EPILOG
(Translator : Orion)
Bagian 1
---[Kota Api Kouen], Penjara
Bawah Tanah Istana [Salamandra].
Cahaya
bulan yang redup menerangi lantai berbatu yang kasar.
Seperti
kebalikan dari hari cerah yang berawan di pagi hari, langit malam hari ini terlihat
berawan.
Merasa
kesepian, Percher mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah celah kecil dari
jeruji besi yang diterangi oleh sinar bulan.
“……Yah,
Kurasa memang benar kalau kau tidak bisa melihat bintang di [Kota Kouen].”
Percher
berdiri di atas lantai batu yang sedingin es saat dia mengejek cahaya yang
berasal dari pusat kota. Jika lampu Chandelier diibaratkan seperti ‘Bintang’ di
kota ini, ‘Bintang’ ini juga menjadi ‘Kegelapan’ yang menghilangkan cahaya
bintang asli yang terbentang di Langit Malam.
---Suhu
yang hangat dan menyejukkan serta cahaya yang bersinar di langit malam
benar-benar melenyapkan seluruh cahaya bintang.
Bagi
orang-orang yang meninggal dikarenakan minimnya Sinar Matahari, tidak ada yang
lebih pahit dibandingkan hal ini dan firasat Percher mengatakan kalau dirinya
benci wilayah Utara ini. (Note: Mengacu kepada 8 juta manusia yang meninggal
akibat Wabah Hitam dan minimnya Sinar Matahari menyebabkan musim dingin yang
terus berkelanjutan selama 3.5 abad, CMIIW)
“Tapi……Apa
yang harus kulakukan sekarang……?” Dia memeluk lututnya erat-erat saat dia
berjongkok.
Percher
dan Jin dimasukkan ke penjara bawah tanah untuk sementara waktu. Meskipun ini
hanya sekedar formalitas belaka dan mereka akan dibebaskan dalam beberapa hari,
hukuman semacam ini terlalu berlebian.
Tapi
masalahnya jauh lebih gawat lagi.
Alasan
kenapa Percher sedang gelisah adalah karena dia tidak bisa memikirkan rencana
apapun untuk mengalahkan Rin dan yang lainnya.
“Mungkin……masih
terlalu cepat.”
Dia
telah menyatakan perang kepada Rin dan yang lainnya tanpa sadar, tapi kekuatan
Rin dan ‘Yang Mulia’ sebenarnya jauh lebih kuat daripada kekuatannya saat ini.
Percher yang saat ini tidak memiliki kesempatan menang jika melawan mereka.
Jika
mereka bertemu di medan pertempuran atau dalam sebuah Gift Game, dia
pasti akan dikalahkan sebelum bisa melindungi dirinya. Dengan kata lain,
kemungkinan besar dia akan kehilangan nyawanya.
Jika
terbunuh sebelum membalas dendam dari 80 juta roh jahat, dia pasti akan dikutuk
dalam hukuman abadi.
(……)
Percher
tidak takut akan semua hal itu.
Hanya
saja di Little Garden ini, dia masih memiliki misi untuk diselesaikan.
Dia
mengingat kata-kata terakhir Rin. Kata-kata yang sama seperti yang diucapkan
oleh Raja Iblis yang memanggilnya ke dunia Little Garden ini--- Pria yang
memimpin [Grim Grimoire] telah mencoba menyelidiki tekadnya sebagai perwujudan
dari 80 juta roh orang mati dengan mengatakan hal ini:
---Takdir
dari wabah Black Death adalah sesuatu yang tak dapat dihindari lagi.
Meskipun
ia telah bepergian ke banyak dunia paralel, ia telah memastikan kalau semuanya
akan berakhir sama.
Karenanya,
peristiwa ini berarti bukan disebabkan oleh bencana alam yang terkait dengan
teori probabilitas.
Tapi,
sesuatu yang bertentangan dari Garis Takdir, sebuah Takdir yang lebih seperti
takdir sebenarnya terlibat---
“……Tentu
saja akan jadi seperti itu. Lagi pula, alasan kenapa merebaknya wabah pandemi
disebabkan oleh siklus matahari dan hal ini adalah takdir yang tidak bisa
dilawan oleh manusia biasa.”
Menerima
kenyataan itu dan sadar akan tujuannya yang tidak mungkin tercapai, Percher
memeluk lututnya lebih erat lagi.
