MAHOU SHOUJO CANTIK PLASMA LINA
(Translater : Fulcrum)
Angelina Kudou Shields. Semasa kecilnya ia dipanggil Angie. Tapi, entah
sejak kapan, orang-orang di sekitarnya mulai memanggilnya Lina.
Dia adalah seorang penyihir, seperempat keturunan Jepang, karena kakek
dari ibunya yang berasal dari Jepang.
Mengemban nama Kudou yang didapat dari kakeknya. ‘Kudou’. Kakeknya adalah
adik dari tetua dunia sihir Jepang, Kudou Retsu.
Dia tidak malu akan keturunannya. Sebaliknya, dia bangga akan itu,
membuatnya merasa lebih hebat dibanding pamannya yang juga hebat, yang pernah
disebut ‘penyihir terhebat di dunia’.
Komandan Stars, sebuah pasukan elit yang berada langsung di bawah
kepemimpinan Kepala Staf Gabungan tentara USNA, pasukan sihir terkuat di dunia.
Angie Sirius, salah satu dari ‘Thirteen Apostles’, penyihir yang secara
nasional diakui sebagai penyihir Kelas Strategis.
Itulah kedudukan-kedudukannya.
Tapi bukan berarti ia mendapati kode nama ‘Sirius’ dan langsung menjadi
Komandan Stars setelah mendaftar militer.
Sebenarnya, dia tidak langsung begitu saja ditunjuk menjadi anggota Stars.
Kemampuan sihirnya yang luar biasa sudah disadari sejak ia masih belia,
dan dia didik dengan cara militer sejak kecil, dan memulai karirnya sebagai
kandidat Stars, yang disebut Starlight.
Sebelum ia diterima di Stars, ia ditugaskan sebuah misi sebagai tugas
akhirnya sebagai Starlight.
Letnan Polaris, Letnan Muda Shields. Dari balik pintu ia mendengar sebuah
suara kekanak-kanakan. Itu adalah gadis muda yang masih berpenampilan anak
kecil, tapi di saat yang sama adalah penyihir tentara USNA. Ditambah lagi, dia
kuat sekali.
Sebenarnya, dia berada di militer karena kekuatannya yang luar biasa.
Mereka berada di tempat latihan divisi penyihir yang berada di bawah
kepemimpinan Kepala Staf Gabungan tentara USNA. Tempat itu berada di pinggiran
kota Phoenix, Arizona, USNA. Itu adalah tempat latihan bagi divisi Startlight,
yang berisi kandidat-kandidat anggota Stars, divisi penyihir terkuat di
Amerika.
Dan sekarang Angelina, anggota Starlight, Letnan Muda Angelina Kudou
Shields memasuki ruang rapat, dimana dia dipanggil oleh atasannya, Letnan Dua Yuma
Polaris.
“Masuklah.”
“Permisi.”
Membuka pintu kayu itu dengan tangannya, terlihat seorang gadis berambut
pirang dan mata biru memasuki ruangan.
Dia memberi hormat kepada Letnan Dua Polaris dan perwira-perwira yang lain
tepat seperti yang diajarkan kepadanya. Tapi saat Angelina menyadari siapa
‘perwira-perwira yang lain’ itu, dia terpaku memberi hormat dan diam memandang.
“Letnan Muda, tenanglah.”
Polaris sadar kalau gadis muda itu sedang terpaku memberi hormat terus,
dia langsung memberi perintah kepadanya.
Tentu saja, itu bukan berarti dia bisa seenaknya. Angelina istirahat di
tempat dan melipat kedua lengannya di belakang punggungnya.
Itu adalah hasil dari pelatihan yang diberikan kepadanya. Berkat hal itu,
dia berhasil tidak menarik perhatian dari orang-orang tak terduga di tempat
itu.
(Apa yang Komandan Canopus lakukan disini….?)
Di samping Letnan Dua bukanlah kolonel, melainkan sang kepala dari
institusi pendidikan ini.
Dialah Komandan Pasukan 1 Stars dari 12 tim. Saat ini, kursi Komandan
Sirius sedang kosong, Mayor Canopus menjadi Komandan sementara dan sebenarnya
merupakan yang terkuat saat ini di Stars.
(Lagipula, Komandan Canopus seharusnya ada di markas Roswell.)
Stars adalah divisi pertahanan yang beranggotakan penyihir paling berbakat
yang dipilih langsung dari tentara USNA. Markas di Phoenix tidak hanya menjadi
tempat latihan penyihir kandidat Stars, tapi juga menjadi tempat bagi pengujian
akhir mereka yang akan menjadi anggota Stars.
(Benarkah, aku……)
Di saat yang sama, Angelina berharap dengan gelisah di hatinya.
Latihan yang dijalaninya selama ini hanya agar dirinya menjadi anggota
Stars. Setidaknya, itulah yang Angelina ketahui.
Namun, dia sama sekali tidak diberitahu sampai kapan dia akan terus
berlatih atau berapa banyak dari para kandidat yang akan diambil. Rumornya
mereka belum memutuskan berapa kandidat yang akan mereka ambil. Katanya juga
masuk ke Stars bukan berarti menggantikan posisi yang kosong, tetapi lebih pada
menggantikan perwira yang ada dengan kandidat baru yang memiliki kemampuan
tempur yang lebih baik.
Dia mungkin masih percaya rumor tentang jumlah kandidat yang diterima,
tapi Angelina masih belum bisa percaya dengan rumor ‘penggantian perwira’, dia
berpikir “Tidak mungkin seperti itu”. Lagipula, saat ini Stars sedang
kekurangan anggota.
Tapi dia tidak tahu apa yang dipikirkan atasan-atasannya, dan apa yang
akan mereka lakukan. Satu-satunya hal yang pasti, mereka tidak tahu apa tujuan
mereka berlatih.
Harapan Angelina agar dirinya dapat diterima di Stars. Dia berharap dapat
segera melepas status kandidat Stars.
“Letnan Muda Shields. Aku sudah membaca nilai-nilaimu. Nilaimu luar biasa.
Kalau hanya dilihat dari kemampuan sihirmu, kemampuanmu sudah setingkat Kelas
Bintang 1.”
Setelah mendapat perintah dari Letnan Dua Polaris, Komandan sementara,
Mayor Canopus, mulai berbicara.
“Suatu kehormatan bagi saya, Pak” Jawab Angelina dengan tegas. Dia tidak
bisa menyembunyikan kegelisahannya. Tapi di saat yang sama, dia juga tidak bisa
menyembunyikan kebanggaannya.
Itu terlihat seperti hal yang mudah, tapi kenyataannya tidak. Dia masih 12
tahun. Kalau saja kondisinya tidak seperti ini, di usia itu seharusnya ia masih
SMP. Dia baru saja selesai melewati masa kanak-kanaknya, dan masih belum bisa
mengendalikan emosinya seperti orang dewasa.
Seperti namanya ‘Kelas Bintang 1’, anggota pasukan dengan kelas itu akan
mendapat kode nama berdasarkan nama-nama bintang paling terang. Pangkat ‘Kelas
Bintang 1’ hanya diberikan kepada penyihir terkuat diantara seluruh anggota
Stars. Oleh karena itu, tidaklah aneh melihat Angelina bangga akan itu. Lebih
tepatnya, akan aneh kalau dia tidak.
“Letnan Muda, aku rasa kau sekarang sudah tahu kalau Stars memiliki banyak
posisi kosong, termasuk posisi Komandan.”
Tentu saja, sebagai kandidat yang ditempatkan di markas itu, Angelina,
walaupun masih berkedudukan rendah, tahu betul kondisi Stars saat ini.
