu pada boneka bisque adalah Kurogane Shizuku. Seorang Rank-B yang dipanggil ‘Lorelie’[1] karena cara khasnya untuk menang melawan lawan-lawannya, yaitu dengan menenggalamkan mereka. Dia adalah adik Kurogane ikki.
“Alasan Onii-sama ngabisin banyak waktu ngelawan orang itu karena dia gak bisa melihatnya.”
(Yang dimaksud disini Kirihara.”
Tapi tentu saja, kata-katanya tidak mencapai Tomaru yang saat ini tercermin di matanya. Kata-katanya tidak mencapainya, tapi Tomaru segera mengetahui apa artinya.
“Eh?”
Tomaru menangkap sesuatu pada bidang pandang yang seharusnya tidak ada disana. Sebuah tatapan. Dalam waktu singkat, dia merasakan sesuatu yang tidak biasa. Itu adalah tatapan mata Ikki, yang menangkap pergerakannya meskipun dia dalam kecepatan supersonik.
“G-Gak mungkin!? Dia bereaksi!?”
Di momen berikutnya, sosok Ikki menghilang di depan tinju Tomaru. Pukulan supersoniknya menghantam udara. Mereka justru saling melewati satu sama lain, dan dengan ini Ikki menangkap tinju pembelah angin Tomaru dan dengan menggunakan dorongan supersonik, Ikki memutar tubuh Tomaru dalam satu putaran penuh—
Dan dengan momentum itu, dia membanting Tomaru ke permukaan batu di ring.
“Kuh-ugh—“
Dan sebuah ujung hitam diarahkan ke Tomaru, yang kehabisan nafas akibat benturan di punggungnya.
“Ini kemenanganku.”
“…..”
Tomaru pingsan, dan dia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. Dia tidak mengerti bagaimana bisa dia ditangkap.
Tapi dia mengerti kalau dia telah kalah. Jika Mach Grid Tomaru terhenti, seluruh kecepatannya akan tereset seutuhnya. Dia harus terus-terusan bergerak. Dia tidak akan bisa mengembalikan kecepatannya lagi. Orang di hadapannya tidak akan membiarkannya.
Itulah kenapa… Tomaru mengangguk ringan, dan menyerah.
“I-Ini berakhirrrr! Ini berakhir terlalu cepat! Kontestan Ikki dengan mudah mengalahkan Pelari Tinggi, peringkat tiganya Hagun Akademi! Ini kemenangan kesembilannya! Akhirnya momen bersejarah dimana seseorang yang lebih lemah dari Rank-E melewati seleksi festival sudah dekat!”
“Oi oi oi, yang benar aja!?”
“Bahkan Tomaru gak mengentikan dia…”
“Apa-apaan Rank-F itu? Kenapa monster itu ngulang setahun?”
“Ke-Keren!”
“Itu baru Ikki. Sebuah pertandingan tanpa ngerasain marabahaya.”
Diantara penonton yang berteriak dan bersorak, seorang pria ramping, Arisuin Nagi berdiri di sebelah Shizuku dan bertepuk tangan untuk Ikki yang kini menjadi sorotan.
“Ujung-ujungnya, dia bahkan gak makai Ittou Shura.”
“Hasilnya jelas. Alasan Onii-sama susah payah ngadepin si Pemburu itu gak ada hubungannya apa dia bisa ngeliatnya atau enggak. Itu karena dia punya busur yang jangkauannya luas yang dilengkapin persembunyian sempurnanya. Aslinya itu gak penting mau seberapa cepat Tomaru, atau apa Onii-sama  bisa ngeliat dia atau enggak. Gak mungkin cewek itu gak terluka pas udah masuk ke dalam medan unik teknik pedang Onii-sama”
Untuk seseorang yang keterampilannya selevel Ikki, teknik tersebut telah menjadi menjadi perlindungan dari serangan pedang. Jika ada sesuatu mendekat, seorang samurai yang melatih indera keenamnya akan bereaksi pada hal itu, tidak peduli mau lawannya terlihat atau tidak, cepat atau lambat. Gagal membacanya adalah alasan kenapa Tomaru kalah.
“Kerja bagus, Ikki.”
Ikki, yang telah meninggalkan arena melihat seorang gadis berambut merah terang berdiri di sebelah gerbang biru sambil menyambutnya kedatangannya.
“Tangan kananku cuman terasa agak kaku; aku gak bertarung cukup keras jadi aku gak lelah-lelah amat. Stella, kamu juga harus ngelakuin yang terbaik, ya.”
“Aku gak perlu ngelakuin itu.”
Setelah membalas dengan suara berisi rasa percaya diri, gadis itu memasuki arena.
“Semuanya, tanpa perlu berlama-lama dengan perasaan gempar dari pertarungan sebelumnya, ini waktunya untuk memulai pertandingan seleksi ke delapan hari ini! Memasuki arena dengan rambut merah cerahnya berayun adalah satu-satunya kesatria Rank-A akademi Hagun. Si ‘Ratu Merah’, kontestan Stella Vermilion! Sama seperti teman sekamarnya si Kesatria Gagal, dia juga telah menang delapan kali tanpa kalah! Semua pertandingannya berakhir dengan lawannya mengundurkan diri! Sang supernova sensasional yang menang hanya dengan tekanannya, melewati semua pertandingannya tanpa merasakan pertarungan yang layak. Tapiii! Hari ini lawannya adalah Hanaiki Baffalo—“
Memasuki arena dari gerbang merah adalah tempat Tomaru ditarik keluar dan digantikan oleh seorang raksasa dengan kepala dicukur dab sebuah ditambah sebuah helm tinggi.
“Peringkat empat di akademi Hagun dan anggota dewan siswa, kesatria Rank-C dengan nama panggilan ‘Penghancur’, kontestan Saijou Ikazuchi! Memenangkan seluruh pertandingan dengan penampilannya yang sangat baik, dia dengan gagah berani berdiri di depan kontestan Vermilion! Sebelumnya tidak pernah ada tanda-tanda rasa tegang atau bersemangat terlihat dari kontestan-kontestan lain saat melawan kontestan Vermilion! Tapi dia tanpa gentar mengarahkan tatapan tajam ke gadis itu yang harus dikalahkannya! Sama seperti yang dikatakannya di halaman depan klub koran ‘tidak ada pria jepang yang melarikan diri’, dia hidup dengan frasa itu! Sepenuhnya siap menghadapi kontestan Vermilion! Akankah kali ini, kita akhirnya akan melihat kekuatan sejati Putri Merah!? Sekarang, dengan kedua kontestan memanggil Device mereka—Pertandingan, DIMULAI!”
“UWOOOO!!”
“Whoa! Kontestan Saijou langsung mengayungkan Device-nya Zanbatou[2] disaat bel dibunyikan! Dampaknya sangat kuat sampai-sampai suara tebasan pedangnya mencapai bangku penonton!”
“Aku mau nanya, kamu tahu kemampuanku gak?”
Saijou bertanya ke Stella selagi memutar Zanbatou-nya diatas kepala.
“Enggak. Soalnya gak kayak Ikki, aku gak neliti lawan-lawanku sebelum bertarung.”
“Hmph. Seperti yang diharapkan dari Rank-A ternama. Apa bagimu Rank-C gak menarik?”
“Ini bukan berarti aku ngeremehin kamu. Di akhir pertarungan, dan bahkan Sword-Art Festival, semuanya adalah latihan mudah buat kita jadi lebih kuat dan jadi kesatria-sihir. Saat ngadepin situasi dimana kita mesti ngelawan teroris, itu hampir mustahil buatmu tahu apa kemampuan lawan. Jadi, kalau kamu gak bisa bertarung karena gak tahu kemampuan lawanmu, maka itu gak bagus.”
“Kalau gitu kamu gak akan mulai neliti lawanmu, padahal kamu masih di tahun pertama. Dasar bangsawan. Bakal kubuat kamu nyesal karena gak ngelakuin itu.”
*BOOM*
Saijou menurunkan Zanbatou-nya yang diputar di atas kepala dan mengarahkannya ke Stella. Muncul emisi sihir dari pedang kasarnya saat berbenturan dengan pedang emas Stella, Laevateinn.
“Kemampuanku itu ‘akumulasi kekuatan tebasan’. Makin banyak aku mutar pedangku, pedangku bakalan jadi makin berat. Batas saat ini itu sepuluh ton. Alasanmu bakalan kalah dalam pertarungan ini itu karena kamu ngebuat aku ngisi kekuatanku sampai ke batasnya karena kamu gak tahu apa kemampuanku.”
“Itu Kapak Crescendo—“
(Biar gak bingung, ini nama serangannya si Saijou)
Mengumpulkan kekuatan tebasan. Tebasannya sekarang memiliki daya hancur cukup untuk menghancurkan tanah. Akan tetapi—
“Tapi gak peduli seberat apapun tebasanmu, itu gak akan berguna gak tidak kena, tahu.”
Itu benar. Ini adalah alasan dia dikalahkan oleh peringkat tiga, Tomaru Renren. Tentunya, jika itu hanya kekuatan serangannya, Kapak Crescendo tidak tertandingi. Tapi untuk kecepatannya yang dibebani Zanbatou, itu sama sekali tidak cepat. Dia adalah lawan yang mudah untuk lawan berbasis petarung cepat seperti Tomaru. Dan juga, Stella memiliki banyak kecepatan meskipun tidak sebanyak Tomaru. Serangan semacam ini, dapat dihindarinya dengan mata tertutup.
“Tapi, aku akan menerimanya!!”
“A-Apa!?”
*CLANG*
Tebasan menurun Kapak Crescendo diterima oleh Laeveteinn Stella. Tidak, itu tidak berhenti sampai disitu. Stella tidak hanya menerima tebasan dari Zanbatou, dia juga sanggup mendorongnya ke belakang.
“Mu-Mustahil!?”
Saijou kalah dalam kekuatan. Dia merasa syok karena fakta itu.
Ya, Saijou tidak mengetahuinya, karena Stella baru sekali bertarung serius saat melawan Kurogane Ikki, dan Saijou tidak ada disana. Karena dia hanya melihat gambar yang diambil oleh para siswa atau unggahan buram dari situs streaming.
