PEMILIHAN KETUA DAN SANG RATU
(Part 1)
(Translater : Fulcrum)

“Bulan ini sudah waktunya kita mundur…..”
Suasana di ruang OSIS, yang sebelumnya dipenuhi cerita-cerita tentang liburan musim panas, berubah mendadak ketika Mayumi mengatakan ini.
Sampai saat ini, gabungan cowok dan cewek yang makan siang bersama di ruang OSIS bicara tentang pengalaman liburan mereka.
Di masa ini, dimana semua orang melindungi kesucian mereka, ‘pengalam-pengalaman musim panas’ ini agak berbeda dari masa-masa seks bebas. Namun, alasan kenapa wanita berhenti melakukan seks pranikah adalah karena sekarang mereka diajarkan untuk tidak terlalu memercayai laki-laki. Hasilnya sama, tapi pola pikirnya berbeda signifikan dari sebelum masa seks bebas.
Tapi tetap saja, bisa dibilang hampir tidak ada sanksi sosial untuk perempuan yang melakukannya, jadi masih saja ada beberapa perempuan yang melakukannya. Tapi kebanyakan dari mereka tidak ingin disebut-sebut ‘maniak seks’ atau pengalaman mereka diceritakan ke orang lain. Kesimpulannya, semua perempuan di ruang OSIS itu tidak mungkin menjual diri mereka semurah itu. Ditambah lagi, mereka semua punya beberapa cara untuk menghindari itu. Tidak akan ada hamil pranikah lagi.
Meski begitu, kalimat-kalimat seperti “Dia menarik jaketku” atau “Dia mendorongku ke ranjang” atau “Napasnya di leherku” akan membuat semua laki-laki sehat merasa tidak nyaman. Tidak lupa saat mereka mengakhiri cerita mereka dengan “Aku akan lebih senang kalau suasananya lebih romantis” atau “Aku bosan, jadi kubuat dia tidur”. Laki-laki tidak akan tahan.
Ini bisa terjadi karena dia sudah tidak lagi diperlakukan seperti laki-laki, atau mungkin mereka lupa kalau dia ada di sana; namun, sejak awal, mereka tanpa malu berbicara seperti ini dengan adanya lawan jenis di ruangan itu bersama mereka. Untuk beberapa saat, Tatsuya sudah mengabaikan pembicaraan seperti ini dan memfokuskan mata dan kesadarannya di buku sihirnya (ruang Komite Moral Publik punya banyak koleksi bagus). Apapun yang dibicarakan tidak menarik perhatiannya.
Namun, mungkin dia sudah menduganya, perubahan pembicaraan ini masuk ke kesadarannya.
“Jika dipikir lagi, pemilihan Ketua OSIS bulan ini.”
“Ya, pemilihannya di akhir bulan, tapi kita perlu menentukan formatnya mulai minggu depan. Kita perlu mengumumkan kandidat dan melakukan hal-hal lain yang diperlukan.”
Jawaban mengiyakan pertanyaan Tatsuya itu diberikan oleh Suzune.
Tapi, Suzune yang sebelumnya memulai pembicaraan perempuan itu, yang mungkin tidak 18 ke atas tapi setidaknya 15 ke atas, menjawab pertanyaannya seolah tak terjadi apa-apa. Lagipula, dia memang di usia itu pikir Tatsuya.
“Apa formatnya?”
“Apa ada hal yang perlu ditampilkan?” adalah maksud pertanyaan, tapi Suzune sudah paham maksud Tatsuya.
“Kalau ada lebih dari satu kandidat, maka akan diadakan pemilihan. Meski begitu, karena jumlah murid yang bisa jadi Ketua OSIS terbatas, jadi itu nantinya akan jadi pertarungan internal.”
“Pertarungan internal?”
“Selama lima tahun terakhir, Ketua OSIS dipilih dari murid pemeroleh nilai tertinggi.”
Jika diingat kembali, dia ingat pernah mendengar ini pada hari pertamanya dipanggil ke ruangan ini.
“Jadi singkatnya, Ketua OSIS ditunjuk tanpa perlu pemilihan.”