Dua tahun lalu terjadi sebuah konflik bersenjata antara Uni Soviet Baru
dan USNA di Selat Bering. Tapi dikarenakan kekhawatiran pemerintah Amerika dan
Soviet, takut akan mengulang apa yang terjadi di Perang Dunia III, kedua pihak
menurunkan kekuatan yang besar untuk menyelesaikan konflik ini, dan konflik itu
menjadi semacam perang rahasia. Konflik skala kecil antara dua kekuatan adidaya
ini disebut Perang Rahasia Arktik, atau sederhananya Perang Rahasia.
Akibat bentrokan politik kedua pemerintah, ‘Perang Rahasia’ itu berjalan
secara rahasia tanpa adanya tank, pesawat, ataupun kapal perang. Hanya beberapa
pertarungan skala kecil antar penyihir kedua negara.
Perang tidak biasa itu berdampak serius pada kekuatan pasukan sihir USNA
dan Uni Soviet Baru. Pasukan sihir Uni Soviet Baru di Timur Jauh hancur, yang
mana mengurangi kekuatan militer mereka di daerah itu selama beberapa tahun.
Invasi Great Asian Alliance di Okinawa juga sebagian besar dilatarbelakangi
hilangnya kekuatan dari Utara.
USNA, sebagai gantinya, kehilangan sosok Komandan Stars, William Sirius.
Satu-satunya penyihir Kelas Bintang di Stars, korban perang ini berjumlah
puluhan orang. Ditambah lagi, pemindahan penyihir Kelas Strategis Eliot Miller
yang dipindahkan dari Stars ke Tentara Alaska, yang berada di bawah
kepemimpinan Tentara Amerika Utara. Dikarenakan tugasnya untuk menjaga Alaska
dan laut di sekitarnya, dia tidak bisa meninggalkan posisinya.
Setelah itu, kosongnya posisi Kelas Bintang 2 dan dibawahnya juga perlu
segera diisi. Tapi penyihir untuk mengisi posisi Kelas Bintang 1 tidak dapat
dipilih dengan mudah bahkan di negara besar seperti USNA sekalipun. Saat itu,
posisi Kelas Bintang 1 punya enam posisi kosong, termasuk posisi Komandan
‘Sirius’.
“Kami ingin kau mengisinya secepat mungkin, jadi kami ingin melihatmu,
Letnan Muda, sebagai anggota Kelas Bintang. Namun, masalahnya adalah usiamu.”
Angelina menggertakkan giginya menahan dirinya untuk berbicara. Di situasi
seperti ini, mengeluh hanya akan menambah masalah. Dia harus bersikap seperti
orang dewasa, itulah yang dimengertinya.
“Kemampuan seorang penyihir tidak ada hubungannya dengan usia. Namun,
kebanyakan orang berpikir untuk dapat menjalankan tugas seorang tentara,
kebijaksanaan dan kontrol diri sangatlah dibutuhkan, yang mana tumbuh seiring
usia.”
“Kemampuan saya sudah cukup di simulasi.”
Pembelaannya tidaklah aneh. Untuk batas tertentu, pembelaan itu masih
diterima. Tapi kalau Angelina yang berbicara ini bukan anak kecil.
“Benar. Kau memang tidak ada masalah dari segi kecerdasan.”
Tapi di situasi seperti ini, Canopus menunjukkan kemurahan hati seorang
dewasa. Meskipun, mungkin, karena Canopus memerlakukannya sebagai seorang
tentara, dan bukan ‘anak kurang ajar’. Kekecewaan dan kekesalan Angelina
menghilang sebelum dirinya meledak.
“Letnan Muda. Kami ingin kau untuk membuktikkan kepada kami bukan hanya
lewat simulasi, tapi juga di lapangan langsung.”
Memasang wajah ‘tenang’, Angelina mendengarkan dengan tegang. Dia cukup
pintar untuk mengerti apa yang dimaksud Canopus. Sebaliknya, Polaris
menambahkan sesuatu.
“Letnan Muda, dengarkan tugasmu.”
“Baik” Jawab Angelina, memertahankan pandangannya ke depan.
“Di Boston, diketahui adanya mata-mata yang mengetahui penelitian sihir
yang dilakukan tentara. Diperkirakan kalau orang ini adalah penyihir tak
terdaftar yang tidak bisa ditangani polisi lokal. Tetapi, pengamatannya berkaitan
dengan rahasia tentara kita. Kami tidak ingin hal tersebut diketahui polisi.”
Angelina bisa memahaminya. Rahasia militer tidak sepatutnya tersebar bahkan
di kalangan polisi, dan penyihir yang mensabotase penelitian tentara tentunya
akan menjadi pekerjaan yang sulit bagi polisi. Selagi Angelina memikirkan hal
itu, Polaris melanjutkan perintahnya.
“Letnan Muda, pergilah ke Boston, temukan dan tangkap penyihir kriminal
itu” Berurusan dengan penyihir kriminal yang tidak bisa ditangani polisi juga
merupakan misi dari Stars. Oleh karena itu, kami ingin kau untuk menjalankan
misi ini.”
“Saya mengerti, Pak.”
Selama masa pelatihannya, semua tugas-tugas dari Stars disampaikan oleh
Polaris kepada semua kandidat, termasuk Angelina. Namun, ada beberapa hal yang
tidak diberitahukan.
Meskipun memiliki Kelas Bintang, tidak semua anggota Stars bertugas untuk
menangkap penyihir kriminal yang merupakan warga negara USNA. Tugas seperti itu
hanya diberikan kepada anggota-anggota tertentu.
Canopus, Polaris, dan pimpinan-pimpinan yang lain berasumsi kalau
mata-mata yang identitasnya tidak mereka ketahui ini sebenarnya adalah
pengkhianat dari militer. Mereka memutuskan untuk memanfaatkan ini dalam
menilai apakah Angelina mampu menjalankan tugas yang berususan dengan pelarian
penyihir.
“Yang jadi asistenmu Letnan Dua Angelina Mizar. Namun, dia hanya akan
menjadi asistenmu. Walaupun pangkatnya lebih tinggi darimu, dia tidak akan memerintahmu.
Dengan kata lain, kau bisa menganggapnya sebagai pengujimu.”
“Saya mengerti, Pak.”
Dia tidak mengerti maksud Canopus dan Polaris yang sebenarnya. Tapi dia
merasa sangat tegang mendengar kata ‘penguji’.
“Letnan Muda Shields, kenalkan. Ini Letnan Dua Angelina Mizar.”
Setelah Canopus pergi, Angelina dikenalkan pada Letnan Dua Angelina Mizar.
Letnan Dua Mizar berusia 22 tahun. Walaupun dia 10 tahun lebih dua
daripada Angelina, tapi bagi seorang tentara (dan pekerjaan lainnya) dia juga
masih terlalu muda. Perbedaan usia mereka hanya muncul karena usia Angelina
yang terlalu muda.
Dia berperawakan Eropa, tapi dengan kulit yang gelap dan rambut keriting.
Tingginya 165 cm, yang mana 10 cm lebih tinggi dari Angelina saat itu. ‘Akesoris’nya
sebagai seorang penyihir, juga, tidak mencolok. Penampilannya terlihat biasa.
Ukuran tubuhnya juga rata-rata, jadi sepertinya dia bisa menyusup di antara
kerumunan. Menurut kesan pertama Angelina, Mizar hanyalah seorang perempuan
biasa.
Bicara soal penampilan, penampilannya yang tidak mencolok berbanding
terbalik dengan Angelina. Kalau Mizar dan Angelina berdiri bersampingngan, maka
semua mata pasti akan tertuju ke Angelina.
“Saya Letnan Muda Shields. Senang bertemu dengan Anda, Letnan.”
Angelina menyapa Mizar dengan cara yang resmi dan memberi hormat.