—Stella yang itu adalah seseorang yang mampu mengguncang dunia hanya dengan satu serangan pedangnya.
“Sebaiknya kamu ingat ini, Senpai.”
Stella mendorong Zanbatou ke belakang dan mengulurkan tangannya ke Saijou yang sekarang tanpa perlindungan, menyentuh helm atasnya.
“Kekuatan, bakat, teknik, bakal kuhancurin semuanya pas berhadapan dengan mereka. Aku seorang Rank-A karena aku bisa ngelakuin sesuatu seperti itu.”
Segera, api berkobar dari tangannya dan menyentuh helm tersebut. Kemudian terjadi ledakan, dan tubuh Saijou terlempar sejauh 10 meter di udara dan jatuh di luar ring.
Saijou, kini terkapar di tanah, tidak mampu bergerak. Dia kehilangan kesadaran akibat ledakan jarak dekat tersebut.
“Pertandingan berakhir! Pemenangnya, Stella Vermilion!”
Menyadari fakta tersebut dengan cepat, wasit segera memutuskan pertandingan berakhir dan mengumumkan pemenangnya.
“L-Lagi, kemenangan sempurnaaa!! Meskipun kontestan Saijou dengan berani menantangnya. Dia bukan lawan untuknya! Inilah level dunia! Inilah peringkat teratas! Kuat, terlalu kuat! Tahun pertama kaii ini terlalu kuat!! Kalau itu dia, kalau itu mereka! Mereka bisa meraih mahkota Seven Stars Sword King untuk akademi Hagun kita setelah tahun-tahun belakang kita gagal meraihnya!”
Sambil menikmati teriakan dan sorakan, Stella meninggalkan ring.
Ini sudah sebulan sejak pertandingan seleksi The Seven Sword-Art Festival dimulai, disaat musim berganti.
Kesatria Gagal, Kurogane Ikki.
Ratu Merah, Stella Vermilion.
Lorelei, Kurogane Shizuku.
Dengan kemenangan beruntun mereka, mereka menjadi nama yang semua orang di Sekolah ketahui.

Bagian 2
“Selamat, Onii-sama
Setelah Ikki keluar di arena latihan kelima dimana pertandingannya dilangsungkan, dia tiba-tiba merasakan sebuah dampak ringan di pinggulnya.
Setelah melihat ke bawah, dia melihat Shizuku dengan mata berwarna gioknya yang menyatakan keberadaannya disana. Dan Arisuin ada di belakang Shizuku.
“Terima kasih, Shizuku. Tapi bisa tolong jangan peluk aku di tempat umum kayak gini. Ini memalukan.”
“Oke. Kalau Onii-sama ngerasa malu juga, itu lucu tau.”
“Alice, kelihatannya kata-kataku tidak sampai ke adikku lagi. Seperti yang kuduga, apa ini gara-gara kurangnya komunikasi selama empat tahun belakangan?”
“Fufu, itu mungkin salah satu alasannya.”
“Ahhh! Shizuku meluk Ikki lagi!”
Sebuah suara marah terdengar dari belakang Ikki yang ditujukkan kepaa Shizuku. Orang yang berdiri disana adalah Stella, yang keluar dari arena setelah Ikki. Setelah melihat Stella, ekspresi malaikat Shizuku berubah menjadi sesuatu yang tampak seperti dia baru saja menggigit serangga.
“Ada apa, dasar berisik! Kamu itu udah dewasa jadi bisa gak kamu gak teriak-teriak kayak anak kecil?”
“Bukannya itu karena Shizuku ngelakuin sesuatu yang aneh kepada Ikki!?
“Sesuatu yang aneh? Aku gak ngerti deh. Kayak yang bisa kamu lihat sendiri, apa aku bukan siapa-siapanya? Iya ‘kan, Onii-sama? Kita kerabat dekat ‘kan?”

“Y-Yeah. Tapi jaraknya agak terlalu dekat dan ini memalukan. Lebih jauh dikit bakalan lebih baik.”
“Lihat, Onii-sama bilang ‘Yeah’.”
Sebuah penggalan kutipan baru saja terjadi!
“Omonganku ada lebih banyak lagi abis itu! Ada apa denganmu dan selera abnormalmu!”
“Aku gak tahu. Aku gak ngerti kamu ngomong apa. Pertama-tama, coba kamu pikir, Stella-san. Aku memang nempel dengan Onii-sama, tapi aku tidak ngeluarin banyak tenaga. Dan juga, meskipun kalau aku makai semua tenagaku, bakalan mudah aja buat Onii-sama ngelepasin aku. Itu benar, kalau Onii-sama suka ini, dia pasti sudah ngelakuin itu. Tapi Onii-sama gak akan ngelakuin sesuatu yang kejam kepada adiknya yang kanget bangen sama kakaknya, ‘kan?”
Benar, bukan? Mata berwarna giok Shizuku berkilauan lembap selagi dia menanyakan itu, dan itu bukan seperti mata anak anjing yang ditinggalkan.
… Tidak mungkin Ikki bisa melepaskan sesuatu yang lucu seperti itu.
“Y-Yeah…. Aku gak akan… ngelakuin itu.”
“IKKIII~!!!”
“Nah, kamu paham? Kontak fisik kayak gini itu dibolehin buat saudara kandung yang saling menyayangi. Stella-san yang gak punya hubungan apa-apa tidak, gak punya hak buat protes.”
“A-Aku punya hubungan dengannya!”
“Ooh? Lalu hubungan seperti apa yang kamu punya?”
“I-Itu……”
“Ujung-ujungnya kamu bakalan bilang kalau kamu budaknya, ‘kan? Tapi kalau kamu budaknya, lalu nanyain tindakanku ini, adiknya, bukannya kamu yang salah, ya? Orang-orang di negaramu, meski mereka gak ngelayanin kamu melainkan orang tuamu, mereka nunjukkin rasa hormat yang pantes ke kamu, ‘kan? Atau apa keluarga kekaisaran Cuma mau ngeliat apa yang nyaman buat mereka?”
“S-Sal, ugh, uuuu….”
Stella, yang coba membantah serangan telak Shizuku hanya bisa bergumam. Tapi apa yang coba dia katakan, Ikki mengetahuinya. Itu benar. Hubungan mereka, berubah di satu malam di bulan lalu. Dari hanya teman sekamar biasa, berubah menjadi sepasang kekasih.  Dan Stella adalah seorang putri, meskipun itu hanya di negara kecil. Mereka tidak memiliki kedudukan sosial setara untuk mengumumkannya kepada publik. Itulah kenapa mereka memutuskan menyembunyikan hubungan mereka sampai sekarang.
Tapi tidak ada wanita di dunia ini yang akan mengizinkan kekasihnya untuk memiliki hubungan yang melampaui batasan cinta, meskipun itu adik kekasihnya. Dan tentu saja, Stella tidak menyukainya juga. Tapi dia tidak bisa mengungkapkannya. Itulah kenapa dia tenggelam dalam keheningan.
Dan Shizuku melirik Stella dengan sedikit kecewa.
“Payah.”
“Eh? Shizuku?”
“Uh—“
Stella mengirimkan sebuah pandangan penuh kecemburan kepada Shizuku, yang saat ini sedang menyeret Ikki pergi.
“Grrr!”
“H-Hey Shizuku. Kayaknya bergandengan tangan dengan adikku di umur segini dan di Sekolah, ini agak…  memalukan banget.”
Merasakan bahaya yang datang, Ikki mencoba melepaskan Shizuku.
“Aku ngerti kok, Onii-sama… lagian aku gak mau Onii-sama benci sama aku.”
“Gak mungkin aku bakalan benci sama kamu.”
Dia menyangkal bagian itu. Dia tidak akan pernah membenci adik kecilnya yang sangat menyayanginya. Dan itu tidak akan berubah, tidak peduli apapun yang terjadi.
Mendengar kata-kata itu, Shizuku tersenyum kecil.
“Makasih. Tapi tetap aja, Onii-sama—“
Dia berhenti bicara sekali dan kemudian membisik dalam suara yang tidak bisa didengar oleh orang lain selain Ikki.
“Kalau kamu terlalu baik, kamu gak akan ada dapat kemajuan.”
Kelihatannya adik kecilnya telah menebak sesuatu.
… Tidak akan mendapat kemajuan, ya…
Tentu saja, itu sesuai dengan yang Shizuku katakan. Ikki telah berpacaran dengan Stella selama sebulan. Tapi hubungan mereka tidak ada perkembangannya sama sekali. Malahan, itu justru terasa mundur beberapa langkah. Dengan dia menjadi pacar Stella, dia merasa bimbang.
Dia ingin menjadi lebih dekat. Dia ingin menyentuhnya lebih banyak. Dia ingin melangkah ke tingkatan berikutnya. Akan tetapi, dia tidak tahu kapan dia harus memulai pergerakan. Bagaimana seharusnya dia menjelaskan situasi ini? Haruskah mereka berdua mendiskusikannya situasi ini dengan benar seperti rapat perusahaan? Atau haruskan dia membuat pergerakan saat melakukan percakapan sehari-hari?
Aku tidak mengerti.
—Ikki yang tidak memiliki pengalaman dengan hubungan seperti ini tidak mampu menentukan kapan waktu yang tepat.
…Seperti yang Shizuku katakan, apa sebagai laki-laki dia harus lebih agresif?
 Tapi jika itu membuat Stella membencinya… itu tidak bisa dilakukan. Tidak boleh ada paksaan. Dengan demikian, Ikki tidak pernah menyentuh Stella bahkan sekali dari bulan lalu.
…Haa… Aku berharap segera mendapat ciuman….
Kenyataannya mereka justru merasakan jarak diantara mereka semakin menjauh ketimbang ketika mereka belum berpacaran.

Bagian 3
“Ah! Hey lihat itu.”
“Itu si Putri Merah. Lorelei dan si Kesatria Gagal juga bersamanya.”
“Mereka bener-bener punya atmosfer yang beda banget, ‘kan? Mereka bertiga.”
“Kamu ngomongin apa sih? Selain dua cewek itu, si Kesatria Gagal cuman sedikit beruntung, itu aja.”