“Bukan hanya karena itu saja. Ini sudah berjalan selama lima tahun; sistemnya berbeda dari enam tahun yang lalu. Hanya saja tidak pernah ada kasus dimana orang non-OSIS menjadi Ketua OSIS, kali ini juga akan seperti itu dan bahkan jika diadakan pemilihan, itu akan menjadi pertarungan satu lawan satu antara Hattori-kun dan Nakajou-san. Mungkin nanti akan ada yang mengundurkan diri dan hanya akan tersisa satu kandidat.”
“Jadi begitu. Kalau seperti itu memang ‘pertarungan internal’.”
Tatsuya menerima konsep itu.
Orang yang tidak mengerti konsep itu adalah orang yang menjadi salah satu kandidat.
“Aku tidak mungkin jadi Ketua OSIS! Kita tidak perlu mendiskusikannya; aku tidak mau jadi kandidat.”

Tatsuya tentunya paham kalau posisi Ketua OSIS tidak boleh dipegang oleh orang cengeng, namun,
“Apa maksudmu enam tahun yang lalu ada orang yang bukan murid pemeroleh nilai tertinggi yang jadi Ketua OSIS?”
“Jadi Hanzou-kun akan jadi Ketua OSIS berikutnya.”
Tenggelam di pembicaraan mereka; Ketua Komite Moral Publik dan Ketua OSIS sekarang sepertinya tidak memerhatikan pembicaraan mereka.
Apapun pendapat mereka, sesuai aturan Azusa lah yang paling sesuai.
Jadi meski mereka semua paham kenapa dia ingin melepas posisi ketua itu……
(……Dia kelihatannya tidak mau……..)
Kalau memang tidak ada kandidat, mereka tak punya pilihan lain selain memaksa Azusa, tapi jika Hattori jadi kandidat, maka ia lah yang paling cocok untuk posisi itu, pikir Tatsuya.
“Jadi Nakajou-senpai murid pemeroleh nilai tertinggi tahun lalu.”
Namun, pemikiran Miyuki sepertinya ada di arah yang berbeda dari Tatsuya. Dia kelihatannya melihat dari aspek yang berbeda, tapi Tatsuya rasa dia tahu apa yang dimaksud adiknya. Saat Miyuki mengatakannya dan Tatsuya menyadarinya, “Hattori juga pemeroleh nilai tertinggi tahun lalu”.
“Itu benar; perbedaan nilai akhirnya tidak terlalu jauh, ‘kan?”
Mayumi mengangguk mengiyakan Miyuki dan bertanya pada Azusa, tapi Suzune lah yang menjawabnya.
“Dari segi teori sihir, urutannya dari teratas adalah Isori-kun, diikuti Nakajou-san dan Hattori-kun di posisi ketiga. Dari segi praktik, Hattori-kun berada di posisi pertama beda tipis di atas Nakajou-san. Peraih nilai total tertinggi tahun lalu juga Hattori-kun diikuti Nakajou-san yang juga beda tipis.”
Menaruh semua hal ini di layar besar papan buletin sekolah setiap semester sebagai pemacu semangat belajar terasa benar-benar tidak berarti, pikir Tatsuya.
Bahkan sejak awal, murid yang paling serius sekalipun tidak mampu bersaing dengan Ketua OSIS…… setidaknya, itulah yang Tatsuya tangkap dari perkataan Suzune.
“Jadi dari segi praktik, Nakajou-senpai lebih tinggi dari Chiyoda-senpai?”
Miyuki yang sudah paham sampai sini, sebagai anggota Kompetisi Sembilan Sekolah dan akrab dengan orang itu, memberikan pertanyaan yang berkesan lain.
“Itu karena Kanon orangnya terlalu ceroboh.”
“Tapi setidaknya kemampuannya setara?”
Mayumi setuju dengan senyuman paksa di wajahnya mendengar opini terus terang Mari.
“Sebaliknya; itu karena A-chan yang terlalu kurus tidak cocok ikut kompetisi olahraga.”
“Tapi, Nakajou akan ikut jadi atlet tahun depan, ‘kan?”