Sepertinya dia ingat dengan perkataan Canopus tentang ‘penguji’.
“Saya juga senang bertemu dengan Anda, Letnan Muda Shields” Jawab Mizar
dengan lembut seperti penampilannya.
“Yuma, kalau begitu aku ingin berbicara dengannya empat mata.”
Dia berbicara kepada Polaris dengan nada bicara akrab. Yuma itu namanya.
Mereka berdua sama-sama memiliki kelas yang sama, dan dari cara bicara
mereka berdua jelas menunjukkan kalau hubungan mereka teman.
“Baiklah. Angie, kuserahkan semuanya padamu.”
Polaris juga berbicara dengan nada yang sama kepada Angelina.
Polaris meninggalkan ruangan. Melihatnya sudah meninggalkan ruangan, Mizar
duduk di kursi.
“Letnan Muda Shields, duduklah.”
Dan dia mengundang Angelina untuk duduk. Nada bicaranya tidak seperti
seorang atasan, tapi lebih seperti seorang ‘kakak’.
“Uh, jadi nama Letnan Muda Shields juga Angie?”
Mizar bertanya begitu karena nama panggilannya juga Angie. Sepertinya
karena alasan pekerjaan, mereka harus menghindari panggilan ‘Letnan Muda’ dan ‘Letnan’
saat mereka berada di luar.
“Ya, itu, bukan, Anda juga bisa memanggil saya ‘Lina’.”
Tidak jelas kenapa Angelina bisa mengerti apa maksudnya, atau itu hanya
kebetulan saja. Meskipun, mungkin, dia membiarkan atasannya itu dipanggil
‘Angie’, tapi, apapun yang terjadi, dia bisa memberi jawaban itu dengan cepat.
“Benarkah? Bagus. Kalau begitu, di misi ini kamu akan jadi Lina Shields.
Dan aku Angie Simon. OK?”
“Ya, saya mengerti.”
Mulai sekarang ia dipanggi Lina.
Jawaban Lina terasa tidak santai. Walaupun dia tidak terbata-bata, tapi
ada sedikit terlambat bicara akibat kegelisahannya.
“Lina, kau tidak perlu menahan diri kalau ingin bilang sesuatu.”
“Tidak, saya masih belum tahu detail tugas ini, terutama untuk peran
saya.”
Mizar sedikit ketawa kecil mendengar jawaban Lina.
“Itu memang benar. Dan kau terlalu keras kepala…. Oh, bukan, mungkin itu
terlalu kasar untukmu, Letnan Muda.”
“Tidak, tidak.”
Dari sudut pandang orang, Lina masih anak kecil. Lina paham betul hal
tersebut. Karena itu, bantahannya bukan pura-pura. Namun, dia juga kurang
berpengalaman untuk memberikan jawaban apapun selain bantahan itu. Sikap Lina
yang ‘kekanak-kanakan’, memunculkan senyuman lagi di wajah Mizar.
“Maaf. Betul kamu, lebih baik untuk kamu tahu detail tugas ini dulu. Kalau
begitu, bagaimana kalau kita mulai diskusi ini sekarang?”
Mizar menyerahkan Lina sebuah terminal berbentuk tablet, dan menjelaskan
kepada Lina detail-detail operasi ini, sambil melihat terminalnya.
Lina, yang sedang mendengarkan penjelasan sekaligus mempelajari informasi
yang ada di terminal itu, melihat ke atas saat Mizar selesai dan bertanya “Ada
pertanyaan?”
“Letnan. Di tugas ini, saya harus melakukan pengalih perhatian?”
“Kalau sederhananya, ya begitu. Lina, kau perlu mengalahkan semua penyihir
kriminal dan mata-mata musuh di area Boston, tidak peduli mereka target kita
atau bukan. Kalau kelompok mereka melakukan kesalahan, kita bisa menggunakannya
sebagai petunjuk, kita temukan dan hancurkan seluruh kelompok mereka. Walaupun nanti tidak seperti itu, menangkap
mata-mata itu sudah cukup. Dalam beberapa hal, bisa dibilang itu pengalih
perhatian yang berhati-hati.”
“Saya mengerti.”
“Dan juga ….. ya, ada satu hal yang perlu kuingatkan.”
Walaupun tatapan Mizar pada Lina tidak intens, Lina sekali menegakkan
badannya, duduk di kursi.
“Ini masalah internal negara, tapi operasi ini sama seperti misi
penyusupan. Kita harus menyembunyikan status militer kita.”
“Saya mengerti, Bu.”
“Oleh karena itu, mulai saat kita meninggalkan markas, aku bukan lagi
‘Letnan Dua Mizar’, tapi ‘Angie’. Dan kau bukan ‘Letnan Muda Shields’, tapi
‘Lina’. Dan kita bukan rekan kerja, tapi hanya teman beda usia yang bertemu
saat kita ke laboratorium penelitian. Ingat dan jangan lupakan itu.”
“Jadi begitu. Saya paham peran saya.”
“Baik. Jadi kita berangkat besok pagi.”
“Baik, Bu.”
Lina bangkit berdiri dan memberi hormat, jelas terlihat tegang. Mizar
sedang melihat gadis ini, sambil berpikir “Apa ini semua akan baik-baik saja?”.
◊ ◊ ◊
Berangkat dari Bandara Sky Harbour Phoenix, mereka mendarat di Bandara
Logan. Sesampainya di Boston, Lina dan Mizar naik taksi dari bandara ke
Institusi Studi Sihir Shawmut, terletak di pinggiran kota Boston yang disebut
West End.
Persona Lina, yang dibuatnya khusus untuk misi ini, adalah seorang
penyihir muda yang berkolaborasi dengan Institusi Studi Sihir Shawmut dalam
melakukan eksperimen sihir. Walaupun menggunakan seorang gadis dua belas tahun
sebagai bahan percobaan terlihat tak manusiawi, itu sudah jauh lebih normal
daripada membuat seorang gadis dua belas tahun sebagai tentara.
Walaupun itu hanyalah eksperimen yang dilakukan penyihir, kegiatan apapun
yang bisa disebut ‘eksperimen tubuh manusia’ dilarang di Amerika saat itu.
Pelarang itu sendiri, kegiatan tidak manusiawi yang menjadikan penyihir sebagai
kelinci percobaan hanya terjadi saat perang, dan hanya berlangsung selama 20
tahun dari 2040 sampai 2060. Bahkan di tahun 2030, kalau ketahuan ada
eksperimen yang menggunakan manusia, maka pelakunya akan dijatuhi hukuman
berat.
Akan jadi skandal besar jika kedapatan sebuah institusi penelitian besar
yang disubsidi pemerintah tersandung kasus pelanggaran. Agar tidak menimbulkan
kecurigaan, penelitiannya dilakukan sepenuhnya di tempat itu.
Institusi Studi Sihir Shawmut adalah salah satu institusi penelitan yang
seperti itu. Bagi mereka yang berkolaborasi dengan Institut Shawmut, nyawa
mereka tidak akan terancam (setidaknya begitu katanya). Mengenai rekomendasi
untuk tidak menggunakan anak kecil, semua orang di institusi ini juga
sependapat, namun, daripada mengirimkan mereka sebagai penyihir tempur di medan
depan, menggunakan mereka dalam eksperimen di laboratorium terlihat lebih
manusiawi.
Di usia Lina, seharusnya dia masih SMP. Tapi, mereka menggunakan kedoknya
sekarang agar mempunyai kebebasan untuk melakukan apapun tanpa adanya batas waktu.
Ditambah lagi, akan timbul masalah kalau Lina malah disamarkan jadi murid
sekolah biasa.