“Kamu, kamu masih bisa ngomong kayak gitu?”
“Lagipula, kalian sudah dengar ini belum? Aku dengar Vermilion itu dan Kurogane sama-sama ngalahin peringkat empat dan ketiga anggota dewan siswa dengan mudah.”
“Seriusan? Kalau gitu, cuman tinggal ‘Scharlach Frau’ dan sang presiden diantara anggota dewan siswa yang masih bertahan.”
“Yah, keduanya sama-sama yang terkuat di Akademi Hagun, dan kalau keberuntungan mereka belum habis dari sekarang mereka pasti bakalan jadi perwakilan. Dan adiknya Kurogane sejauh ini juga menang beruntun.”
“Tahun pertama kali ini benar-benar sesuatu, ya. Cowok tinggi di belakang Shizuku itu, dia juga luar biasa ‘kan?”
“Woi, jangan panggil dia ‘cowok itu’! Nagi-sama punya nama panggilan yang keren, ‘Black Sonia’!”
“Bener itu! Aku gak percaya kalian barusan manggil Nagi-sama ‘cowok itu’!”
“H-Huh… Maaf… Kurasa.”
“Ada banyak orang berbakat berkumpul di tahun pertama… Tahun ini, Hagun mungkin aja bisa berjaya.”
Selagi kelompok Ikki menuju gedung utama Sekolah dari arena kelima, mereka merasakan berbagai macam tatapan. Ini sudah sebulan sejak pertandingan seleksi dimulai. Jumlah kandidat tersisa menyusut. Dan diantara mereka, kelompok empat orang yang memimpin dengan rekor belum terkalahkan tentu akan menarik perhatian.
Terutama Ikki, dia menarik lebih banyak perhatian. Si Kesatria Gagal yang melaju waktu demi waktu setelah mengalahkan si Pemburu mengejutkan badan ekskeutif Akademi Hagun diluar perkiraan. Para kesatria yang membualkan bakat mereka dikalahkan olehnya satu-persatu yang hanya sekedar Rank-F tidak peduli bagaimanapun kemampuannya dievaluasi. Mulanya, para siswa-siswi tidak bisa menerima adegan yang mereka saksikan adalah realita, tapi setelah hal yang sama terjadi selama sembilan kali, mereka tidak memiliki pilihan selain menerimanya. Ikki bukan lagi seorang penipu seperti yang mereka hujat sebelumnya. Mereka tidak bisa lagi melihatnya seperti itu.
Ini sudah cukup bagi beberapa orang membangga-banggakan rasa rendah diri mereka. Sekarang, hampir semua kesatria hanya bisa kebingungan pada keabnormalan Ikki, dan menebak seberapa tinggi lagi dia bisa memanjat.
Melihat itu, Stella mulai membual dengan senang hati.
“Fu-fun. Kelihatannya orang-orang bodoh itu akhirnya menyadari kekuatan Ikki.”
“Jelaslah. Onii-sama-ku adalah orang paling fantastis di dunia, sampai dimana mereka yang sadar soal itu jauh tertinggal. Tapi tetap aja, banyak hal sudah berubah selama sebulan. Ada banyak orang datang ke bimbel selama makan siang baru-baru ini.”
“Jelas. Aku begitu terkejut saat senpai tahun ketiga juga datang.”
Bimbingan belajar yang mereka maksud adalah tentang Ikki yang dipaksa mengajari teman-teman sekelasnya. Materinya tentang kelas seni bela diri. Ikki memberikan penjelasan terhadap berbagai macam jenis-jenisnya. Tentu saja, ilmu pedang juga termasuk, tapi ada juga teknik kodachi, tombak, dan bahkan panah.
Hanya Ikki yang bisa melakukannya. Menjadi ahli dalam banyak seni bela diri setelah menganalisa teknik yang sangat banyak dari lawan-lawan yang berbeda, dia adalah seniman bela diri universal.
Meskipun, dengan mempertimbangkan bahwa Ikki sendiri tidak menganggap apa pun selain keahlian pedang sebagai keistimewaanny,dan itu tidak mengajarkan para siswa teknik yang sesuai dengan keterampilan mereka, itu menjadi sebuah kelas yang berlandaskan seni bela diri.
Mulanya, hanya beberapa teman sekelas Ikki yang berpartisipasi. Tapi setelah melihat semua kegemparan yang Ikki ciptakan, siswa-siswi lain mulai ingin mendapatkan opini lebih baik mengenai seni bela diri. Sekarang, tidak hanya teman-teman sekelasnya, tapi orang-orang dari luar Sekolah juga datang untuk mempelajarinya. Ini juga salah satu perubahan yang terjadi dari sebulan yang lalu.
“Tapi perubahan paling besar yang terjadi sampai sekarang… kayaknya itu.”
Ini baru seminggu sejak sebuah hal tertentu mulai berubah. Sejujurnya, Ikki mengira kalau dia mengabaikannya, masalahnya akan membaik, tapi sejauh ini tidak ada tanda-tanda yang menyatakan hal tersebut. Karena itu dia tidak mengabaikannya lebih lama lagi.  
“Onii-sama, apa maksudmu dengan… ‘itu’?”
“Yeah. Sebenarnya… aku ngerasa lagi distalk.”
“”HUH!?!?””
Terhadap pengakuan Ikki, baik Stella dan Shizuku berteriak serempak karena terkejut.
“S-S-Stalker! M-Maksudmu itu ‘kan!? Mereka yang mengikutimu, dan menyelinap ke kamarmu, dan mereka mencukur kumis mereka dan mengirimkannya padamu! Stalker yang seperti itu! ‘Kan?”
“Stella-san, yang kamu omongin itu pisau cukur. Apa yang bakalan mereka lakukan dengan ngirimin janggut mereka dalam surat?”
(Yah, sengaja bagian ‘Stalker’-nya gak diterjemahin biar sesuai sama-sama bahasa sehari-hari.)
“Apa si stalker ini hati-hati banget sama penampilan pribadinya? Kedengarannya emang kayak gitu sih.”
“Diamlahhhhh! Jangan khawatirin hal kecil! Malahan, sekarang waktunya kita ngomongin soal itu!”
“Itu benar, Onii-sama. Bisa tolong kamu jelasin.”
“Awalnya aku ngerasa ada tatapan dari seminggu yang lalu. Sejak saat itu, tatapan itu selalu ngikutin aku kemana-mana. Alice sudah sadar soal itu, kan?”
“Yeah. Tapi karena Ikki sendiri gak pernah ngungkitin itu, kupikir itu gak perlu diomongin.”
“Yah, awalnya kupikir tatapan itu bakalan hilang kalau kuabaikan aja, tapi… kelihatannya gak kayak gitu karena sampai sekarang gak ada tanda-tanda kepergiannya.”
“Kamu ingat ngelakuin sesuatu yang ngebuat seseorang bakalan melakukan itu?”
“Enggak. Kurasa.”
 Karena Arisuin bertanya padanya, Ikki menggali ingatannya dan tidak menemukan apa-apa.
Dan tatapan tersebut, dia tidak mengira itu mengandung kebencian. Mungkin melebihi rasa sesal yang bisa dimaafkan.
“… Kalau begitu, mungkin aja itu cinta. Sama Ikki, Iya ‘kan?”
“Ah, mungkin aja!? Itu! Aku dengar kalau rata-rata stalker biasanya terlahir dari perasaan cinta.”
“Onii-sama itu seorang kesatria yang terkenal banget. Dan aku dengar dia juga populer terutama di kalangan cewek-cewek. Saat ada cewek yang ngeliatin Onii-sama dari jauh, dan gak sengaja pandangannya ketemu sama Onii-sama, dia mungkin ngira kalau Onii-sama tertarik sama dia. Atau pas ngomong sama Onii-sama sebagai penggemar, dia mungkin salah paham abis selesai ngobrolnya. Ini semua kemungkinan yang mungkin terjadi.”
“Ikki juga sering bertingkah canggung pas berinteraksi dengan wanita.”
“Itu benar. Saat memintanya jabat tangan, dia menjawab dengan ‘Yeah, uh’. Lebih kayak dia malu-malu karena rasa suka.”
Diperhatikan oleh Stella yang kelihatannya menemukan banyak kesalahan dengannya, Ikki tersenyum pahit. Seperti yang dikatakan ketiga orang tersebut, Ikki dengan sosoknya dan sikap baiknya cukup populer di kalangan wanita. Tapi untuk Ikki, dia tidak tahu cara menanganinya. Dia tidak bisa bersikap dingin seperti Shizuku, yang dengan kejamnya mengabaikan kelompok penggemarnya, atau bisa memberikan layanan penggemar yang tepat dan layak kepada mereka seperti Arisuin. Dia tidak bisa mengabaikan semua yang mendukungnya. Saat mereka bicara, dia berhenti dan menemani mereka, saat mereka meminta jabat tangan, dia berakhir dengan pembicaraan. Ada juga beberap waktu dimana dia hampir terlambat mengajar karena kesibukannya dengan para gadis.
Dan itu tidak akan aneh jika ada satu diantara mereka yang salah paham mengenai perbuatan Ikki. Stella dan yang lain mengerutkan kening pada kemungkinan itu… tapi Ikki tidak mengira seperti itu, karena dari tatapan di punggungnya, dia tidak merasakan perasaan kebencian melainkan sesuatu seperti kasih sayang.
Jika dia memiliki sesuatu untuk dikatakan, itu lebih seperti dia sedang dipotret dengan kamera.
“Kalau itu sesuatu kayak ngidolain Onii-sama aku sih gak keberatan, tapi buat seseorang yang nyoba naruh tangannya pada Onii-sama-ku, yah kita gak mau itu sampai terjadi. Ini waktunya penyiksaan.”
“Kamu mau ngapain dengan kemoceng itu, Shizuku?”
“Bukannya itu sudah jelas? Akan kutangkap stalker-nya dan bawa dia ke hukuman gelitik.”
“…Itu tidak cocok denganmu, cara imut menghukum seseorang seperti itu.”
“…Yah, soalnya yang kugelitik di bagian bola mata.”
“””ITU BENAR-BENAR MENGERIKAN!”””