Meski dia mendengarkan Mayumi berbicara seperti tidak sadar kalau yang dibicarakan adalah dirinya, saat Mari melontarkan hal itu, tubuh Azusa mendadak gemetaran.
“….Aku memang sudah pernah membicarakan ini… tapi ini masalah tahun depan, Nakajou. Tidak ada yang perlu ditakutkan.”
“It…. Itu benar. Tahun depan….. tahun depan, selain Chiyoda-san, ada Shiba-san, Kitayama-san, Mitsui-san, dan yang lain; kita punya banyak atlet yang menjanjikan….”
Saat Azusa memaksakan dirinya untuk menjawab dengan suara yang agak aneh, wajah Mayumi terlihat senang.
“Memang benar, kita punya banyak prospek yang baik di divisi perempuan kelas 1…. Tapi kelas 3 tidak bisa begitu saja meninggalkan beban pada adik kelas mereka.”
“Tidak, aku tidak akan memaksa mereka. Maksudnya, yah, kita hanya perlu orang yang tepat di posisi yang tepat, dan…..”
Apa yang dikatakannya cukup logis, tapi si Ketua OSIS kelihatan kesulitan membela diri, dilihat Tatsuya.

◊ ◊ ◊
Saat dia masuk ke ruang Komite Moral Publik setelah enam minggu sejak terakhir kalinya, ruangan itu cukup ramai.
“Apa aku tidak tahu kalau ada pertemuan?”
Tatsuya bertanya pada Mari yang, untuk alasan tertentu, berdiri di pintu masuk; dia mengangguk dengan bangga.
“Itu benar, aku tidak ingat mengirimkan pemberitahuan apa-apa kepadamu.”
“Jadi apa ini hari peringatan semester baru?”
“Acara seperti itu hanya sekali setahun.”
“Ini bukan semacam pertemuan anggota khusus ‘kan?”
“Yah, bisa dibilang.”
Tatsuya sedikit menunduk pada jawaban Mari dan mendatangi loker mengambil perekamnya dengan cepat, lalu dia berhenti setelah tiga langkah.
Menoleh ke Mari, yang berdiri di tempatnya sebelumnya. Dengan kata lain, dia masih diam belum berpindah.
“….Ada apa?”
“Tidak ada apa-apa, hanya saja ada hal besar di Komite Moral Publik.”
“Oh……..” jawab Tatsuya lesu.
Mari mendesah mendengarnya, “….Aku rasa kau seharusnya memperbaiki kebiasaanmu yang tidak peduli dunia itu.”
“Aku tetap membaca berita.”
“Maksudku yang ada di sekitarmu.” Katanya, menggelengkan kepalanya seakan sudah tidak ada harapan untuk Tatsuya. Atau setidaknya, itulah yang Tatsuya lihat.
Tapi Mari lah yang pertama buka mulut, “Tidak ada sistem keanggotaan dalam Komite Moral Publik.”
“Aku tahu. Aku sendiri merasa ini aneh setelah tahu kalai senpai tidak perlu mundur meski sudah digantikan orang lain.”
“Kita terlalu lekat dengan posisi ini. Setiap tahun kita mencari ganti anggota yang lulus, jadi tidak banyak yang keluar sebelum lulus.”
Dia mengangkat bahunya saat mengatakan itu. Mungkin dia tidak sadar kalau dia sedang memamerkan keuntungan khusus sebagai anggota Komite Moral Publik.
“Sebenarnya, salah satu anak kelas 3 mengundurkan diri akhir semester lalu. Hari ini, penggantinya sudah datang.”
Tatsuya menaikkan alisnya mendengar perkataan Mari.
“Jadi ini pesta penyambutan?”
“Bisa dibilang tidak; kita bukan organisasi seperti itu. Kau tahu itu, bukan?”
Tentunya, Komite Moral Publik adalah organisasi yang tidak terlalu memiliki kesatuan. Karena dia tahu akan itu, semua ini membuat Tatsuya jadi gelisah. Kalau begitu apa yang mereka semua lakukan di sini?
“Jarang kita punya anggota perempuan, jadi semua yang punya waktu menyempatkan diri untuk melihatnya.”