Dia punya kemampuan sihir, setara dengan kemampuan anggota-anggota Stars
Kelas Bintang 1, dan bahkan lebih hebat daripada mereka. Tapi dia masih
berpikir seperti anak dua belas tahun. Dia punya kecerdasan dan kemampuan
seperti itu selama latihannya sebagai Starlight, tapi kedewasaan bukanlah
sesuatu yang bisa didapat melalui latihan.
Bakat alami dan pengalaman. Kebijaksanaan dan kedewasaan adalah sesuatu
yang didapat dari pengalaman. Kedua hal tersebut tidak dimiliki Lina. Itulah
opini kebanyakan orang yang ada di markas Phoenix, termasuk Polaris.
Lina terlalu berbeda dari anak sekolah biasa. Lebih tepatnya, kata
‘berbeda’ tidak terlalu cocok untuk menggambarkannya. Dengan kemampuannya, dia
seorang diri bisa menghadapi ratusan sampai ribuan orang, bisa menghentikan
tank ataupun menjatuhkan pesawat. Dia ‘berbeda’ bahkan dari penyihir pada
umumnya, dan kemampuan sihirnya bisa dibilang fenomenal. Jika dibandingkan
dengan anak sekolah biasa, maka dia adalah ‘monster’.
Kekhawatiran atasan-atasan Lina bukan karena dia tidak bisa menyembunyikan
kemampuannya yang seperti ‘monster’. Kalau dia ceroboh, dia tidak akan bisa
lolos tes awal dan tidak akan bisa ikut latihan di markas.
Mereka khawatir kalau Lina akan terkejut melihat orang-orang biasa,
melihatnya, menyebutnya dirinya monster.
Pola pikirnya masih naif. Itulah yang menjadi satu-satunya masalah untuk
Lina menjadi anggota Stars.
Sekarang dia sepertinya masih butuh waktu untuk berpikir baik-baik dalam
menggunakan kekuatannya. Tapi kalau dia sekarang berteman dengan remaja
sebayanya, dan mereka menyadari keanehan Lina dan jadi takut, maka militer USNA
akan kehilangan kekuatan tempur yang cukup berharga. Untuk alasan itulah Lina
tidak dibiarkan ke sekolah biasa.
Dengan personanya, Lina memasuki gerbang menuju ke area Institusi Shawmut.
Berdasar pengalamannya yang sedikit, Lina menyimpulkan kalau dia perlu
menyapa orang-orang yang bertanggung jawab di institusi itu terlebih dahulu,
meskipun dia adalah seorang pindahan dan hanya akan berada di situ sementara.
Pertama-tama, dia berencana untuk pergi ke kantor direktur dahulu.
Tapi di ruangan yang dituntun Mizar kepadanya, hanya ada seorang perempuan
muda, lebih tepatnya, gadis muda.
Walau muda, tapi, tentu saja, dia lebih tua dari Lina. Tapi dia terlihat tidak
lebih tua dari anak SMA. Tentu saja, Lina paham kalau perkembangan otak tidak
ada hubungannya dengan usia. Tapi dia tidak menduga gadis semuda itu menjadi
penanggung jawab laboratorium itu.
“Abby, maaf mengganggu.”
“Angie, lama tidak bertemu.”
Untuk sesaat, Lina sempat mengira gadis yang dipanggil ‘Abby’ itu
laki-laki. Meski penampilannya yang seperti laki-laki, rambut merah pendek dan
kaos, celana, jas putih, tak diragukan lagi dia terlihat seperti perempuan
sebelum dia mulai berbicara. Tapi suaranya tidak serendah laki-laki. Suaranya
serak, tapi tetap feminin. Nada bicara dan ekspresi wajahnya memberikan kesan
laki-laki untuk seorang perempuan bernama Abby.
Apa kesan pertamanya kalau Abby itu perempuan salah, dan dia sebenarnya
hanyalah laki-laki yang cantik?
Bukan, Abby pasti nama perempuan….
“Lina, masuklah. Kenalkan.”
Lina, yang bingung dengan semua ini, hanya berdiri diam sambil kebingungan
saat sang atasan memanggilnya. Meskipun mereka menyembunyikan identitas mereka,
Mizar tetaplah atasannya. Lina berlari kecil mendekat dan berdiri di samping
Mizar.
“Ini Lina, yang akan membantumu kali ini.”
“Nama saya Lina Shields. Senang bertemu dengan Anda.”
“Dan ini Dr. Abigail Stuart. Kuingatkan dulu walaupun dia kelihatan
seperti laki-laki tampan, dia sebenarnya perempuan. Kau tidak boleh jatuh cinta
kepadanya, OK?”
“Senang bertemu denganmu, Lina. Kau bisa memanggilku Abby.”
Tersenyum kecut, seakan sudah terbiasa dengan candaan Mizar tentang
penampilannya, Stuart menjulurkan tangan kanannya.
Lina menekan keterkejutannya, dan, sekali lagi berkata “Senang bertemu
dengan Anda, doktor”, menjabat tangannya. Meski Lina sejak awal sudah
menduga-duga, tapi dia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya kalau gadis
yang terlihat seperti laki-laki itu punya gelar ‘doktor’.
Lina baru pertama kali datang ke Shawmut, tapi di rumahnya di West Coast,
Lina sering menjadi tamu di institusi studi sihir, jadi dia sudah tahu
bagaimana cara kerja mereka. Di tempat penelitian milik tentara, pasti ada
orang dengan gelar doktor. Walaupun terkadang ada beberapa orang bergelar
‘doktor’, dalam kasus tertentu, mereka yang dipanggil ‘doktor’ oleh militer
bukan hanya pemimpin tim.
Meskipun mereka berdua dekat (itu bisa dilihat dari Mizar yang menyebutnya
‘laki-laki tampan’), Mizar tetap memanggilnya ‘Dr. Stuart’, yang menunjukkan
seberapa besar dihormatinya Abby di institusi ini.
Tebakan Lina ini segera dikonfirmasi oleh perkataan Mizar.
“Lina, Abby adalah pemimpin di laboratorium SSBTPC ini. Di depan publik,
kau akan bekerja bersama Abby.”
“SSBTPC….?”
“Senjata Sihir Basis Tembakan Partikel Cahaya. Aku meniliti
implementasinya.”
Pertanyaan Lina dijawab Stuart sendiri.
“Lina, apa kau ahli dengan sihir? Aku sudah mendengar pemindahanmu, aku
senang kau mau membantu di penelitian ini.”
“Ya, saya senang sekali bisa membantu.”
Di posisi Lina, dia tidak bisa memberi jawaban lain. Dia hanya bisa
mengatakan itu, bahkan jika dia lebih tua atau lebih berpengalaman hasilnya
akan tetap sama. Tapi ketika Stuart menunjukkan senyuman tulusnya ketika
mendengar jawabannya, Lina merasa bersalah, “Mungkin aku salah ngomong”.
◊ ◊ ◊
Mulai
keesokan harinya, dua ‘pekerjaan’ Lina dimulai.
Di siang hari sampai jam dua dia menjadi subjek percobaan di laboratorium.
Tidaklah sulit baginya dibandingkan dengan latihannya sebagai Starlight, tapi
jumlah dan intensitas kerjanya mengejutkannya. Stuart berkata “Aku sudah
mendengar tentang tugasmu”, dan sejak hari pertama Lina terus bertanya-tanya
apa maksudnya itu.
Dan di sore harinya, mulai dari waktu normal bagi seorang gadis seusianya
jalan-jalan sampai matahari terbenam, ia mengitari kota Boston menggunakan
sepeda. Walaupun tujuan utamanya adalah untuk mengenali lingkungan sekitarnya,
ada juga tujuan lain: untuk secara diam-diam menemukan tempat persembunyian
‘musuh’.