“… Yah, karena semua perkiraan yang sudah diungkapin dan aku masih gak tahu jawaban terkait situasi ini, yah… ayo tanya langsung ke biang keladinya.”
Mengatakan itu, Ikki berpaling menuju jalan batu yang baru saja mereka lewati.
“Ikki, apakah tatapan itu masih ada sekarang?”
“Yeah. Bahkan sejak kita selesai jogging pagi ini.”
Tatapan tersebut yang sudah berlangsung selama seminggu, selagi mengawasinya. Tatapan tersebut datang dari semak-semak tebal di sisi lain paving. Setelah menghela nafas ringan sekali, Ikki memanggilnya.
“Hey, orang yang bersembunyi disana. Kelihatannya kamu udah ngikutin sampai sekarang, apa kamu butuh sesuatu?”
Ikki dengan nyaring memanggil stalker tersebut yang saat ini bersembunyi di semak-samak. Yang kemudian—
 “Hyawaa! Ou—“
*Pyon*
Seakan terlincir, stalker tersebut keluar dari tempat persembunyiannya.
Meskipun tidak ada kebencian, mengikuti seseorang selama seminggu jelas tidak normal. Setelah semua yang terjadi, Ikki mempersiapkan dirinya untuk melihat ular seperti apa yang akan keluar tapi… apa yang dia dapatkan adalah kejutan besar; itu seorang berambut hitam Yamato Nadeshiko[3]. Di kedua tangannya, dia memegang beberapa ranting pohon.
“Ah, auau, s-salah! Ini gak kayak yang kamu pikir! A-Aku, uuuh, uwah~!”
Dia mungkin menyadari kalau dia sudah ketahuan. Siswi tersebut kebingungan setelah dia tiba-tiba terlihat seperti ini. Segera saja, dia berbalik arah dan melarikan diri. Tapi dibalik semak, ada sebuah kolam kecil.
“Kyaaaaaah!!! Gyabu!”
*Splash*
Selagi dia tergesa-gesa mencoba melarikan diri, dia tersandung dan jatuh dengan kepala lebih dulu. Dan sebuah suara aneh yang terdengar trauma fisiologi keluar darinya.
“….”
Gadis itu mengapung di kolam dengan wajah menghadap ke bawah tanpa mengatakan apa-apa. Dan kemudian… dia tidak bergerak lagi.
“Wha-, K-Kamu, kamu gak pa-pa … astaga, dia jelas kenapa-napa! Alice, bantu aku bawa dia!”
“Oh, ngerinyaaa.”
Selagi Ikki dan Arisuin buru-buru menolong—
“Orangnya cantik banget, ya… stalker-nya Ikki.”
“Kelihatannya ini waktunya buatku makai kemoceng ini.”
Intuisi kedua gadis itu berdering dengan resah setelah pagi ini.


Bagian 4
Di sebuah kamar pribadi yang kecil nan suram. Satu-satunya sumber cahaya berasal dari lampu meja kecil di atas meja. Dan di ruangan tersebut, ada seorang gadis duduk di kursi, dan empat pria kuat mengelilinginya.
Keempatnya menunjukkan ekspresi seram dan mereka menanyai gadis tersebut sambil berteriak.
“Jawab jujur! Kamu nge-stalk si korban, Kurogane Ikki! Iya ‘kan?”
“Kamu sudah ketangkep! Kamu gak akan ngasih pernyataan palsu, kan?”
Pertanyaan-pertanyaan dengan suara menekan dan cahaya lampu belajar tampak terlalu redup.  Selagi menghadapi semua ini berulang kali, gadis itu menjawab dengan panik.
“E-Enggak! Itu gak benar-benar stalking…!”
“Cukup sama alasanmu!”
“Hii—“
“Jelas-jelas kamu udah ngikutin dia selama seminggu!”
“Dan abis itu, kamu masih aja berusaha nutup-nutupin!?”
“Yeah! Ini waktunya penyiksaan! Penyiksaan!”
“S-STOOOOP~!!!”
“Ha-!?”
Dan akhirnya, gadis itu terbangun dari mimpi buruknya. Langit-langit berwarna putih menutupi bidang pandangnya. Dari bau obat, dia menyadari kalau ini ruang perawatan. Kelihatannya dia tadi tertidur disini karena sakit.
Terhadap fakta itu, gadis tersebut merilekskan diri.
‘Syukurlah, itu hanya mimpi—‘
“Hukuman lilin, deraan, nyabutin,  berlutut dengan batu…”
Saat gadis tersebut memutar kepalanya, dia melihat seorang gadis lain berambut silver membisikkan saran di dekat telinganya.
 “Dipasak dan dibakar, ditenggelamin sampai mati, dipaku, dibuat berjalan telanjang ngelilingin kota, kuda kayu berbentuk segitiga… ah, kamu udah bangun?”
“Hal-hal yang kamu itu bisikkan di telingaku… itu…”
 “Aku penasaran. Mungkin kamu baru aja ngeliat mimpi yang buruk. Onii-sama, dia sudah bangun.”
Gadis berambut silver itu, Shizuku, memanggil ke sisi lain tirai privasi. Setelah mendengar suaranya, Ikki, Stella, dan Arisuin masuk.
“Oh astaga. Kamu udah bangun ternyata. Aku khawatir. Yang tadi itu tabrakannya buruk banget loh. Untung aja kita bisa ngandelin sihir penyembuhannya Shizuku.”
“Karena itu bukan cedera dari suatu pertandingan, kita gak bisa makai capsule, tapi untungnya Shizuku ada disana. Jadi, masih terasa sakit gak?”
Setelah melihat ke kanan dan kiri, gadis itu memahami situasinya sepenuhnya. Dia jatuh dengan kepala terlebih dahulu ke dalam kolam dan menghantam kepalanya, dan orang-orang ini membawanya ke ruang perawatan dan mengobatinya.
“T-Tidak, itu… Aku baik-baik saja. Makasih… sudah ngerawat aku.”
Sementara dia perlahan-lahan bangun dari tempat tidur, dia membungkuk dan menunjukkan sopan santunnya kepada Ikki dan yang lainnnya.
Dia benar-benar stalker yang ramah. Tapi kenapa dia tidak mau menatap mata siapapun, dan terus menghindari mereka?
“Yah, aku kaget banget sama cederanya. Untungnya itu gak serius. Tapi… kenapa kamu pandanganmu berpaling?”
“T-Tolong jangan dipikirin. G-Gak ada alasan khusus kok.”
Dia terdengar cukup gugup saat menjawab. Dan sekarang bahkan tubuhnya benar-benar bergetar, dan dia tidak bisa menenangkan diri. Mungkin, dia membuntuti Ikki karena alasan tertentu dan sekarang dia tidak bisa menatap mata Ikki. Yah, ini mungkin waktu yang tepat untuk menanyakan hal itu. Pertama-tama—
“Kalau kamu udah baik-baik aja, aku mau nanyain kamu beberapa hal… Pertama-tama bisa kamu beritahu namamu?”
“A-Aku Ayatsuji Ayase. Seorang senior.”
Seorang kakak kelas? Itu sedikit tidak terduga.
Mungkin karena dia membuat blunder itu saat pertama kali mereka bertemu. Atau mungkin karena dia tidak bisa dengan mudah menenangkan dirinya. Ikki tidak bisa membayangkan dia sebagai seseorang yang lebih tua. Tapi karena dia lebih tua, Ikki tidak mampu mundur atau berbicara terus terang sekarang. Ikki berganti menggunakan honorifik, dan menanyakan hal yang paling menganggunya.
“Kalau gitu Ayatsuji-sempai, kuulangi lagi apa yang tadi kuomongin sebelum disini. Kenapa Sempai ngikutin aku kema… er… Sempai?”
“A-Apa?”
“Kamu gak Cuma ngeliat ke arah lain, tapi kepalamu sepenuhnya berputar ke arah berlawanan… sejujurnya, ada apa?”
Sebelum Ikki menyadarinya, Ayase menghadap ke dinding di sisi berlawanan. Lehernya berputar sampai batasnya, Ikki tidak bisa memberitahunya kalau dia bisa melihat tengkuknya.
“G-Gak usah dipikirin. I-Ini bukan apa-apa.”
“Gak, jelas harus kupikirin! Ini pertama kalinya dalam hidupku seseorang yang lagi kuajak bicara gak mau natap aku!? Ada apa? Apa ada sesuatu di dinding sana?”
“M-Maksudku… i-ini… memalukan.”
Ayase bicara, dengan suara sangat rendah yang bisa disalahartikan sebagai dengungan nyamuk.
“…Huh?”
“N-Ngomong sama cowok. Aku gak tahu, pas lagi saling tatap muka… itu memalukan banget.”
Diperhatikan baik-baik, wajah Ayase sepenuhnya memerah sampai ke telinganya, seperti dia terbakar.
“K-Kenapa Kurogane-kun bisa dengan mudah ngobrol ke cewek yang baru kamu temuin sambil natap matanya?”
“Eh… kenapa? Bahkan kalau kamu nanya kayak gitu, aku pikir normal untuk natap wajah orang dalam suatu percakapan ‘kan?”
“N-Normal… K-Kalau begitu… Luar biasa… Buatku itu mustahil. Aku tahu ini gak sopan, tapi aku gak bisa natap balik lawan bicaraku pas lagi diliatin…”
Ikki tidak pernah mengira kalau dia akan dipuji karena sesuatu seperti itu.
Memang, Ayase beberapa kali mengintip, tapi segera matanya bertemu dengan Ikki, matanya cepat-cepat melarikan diri. Kelihatannya dia mencoba untuk melihat ke arah yang seharusnya, tapi karena itu memalukan, dia tampak tidak akan berhasil melakukannya.
Dan itu kelihatannya bukan akting. Kelihatannya seperti Ayase adalah sempai yang sangat pemalu.
… Ini masalah. Jika mungkin, aku ingin bicara sambil bertatap muka, tapi…
Jika tidak, itu akan sulit untuk mengetahuinya berbohong. Ikki merenungkan apa yang harus dilakukannya.
“Oke, kalo gitu ke sesama cewek harusnya gak ada masalah ‘kan?”