Jadi begitu, pikir Tatsuya. Mereka semua bukan berkumpul untuk menyambutnya tapi hanya karena untuk memenuhi rasa penasaran mereka. Namun kalau memang itu alasannya, maka….
“Senpai sendiri pasti menarik perhatian saat ditunjuk sebagai ketua.”
Mari terdiam, wajahnya kesal. Itu sepertinya merupakan sesuatu yang tidak ingin diingatnya. Mungkin dia berdiri terus di pintu untuk mengawasi semua orang, sehingga tidak ada yang merasa tidak nyaman.
“…..Kita lupakan dulu tentang diriku. Aku ingin minta bantuan sebentar saat dia sudah datang.”
“….Maksudnya aku?”
Logis baginya untuk bertanya. Tidak heran untuk bertanya saat seorang anggota baru ditugaskan untuk memberi penjelasan tentang detail organisasi dan hal-hal yang lain.
“Ya kamu.”
Namun, ekspresi Mari 100% serius.
“Aku tidak tahu apapun siapa yang bergabung. Aku tidak keberatan…. Tapi, aku tidak yakin kalau aku yang masih kelas 1 bisa melakukan semua ini.”
“Meski begitu, kau satu-satunya anggota Komite Moral Publik yang bisa melakukannya.”
Karena apa yang dikatakannya itu benar mengingat anggota Komite Moral Publik yang lain, kekalahan Tatsuya sudah pasti. Sang anggota baru adalah orang yang sudah diduga Tatsuya.
“Ayo cepat kita mulai dengan orangnya langsung….. Kanon, untuk hari ini, bekerjalah dengan Tatsuya-kun dan pelajarilah semua tentang berpatroli.”
Dia tidak merasa kalau bertemu langsung dengan Kanon adalah hal yang penting, tapi Mari mengatakan itu setelah memperkenalkan Kanon ke semua anggota di ruangan itu dan menyerahkan tanggung jawab itu kepada Tatsuya.
Seperti biasa, Tatsuya tidak punya hak untuk menolak. Bukan hanya ia, perintah ini diberikan kepadanya setelah semua anggota yang lain sudah pergi, jadi Kanon pun tidak punya pilihan selain Tatsuya atau Mari.
“Huh? Bukan Mari-san yang akan mengajariku?”
Bagi Kanon, Mari jelas adalah pilihan yang lebih baik. Menunjukkan ketidaksenangannya di depan Tatsuya jelas tidak sopan, tapi Tatsuya bisa memahami ketidaksenangannya dengan baik. Bukan hanya tidak diajari Mari, dia bahkan harus diajari oleh anak kelas 1, adik kelasnya, yang bertindak sebagai senpai. Dan hal itu bukanlah hal yang menyenangkan bagi Kanon. Mari menginginkan Tatsuya untuk mengambil peran itu, tapi dari hatinya yang terdalam, Tatsuya ingin Kanon untuk menolaknya.
“Aku tidak bisa melakukannya, karena orang-orang bermasalah akan melarikan diri saat melihatku. Alasanku memilih Tatsuya-kun adalah karena ia merupakan anggota yang sudah menghadapi insiden terbanyak dibanding anggota lain. Akibatnya, dia juga anggota dengan jumlah penangkapan terbanyak.”
“Oh, jadi begitu, aku mengerti.”
Sayangnya, Kanon dengan cepat dan mudah menerima itu.
Tatsuya merasa tidak setuju dan ingin bertanya kepada Mari tentang maksudnya berkata ‘Akibatnya’, tapi dia segera mengabaikannya. Dia tahu apapun yang dikatakannya tidak ada gunanya.
◊ ◊ ◊
“Tidak ada rute patroli. Kita tidak perlu pergi ke semua area di sekolah. Ruteku dan anggota komite yang lain tidak selalu sama, tapi kebanyakan punya rute tetap mereka sendiri.”
Setidak enak apapun, pekerjaan tetap pekerjaan. Berjalan beriringan, Tatsuya dengan serius mengajari Kanon sambil mengitari sekolah. Namun,
“Hmm….. Shiba-kun sangat adaptif.”