Hukum melarang penggunaan sihir bebas di jalan. Hukum di Amerika ini sama
seperti di Jepang. Di Amerika, ada berbagai versi dari hukum ini. Tapi larangan
sihir bebas berlaku di semua wilayah Amerika. Di Boston, Massachusetts,
penggunaan sihir bebas dilarang oleh hukum, tidak peduli dilakukan sendirian
atau bersama orang lain.
Namun, di Massachusetts, jika hanya membuat rangkaian aktivasi, asalkan
tidak diaktifkan, masih bukanlah pelanggaran. Sihir Non-Sistematik, seperti
sihir yang mengeluarkan Psion, yang sulit sekali untuk disebut sihir, juga
masih bisa ditolerenasi. Tetapi, dulu, Sihir Non-Sistematik benar-benar diawasi
penggunaannya bahkan dalam suatu ritual.
Karena hukum itu, Lina yang sedang jalan-jalan di kota, menyebarkan Sihir
Non-Sistematik Psion lemah. Harapannya ia dapat menarik perhatian ‘musuh’.
Dan setelah matahari terbenam, (bisa dibilang)pertunjukan utamanya mulai.
“Lina, ada kasus pencopetan tiga blok dari posisimu. Pelakunya bukan
penyihir, tapi ada sebuah toko teknik sihir terkenal di dekatnya.”
“Baik.”
Mendengar suara dari sebuah van,
Lina memulai persiapan untuk pertunjukannya. Kali ini, orang yang berbicara
dengan Lina sebagai staf pendukung berkode nama ‘Driver’. Selain dia, ada juga beberapa pendukung dengan kode nama:
‘Brush’, ‘Spoon’, ‘Buffy’, ‘Brook’, ‘Long’, ‘Medium’, ‘Short’, ‘Wedge’.
Omong-omong masalah persiapan, dia sudah menyiapkan penyamaran dan perlengkapannya.
Dia hanya tinggal perlu memakai topeng di sekitar matanya.
Tidak perlu dikata lagi, menangkap pencopet bukanlah tugas Stars. Dan
bukan juga pekerjaan tentara.
Namun, TKPnya berada di area dekat banyak toko-toko sihir dan
pabrik-pabrik kecil. USNA dan Jerman memiliki teknologi teknik sihir yang
dipandang termutakhir di dunia; karena itu, bahkan ekspor barang sehari-hari
pun diawasi ketat. Peralatan teknik sihir adalah barang yang cocok bagi seorang
mata-mata.
Kalau Lina melakukan sesuatu yang mencolok, maka mungkin agen-agen yang
bersembunyi itu akan menyebarkan rumor tentangnya.
Sampai kemarin sore, mereka hanya mencari kejahatan yang dilakukan
penyihir. Tapi di area ini mereka tidak menemukan kasus itu (yang mana tidak
mengejutkan, mengingat sedikitnya jumlah penyihir), jadi mereka merubah rencana
mereka malam ini.
Lina memasang topeng yang tidak menyembunyikan wajahnya (dan rambut pirang
indahnya) dan melompat ke kegelapan langit malam.
Sebuah lanskap urban kuno berjejer sepanjang lampu jalan.
Boston adalah tempat terkenal di kalangan peneliti sihir, mungkin karena
jalanan yang terkesan kuno memberi kesan okultisme di imajinasi mereka.
Walaupun Lina belum pernah ke Boston sebelumnya, dia menganggap kalau cerita
itu hanya bohongan. Tapi setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, Lina
jadi paham tanpa perlu mencari bukti-bukti lain. Kota ini, tentunya, lebih
ramah terhadap sihir daripada Los Angeles yang panas dan Phoenix yang gersang.
Pikir Lina sesampainya di Boston.
Di malamnya, kesan itu makin kuat. Suasana seperti adanya mahluk-mahluk
dunia lain yang mengintai dari bayangan-bayangan bangunan bata. Saat itu, di
jalanan, sepertinya tidak aneh kalau melihat para penyihir sedang jalan-jalan.
Dan tidak aneh, bahkan kalau ada penyihir yang berlari di jalanan, seorang ‘mahou shoujo[1]’ dengan
kostum karakter anime Jepang.
Namun, walaupun baru beberapa menit lewat setelah matahari terbenam,
langit sudah gelap. Di jalanan ada beberapa pejalan kaki. Itulah kenapa Lina sedang
mencari pencopet itu.
(Memalukan sekali…..)
(Perintah atasan memang tidak bisa apa-apa, tapi pakaian seperti ini
terlalu memalukan….)
Kepala Lina sekarang dipenuhi pikiran itu.
Dia sedang mengenakan rok mini, dihiasi banyak hiasan, seperti anak kecil.
Ditambah lagi, walaupun dia memakai celana pendek di balik roknya, tapi tinggi
roknya sampai 10 cm di atas lututnya.
Kaos kaki gari setinggi lutut yang dikenakannya, juga memberi kesan anak
kecil. Sepatu hak pendek dengan tali kecil cantik untuk anak kecil.
Blus bahu terbuka yang pendek di atas perutnya.
Kedua tangannya memakai sarung tangan berpita.
Ada juga sebuah pita besar di kepalanya.
Itulah ‘kostum’ Lina. Walaupun dia memakai topeng, dia masih sangat malu.
Dan topeng itu hanya menutupi area sekitar matanya. Hidung dan mulutnya
tidak tersembunyi. Lina sangat khawatir apa ini memang akan membantu
penyamarannya. Kalau teman-temannya tahu dia jalan-jalan dengan pakaian seperti
itu, dia pasti tidak akan bisa keluar rumah selama beberapa saat. Setidaknya,
itulah yang Lina pikirkan.
(Ini perintah. Ini perintah atasan. Dan ini hanya sampai misi selesai!)
Apapun yang terjadi, dia hanya ingin tidak ada pejalan kaki yang
melihatnya saat itu. Untuk itu dia perlu segera menyelesaikan misi ini secepat
mungkin.
Lina tidak berencana untuk meninggalkan pekerjaan ini dan pergi begitu
saja, dan, dengan semangat juangnya yang besar, dia segera menuju ke TKP.
Walaupun itu disebut TKP, itu hanyalah kasus pencopetan. Hanya pencopet,
dan bukanlah kejahatan serius.
Bahkan saat USA berubah menjadi USNA, penduduk negara ini punya hak untuk
memiliki sejata api. Namun, untuk seorang penyihir kelas atas yang menjalani
latihan tempur, senjata api yang dijual publik tidak akan menjadi ancaman
(tentu saja, asalkan mereka tidak diserang sembunyi-sembunyi).
Pertahanan seorang penyihir kelas atas tidak bisa ditembus, tentu saja,
asal bukan peluru kekuatan sihir yang digunakan untuk melawan penyihir.
Pencopet itu, bersenjatakan pistol biasa yang bukan masalah bagi Lina.
“Berhenti!” teriak Lina, mendarat tepat di hadapan pencopet yang mencoba
untuk bersembunyi di balik motorboard
(skateboard elektrik), dan di saat yang sama mengeluarkan pelindung anti-objek
dengan tinggi pinggang ke atas.
Pencopet itu memukul pelindung itu, berguling ke belakang, dan terjatuh.
Roda-roda motorboard yang sudah
berjalan itu berdecit di jalan. Pejalan kaki yang ada di sekitar situ terkejut
melihat aksi itu, mengingatkan mereka adegan dari film komedi. Sebuah suara
terkejut terdengar dari alat komunikasi Lina yang dipasang di telinganya.
“Lina…. Kalau kau sudah membuat jarak diantara kalian, kau sudah harus
cepat melakukannya…..”