Tiba-tiba, Stella dan Shizuku berdiri dengan anggun di depan Ayase dan berbicara padanya dengan nada mengkritik.
“Aku akan ngebuat kamu ngaku. Kenapa Sempai buntutin Ikki terus? Apa tujuanmu?”
“I-Itu… I-Itu sebenarnya…”
“Bukankah jelas kenapa seorang cewek akan menstalk seorang cowok, atau sebaliknya. Dia jelas mengintip Onii-sama dengan mata dipenuhi nafsu jasmani.”
“Apakah itu benar!?”
“I-Itu salah! Sungguh!”
Seperti yang diharapkan, kelihatannya alasan Ayase membuntuti Ikki bukan karena rasa benci melainkan karena ketertarikan. Lantas, kenapa dia membuntuti seorang siswa yang mengulang setahun…
…Hmm?
Pada momen itu, Ikki menyadari sesuatu di telapak tangan Ayase, yang dengan cepat dilambaikan sambil menyangkal Stella dan Shizuku. Kapalan, yang disebabkan dari mengayunkan Shinai beberapa ribu, ratusan ribu kali. Melihat itu, Ikki segera memikirkan kemungkinannya.
… Kapalan-kapalan itu, dan nama keluarga Ayatsuji… tidak mungkin!
“Sempai. Apa sempai keluarga Ayatsuji Kaito-san?”
Ditanyakan itu, Ayase segera melebarkan matanya terbuka dan menatap Ikki.
“M-Memang benar, Ayatsuji Kaito adalah ayahku… t-tapi, kamu tahu dari mana?”
“Kapalan di telapak tangan sempai. Tangannya seorang pendekar pedang. Dan selain itu, bisa mengejarku dan Stella saat jogging, itu harusnya gak akan mungkin kecuali kamu punya tubuh terlatih. Dan nama keluarga sempai adalah Ayatsuji… jadi kebetulan, kurasa. Tapi siapa yang ngira kalau kamu benar-benar putrinya, dan kamu masuk ke Sekolah ini. Itu cukup mengejutkan.”
Stella memiringkan kepalanya, melihat Ikki bersemangat dan penasaran tentang apa yang membuatnya sangat bersemangat. Dan dia pun bertanya kepada Arisuin—
“Hey, siapa Ayatsuji Kaito?”
“Entah. Aku juga gak kenal nama itu.”
“Seorang non-Blazer yang dipanggil ‘Samurai Terakhir’.”
Sebagai ganti Arisuin, adalah Shizuku yang menjawab.
“Karena kebanyakan Blazer gak begitu tertarik sama seni bela diri, bukan suatu kejutan kalau Alice tidak tahu soal dia.Tapi buat orang-orang yang belajar pedang dari kecil, gak ada seorang pun yang gak kenal  nama ‘Ayastuji Kaito’. Dia itu seorang master.”
Heavenly Dragon Contest— Tourname of the East and West— Musashi Cup— Tenth Dan Match—
Dia adalah seorang pendekar pedang yang berpartisipasi dan menang di semua kompetisi pedang terkenal dunia. Ada juga catatan dia mengalahkan beberapa Blazer kriminal di masa jayanya, meskipun dirinya bukan seorang Blazer.
“Umumnya, bahkan sebuah pistol gak akan mampu berbuat banyak ngelawan seorang Blazer yang dilindungi sihir. Tapi di hadapan pedangnya, rintangan itu bukan apa-apa. Dia mungkin satu-satunya orang di dunia ini yang tidak bersedih karena tidak dilahirkan sebagai Blazer… tapi karena dia sangat kuat bahkan walau dirinya bukan blazer, dia kelihatannya menuai kebencian dari para kesatria-sihir, jadi ketenarannya tidak jauh mencapai dunia kesatria.”
“Tapi Shizuku mengenalnya.”
“Karena tidak seperti kebanyakan kesatria-sihir, rumah Kurogane mengetahui manfaat seni bela diri.”
Karena Shizuku muak rumah Kurogane menekan kakak tercintanya, dia tidak mengikuti jalan seni bela diri yang rumah Kurogane anut. Tapi dia masih ingat tentang Samurai Terakhir. Dan disana tidak mungkin bagi Ikki, yang mengikuti jalan pedang jauh lebih tulus, tidak mengetahui nama pelopor hebat.
“Sewaktu aku masih kecil, aku nonton pertandingan video Kaito-san dan mutusin buat belajar ilmu pedang. Menjelang SMP, aku bahkan pergi ke dojo untuk nantang dia secara langsung.”
“Eh? Yang benar?”
“Tapi, gak jadi, kamu tau. Mereka bilang gak mau ngadain pertandingan kayak gitu. Tapi aku senang banget, bisa bisa ketemu sama anaknya Kaito-san kayak gini. Kaito-san, kabarnya gimana? Apa dia baik-baik saja? Aku gak ada dengar namanya akhir-akhir ini, jadi aku penasaran sama keadaannya.”
Ikki bertanya dengan suara sukacita. Tapi pertanyaan itu, ekspresi Ayase menjadi mendung.
“…Sebenarnya, karena cedera jelang pertandingan… dia baru-baru ini dirawat di rumah sakit.”
“Eh… M-Maaf. Aku nanyain sesuatu yang gak sopan.”
“E-Enggak, kamu gak perlu minta maaf. Kamu gak ngelakuin hal yang salah. Seseorang yang luar biasa kayak Kurogane-kun yang ngagumin ayahku, itu ngebuat aku senang banget. D-Dan percakapan ini gak berhubungan kenapa aku ngikutin kamu kemana-mana.”
“Maksudmu itu apa?”
 “…Setelah ayahku, yang juga mentorku, masuk rumah sakit, aku telah melatih gaya pedang-tunggal Ayatsuji, tapi baru-baru ini aku kelihatannya ngalamin penurunan.”
Dia menjadi sedih karena gagal mengikuti ayahnya, mentornya.
“Tapi kemudian, aku dengar rumor soal Kurogane-kun, seorang tahun pertama yang makai teknik pedang aneh. Jadi aku kira, kalau aku berkonsultasi dengan Kurogane-kun… aku mungkin bisa tahu sesuatu tapi—“
Pada titik ini, suara Ayase mengecil dan dia memalingkan matanya dari Ikki.
“Tapi, selain pada ayahku dan murid-murid di dojo, aku tidak pernah bicara ke cowok sejak kecil… itu… aku tidak tahu cara mendekatimu dan…”
“Apa kamu… kamu ngikutin aku selama seminggu penuh sambil mikir gimana cara ngomong sama aku?”
“Memang memalukan, tapi iya …”
…Uwah, benar-benar orang yang pendiam.
Hampir seperti roti gulung di atas meja yang mulai ditumbuhi jamur tanpa ada yang menyadari. Selain Ikki, tiga orang di belakang mereka tidak bisa berkata-kata terhadap alasan Ayase melakukan stalking.
Saat ini, Ayase sekali lagi menunduk pada Ikki.
“…A-Aku benar-benar minta maaf! Aku telah stalking kamu lama banget. Aku gak bisa apa-apa kalau kamu nganggap aku seorang wanita yang gak tahu etika. T-Tapi aku bersumpah aku gak akan dekatin kamu lagi… J-Jadi kumohon jangan panggil polisi.”
“Enggak, aku gak mikir bakal nyerahin kamu ke polisi.”
Sebaliknya, Ikki cukup tertarik terhadap pendekar pedang wanita yang ditemuinya hari ini. Dan terlebih lagi, dia adalah putri sang Samurai Terakhir. Teknik seperti apa yang Ayase gunakan? Ikki benar-benar ingin tahu.
“Erm, Ayatsuji-sempai. Kalau mau, apa kamu mau berlatih bersamaku abis ini?”
“—Eh?”
“Kita berdua sama-sama pendekar pedang pemula. Mungkin kita bisa saling memberi nasihat. Dan selain itu, aku juga ingin ngeliat keahlian pedang sang Samurai Terakhir. Nyari tahu sejauh apa potensinya.”
“Apa itu beneran ga pa-pa?”
Ayase segera melompat dari tempat tidur dan menggenggam kedua tangan Ikki, dan tersenyum seperti bunga yang mekar.
“Makasih banyak!! Aku senang… banget!”
Mata bingung Ayase yang ada beberapa waktu yang lalu sekarang menatap lurus ke arah Ikki. Tapi dia segera menyadari yang sedang dilakukannya, dan cepat-cepat memisahkan diri dan mundur kira-kira tiga meter.
“Ah, M-Maaf.  Asal genggam tanganmu kayak gitu, itu gak sopan, ya…!”
 “Ahaha, kamu gak perlu sekaget itu Cuma gara-gara megang tanganku—“
Lagipula, ada adik kecil diluar sana yang mencium kakaknya di reuni mereka,  dan seorang putri yang menerobos masuk ke kamar mandi dengan mengenakan bikini—
“Lalu, apa kita mulai latihan bersamanya sekarang? Pertandingan hari ini sudah berakhir, jadi kita punya waktu sampai makan malam.”
“Yeah, mohon bimbingannya… dan bisakah kamu tidak gak padaku dengan formalitas gitu? Karena aku yang akan diajarin, bakalan aneh kalau malah si guru jadi yang manggil orang muridnya makai honorifik.”
“Itu, aku gak begitu luar biasa sampai-sampai bisa dipanggil guru, kamu tau.”
“Itu gak benar. Beberapa waktu yang lalu Kurogane-kun bilang kita bisa ngasih nasihat satu sama lain, tapi jujur aja, aku gak mikir bakalan ada yang bisa kuajarin ke Kurogane-kun.”
 Ikki menunjukkan senyuman pahit seperti itu. Seperti yang Ayase katakan, meskipun Ikki bisa mengajarinya beberapa hal, tidak ada yang bisa Ayase ajarkan kepadanya sebagai gantinya. Ikki bisa mencuri kebanyakan tekniknya hanya dengan melihatnya. Lebih kepada murah hati daripada menjadi sarkastik.
Memastikan itu, Ikki menerima saran Ayase.
“…Okay, kalau gitu aku gak akan makai honorifik. Tapi sebagai gantinya, bicaralah dengan normal kepadaku, ya. Manggil aku gurumu, itu bakal nempatinn aku dalam situasi sulit.”