Komentar Kanon dan pejelasannya benar-benar tidak ada hubungannya.
“Tapi baru setelah kau masuk sekolah, kau sudah berpatroli sekolah sendiri, ‘kan. Bahkan aku pernah mendengar banyak cerita legendarismu di pekan perekrutan klub.”
“Yah, memang ada banyak hal yang terjadi saat itu……”
Dia merasa kalau kekaguman Kanon tidak pada tempatnya tapi dia menolak untuk menyalahkannya. Mendadak diberi tugas patroli sudah biasa baginya; Kanon bersikap sangat overprotektif. Tapi kalau Tatsuya mengatakan yang sebenarnya, tidak akan ada orang yang senang. Daripada berdebat dengan Kanon, dia memilih untuk melanjutkan penjelasannya.
“Kalau aku, aku selalu berpatroli di ruang-ruang latihan. Ini karena berdasarkan catatan patroli selama ini, tidak banyak insiden yang terjadi di ruang kelas.”
“Itu karena ruang kelas terawasi. Itu merusak suasana romantis; kau tidak bisa melakukan apa-apa meski kau sangat ingin.”
“Romantis?....”
Biasanya, dia senang membaca cerita fiksi, tapi dia tidak punya ketertarikan akan hal erotik dan keinginan untuk mengungkapkan cinta ke lawan jenis.
“Kau tidak pergi ruang olahraga atau lapangan? Bukannya lebih banyak insiden terjadi di sana daripada ruang latihan?”
“Kecuali untuk situasi tertentu seperti pekan perekrutan klub, area-area seperti itu ada di bawah jurisdiksi Komite Manajemen Klub. Tentu saja, kalau ada keributan yang terjadi, itu menjadi tugas Komite Moral Publik.”
Kanon melanggar janjinya dengan klubnya saat bergabung dengan Komite Moral Publik, tapi karena dia sendiri sudah jadi anggota Klub Track and Field (Track and Field adalah olahraga yang menggabungkan berbagai pertandingan atletik berdasarkan keterampilan berlari, melompat, dan melempar), tidak mungkin dia bisa tidak tahu wewenang Komite Manajemen Klub.
“Tidak akan ada yang keberetan kalau kita melihat-lihat ke sana, bukan? Kalau ada insiden di sana maka kita akan terlambat datang kalau kita tidak di sana.”
Meski begitu, dia masih memaksa melakukan itu….. sepertinya dia ingin memperluas teritorinya dengan menimbulkan keributan, pikir Tatsuya.
◊ ◊ ◊
Melayani keinginan kuat Kanon, patroli hari ini digunakan untuk mengawasi ruang olahraga. (Tatsuya benar-benar kesusahan harus menemaninya)
Di seluruh sekolah, ruang olahraga adalah bangunan kedua yang terlihat dari gerbang.
Hari ini kebetulan sedang ada latihan Klub Kenjutsu.
“….Shiba Ani. Kau membawa perempuan yang beda lagi daripada terakhir kali kau mengunjungi kami.”
“Tolong jangan bicara seakan aku ini playboy.”
Sulit untuk tahu apa itu serius atau bercanda dari mendengar suaranya, tapi Tatsuya merasa kalau candaan itu lumayan serius, orang yang mengatakan itu adalah Kirihara.
“Yang benar saja, Kirihara-kun. Bukannya berkata seperti itu tidak sopan pada Chiyoda-san? Karena Chiyoda-san sudah punya Isori-kun.”
“……Yah, kalau memang seperti itu, ya tidak apa-apa.”
Orang yang melegakan ketidaknyamanan Kanon dan membuat Tatsuya bisa bernapas lega ialah Sayaka.
Alasan Sayaka dari Klub Kendo ikut latihan Klub Kenjutsu bukan karena mereka sedang berpacaran di waktu klub.
Sejak insiden di musim semi, semakin banyak klub olahraga sihir dan non-sihir yang berkolaborasi satu sama lain. Terutama klub yang punya dasar sama, klub olahraga yang perbedaannya cuma terletak di aturan penggunaan sihir menjalin hubungan positif satu sama lain; karena itu, tren ini lahir.