Tapi
pria itu juga menyatakan kalau Percher mungkin saja bisa mengubah takdir
tersebut.
Ia
mengatakan kalau Dunia Little Garden ini adalah ‘Tempat dimana kemungkinan
terwujud’.
Dan
mungkin saja balas dendanmnya terhadap Matahari di Dunia Little Garden terwujud
serta cara untuk menghentikan aspek menular dari wabah Black Death.
Gunakan
perasaan dendam dan kutukan dari 80 jut roh jahat yang mencoba untuk mengubah
Takdir yang telah terukir di Bintang--- Pria itu kemudian memanggilnya ke Dunia
Little Garden dengan tawanya yang menderu.
“……Namun,
tampaknya ia dibunuh oleh seseorang atau sesuatu dan karena dirinya lah aku
terjebak di dalam gelas kaca untuk mengumpulkan debu di lemari besi selama
beberapa ratus tahun. Haiz……”
Percher
menghela napas pada saat itu, yang sangat jarang dilakukannya, namun,
penghalangnya bukan hanya itu saja.
Bahkan
jika dia menemukan sebuah cara untuk mematahkan takdirnya, kekuatan yang akan
menghalangi tujuannya pasti akan muncul.
Wabah
Black Death selalu menjadi dasar bagi berbagai negara dan agama yang muncul
sebagai akibat dari penyakit tersebut sebagimana yang tercatat dalam sejarah.
Salah satunya adalah pengadilan penyihir selama perburuan penyihir (Witch-Hunt)
yang menghasilkan kematian yang tak terhitung jumlahnya.
[Paradigm
Shift/ Pergeseran Paradigma] yang begitu kuat hingga memunculkan sejarah banyak
Dewa dan pengikutnya yang tidak mudah dilenyapkan. Jika solusinya ditemukan,
Percher pasti akan menjadi musuh dari semua Dewa dan Roh Pahlawan yang muncul
akibat Wabah Black Death. Bahkan beberapa Raja Iblis mungkin saja akan menjadi
musuhnya jika hal itu terjadi.
(Note:
Pergeseran Paradigma itu berarti perubahan pola pikir kita dimana pandangan
kita terhadap dunia kita hidup itu berubah. Contohnya, penyihir kan dianggap
sebagai orang jahat di buku Malleus Maleficarum tapi karena pergeseran
paradigma/ perubahan pola pikir kita, pandangan dari isi buku itu menceritakan
kalau penyihir itu orang baik yang bisa mengobati segala macam penyakit. Karena
pergeseran paradigma terjadi, sejarah tentang perburuan para penyihir ngga
bakal ada dan diganti dengan sejarah betapa hebatnya para penyihir dan sampai
sekarang ini kita hidup harmonis dengan para penyihir.)
“Aku
benar-benar ingin merubah Takdir tentang wabah Black Death……Tapi bahkan jika
aku mendiskusikan hal ini dengan Asuka atau Jin tentang hal semacam ini……mereka
pasti akan menentangnya.”
“Itu
tidak benar.”
Yiyah?!
Percher hampir saja mengeluarkan teriakan yang memalukan karena terkejut tapi
dia masih bisa menahannya.
Suara
itu terdengar seperti suara Jin dan itu berarti kalau Jin dikurung di sel
disampingnya dengan hanya sehelai dinding yang memsihkan mereka.
Percher
selama ini berbicara dengan dirinya sendiri untuk mengusir rasa kesepian. Dirinya
yang menyadari kalau selama ini Jin mendengar omongannya menyebabkan dirinya
tersipu malu hingga marah dan wajahnya memerah seperti buah persik saat dia
berteriak:
“Se…Serius
deh! Aku tidak menyangka hal ini! Jika kau bisa mendengarku, setidaknya kau
bicara sejak awal! Bukankah itu hal yang seharusnya kau lakukan?!”
“Ma…Maaf.
Sebenarnya aku ingin berbicara sejak tadi tapi aku tidak tahu kapan harus
melakukannya.”
“……Hmph.
Jadi sejak kapan kau menguping pembicaranku?”
“Hm,
sejak kau berkata ‘Kurasa memang benar kalau kau tidak bisa melihat bintang di
[Kota Kouen]
“BUKANNYA
ITU DARI PALING AWAL?!” Percher membentangkan selimutnya sebelum memukul
dinding di belakangnya dengan keras.