“Let…… Angie!? Tidak, sekarang…..”
Lina hampir memanggilnya ‘Letnan’, tapi segera merubahnya. Dia mencoba
untuk menjelaskan, tapi suaranya cukup keras hingga bisa didengar orang lain.
“Angie?”
“Apa itu nama anak bayi? Apa ini momen dimana seorang pahlawan muncul di
komik-komik?”
“Gadis itu bilang namanya Angie.”
“Bu-bukan!”
Lina secara refleks merespon pada kerumuman pejalan kaki. Faktanya, dia
ingin menyelesaikan kalimatnya dengan berkata “Aku bukan pahlawan komik!”. Tapi
dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena malu.
“Uh, bukan Angie?”
“Jadi siapa Angie?’
“Semuanya jadi kacau” Pikir Lina. Mizar berencana untuk menjalankan misi
rahasia ini dengan nama ‘Angie’. Walapun nama itu terlalu umum, nama itu pasti
akan mudah diingat siapapun.
“Aku Lina! Mahou Shoujo Lina!”
teriak Lina sambil menyerah untuk menjelaskan situasi.
Dia hampir pingsan karena malu. Tapi, Lina belum terlalu bisa improvisasi.
Hanya itu yang bisa dilakukannya, menggunakan kesan seorang ‘pahlawan komik’,
dan dia tidak tahu harus melakukan apa selanjutnya.
“Mahou Shoujo?”
“Apa itu semacam lelucon?”
Kerumunan orang-orang itu tidak sadar kalau hati gadis kecil itu bisa
hancur seketika karena malu.
Perkataan dan tatapan mereka, yang penasaran, menusuk Lina seperti anak
panah. Kalau membayangkan perasaannya saat ini, dia seperti seorang gadis
berkostum landak yang sedang menangis.
“Lina…. Apa yang kau katakan?”
Itu bukan ejekan, tapi itu suara Mizar yang seperti anak panah menusuk
Lina di dada.
“Gadis gila!”
Tapi segera setelahnya, sebuah suara penuh kebencian terdengar.
Teriakan itu menimbulkan ketakutan orang-orang dan memberi kesan jahat,
tapi sebaliknya, itu berguna untuk Lina.
“Sekarang kau terima balasannya!”
Lina berbalik badan, mencari sang pemilik suara. Di samping van yang terparkir di samping jalan
kecil, ada seorang pria paruh baya yang mengeluarkan pistol.
Sepertinya itu teman si pencopet. Motorboard
tidak terlalu punya kecepatan yang tinggi. Jadi sang pencopet yang terjatuh
tadi, tampaknya, berusaha melarikan diri naik van. Jadi orang yang menodong pistol pada Lina itu teman si
pencopet?
Dan bagi Lina dialah penyelamat yang menarik Lina dari rasa malunya. Tapi
dia tidak akan membiarkannya menembak begitu saja.
Orang itu tidak punya kemampuan memakai pistol sama sekali, jadi, ada
kemungkinan peluru itu akan nyasar mengenai warga sipil di sekitar situ,
daripada berlindung, Lina memilih untuk menyerang.
‘Spark’, yang mana bisa dibilang dasar sistem rilis, yang mana tereksekusi
dengan baik. Terjadi sebuah fenomena yang menyebar elektron-elektron, dari cara
penggunaannya, itu bisa menjadi sihir
yang berbahaya, tapi yang Lina gunakan hanya menyebar percikan kecil.
“….Setidaknya ini cukup” Pikir Lina
Tapi kenyataannya, sebuah percikan mengenai tangan kanan orang itu.
“Waaaaaaaa!”
Orang itu merintih kesakitan dan berteriak seperti orang gila. Tapi Lina
tidak punya waktu untuk melihatnya. Tapi dia segera menyelubungi pistol itu
dengan pelindung anti-objek.
Untungnya, tembakannya tidak membabi buta. Pelatuknya tidak elektrik, jadi
hal seperti itu tidak terjadi. Lina menghela napas lega tidak terjadi apa-apa.
Tapi ketika Lina melihat kembali pada orang yang terkena sihirnya… dia
melihat darah mengalir dari kepalanya.
Orang itu tergeletak di jalan dan kejang-kejang. Terkadang tubuhnya tidak
bergerak sesuai kemauannya, yang mana menunjukkan kalau tembakan plasma
elektrik tadi sepertinya menganggu fungsi saraf motorik tubuhnya.
Lina hampir panik, bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia sudah
siap untuk menarik pelatuk pistolnya, kalau diperintahkan (setidaknya dia sudah
bersiap-siap). Tapi hatinya tidak siap melihat seseorang meninggal karena
serangannya, yang mana dilakukannya secara sengaja.
Lina tidak merencanakan serangan itu. Kekuatannya sesuai dugaannya. Lina
berencana untuk melumpuhkan musuhnya, memberikan kejutan listrik yang sekuat
stopkontak.
Serangan itu lebih kuat daripada seharusnya karena dia lepas kendali
akibat ketidaksabaran untuk segera menyelesaikan segalanya. Kepalanya dipenuhi
dengan pikiran untuk segera meninggalkan tempat itu, akibatnya dia kelepasan.
“Lina, sisanya akan ditangani tim ‘Brush’.
Dan kau kembalilah ke ‘Driver’, dan
kembali ke sini.”
“B-Baik.”
Perintah Mizar, yang datang dari alat komunikasinya, membuat tubuh Lina
bergerak, di kondisi di mana dia sudah tidak bisa berpikir normal.
Mengikuti perintah itu, Lina meninggalkan lokasi. Kerumuman pejalan kaki
yang ada di tempat itu dengan kamera memotretnya yang melompat ke langit malam.
◊ ◊ ◊
Keesokan harinya. Saat sarapan, Lina hanya menundukkan kepalanya di meja.
“Lina, kau tidak makan?”
Lina bahkan tidak mengangkat kepalanya saat ditanyai Mizar. Dia tahu kalau
dia tidak seharusnya berlaku seperti ini pada seorang atasan, tapi dia terus
menundukkan kepalanya di meja.
“OK, kau. Biarkan dia sendiri, Angie. Kau paham perasaan Lina, kenapa dia
begitu?”
Mizar tersenyum kecut karena Stuart, yang tanpa alasan duduk bersama
mereka, membela Lina.
“Ya, aku sudah mematikan TVnya. Lina, apa kau baik-baik saja?”
Mendengar perkataan “sudah mematikan TVnya”, Lina mengangkat kepalanya.
Dia terus menundukkan kepalanya selama sarapan, karena insiden kemarin malam
masuk berita.
Dia dengan malu tidak mau melihat TV dan terlihat lega saat melihatnya
dimatikan. Tapi ekspresinya masih belum berubah. Bisa dibilang seakan-akan tak
bernyawa. Matanya, yang biasanya bersinar bagai safir, yang sebiru langit,
sekarang terlihat suram, seperti mata ikan mati.
“Lina, bersemangatlah. Kau berhasil menarik perhatian.”
“Benar. Memang sepertinya ada beberapa masalah, tapi bukannya itu bagus?”
Stuart, mengikuti Mizar, juga mencoba untuk menghibur Lina. Tapi bukan
Lina yang membalas perkataan itu, tapi Mizar.
“Tunggu, Abby. Bagaimana kau tahu tentang itu?”
Mizar menyipitkan matanya. Masalah (kematian seorang pencopet) kemarin
malam seharusnya tidak masuk TV atau koran. Namun, Stuart tidak gentar sedikit
pun.
“Saat ada berita tentang sihir, kita pasti tidak puas hanya dengan berita
dari TV atau koran, Angie.”
…Dengan kata lain, Stuart punya jaringan informasi, karenanya ia bisa tahu
lebih banyak dari yang diberitakan di TV.