Klub Kendo dan Klub Kenjutsu memulai tren ini. Sayaka dan Kirihara lah yang pertama memulainya, mereka adalah pasangan pertama yang ikut kolaborasi.
Oleh karena itu, mereka berdua berlatih bersama bukan karena rasa suka mereka berdua.
Cukup sudah gosipnya.
Tatsuya, meski dibantu Sayaka, masih mendapat tatapan mengejek dari Kirihara, jadi dia menjelaskan situasinya.
“Watanabe-senpai meminta kami untuk patroli bersama.”
Kirihara secara tak terduga tidak langsung memercayai hal itu, tapi malah membuat sebuah komentar.
“Jadi rumor itu benar?”
“Rumor?”
“Oh, Shiba-kun tidak tahu?”
“Ada rumor kalau Watanabe-senpai mempersiapkan Chiyoda untuk menjadi Ketua Komite Moral Publik baru. Terus terang saja aku tidak percaya, karena aku rasa dia bukan orang yang mau melakukan sesuatu semerepotkan itu.”
Setelah Sayaka menyerahkan bagian penjelasan ke Kirihara, Tatsuya memilih untuk tetap diam. Dia tahu kalau rumor itu benar.
“Seperti yang dikatakan rumor itu. Orang itu Chiyoda, jadi mereka pasti memberi pengecualian. Karena Watanabe-senpai benar-benar suka Chiyoda. Dia pasti berusaha keras untuk menunjuk Chiyoda, yang tidak punya pengalaman, sebagai penggantinya.”
Sikap Tatsuya yang diam saja tidak mempengaruhi suasana.
“Hmm, mereka bukan hanya kelihatan seperti Takarazuka[1], tapi mereka memang sebenarnya seperti itu, eh? Bagaimanapun juga kalau Chiyoda jadi ketua maka dia akan cocok dengan Watanabe-senpai.”
Drama perempuan, sejak awal era modern, bisa disebut sebuah hiburan teater tradisional, jadi Tatsuya tidak merasa kalau perkataan ‘seperti Takarazuka’ adalah sesuatu yang menghina, tapi sepertinya Kanon menanggapinya berbeda.
“Oh, kau bukan hanya menghinaku tapi juga Mari-san sebagai yuri[2]…. Kirihara-kun, apa kau tidak terlalu berani.”
“Tunggu sebentar!”
Di belakang punggung Kanon, seolah ada lukisan Acala[3] yang memancarkan aura api yang membara (Lebih tepatnya itu adalah pancaran Psion yang menyebar).
“Aku tidak bilang yuri!”
Dari segi kekuatan saja, Kanon dirumorkan yang nomor satu di kalangan anak kelas 2, dan dia sedang marah besar. Kirihara melambaikan tangannya dan menggeleng dengan sekuat tenang.
“Diam saja!”
Tatsuya hanya bisa menghela napas berat melihat sikap Kanon.
Tangan kanannya menusuk dengan lincah.
“Kya!”
Pancaran Psion itu menghilang begitu saja ketika suara bernada tinggi itu muncul.
“A-Apa yang kau lakukan?”
Dari posisinya yang sudah terduduk di lantai, wajah merah Kanon menyerang Tatsuya dengan tatapan kesalnya. Dilihat dari sikapnya, Kanon tidak mengalami sakit sama sekali.
“…..Itu lebih efektif dari dugaanku. Sebenarnya, kurira dia membohongiku tentang ‘titik kenikmatan’, tapi…..”
Itu adalah teknik Tenketjutsu milik Yakumo.
Baru pagi ini dia diberitahu kalau di punggung manusia ada beberapa ‘titik kenikmatan’. Dia bergumam seperti itu saat menusukkan jari telunjuknya ke salah satu titik di punggung Kanon, membuat wajah Kanon semakin memerah.
“Chiyoda-senpai, apa yang akan terjadi kalau seorang anggota Komite Moral Publik membuat keributan sendiri?”