“Yeah, tolong, bimbinglah aku.”
Dan kemudian, si stalker Ayatsuji Ayase menjadi murid Ikki.

Bagian 5
Setelah Sekolah, Ikki pergi ke lapangan terbuka di hutan di belakang kampus dalam rangka berlatih. Tempat itu ditumbuhi pohon-pohon tinggi yang rimbun, dan disana ada lebih sedikit beton sehingga udaranya cukup menyegarkan. Itu tempat yang sempurna untuk berlatih menjelang musim panas yang lembab di Jepang.
Setelah melakukan pemanasan awal, dia memanggil Intetsu dan mulai mengayunkannya. Setelah wujudnya muncul, dia memulai latihan imajiner, menciptakan sebuah peta bayangan di kepalanya dimana musuhnya berada. Selain Ikki, ada juga Stella yang berlatih dengan Laevatein-nya. Sedikit lebih jauh lagi Arisuin dan Shizuku menggunakan sejenis tanah liat khusus untuk menciptakan bentuk, sebuah perwujudan latihan sihir spesial. Menjelang waktu-waktu itu, hampir tidak ada percakapan diantara keempatnya. Stella dan Shizuku, yang biasanya marah kepada Ikki, juga sangat serius menjelang periode ini. Ini adalah adegan dimana keempatnya berlatih.
Tapi sejak 3 hari yang lalu, satu orang lagi telah bergabung. Tentu saja, orang itu tidak lain selain Ayatsuji Ayase.
“Fuh! Hah!”
Ayase dengan penuh semangat mengayungkan pedangnya Hizume[4], sebuah katana jepang dengan sebuah ujung tajam, dan menggambar lekungan dengan itu. Wajahnya saat dia menggunakan pedang tersebut benar-benar berbeda dari ekspresi meringkuk yang dimilikinya di ruang kesehatan di hari sebelumnya. Dengan mulutnya terkatup dan matanya terbuka lebar, dia hanya melihat Ikki dengan ekspresi tegas. Seperti yang diharapkan dari seorang pendekar pedang wanita, pada momen dimana dia memegang pedangnya, semua rasa takutnya terhadap pria sepenuhnya menghilang.
Mulai sekarang, mereka melakukan latihan sparing dengan Ikki sebagai lawannya, sesuai dengan saran Ikki sendiri. Ikki akan melawan Ayase sambil menahan kekuatannya yang disesuaikan dengan Ayase, karena dia yang lebih kuat, dia hanya akan menggunakan teknik penguatan yang sepadan dengan Ayase.
Dan menjelang latihan ini, Ikki akan menghitung kekuatan Ayase sebagai seorang praktisi pedang.
Seperti yang diharapkan dari putri sang Samurai Terakhir Ayatsuji Kaito, Ayase sangat mahir terhadap dasar-dasarnya. Dia bahkan bisa mengimbangi Ikki dan Stella saat jogging. Dia pasti telah berlari untuk waktu yang lama. Tubuh Ayase begitu sempurna sebagai pendekar pedang, jadi dengan berbagai macam gaya, ritme, postur, dan tubuh, tidak ada kontsraksi di otot-ototnya.
Latihan dari hari kemarin telah terbayar. Pergerakan kaki Ayase, merah terang yang mewarnai lengkungan itu, semuanya mengalir dengan sempurna tanpa ada ganggunan sama sekali. Itu pasti telah terukir di tubuhnya setelah melatihnya ribuan kali.
Tapi jika ada satu orang yang mengatakan kalau dia tidak bisa menangani apapun selain ritme itu, lantas itu juga salah. Menjelang latihan ini, Ikki mencoba  beberapa metode licik berulang kali untuk mencoba mematahkan ritme Ayase, tapi tidak hanya Ayase bisa menahan serangan-serangan tersebut dengan baik, dia juga bisa melancarkan serangan-balik cepat.
Tanpa melupakan ritme tersebut, sambil tidak terlalu terpaku padanya. Level keterampilan Ayase dalam pertarungan pedang yang praktis secara tidak wajar tinggi. Ikki sepenuhnya melhat ke Ayase, yang telah bekerja keras.
“Ayase-san, ayo berhenti sebentar.”
“Nn?”
Ayase menangkis tebasan menurun Ikki dan dengan pembukaan tersebut, dia melancarkan penyerangan ke tubuh Ikki. Tapi pedang merah Hizume dihentikan tepat waktu.
“Ada apa Kurogane-kun? Aku masih… Aku belum… lelah.”
Ayase menunjukkan kebingungan terhadap gangguan tiba-tiba tersebut. Matanya tidak tenang, tapi dia tidak memalingkan matanya dan menghilang seperti pertama kali. Yah, itu menjadi alami dia akan sedikit terbiasa dengan Ikki setelah bersamanya selama tiga hari.
“Sesuai yang perkiraanku, gaya pedang-tunggal Ayase kelihatannya menjadi gaya pedang yang berspesialis pada serangan-balik.”
“Eh, err, yeah. Itu benar. Kamu bisa tahu hanya dengan mengamati?”
“Aku tidak punya seorang pengajar kamu tau, jadi aku hanya belajar dengan mengamati dan mencuri teknik orang lain. Jadi seperti yang sudah kukatakan, sekarang setelah aku melihat gaya pedangmu, aku kira-kira mengetahui apa masalahmu.”
“A-Apakah itu benar?”
“Yeah. Ayatsuji-san ngalamin penurunan pas nyoba ngikutin gaya pedang ayahmu ‘kan?”
Ayase mengangguk.
“Ya. Aku kelihatannya gak bisa menghasilkan pergerakan tajam sama kayak ayahku. Padahal aku sudah ngingat semua pergerakannya.”
“Kamu seharusnya gak ngelakuin itu.”
“Eh!?”
“Nyoba niru Kaito-san, itu alasan penurunanmu.”
“… Apa kamu bilang kalau… ayahku yang ngajarin aku cara makai pedang… salah?”
Segera saja, Ikki melhat emosi yang membara di mata Ayase. Itu kemarahan. Ayase marah setelah diberitahu gurunya adalah penyebab kesalahannya.
Dia kelihatannya benar-benar memercayai Kaito-san.
Ikki sedikit cemburu setelah melihat Ayase memiliki seorang ayah yang membanggakannya. Selagi menyembunyikan sedikit perasaan iri tersebut dalam dirinya, Ikki menggeleng-gelengkan kepalanya untuk membalas kata-kata pahit Ayase.
“Bukan seperti itu. Kaito-san adalah seorang pendekar pedang yang luar biasa. Aku tidak meragukannya.”
“… Lalu, kenapa aku gak bisa niru teknik ayahku?”
Alasannya sederhana.
“Itu karena jenis kelamin Ayatsuji-san beda.”
“Jenis kelamin… ? Apa itu penting?”
“Pastinya. Jenis kelamin yang berbeda berarti struktur tubuhmu juga berbeda. Dan punya sebuah perbedaan struktur secara alami berarti koordinasi otot juga gak serupa. Pergerakan yang ngeluarin kuda-kuda potensial pria jelas gak sama pergerakannya sama kuda-kuda potensial wanita. Semakin kamu nyoba ngikutin ketidakseimbangan ini, makin cepat potensinya sampai pada batasnya.”
“Ah…”
Terhadap penjelasan Ikki, kemarahan di mata Ayase memudar, dan yang menggantinya adalah pengertian. Ikki bukannya mengejek gurunya. Sebaliknya, itu karena gurunya terlalu unggul. Yah, ada beberapa faktor yang tak terhindarkan juga. Lagipula, ilmu pedang adalah sesuatu yang diciptakan untuk dipakai kaum pria pada zaman dahulu.
“Untuk saat ini, aku lagi mikir sebuah metode untuk ngebaikin pergerakannya Ayatsuji-san. Kalau Ayatsuji-san mau ngelanjutin cara sebelumnya dengan ngikutin Kaito-san, aku gak akan turun tangan lagi. Karena mental juga jadi faktor besarnya. Tapi, kalau pergerakanmu mau diperbaiki dengan teknik ini, kamu gak akan bisa dapatin kembali pergerakan-pergerakan awalmu setelahnya.”
Saat ini, Ayase melatih sebuah teknik pedang yang diperuntukkan untuk pria. Jadi tentu saja, tubuhnya menganggap itu mustahil dan membatasi kekuatannya dan kecepatanya dalam berbagai macam cara. Mengikuti metode Ikki, dia bisa melembutkan pergerakannya sambil membuang semua ketegangan. Tapi jika seorang pendekar pedang wanita dengan tingkat keterampilan seperti Ayase mengalami kelembutan-kelembutan pergerakan itu sekali saja, dia tidak akan bisa lagi menggunakan kuda-kuda yang sebelumnya. Itu bisa saja akan menjadi penyesalan jika sampai terjadi.
Itulah kenapa Ikki memberi Ayase pilihan apakah dia mau mengikui bimbingannya atau tidak.
“….”
Ayase menghabiskan banyak waktu memikirkannya. Untuk sesaat, dia mengalami konflik. Tapi tidak lama berselang dia menamplkan ekspresi tegas.
“Tolong ajarin aku! Aku, Aku harus jadi lebih kuat apapun yang terjadi!”
Dia menatap mata Ikki tanpa gentar, dan meminta kerja samanya. Tentu saja, dia masih mengalami konflik, tapi dia bagaimanapun juga berharap untuk meningkatkan kemampuannya.
Itulah kenapa Ikki tidak memiliki alasan untuk menolak.
“Aku mengerti. Serahkan padaku.”
Ikki memberikan senyuman yang dapat dipercaya, dan menyentuh lengan Ayase.
 “Fuwahaa~! K-Kurogane-kun!?”
Tiba-tiba disentuh dengan erat, wajah Ayase menjadi merah dan dia mengeluarkan erangan aneh.
Sementara untuk Ikki, dia sepenuhnya memasang ekspresi tegas. Itu sangat jelas, karena mulai sekarang, dia ingin menyesuaikan gaya pedang Ayase. Jika dia mengacau karena memiliki pikiran nakal atau merasa canggung, itu akan menjadi kebalikannya. Sang guru tidak bisa dimaafkan atas kesalahannya. Itulah yang Ikki pikirkan. Ikkki tidak memiliki pikiran semacam itu.