Lina mendongak melihat langit terlihat putus asa. Lebih tepatnya, mereka
di dalam ruangan, jadi yang dia lihat hanya plafon. Baginya itu adalah
penghalang untuk melihat Dewa.
“Aku mengerti …….Yah, ini kotamu, jadi itu cukup masuk akal. Untuk
sekarang, aku percaya perkataanmu.”
“’Untuk sekarang’? Jahat sekali. Aku tidak berbohong.”
Lina tenggelam dalam lamunannya, dan dia tidak sadar ada sebuah sedikit
cekcok antara Mizar dan Stuart tentang mencari tahu niatan mereka
masing-masing. Namun, di usianya yang masih muda, dia mungkin tidak
menyadarinya, apapun yang terjadi.
“Di saat seperti ini, bukannya alasan seperti itu efektif?”
Topik pembicaraan itu makin memerburuk suasana hati Lina. Sepertinya dia
tidak peduli akan siapapun lagi.
Mungkin untuk menghentikan ketegangannya dan Mizar, Stuart memutuskan
untuk ‘menyiksa’ Lina.
“Aku tidak tahu mereka dari organisasi mana, tapi aku yakin kalau rumor
itu pasti menyebar di kalangan mata-mata musuh. ‘Penyihir apa dia itu?’, rumor
seperti itu.”
Lina kesulitan untuk tidak menundukkan kepalanya lagi di meja. Dia
berusaha untuk tetap tegak karena seorang atasa sudah mematikan TV untuknya.
Dia tidak bisa pura-pura tidak sadar akan kebaikan atasannya, kepadanya yang
pangkatnya lebih rendah.
“’Mahou Shoujo’…..? Itu istilah
di anime Jepang, ‘kan?”
“Industri itu memang punya banyak fans. Aku juga terkadang menontonnya.”
“O-TA-KU.”
“Bukan bukan. Hanya saja ada banyak hal kalau bicara tentang sihir.
Ditambah lagi, kau berbicara tentang Mahou
Shoujo, ada banyak macamnya, dari seorang tokoh dongeng sampai cyberpunk. Dan konsep Lina adalah ……..”
Stuart melihat ke arah Lina dan memasang wajah penasaran.
“Memangnya ada apa lagi konsepnya?” pikir Lina, tapi dia tidak
mengatakannya. Selama beberapa hari terakhir semuanya jadi jelas, tampaknya,
perempuan yang bernama Abigail Stuart ini adalah seorang peneliti penting di
militer USNA. Dan Lina tahu: apapun yang dikatakannya, tidak akan bisa
menghentikan perempuan itu.
“Mahou Shoujo Cantik, mungkin?”
“Apa tidak bisa cuma Mahou Shoujo?”
Lina menggangguk setuju saat dia mendengar perkataan Mizar. Lebih
tepatnya, dia tidak ingin membayangkannya, tapi kenyataannya ‘semua’nya
berakhir seperti ini.
Tapi protes seperti itu tidak ada gunanya terhadap Stuart.
“Tapi itu hanya akan menampilkan satu sisi saja dari Lina, bukan? Kau juga
perlu menambahkan ‘kecantikan’nya. Normalnya seperti itu.”
“’Normalnya’, kau bilang……” Mizar bergumam. Dan Lina, yang duduk di
sampingnya, berpikir kalau peneliti-otaku itu tidak akan mendengarkan apa yang
orang lain katakan kepadanya, ‘normalnya’ seperti itu.
Tentu saja, Stuart tidak mendengar pikiran Lina. Tapi meskipun dia
mendengarnya, rasanya agak tidak mungkin dia akan mendengarkannya.
“Um, tapi aku menyembunyikan wajahku dibalik topeng…..” Lina protes balik
sebisanya.
“Kecantikanmu tidak bisa disembunyikan di balik topeng kecil itu.”
“Kalau begitu ya sudah!”, Lina marah. Mengesampingkan kecantikan wajahnya,
Lina sendiri berpikir kalau dengan topeng yang hanya menutupi area sekitar
matanya, tidak akan cukup untuk menyembunyikan identitasnya.
“Mahou Shoujo Cantik Bertopeng,
Plasma Lina. Ya, itu nama yang cocok untuk seorang heroine.”
(Setidaknya jangan pakai ‘Plasma-Lina’)
Harap Lina dalam hati. Namun, kenyataan tidak semanis itu.
“Plasma-Lina kedengarannya bagus, bukan? Kesannya keren” komentar Mizar.
Harapan Lina hanya dibalas komentar seperti itu.
Selagi persona Lina sebagai ‘Mahou
Shoujo Cantik’, yang ternyata melebihi ekspektasi militer, tersebar, Lina
memutuskan untuk tidak beraktivitas di siang hari. Lina mempunyai sihir yang
dapat membuat orang tidak mengenali wajahnya, bahkan jika mereka pernah
melihatnya. Tapi dia (hari ini) tidak sedang ingin keluar.
Tapi Lina tidak datang ke Boston untuk liburan. Meski saat malam nanti
dia, sesuai rencana, akan ikut dalam misi menarik perhatian, siangnya dia harus
membantu di laboratorium. Faktanya, dia bisa saja tidak mau menjalankan
tugasnya di malam hari, tapi dia tidak berani melakukannya.
Dan Stuart juga sedang bekerja sendirian. Walaupun apa yang dilakukannya
bisa dibilang seperti orang dewasa, Abigail Stuart masih 17 tahun saat menjadi
doktor. Lina masih terlalu muda, maka dari itu kebanyakan rekan kerjanya pasti
lebih tua daripada dirinya.
Bagi Stuart, ketidakmampuan seorang jenius untuk memahami situasi orang
lain lebih signifikan dalam hal ini.
Dengan kata lain, Stuart tidak punya maksud jahat. Faktanya, dia tidak
melakukan apapun yang buruk kepada Lina. Ini hanya kolaborasi dengan Dr.
Abigail Stuart dalam pengembangan sihir baru.
“Lina, apa kau tahu sihir yang namanya ‘Muspelheim’?”
Hal pertama yang Lina dengan saat dia datang ke laboratorium Stuart siang
ini adalah pertanyaan itu.
“Ya, doktor. Aku bisa menggunakannya dalam sepuluh detik.”
Dia bukan hanya tahu tentang sihir itu. Lina, yang merupakan kandidat
terhebat Stars di Starlight, bisa menggunakan ‘Muspelheim’, sebuah sihir
tingkat lanjut. Walaupun durasi penggunaannya pendek, tapi dari segi kekuatan
dan skala sihirnya, bisa dibilang cukup untuk digunakan di pertarungan asli.
“Hebat sekali!”
Stuart tidak mengetahui itu, tapi dia tetap memuji Lina.
“Terima kasih.”
Lina tidak bisa menyembunyikan kebanggannya setalah dipuji Stuart. Itu
ialah hal yang normal untuk anak seusianya. Tapi ketika Stuart bergumam, “Itu
terlalu formal. Aku lebih suka kalau lebih terbuka”, hati Lina, yang
mengabaikan hal tersebut, bisa dibilang masih belum mengerti tentang hal
seperti itu.
“Kalau kau bisa menggunakan sihir itu, akan lebih mudah menjelaskannya.
Sihir baru yang sedang kukembangkan akan meningkatkan ‘Muspelheim’ menjadi
suatu sihir free-form militer.”
“Free form?”
Itu adalah istilah yang tak akrab di telinganya. Bisa dibilang, dia bukan
tidak tahu arti kata itu, tapi dia tidak pernah mendengarnya digunakan di konteks
seperti ini. Karena itu, Lina bertanya dengan mengulang kata itu, seperti
burung beo.