“Aah….. tapi dia…”
“Tidak ada ‘tapi’. Dengar, kalau senpai menemui pelecehan seksual, Komite Moral Publik harus melakukan pengadilan dulu. Sesuai aturan, testimoni anggota Komite Moral Publik bisa dianggap bukti sah.”
“Oi?”
Dengan pembicaraan yang mendadak bergejolak, Kirihara dengan cepat menginterupsinya, tapi Tatsuya dan Kanon tidak memerdulikannya.
“Mengerti? Tolong tenangkan diri dan berhenti bersikap seperti itu.”
“…..Mengerti.”
Wajah kesal Kanon terlalu sibuk untuk menyadari gumaman Sayaka.
“……bukannya yang kau lakukan juga termasuk pelecehan seksual, Shiba-kun?”
“Omong-omong, bukannya sebentar lagi ada pemilihan OSIS?”
Akhirnya, situasi kacau itu sudah selesai. Untuk lepas dari topik Ketua Komite Moral Publik yang baru, Sayaka menangkat topik ini untuk kedua kalinya hari ini (bagi Tatsuya). Untuk mencegah situasi memanas, Sayaka dengan ramah mendinginkan suasana dengan mengganti topik.
“Di akhir bulan ya. Yah, itu sebentar lagi.”
Kirihara merespon pertanyaan Sayaka.
“Kudengar Hattori-kun akan berhadapan langsung dengan Nakajou-san.”
Mengabaikan perbedaan status Golongan 1 & 2, Kanon dengan cepat ikut ke dalam pembicaraan mereka.
“Tidak, Hattori tidak akan ikut.”
Bagi Tatsuya yang memandang pembicaraan ini seperti sebuah déjà vu terkejut mendengar fakta itu.
“Oh, benarkah?”
Sepertinya perkataan Kirihara juga mengejutkan Kanon.
“Yup, Hattori akan menjadi Ketua Komite Manajemen Klub. Aku mendengarnya langsung dari orangnya kalau dia tidak akan ikut di pemilihan OSIS.”
“Hmmm, Hattori-kun….. tapi memang itu seharusnya. Mengurus klub tidak bisa dilakukan kalau ketuanya tidak punya kekuatan.”
Kanon menerima jawaban Kirihara dengan baik.
Tatsuya bisa mengerti apa maksudnya. Komite Manajemen Klub tentunya punya citra yang lebih kasar daripada OSIS.
Bahkan dalam kegiatan-kegiatan biasa seperti perekrutan anggota, aktivitas klub, dan sebagainya memungkinkan munculnya keributan. Berkat Katsuto, semua keributan itu bisa diselesaikan, tapi tidak semua orang bisa seperti itu.
Tapi…., pikir Tatsuya,
Itu berarti dari semua kandidat terkuat untuk kursi Ketua OSIS…. tidak akan ada yang mencalonkan diri.
Jadi siapa yang akan jadi Ketua OSIS…..
◊ ◊ ◊
Di perjalanan pulang setelah berpatroli….
Miyuki baru saja menyelesaikan semua tugas OSISnya.
Leo, Erika, Mizuki, Honoka, dan Shizuku juga selesai dengan klub mereka.
Mikihiko selesai dengan latihan mandirinya di ruang latihan.
Sudah lama sejak terakhir kali Tatsuya bisa jalan bersama mereka. Mereka duduk di meja biasa mereka di café yang dilewati di jalan menuju stasiun.
Dan tidak butuh waktu lama untuk mereka membicarakan tentang pemilihan OSIS.
“Hmmm…… sebenarnya, Nakajou-senpai sedikit tidak meyakinkan.”
Leo memberikan komentar dingin tentang Azusa.
“Tapi kemampuan aslinya lebih baik daripada orang lain.”
“Aku yakin akan lebih baik kalau Ketua OSIS diduduki orang yang lembut.”
Shizuku dan Mizuki sepertinya mendukung Azusa.
“Lagipula, kemungkinan Hattori-senpai sudah nol, bukan?”
Pertanyaan itu dilontarkan Erika.