“Mulai sekarang aku bakalan ngerubah kuda-kuda Ayatsuji-san dengan benar. Ini mungkin bakalan sedikit memalukan, tapi tahan, ya.”
“Y-Yeah… Aku… akan melakukan yang terbaik.”
Meskipun wajahnya menjadi merah, dia melemaskan tubuhnya dan mengginggit bibirnya.
Ikki, yang tidak menjatuhkan setetes keringat pun selagi berlatih tanding dengan Ayase, sekarang berkeringat dari dahinya. Dia menyentuh seluruh tubuh Ayase sambil memiliki ekspresi sangat serius yang tampak menyeramkan. Melihat itu, Ayase mengerti seberapa banyak Ikki berjuang untuk kebaikannya.

Tidak mungkin dia tidak mengerti. Jadi dia tidak bisa menjadi egois meskipun merasa malu. Itulah kenapa Ayase mengesampingkan rasa malunya, dan mempercayakan tubuhnya kepada Ikki.
“Aku hanya melakukan sedikit penyesuaian, jadi rasakan perubahannya dan ingatlah dimana area perubahannya.”
“B-Baiklah~ Nn~”
Ikki memindahkan tangannya seolah-olah dia sedang menyentuh benda yang mudah pecah, dan perlahan-lahan menyesuaikan postur Ayase. Menurunkan sedikit bahunya, dia mengencangkan pinggang Ayase. Selanjutnya, dia menyentuh paha yang terlihat sehat keluar dari roknya. Akhirnya dia menyentuh bagian paha dalam, dia membuka postur Ayase sedikit.
  “Fu… ah, hyan~ uuu…~”
“Salah satu kelebihan kaum wanita yang tidak dimiliki kaum pria adalah fleksibiltas sendi mereka. Terutama sendi panggul. Saat mereka hamil, panggul mereka melebar. Jadi sendi panggul mereka harus sefleksibel itu. Dengan kata lain, mereka punya mobilitas area lebih tinggi di area itu ketimbang kaum pria. Inilah senjata kaum wanita. Kalau Ayatsuji-san ngebuat semua pergerakanmu dengan sendi panggulmu, seharusnya kelincahanmu akan meningkat.”
Sambil menasihatinya, Ikki menempatkan jari-jarinya di paha Ayase selagi dia membaca aliran ototnya. Karena rasa malu mencoba memiliki panggul seperti pria, lutut Ayase gemetaran. Ikki memiliki perasaan dia jika dia sedang melakukan sesuatu yang sangat kasar kepadanya, tapi tanpa memikirkan hal tersebut dan tetap menjaga konsentrasinya, dia melanjutkan pekerjaannya secara detail dan akhirnya…
“Yeah. Harusnya ini udah bisa.”
Setelah menyelesaikan pekerjaan dimana tidak ada ruang untuk kesalahan, dia melihat mata Ayase.
… Ayase membuat ekspresi yang bagi Ikki seperti dia dianggap seekor gurita.
“Aku ngerasa gak enak ngelakuin ini… apa kamu gak pa-pa?”
“Aku baik.”
Dan Ayase setengah menangis.
“Err… maaf. Kayaknya aku harus berhenti.”
“T-Tidaaak! Itu tidak benar! Lagipula, akulah yang meminta ini, Kurogane-kun tidak perlu meminta maaf.”
Setelah mengelap air matanya, Ayase tersenyum.
“... Dan juga, tangan Kurogane-kun, itu sangat besar, dan lembut, dan kuat… mirip tangan ayahku, jadi aku gak benci sama tanganmu.”
“Haha, siapa yang menduga tangan-tangan kotor ini akan sangat membantu seperti ini.”
Bahkan sejak dia masih muda, Ikki telah mempelajari ilmu pedang. Jadi kulit tangannya tidak begitu kasar. Mungkin karena tidak peduli sebanyak apa kulitnya terkupas, atau menjadi kapalan, dia terus mengayunkan pedangnya tanpa henti. Tapi bahkan dengan komentar tersebut, tangannya tidak mungkin bisa disebut indah. Jadi dia menggelengkan kepalanya untuk menyangkal.
“Itu gak benar… Aku, tangan kayak gini, aku pikir itu keren banget. Aku suka cowok yang bekerja keras.”
“Eh?”
Ikki menjadi terdiam terhadap kata-kata tak terduga tersebut.
“Ah…”
Dan setelah melihat tanggapan Ikki, Ayase menyadari apa yang baru saja dikatakannya dan menjadi panik.
“Itu! Jangan salah paham! Itu pendapat pribadiku doang! Itu saja!”
“Y-Yeah! Aku mengerti. Jangan terlalu panik atau posturnya akan hancur!”
Ikki memperbaiki postur Ayase yang sedang tertekan. Jika itu runtuh setelah semua pekerjaan tadi, itu akan sangat disayangkan.
“Nn… tapi Kurogane-kun… ini terasa sedikit tidak nyaman.”
“Itu karena kebiasaan yang kamu masukkan ke tubuhmu yang tidak bisa segera menyesuaikan diri. Kamu harus berlatih dengan postur ini dan berusahalah untuk terbiasa.”
Mengatakan itu, Ikki mengambil Intetsu dan berdiri di depan Ayase.
“Mulai sekarang dan seterusnya, aku akan nebas kamu dengan pedangku kayak sebelumnya. Aku udah ngubah sudut di lutut, siku, dan sendi pinggulmu. Pergerakanmu akan berdasarkan pada tiga titik itu dan coba untuk nangkis seranganku kayak tadi dan menyerang balik.”
“D-Dimengerti.”
Ayase, mengambil Hizume, menatap dengan tegang. Menebak kalau dia sudah siap, Ikki menjatuhkan pedangnya dengan kecepatan dan sudut sebelumnya.
Kemudian…
“…!”
Sama seperti sebelumnya, Ayase menangkis serangan diagonal yang datang, dan dengan celah tersebut, dia melancarkan serangan balik. Akan tetapi, walaupun balasannya benar-benar sama… itu bisa dipastikan hanya dengan melihatnya kalau serangan itu jauh lebih cepat.
Menyadari fakta itu, melebihi siapa pun, Ayase sendiri tidak bisa berkata-kata. Selagi dia tidak percaya terhadap kecepatannya sendiri, dia melihat ke arah Hizume yang digenggam di tangannya dengan erat, dan kemudian kembali diarahkan ke Ikki.
Whew. Kelihatannya itu berhasil.
Ikki merasa lega karena dia telah mengoreksi di tempat yang tepat.
Sampai sekarang, Ayase telah menggunakan tubuh bagian atasnya dengan menempatkan kekuatan di lengannya untuk memblok serangan-serangan.
Tapi itu sebuah kesalahan. Kalau dia seorang pria, maka dia bisa mengimbangi setelah tindakan tersebut, tapi dengan fisik seorang wanita, menempatkan kekuatan di lengannya saja tidak akan cukup, dan setelah itu akan menghancurkan posturnya. Akibatnya, tubuhnya hanya akan kembali kaku,dan reaksinya akan menjadi lebih lambat.
Tapi setelah Ikki mengoreksinya, dia kini menerima serangan dengan mengandalkan tubuh bagian bawahnya. Sendi paha seorang wanita lebih cocok untuk menyerap dampaknya. Dia bisa memblok lebih banyak serangan dengan hanya menempatkan kekuatan di kakinya. Dan karena tidak akan ada ketegangan di tubuhnya, dia bisa bisa bereaksi terhadap serangan selanjutnya dengan ketepatan waktu lebih baik.
Itu adalah mekanisme yang berasal dari penyesuaian tajam terhadap gaya bertarung Ayase.
“L-Luar biasa… luar biasa luar biasa! Ini luar biasa Kurogane-kun!!”
Mungkin Ayase baru menyadari perubahan di tubuhnya. Dia memasang senyuman cerah dan langsung menjabat tangan Ikki dengan gila-gilaan.
“Bisa nyelesaiin masalahku yang telah ngehambat aku selama dua tahun dengan mudah! Apa Kurogane-kun selalu seperti ini? Kamu seorang ahli dalam ilmu pedang!”
“Aku juga lega karena aku ternyata tidak melakukan kesalahan.”
Meskipun aku tidak terlalu senang mengenai gelar mengagumkan itu.
Selain Shizuku, orang-orang yang mendatangi Ikki untuk pelajaran menjelang istirahat makan siang, dia telah membimbing mereka dengan baik seperti ini. Bagi Ikki sendiri, menurutnya baru kali ini dia bisa mengajari seseorang dengan baik. Tapi, setelah melihat Ayase yang hanyut dalam kebahagiannya sambil meneriakkan ‘aku berhasil! aku berhasil!’ dengan sekuat tenaganya, dan mengabaikan ketegangan yang sebelumnya dia alami.
*Foom*
Sejujurnya, Ikki merasa lebih tegang dalam sebuah pertandingan. Itu juga sepuluh kali lebih melelahkan, tapi usahanya terbayar.
*Foom*
Mungkin pekerjaan semacam ini tidak terlalu baik.
*FoomFoomFoom*
“…Erm, Stella.”
“Ada apa, Tn. Ahli pedang?”
“Untuk sesaat, sebuah tekanan angin dalam jumlah besar baru saja menerpaku disini, tapi…”
Ikki berpaling ke samping dan melihat asal dari tekanan angin yang menerpa wajahnya  untuk sesaat. Disana, dia melihat Stella mengayungkan Laevateinn dengan wajah cemberut yang mengagumkan.
“Oh, maaf soal itu. Setelah melihat orang mesum yang meraba-raba paha cewek dengan mengatasnamakan latihan, aku jadi agak terganggu. Berkat itu, kelihatannya ilmu pedangku sekarang berantakan. Karena udah seperti ini, maukah kamu memperbaikinya juga?”
“O, O-Okay.”
Ikki dibuat kewalahan oleh kekuatan Stella yang mana penolakan tidak akan diterima, jadi dia mengangguk.