Jika
bukan karena dinding yang berada di antara mereka, hal ini mungkin telah
menjadi akhir yang tragis bagi mereka berdua di sana.
Karena
wajah Percher saat ini merah sekali hingga sampai ke ujung telinganya.
“HAaaaaaaaah……
Tampaknya aku sudah salah mengikuti orang ini.”
“Uuh…bukannya
kata-kata tersebut biasanya tidak diucapkan?”
“Bodoh.
Tentu saja aku mengatakannya agar kau mendengarkannya. Hmph.”
Percher
yang masih marah memeluk lututnya lebih erat lagi. Dinding penjara yang terbuat
dari batu membuat ruangan tersebut menjadi sangat dingin di malam hari. Di
situasi semacam ini, hal yang mustahil bagi seseorang menahan dingin nya
ruangan tersebut jika tidak duduk meringkuk di sudut ruangan dengan selimut.
Jin
juga meringkuk dengan selimut untuk menghangatkan dirinya saat ia berbicara
dengan Percher yang berada di balik dinding tempat ia bersandar.
“Oh
iia, tentang hal yang kau bicarakan sebelumnya…… Aku tidak akan menentanganya
sama sekali, kau tahu? Aku yakin Izayoi-san dan yang lainnya juga akan
mengatakan hal yang sama.”
“……Kalau
begitu, terima kasih atas perhatianmu. Tapi tenang saja. Aku sudah memutuskan
akan bergantung dengan kekuatan ku sendiri untuk memecahkan masalhnya. Aku tidak
akan menambah masalah kepada [No Name].”
Dia
menghiraukan niat baik dari orang lain dengan perkataannya yang terdengar
seperti sarkasme. Jika Jin adalah dirinya yang sebelumnya, ia pasti akan
kehilangan kata-kata dan menyerah karena kesulian menjawabnya.
Tapi,
ia tampak lebih keras kepala hari ini.
“……Ok,
aku mengerti. Kalau memang itu keinginan Percher, aku tidak akan membahas
masalah itu lebih jauh lagi. Tapi sebagai gantinya, bisakah kau memberitahuku
sesuatu?”
“Apa?”
“Kau
meninggal dengan kondisi seperti apa, Percher?”
Suasana
di penjara tersebut berubah dengan tiba-tiba.
Bahkan
dengan dinding yang memisahkan mereka, amarah yang masih dapat menembus ke
penjara di sebelah Percher dan hal itu mengarah kepada Jin.
Jika
bukan karena dinding yang ada di antara mereka, Percher mungkin saja akan
membunuh Jin pada saat itu juga.
“……Aku
benar-benar terkejut. Kenapa kau mengungkit hal tersebut? Apakah aku terlihat
seperti orang yang mempunyai pikiran jahat telah tertanam jauh di dalam
dirinya?”
“Tidak,
bukan begitu. Hanya saja Percher, sebelumnya kau terlihat putus asa dengan
kondisimu saat ini. Aku mengira kalau kau yang sedang berada di dalam penjara
terlihat ketakutan.”
“……Uu……!”
Jin
hari ini benar-benar sensitif hingga menjadi menyebalkan.
Bagaimana
ia bisa menilai perasaan seseorang? Dengan cara apa ia mengetahui hal itu? Mungkinkan
ia hanya mengira-ngira tanpa berpikir lebih lanjut? Percher mengerutkan
bibirnya saat dia menghela napas.
“Jika
itu masalahnya, aku bisa memohon pada mereka agar melepaskanmu terlebih dahulu.
Serangan berikutnya mungkin akan datang kapan saja dan [Salamandra] akan
membutuhkan segala bantuan yang bisa digunakan. Jika kita pertama-tama bisa
melewati interogasinya, akan lebih mudah memikirkan rencana agar mengeluarkanmu
dari tempat in----”
“Lupakan
saja, tidak perlu melakukan hal itu……Tapi, ya, aku agak sedikit taku berada di
dalam penjara. Namun, aku bukan orang yang akan menelantarkan tuannya di tempat
yang dingin dan sepi seperti ini.
Setelah
mengatakan hal tersebut, Percher dia bersandar ke samping dan berbaring di
lantai berbatu. Sensasi sedingin es menjalar ke selimutnya dan tubuhnya mulai
mengigil tanpa sadar.