“Aah, sepertinya dia juga sudah menceritakannya ke semua orang jadi tidak mungkin salah. Bahkan Ketua OSIS tidak bisa mencuri orang yang akan menjadi Ketua Komite Manajemen Klub.”
Tatsuya menjawab mengiyakan pertanyaan Erika.
“Bagaimanapun juga karena itu Nakajou-senpai lah satu-satunya orang yang memungkinkan jadi kandidat.”
Mizuki mengembalikan ke topik Ketua OSIS.
“Tapi, Nakajou-senpai sendiri bilang kalau tidak ingin, ya ‘kan? Baiklah kalau begitu, Miyuki, jadilah kandidat!”
“Tunggu Erika, apa maksudmu?”
Mata Miyuki terbelalak mendengar perkataan mengejutkan yang datang dari mulut Erika.
Tapi, secara tak terduga, sepertinya pikiran Erika benar-benar dipenuhi dengan hal itu.
“’Kan tidak ada aturan yang melarang anak kelas 1 menjadi Ketua OSIS? Di Kompetisi Sembilan Sekolah, Miyuki tidak hanya ikut di Pillars Break divisi kelas 1, tapi juga di Mirage Bat divisi kelas 2 dan 3 dan menang. Kurasa kemampuan dan kecantikanmu akan membuatmu menang.”
“Jangan bilang hal yang tidak masuk akal seperti itu. Kemampuan seorang anak SMA tidak bisa dinilai hanya dari kekuatan sihirnya.”
“Kalau dari segi akademik, ada Tatsuya. Kalau kau jadi ketua maka kau bisa memilih anggota yang lain semaumu.”
Mizuki, berdiri mendukung Erika, ikut dalam pembicaraan itu.
“Ya, itu benar. Saegusa-senpai ingin menghilangkan sistem Golongan 1 & 2, ‘kan?”
“Bahkan Mizuki juga……”
Itu adalah perkataan yang kekanak-kanakan sekali, tapi ada sedikit keragauan di suara Miyuki.
“Ya, ya. Itu benar, kalau kau jadi ketua, kau bisa menarik Tatsuya-kun dari Komite Moral Publik…..”
Miyuki terlihat terguncang mendengar bisikan Erika yang seperti Mephistopheles[4].
“Sebaliknya, bukannya lebih bagus kalau Tatsuya yang jadi Ketua OSIS?”
“Oh, itu menarik juga.”
Sebagai teman masa kecilnya, mereka tidak punya niatan untuk bersaing, tapi kali ini Mikihiko mengalahkan ide Erika dengan idenya sendiri.
Selagi Leo hanya diam saja memandangi sementara pembicaraan itu berlanjut, Tatsuya ikut menambahkan, “Itu tidak mungkin.”
“Tentu saja, kalau Miyuki masih mungkin akan ada yang setuju, tapi kalau aku tidak mungkin.”
Namun, Shizuku punya opini yang berbeda.
“Tapi, Tatsuya-san, kau juga ikut di Kompetisi Sembilan Sekolah.
“Tidak, Shizuku…. Aku ikut sebagai staf teknis dan hanya ikut di satu perlombaan saja. Ada perkataan kalau pekerjaan orang di balik layar tidak bisa disamakan dengan yang di depan.”
Sekali lagi, Tatsuya menolak ide pencalonan dirinya, tapi Honoka membuka mulut membantah hal itu.
“Tapi tetap saja, kalau Tatsuya-san mencalonkan diri, aku pasti akan memilih Tatsuya-san!”
“Aku juga Onii-sama. Kalau Onii-sama mencalonkan diri, aku pasti akan membagikan selebaran atau apapun yang Onii-sama mau untuk kampanye.”
Dikelilingi oleh Miyuki dan Honoka, yang sedang bersaing siapa yang lebih antusias, Tatsuya sadar kalau sekarang dia sedikit sakit kepala.



[1] Penampilan drama yang semua perannya wanita bahkan di adegan percintaan sekalipun, tidak ada laki-laki sama sekali.
[2] Girls Love, percintaan dua perempuan.
[3] Sosok pelindung di Buddhisme yang digambarkan dengan aura api.
[4] Setan dalam cerita rakyat Jerman.