… Tapi aku benar-benar tidak mau macam-macam dengan gaya pedang Stella.
 Lagipula, gaya pedang Stella adalah ‘sebuah pedang yang kuat’ yang bertujuan memotong lawan-lawannya. Dibandingkan dengan milik Ikki ‘pedang yang lemah’ yang mana berfokus memperdaya lawannya, dasarnya saja sangatlah berbeda. Dia tidak merasa akan ada hasil walaupun dia mencoba membantu. Tapi kalau dia tidak menurut, perasaan terganggu Stella akan semakin bertambah dan bertambah, menyebabkan lebih banyak cemberut.
Tanpa adanya pilihan apa pun, dia mengamati ayunan-ayunan pedang Stella.
…Huh?
Pada pandangan pertama kelihatannya seperti ayunan-ayunannya kian memburuk, tapi dilihat secara menyeluruh, dia bisa melihat dari jari kakinya, sampai ke lututnya, dan pinggulnya, pergerakan-pergerakannya seutuhnya sikron. Tidak ada gerakan sia-sia sama sekali. Stella mungkin bermaksud untuk mengacaukan ayunan-ayunan pedangnya, tapi karena dia seorang manusia super terkait persepsi gerak, dia secara tidak sadar memperbaiki sendiri pergerakan-pergerakan sendi dan ototnya dan menciptakan kuda-kuda cocok dimana dia tidak banyak membuang energi. Ini adalah kemampuan yang pantas dibanggakan.
Untuk bisa menemukan kesalahan terhadap ilmu pedang yang telah sempurna, itu mustahil bagi Ikki.
“Sesuai yang kuharapkan dari Stella. Seseorang kayak aku gak akan bisa nemuin kesalahanmu.”
“KENAPA!!!”
“Uwah! Kenapa kamu malah marah pas aku lagi muji kamu!?”
“BUKAN APA-APA, BODOH!!!”
Persepsi Ikki terhadap gaya pedang yang mengagumkan dan ilmu pedang tidak berguna untuk memeriksa hati seorang gadis.
Yah, itu tidak bisa diapa-apakan. Otaknya dipenuhi dengan kepolosan yang hanya memikirkan pertarungan.

Bagian 6
 “Dia kenapa sih?!! Dari tadi dia terus ngeliatin sempai itu!”
Setelah menggila dan mengejar Ikki untuk beberapa lama, Stella duduk di bangku di depan lobi yang berada di samping plaza. Shizuku, yang sedang melakukan sihir latihan di sebelahnya, melihat ke arah Stella, yang terlihat jelas sedang marah.
“Mungkin dia tidak mau menyentuh paha gemuuuuuuuuuuuk tuan putri.”
“I-Ini gak gemuk-gemuk banget sampai-sampai mesti kamu lantunkan sepanjang itu! Ini sedikit berisi doang! Dan bukannya aku gak ngelakuin apa-apa, ini bawaan dari dulu.”
Stella tiba-tiba memprotes dan sepenuhnya tidak memperkirakan evaluasi dengan suara bernada-tinggi, tapi Shizuku memalingkan wajahnya dengan ekpresi ‘aku tidak tahu apa-apa’ dan membuat sebuah action figure dari tanah liat yang mirip sekali dengan Ikki.
“Maksudku, itu benar-benar mirip Ikki! Mirip Ikki. Keren! Aku mau satu!”
“Sekarang, kamu gak perlu segugup itu. Gak kayak Ayatsuji-sempai, Stella-chan berada di tingkat yang berbeda. Aku kira gak ada yang bisa Ikki instruksikan kepadamu.”
“Mu—“
Arisuin menanggapinya di saat yang tepat, dan Stella juga menyetujui kata-katanya. Kenyataanya, Stella tidak membutuhkan bimbingan Ikki sama sekali.
—Tapi itu adalah itu, dan ini adalah ini.
…Mungkin hatiku saja yang terlalu sempit.
Jika lengan dan pahanya juga diremas dan diraba-raba oleh laki-laki lain, apakah Ikki juga akan merasakan hal yang sama?
Tunggu! Apa yang sebenarnya kupikirkan! Itu benar-benar salah! I-Itu! Meremas dan meraba-raba! Itu hanya untuk Ikki! Aku hanya mengizinkan Ikki untuk melakukan itu kepadaku!”
Itu menjijikan jika dipikirkan baik-baik. Stella menendang delusi itu dari pikiranya, dan bertanya kepada Shizuku.
“Hey… apa Shizuku gak pa-pa dengan ini?”
“Gak pa-pa? Maksudmu gimana?”
“Maksudku… Ikki itu nyentuh dan meraba-raba cewek lain di sekujur tubuhnya.”
“Aku gak ngerti kenapa kamu nanyain itu. Onii-sama ngajarin Ayatsuji-sempai ilmu pedang. Kayak kayak yang lainnya, dia gak nyoba merayunya, jadi gak ada alasan untuk menggeram padanya. Aku bukan seekor anjing fanatik tau.”
Selagi menjawab seperti itu, Shizuku mulai menggambar action figure Ikki dengan car akrilik yang dia bawa di tasnya. Ini sudah termasuk seni yang tidak ada hubungannya lagi dengan latihan.
“Dan mulut mana yang paling banyak menggeram kepadaku?”
“Mulut yang ini.”
Shizuku menunjuk mulutnya dengan dua jari telunjuknya.
“Stella-san, kamu kelihatannya telah menyalahpahami sesuatu.”
“Maksudmu apaan?”
“Kelihatannya kamu salah mengira kalau aku ingin memonopoli Onii-sama, tapi itu kesalahpahaman yang sangat disesalkan. Cintaku untuk Onii-sama bukanlah sesuatu yang murahan dan egois. Bagiku, yang paling penting adalah Onii-sama bahagia. Kalau Onii-sama bahagia, maka aku tidak keberatan kalau pasangannya bukanlah aku. Kalau orang itu benar-benar membawa kebahagian untuk Onii-sama tanpa mengkhianatinya atau membuatnya sedih, maka aku akan senang dan merestui mereka.”
Pengakuan ini adalah sesuatu yang sepenuhnya tidak Stella perkirakan, karena dia pikir Shizuku mencintai sebagai seorang wanita.
“Yah, aku gak mikir ada orang lain selain aku yang bisa ngebuat dia bahagia.”
Mengatakan itu, Shizuku memasang senyum provokasi kepada Stella, dan kemudian melihat ke depan dimana Ikki dan Ayase mulai berdebat.
“Onii-sama kelihatannya bahagia banget abis kedatangan Ayatsuji-sempai. Murid-murid yang lain dan aku gak cukup kuat buat mempelajarin teknik pedang yang solid sementara Stella-san terlalu kuat untuk Onii-sama ngajarin kamu apapun, jadi mungkin dia ngerasa sedikit tidak puas. Onii-sama yang ngerasa senang membimbing yang lain sangatlah imut dan terkenal. Jadi aku rasa aku sebaiknya berterima kasih kepada Ayatsuji-sempai.”
“…Shizuku terkadang kelihatan sangat dewasa. Meskipun tubuhmu seperti anak kecil.”
“Mungkin kamunya aja yang kekanak-kanakan, meski kamu lebih besar di banyak tempat. Dan pahamu kegemukan.”
“Pahaku gak gemuk! Punyamu saja yang kekecilan!”
Itu cukup jika Ikki bahagia.
Tentu saja, jika Ikki bahagia, maka Stella juga bahagia. Tapi tetap, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain memikirkan jika dia yang ingin membuat Ikki bahagia.
…Tapi kenyataannya, itu tidak terlalu berjalan dengan baik. Setelah mereka berpacaran, dia tidak merasa tegang saat dekat dengannya. Dan mereka juga belum melakukan hal-hal yang biasa sepasang kekasih lakukan. Terutama ketika mereka menghabiskan malam bersama; tidak ada yang terjadi pada waktu itu. Hanya dengan menatapnya, tulang belakangnya akan mati rasa, dan dia juga tidak bisa melihat dengan jelas.
Apakah Ikki juga menahan dirinya? Dia tidak akan pernah melewati batasan personal mereka.
Untuk Stella, dia tidak sepenuhnya membenci hubungan yang berjalan pelan-pelan. Meskipun dia merasa sedikit gatal dan malu, jantungnya akan berdetak lebih cepat saat sedang berdekatan dengan Ikki. Tapi dia memiliki hasrat yang kuat untuk mengambil langkah selanjutnya sebagai sepasang kekasih.
Dia juga mendengar kalau gadis-gadis yang membuat anak laki-laki menunggu akan menjadi dibenci. ‘Dalam waktu sebulan, kita belum melakukan yang biasa dilakukan kekasih pada umumnya ‘kan? Maka bukankah itu akan baik-baik saja jika kita kembali ke hubungan yang sebelumnya?’
…Tidak, tentu saja TIDAK!
Dia akan menangis dengan hanya membayangkan hal seperti itu. Jika itu benar-benar terjadi, maka dia tidak akan bisa menanggungnya.
Tapi dalam masalah ini, apakah yang perempuan yang membuat langkah awal? Bagaimana jika dia justru dianggap tidak senonoh , atau justru membuatnya dibenci? Tidak peduli apa yang dipikirkannya, delusi gila tadi akan datang lagi. Dia tidak bisa memecahkan masalah ini.
Dan bagian terburuknya adalah bahkan jika Ikki membuat langkah awal, dia tidak percaya diri akan merasa nyaman. Dia mengerti penyimpangannya dengan sangat baik. Dia yakin, jika dia memberi alasan bagaimana seorang putri harus bersikap, atau apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang putri.
“Haa…”
Meskipun itu sangat mudah menerbangkan lawan-lawannya dengan pedangnya, kenapa sangat sulit untuk memikat hati pacarnya? Pasangan di seluruh dunia, ibunya dan ayahnya, kenapa mereka bisa melakukannya dengan mudah? Mereka pasti memiliki keberanian yang sangat besar.
Sambil memikirkan sesuatu yang tanpa harapan, Stella menatap langit yang diwarnai merah dan berpikir…
Haa… Aku sungguh ingin menciumnya.
Itu adalah helaan nafas yang kesejutanya hanya di bulan ini.