Sentuhan
dingin dari lantai berbatu menghilangkan seluruh panas tubuhnya dan seperti
memberikan pengalaman mendekati kematian.
……Percher
telah berpengalaman dengan situasi semacam ini hingga menyebabkan kehilangan
identitas dirinya atau dia pikir dia telah kehilangan hal tersebut.
Namun,
ingatan tentang dinginnya kematian telah tertanam jauh di dalam jiwanya.
Keheningan
yang melanda mereka berdua tampak berlarut-larut dan hanya suara napas mereka
berdua yang meningatkan mereka tentang kehadiran satu sama lain. Tidak bisa
tidur di penjara yang sangat dingin, Percher akhirnya menyerah dan mulai
berbicara:
“……Jin.”
“Ya?”
“Meskipun
aku benci mengakuinya, tapi kau benar. ……setelah tertular wabah Black Death,
aku meninggal di sel penjara rumahku sendiri. Dan ayahku sendiri yang
mengunciku di sana karena takut tertular wabah tersebut.”
“………!”
“Sebagai
langkah untuk memberantas sumber dari wabah tersebut, ayahku telah
memerintahkan untuk membunuh semua budak yang dekat denganku. Pria, Wanita,
yang tau maupun yang muda, di antara mereka juga ada anak-anak yang seusia
denganku…… Fufu, sekarang aku mengingat kejadian itu, sungguh hal yang bodoh
untuk dilakukan. Tidak mengetahui kalau penyebaran wabah Black Death adalah
melalui kontak darah dan kutu yang terkontaminasi, ayahku bergabung dengan
gerakan untuk memusnahkan mereka dan tertular penyakit yang sama selama proses
pemusnahan, sama seperti seluruh anggota lain yang berpartisipasi dalam
pemusnahan. Seluruh anggota keluarga terserang wabah tersebut tidak lama
setelah itu dan seluruh garis keturunannya musnah begitu saja. Bukankah itu lucu?”
Percher
menertawakan ceritanya sendiri dengan nada yang terdengar sedih dari tawa yang
biasa dilakukannya. Tapi setelah mendengarkan baik-baik cerita yang diceritakan
Percher sebelumnya maka akan mengunkapkan jumlah rasa sakit, kebencian, amarah
dan penderitaan yang telah dia alami.
Kebenciannya
terhadap ayahnya tidak pernah hilang bahkan setelah kematiannya.
“……Sesaat
sebelum aku meninggal, aku meneriakkan kutukan dari sel penjaraku dengan sekuat
tenaga hingga terdengar oleh telinga ayahku: “Mati, mati, kalian semua harus
mati.” Yah. Akhirnya, hal itu jadi kenyataan dan membuatku mendapatkan sedikit
kekuatan spiritual sebagai penggantinya. Yah, sebuah pencapaian yang didapatkan
menggunakan kutukan, kau tahu? Rin juga mengatakan kalau sebagai salah satu roh
jahat, pencapaian spiritual seperti itu cukup kuat.”
“……”
“Lalu
setelah kematianku, aku mulai berkeliling di sekitar Eropa tanpa tujuan. Ketika
aku meulai bertemu dengan banyak orang yang meninggal dengan cara yang sama.
Orang-orang semacam itu hanyalah arwah yang berkeliaran tanpa tujuan……tapi aku
merasa kalau mereka selalu iri dengan orang-orang yang masih hidup. Karena
tidak tahan melihat kondisi mereka yang seperti itu, aku memutuskan untuk
mengajak mereka untuk bergabung denganku; Seiring waktu berlalu, entah
bagaimana aku telah keluar dari benua Eropa dan tiba di benua Asia setelah
berkeliaran tak tentu arah selama beberapa ratus tahun…… Ketika aku menyadari
perbuatanku, ternyata hasilnya telah menjadi keluarga besar dengan 80 juta
jiwa. Ya, begitulah akhir ceritanya.”
Dan
itulah bagaimana Percher menceritakan kehidupannya dan jalan yand dia lalu
dalam kehidupan keduanya.
Dalam
diam ketika mendengarkan ceritanya, Jin terus terdiam untuk beberapa saat
sebelum tiba-tiba berbicara:
“Aku
tidak tahu……Percher ternyata punya sisi lembutnya juga.”
“---Hah?”
“Kau
mengatakan hal tersebut terkait orang-orang yang telah meninggal terkena wabah
Black Death, kau tidak sanggup melihat keadaan roh orang-orang itu kan? Jadi
kau mencari mereka semua setelah kehidupan kedua mu dimulai kan? Memberi mereka
tempat untuk berkumpul daripada mereka menderita karena kesepian, itu bukan
sesuatu yang akan dilakukan oleh orang yang tidak punya hati kau tahu?”
“……Hmph.
Terima kasih dukunganmu.yang sangat jelas kepadaku itu.”
“Tidak,
bukan begitu. Setidaknya aku sekarang mengerti alasan kenapa kau ingin mengubah
sejarah………Mm, Percher benar-benar lembut.”
Mendengar
Jin mengulangi kata-kata itu namun kali ini dengan sedikit penekanan, membuat
Percher mengerutkan bibirnya dalam amukan kecilnya.
Dipuji
sifat dirinya sendiri yang dia tidak ketahui sampai sekarang ini, dibandingkan
merasa gembira, dia lebih merasa malu dan itu membuatnya kehilangan kata-kata
untuk membalas perkataa Jin.
Jin
mengganguk ketika dia memikirkan kata-kata Percher sambil berdiri.
“---Ok,
sudah diputuskan. Ketika [No Name] sudah benar-benar kembali seperti sedia
kala, aku akan datang dan membantumu.”
Jin
membuat sumpahnya dari balik dinding batu.
Percher
menarik napas dalam-dalam ketika dirinya masih tidak percaya pada pernyataan
Jin yang baru saja didengarnya.
“Apa?......Omong
kosong apa yang kau ucapkan barusan?!”
“Sulit
bagimu untuk mengatakan hal ini pada Izayoi-san danyang lainnya kan? Maka aku
yang akan menjelaskannya. Bahkan jika mereka menentangnya……ketika saatnya tiba,
aku juga akan membantumu meskipun sendirian.”
“Bukan
itu maksudku! Maksduku itu meskipun Jin tidak bisa apa-apa, kau masih seorang
pemimpin! Bagaiman bisa kau mengabaikan komunitasmu begitu saja?!”
“Tidak
masalah. Masalah itu sebenarnya sudah diselesaikan. Lebih tepatnya lagi, hal
itu sejalan dengan rencanaku.”
Jin
terus-menerus membicarakan hal itu saat ia mulai memikirkan masalah itu seperti
masalahnya sendiri.
Percher
terdiam oleh kata-kata Jin dan dia menatap dinding dimana tuannya dipenjara di
sampingnya.
“……Apa
kau serius tentang hal itu?”
“Ya,
tentu saja, Tentang keinginanmu itu, seharusnya mungkin saja terwujud demi
permintaan dari 80 juta roh. Setelah memenangkan pertempuran melawan Aliansi
Raja Iblis dan membangun kembali komunitas [No Name]……Aku pasti akan membantumu
dalam mewujudkan keinginamu.”
Dengan
ketulusan yang mampu menembus dinding hingga sampai ke sisi sebelahnya, Jin
mengumumkan tekadnya.
Mendengar
kata-kata tersebut, Percher dan Jin menatap satu sama lain dari sisi berlawan
dibalik dinding batu. Dan wajahnya mulai menunjukkan senyum manis.
“……Begitukah?
Maka mari kita tambahkan ketentuan ini kedalam perjanjian kita.”
“Perjanjian?”
“Mhm.
Bukan sebagai Pelayan Raja Iblis, tapi sebuah perjanjian yang dibuat antara
diriku dan Jin Russel. Selama kau mematuhi perjanjian,……aku akan mengakuimu
sebagai Tuanku selamanya.”
Bulan
purnama yang mengintip dari balik awan dan menerangi jendela besi sel dan kedua
sosok itu dengan cahayanya.
Menaru
telapak tangan mereka di dinding yang memisahkan mereka, mereka membuat janji
khusus antara mereka di dalam sel penjara.
Bagian
2
“Apa yang sedang terjadi di sini?!”
Teriakan Mandra bergema di seluruh
tempat di Istana.
Setelah kelompok dari Aliansi Raja
Iblis menghilang, anggota dari [No Name] telah dicurigai sebagai mata-mata
musuh. Dicurigai telah menyelundupkan Sandora keluar dari Istana---Jin dan
Percher, telah dikurung di penjara bawah tanah dan mereka sedang diinterogasi
tentang kelayakan mereka untuk mengikuti Pertemuan yang akan diadakan esok
hari.
Ketiga anak bermasalah menjawab
secara serempak:
“Aku berhak untuk tetap diam.”
“Aku berhak untuk menolak
keputusanmu.”
“Aku juga seteuju dengan yang
disebutkan oleh dua temanku sebelumnya.”
“Sekarang ini, tolong lebih serius
menjawab pertanyaanku, dasar sialaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan!”
*Dong Klack BaBoom!* Setelah pukulan
yang terus dibuat oleh Mandra menimbulkan tiga jenis suara menarik yang
dikeluarkan dari meja kantor, meja yang merupakan buatan kumpulan dari pengrajin
jalanan telah hancur begitu saja.
Ketiga anak bermasalah tetap tidak
terpengaruh oleh kemarahan Mandra dalam sesi tanya jawab dan sebaliknya menatap
Mandra dengan tatapan tertuduh.
“Yah, sejak awal, bukannya Sandora
telah berkata kalau dia sendiri yang mengundang Jin dan Percher untuk ikut
bersamanya?”
“Selain itu, orang-orang dari
kelompok Aliansi Raja Iblis telah dengan leluasa berkeliaran di Istana dari
sejak lama bukan begitu?”
“……Jika kau ingin mencurigai sesuatu,
bukannya lebih masuk akal kalau kita mencurigai Komunitas [Salamandra]?”
Pernyataan mereka sangat logis dan
didukung dengan bukti yang kuat sehingga membuat Mandra tidak bisa
membantahnya.
Meskipun kemarahannya memuncak
beberapa kali, tapi ia menahannya untuk menenangkan diri sejenak. Duduk di
tempat duduknya lagi, Mandra menghela napas ketika kepalanya berdenyut karena
sakit kepala.
“Sehubungan dengan kejadian ini,
memang benar kalau kami yang harus disalahkan atas kelalaian kami. Sebenarnya,”
“[PIED PIPER OF HAMELIN]---Grimoire
tersebut juga didapatkan dari mereka kan?”
Izayoi menyela.
Mandra menelan ludahnya dan serasa
menggigit lidahnya saat ia mengangguk.
“……Ya memang benar begitu. Setelah
Sala-Oneesan meninggalkan tempat ini, [Salamandra] selalu berada di ambang
perpecahan menjadi beberapa faksi. Bahkan setelah Sandora menjadi [Floor
Master], perpecahan terus terjadi…..lalu hal itu mulai menjadi sangat buruk
hingga kami tidak punya pilihan lain selain menurunkan komunitas kami dan
pindah ke wilayah Lima Digit.
“Jadi dalam upaya untuk menaikkan
karisma Sandora sebagai pemimpin komunitas, ada kahrusan untuk mengalahkan
seorang Raja Iblis. Dan orang yang dikirim untuk mengurus negosiasinya pada
saat itu adalah dua bocah sialan itu kan?”
“Tidak, ketiga orang yang lain juga
muncul. Ketiganya adalah pria paruh baya dengan aura yang serius, seorang
wanita yang mengenakan jubah panjang dan seorang pelayan berambut pirang.
“Oh……” Izayoi menjawab dengan
gembira.
Mendengar hal itu, dari awal hingga
akhir kejadian dapat dengan mudah ditebak.
Aliansi Raja Iblis yang membawa [PIED
PIPER OF HAMELIN] kepada Mandra dengan permintaan untuk memanggil Percher.
Ketika ia masih khawatir tentang
kemampuan Sandora yang masih hijau pada saat itu, orang-orang dari Aliansi Raja
Iblis mengusulkan ide ini kepadanya:
“Kenapa tidak menggunakan Festival
Kebangkitan Naga Api sebagai kedok untuk mengundang Shiroyasa? Akan lebih baik
kalau begitu kan?”
Dengan adanya [Floor Master] terkuat-
Shiroyasha, bahkan Sandora dengan kekuatannya yang masih berkembang akan dapat memenangkan
pertarungan melawan Raja Iblis. Dan itu adalah kata-kata semanis madu yang
mereka gunakan untuk membujuk Mandra.
Dengan begitu, Aliansi Raja Iblis
dapat menyegel Shiroyasha dengan tenang dan menyingkirkan Sandora yang akan
segera menjadi [Floor Master].
“Sungguh rencana yang bagus hingga
bisa membunuh burung dengan sekali pukul.”
“Mhm Mhm. Tapi dengan begitu, tidak
ada cara bagi kami untuk menyelidiki Aliansi Raja Iblis dari pihak
[Salamandra]……Tapi aku hanya ingin bertanya, pada saat itu, kalian tidak tahu
kalau dua orang itu berasal dari Aliansi Raja Iblis kan?”
“Te…Tentu saja! Jika kami tahu akan
hal itu, kami pasti sudah mencegah terjadinya hal itu!”
Mandra dengan panik menjelaskan untuk
membela orang-orangnya. Dan saat ini, sulit menentukan siapa yang sebenarnya
menginterogasi siapa.
Beberapa orang menghela napas secara
bersamaan saat mereka mulai merasa bersalah tentang kemungkinan buruk di masa
depan yang tidak bisa mereka bayangkan.
Hanya Izayoi yang terus memegang
dagunya seraya merenungkan identitas musuh.
“……[Naga Berkepala Tiga yang mengigit
ekornya sendiri] kan?”
“Eh?”
“Desain yang ada di Lambang Bendera
yang mereka pegang. Sekilas, seperti simbol dari [Ouroboros]……hanya saja aku
tidak terlalu yakin akan hal ini.”
Izayoi berbicara dengan cara yang
ambigu dan hal itu merupakan pemandangan yang langka.
Meskipun ia tidak yakin, desain yang
ia lihat di Bendera Aliansi Raja Iblis adalah [Ouroboros]--- ‘Ular yang
menggigit ekornya sendiri’.
Asuka dan Yō memiringkan kepala
mereka kebingungan ketika mereka melihat Izayoi dengan tatapan emosional.
“Izayoi-san mempunya petunjuk
mengenai bendera itu?”
“Tidak, hal itu masih belum
dikonfirmasi. Lagi pula, awalnya desain seperti itu merupakan simbol banyak hal
dan seharusnya berubah atau dimodifikasi menjadi simbol khusus ini. Awalnya,
logo yang paling sering adalah ‘Ular yang menggigit ekornya sendiri’. Dan
merupakan simbol yang mewakili ‘Siklus Kematian dan Reinkarnasi’ atau bahkan
‘Mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan hal lain sebagai
balasannya’……makna-makna yang terkait dengan fenomena keabadian…”
Setelah berbicara panjang lebar,
kemudian ia terdiam sejenak.
Namun, setelah memikirkan ide itu di
kepalanya tanpa ada solusi penyelesaiannya, Izayoi yang sementara waktu
menyimpulkan seperti itu memutuskan untuk bersikap tidak peduli sambil tertawa
terbahak-bahak seperti biasanya.
“……Yah, pada akhirnya, kita bisa
melihat rupa musuh kita seperti apa. Jadi kalaian berdua harus bersiap-siap
akan apa yang terjadi berikutnya okay?”
Izayoi tertawa tanpa rasa takut
ketika Asuka dan Yō mengangguk setuju.
“Mhm. Waktu dimana kita akan bertemu
dengan mereka lagi semakin mendekat dan aku bisa merasakan mereka dalam
gengamanku.”
“Dengan ini, … Kita akhirnya akan
mendapatkannya kan?”
---Mendapatkan kembali [Bendera] dan
[Nama] Komunitas. Dengan petunjuk yang sangat dekat dengan mereka, ketiga anak
bermasalah tersebut semakin bersemangat.
Mempercayai kalau pertempuaran yang
akan datang pasti akan berguna untuk mendekati tujuan mereka, ketiganya
bertepuk tangan dengan girang.
“Orang-orang itu akan menunjukkan
diri mereka sendiri dalam waktu dekat dan sasaran mereka adalah para [Floor
Master].”
“Semua [Floor Master] akan tiba di
sini dalam tiga hari, mari kita bersiap-siap sebelum waktunya tiba.”
“Mhm. Mari kita laporkan hal ini ke
Kuro Usagi secepatnya---”
“Ya, Yahouhoh! Semuanya dari [No
Name! Terima kasih atas kerja keras kalian!”
Jack sang Kepala Labu masuk melalui
pintu dengan suara *Clack* saat pintunya terbuka ke dalam. Tapi tawanya tidak
ceria seperti tawa yang biasanya. Kepala Labunya terlihat sedikit goyah dan
mengeluarkan suara berderit yang aneh.
Melihat Jack yang tiba-tiba masuk
keruangan dengan tawa yang tidak bisa dideskripsikan apakah itu senang atau
sedih, ketiganya saling melirik terkejut.
“Hey Jack, ada masalah apa?”
“Apakah ada sesuatu yang terjadi?”
“Apa kau lapar?”
“Itu Cuma kau kan? Kasukabu-Ojousan!”
“Mhm.”
*Guuuh~* Suara tersebut terdengar
dari perut Yō.
Tapi Jack mengabaikan Yō ketika ia
menunjuk ke koridor di luar ruangan:
“Kuro Usagi-san, dia… Kuro. Kuro
Usagi-san sedang dalam masalah!”
Ekspresi mereka bertiga langsung
berubah seketika menjadi menjadi tatapan serius dan gugup. Doktor di yang
bertugas di Istana mengatakan kalau nyawa Kuro Usagi sedang tidak dalam bahaya namun
karena lukanya parah, bahkan jika sesuatu terjadi setelah perawatan, hal itu
bisa juga menjadi fatal.
Berbalik menatap ke arah Mandra,
ketiganya mengatakan hal ini secara bersamaan.
“Kita akan menunda hal ini dulu, jika
ada sesuatu, kita akan mendiskusikannya nanti.”
“Tolong lepaskan Jin!”
“Dan segera persiapkan beberapa
hidangan untuk kita makan!”
“Sekarang bukan waktu untuk berbicara
tentang makanan kau tahu?!”
Bahkan di tengah-tengah keadaan
darurat, Yō masih setia pada nalurinya dan dia memiringkan kepalanya seperti
orang yang sedang serius dalam menyanggah perkataan sebelumnya.
Namun, memang benar kalau sekarang
bukan waktunya untuk bercanda dan ketiganya bergegas mengikuti sang Kepala
Labu, berlari di koridor dan menuju ke ruangan dimana Kuro Usagi dirawat.
Sesampainya di ruangan, ketiganya
mendesak masuk.
“Oi, Kuro……”
Kata ‘usagi’ tak pernah terucap dan
dua orang yang lain juga memikirkan hal yang sama. Rasa kekhawatiran mereka
tiba-tiba menghilang saat mereka terkejut menatap Kuro---Tidak, seharusnya (她).
(Note: “她”
artinya Wanita/ Gadis biasa/ normal)
“Sem…Semuanya………!”
Kabar baiknya dia sudah sadar.
Sebagian besar lukanya juga telah
sembuh dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi itu semua hanya sebagian
kecil karena ada masalah yang lebih besar dibandingkan cedera yang dialaminya
sebelum ini.
Asuka dan Yō sedang membuka-tutup
mulut mereka.
“Kuro. Kuro……”
“……Uso?” (Note: Kata ‘Sagi’ dalam
perlafalan Jepang mempunyai arti ‘Kebohongan/ Penipuan’. ‘Usagi’ dalam bahasa
Jepang ‘うさぎ’ Cuma beda satu kata
dari ‘Kebohongan/ Penipuan’ yang mana ‘さぎ’. Jadi mereka mau ngucapin Usagi tapi juga mau
mengekspresakan: Eh, bohong kan? That’s what I thought.)
Meskipun
terdengar sangat kasar kepadanya yang telah meneteskan air mata dengan deras
dari matanya, bukannya tidak salah bagi mereka berdua untuk mengatakan itu.
Faktanya, kata-kata tersebut merupakan metafora yang akurat.
Kuro
Usagi yang berbaring di ranjang menangis dengan keras setelah meraba bagian belakang
kepalanya dimana telinganya berada dan dia kemudan berteriak.
“Uu.
UuUu… … Telinga Kelinci Kuro Usagi… Telinga Kelinciku sekarang hilang----!!!”
(Note: Kuro Usagi sebenarnya nama
Ras-nya, Kuro Usagi belum diberi nama oleh orang tuanya. Jadi pas mau manggil
Kuro Usagi yang sudah kehilangan Telinga Kelincinya, muncullah huruf ini “她”.
Karena fitur dari seorang Kuro Usagi telah hilang, mereka kesulitan nyebut Kuro
Usagi.
Kenapa Kuro Usagi pake nama Ras-nya
sebagai nama dirinya sendiri? Kita akan tahu setelah masuk ke Bab 7. Ditunggu
ya!!!~)
0 Comments
Posting Komentar