“Sihir dengan keakuratan, seperti ‘Muspelheim’, hanya bekerja pada area
tertentu. Atau bisa dibilang ‘efek sihirnya hanya terbatas di tempat
tertentu’.”
Nada bicara Stuart entah bagaimana perlahan berubah. Sepertinya, dia tipe
orang yang suka ‘mengajari’ orang lain.
“Free form adalah tipe sihir
yang efek perubahan fenomenanya tidak hanya terbatas di tempat itu saja. Efek
suatu sihir akan terdegenerasi setelah sihirnya berakhir, tapi ada beberapa
sihir yang efeknya akan menetap sebagai fenomena fisik yang tidak dipengaruhi
sihir. Kemudian, contohnya saja plasma energi tinggi, tidak mungkin kita bisa menahan
kekuatan sihir sebesar itu di sebuah ruang kecil, bukan?”
“Aku rasa…….. ya.”
“Namun, dengan adanya degenerasi, maka kekuatannya segera melemah. Hal
seperti itu tidak cocok menjadi senjata.”
“Maaf, doktor.”
Kali ini, Lina tidak menahan diri untuk bertanya apa yang ada di
pikirannya.
“Ada apa, Lina?”
“Doktor, kenapa doktor ingin melakukan penelitian sihir untuk menciptakan
sebuah senjata?”
Mungkin pertanyaan seperti itu tidak cocok untuk seorang tentara. Kalau
Mizar mendengarnya, maka dia pasti akan menegurnya. Namun, Mizar tidak ada di
sana.
“Maksudmu aku tidak berpikir untuk menjari jalan yang damai?”
Stuart tidak menyalahkan Lina.
“Ya, itu, bukan ……”
Menyadari maksud pertanyaan itu, Lina sadar kalau dia salah bicara dan
bingung bagaimana menjawabnya.
“Menurutku penggunaan sihir sebagai senjata tidaklah baik” jawab Stuart.
“Tapi kenyataannya kita memang membutuhkannya. Sihir sudah digunakan orang lain
sebagai senjata. Oleh karena itu, kita juga perlu tahu bagaimana cara membuat
sihir jadi sebuah kekuatan pembendung.”
“Kekuatan pembendung?”
“Sihir hanya bisa dilawan dengan sihir. Kalau kita bandingkan hanya dari
segi kekuatan, maka hanya nuklir dan senjata kimia yang bisa mengunggulinya.
Tapi perkembangan sihir untuk pertempuran, melebihi semua jenis senjata di
militer. Untuk menggunakan sihir, hanya butuh seorang penyihir, dan tidak
memerlukan transportasi besar.”
“Doktor, apa doktor mencoba mengembangkan sihir Kelas Strategis?”
Stuart tersenyum getir mendengar pertanyaan frontal Lina.
“Benar sekali, aku fokus mengembangkan itu. Namun, aku yakin kita tidak
perlu terus-terusan menyebutnya sihir Kelas Strategis.”
Tidak mengerti apa yang dimaksud Stuart, Lina hanya menundukkan kepalanya.
Dia tidak menanyakannya baik dengan kata-kata atau ekspresi wajah, tapi Stuart
sepertinya sudah mengetahuinya.
“Apa kau tahu definisi sihir Kelas Strategis?”
“Ya” jawab Lina sambil mengangguk merespon pertanyaan Stuart. Sebagai
kandidat Stars, dia memeroleh banyak pengetahuan tentang penggunaan sihir dalam
keperluan militer. “Itu sihir, yang hanya dengan sekali penggunaan mampu
menghancurkan sebuah kota dengan populasi 50.000 jiwa atau lebih, atau dapat
menghancurkan seluruh pasukan.”
“Benar.”
Stuart menjawab Lina dengan sikap seorang guru. Berdasarkan usia Stuart,
dia masih belum bisa menjadi guru, jadi mungkin sekarang dia hanya ingin terlihat
lebih dewasa.
“Tetapi, di pertarungan skala kecil, ada kemungkinan kalau kita tidak bisa
menggunakan sebuah serangan skala besar. Ada banyak kasus dimana sihir, yang
dapat mengumpulkan kekuatan besar pada suatu target terbatas dan kecil
digunakan untuk mengecilkan semangat musuh.”
Stuart berhenti dan melihat ekspresi Lina. Sayangnya, wajah Lina
menunjukkan kalau dia tidak terlalu paham apa maksud perkataannya.
“Em coba yang lain…. Contohnya, di Perang Rahasia Arktik, konflik dengan
Uni Soviet Baru di Selat Bering beberapa tahun lalu, kita tidak menggunakan
‘Leviathan’ sama sekali. Karena skala perang yang terlalu kecil, kita tidak ada
kesempatan untuk menggunakan sihir dengan skala sebesar itu.”
Sihir Kelas Strategis ‘Leviathan’, pada dasarnya, adalah sihir yang
ditujukan untuk berhadapan dengan armada. Tapi bukan berarti ini tidak bisa
digunakan di darat, contohnya, kota di dekat pantai. Kerusakan yang akan
terjadi, jelas-jelas, berskala besar.”
Di situasi seperti perang rahasia, kedua pihak, USNA dan Uni Soviet Baru
ingin untuk memertahankan skala perang mereka tetap kecil, maka dari itu
‘Leviathan’ tidak bisa digunakan.
“Dan doktor sedang mengembangkan sihir tempur kekuatan tinggi, tapi dengan
radius yang kecil?”
Sepertinya setelah mendapat penjelasan yang spesifik, Lina dapat mengerti
apa maksudnya.
“Tapi apa hanya dengan memiliki kekuatan pembendung bisa menjadi pencegah?
Menurutku masalah utama selama perang adalah banyaknya kerusakan yang terjadi.”
“Militer memandang kalau masalahnya adalah jumlah kerugian besar yang
dialami.”
Stuart tidak membantah perkataan Lina. Setidak begitu kelihatannya.
“Tapi semua tentara berpikir seperti itu, baik itu ancaman terhadap nyawa
mereka atau tidak.”
Lina bisa mengerti dengan baik apa maksud penjelasannya. Hal itu
benar-benar meyakinkan Lina.
“Kalau terjadi konflik antara kelompok penyihir kecil seperti di perang
rahasia, maka sihir, yang dapat menembus pertahanan musuh, akan mengecilkan
nyali musuh. Karena musuh takut kehilangan kekuatan tempur berharga mereka,
penyihir, maka mereka akan menghentikan pertarungan.”
“Pada akhirnya, sihir itu berfungsi sebagai pengganti sihir Kelas
Strategis?”
“Ya. Ikuti aku” kata Stuart, berjalan menuju ke sisi lain ruangan
laboratoriumnya.
Di dalam laboratorium itu, mereka mendekati sebuah pipa logam, yang dari
pandangan pertama terlihat seperti peluncur roket pasukan infanteri. Tapi
silindernya kosong, seakan-akan benda itu sudah kehabisan isiannya.
“Ini purwarupa dari senjata sihir Brionac yang sedang dalam pengembangan”
kata Stuart, mengangkat ‘peluncur roket’ itu dan menyerahkannya kepada Lina.
Lina lalu tanpa ragu menerima purwarupa itu. Silinder itu lebih ringan daripada
kelihatannya.
“Bagian belakang silinder itu berisi serbuk tembaga, yang dihaluskan
hingga seukuran nano. Serbuk tembaga itu dionisasi oleh Sihir Sistematik, dan
menghasilkan sebuah partikel baru. Bisa dibilang, itu adalah prinsip kerja
Brionac.
Stuart tersenyum provokatif kepada Lina.
“Untuk lebih jelasnya, daripada kukatakan, akan lebih cepat kalau kau gunakan
rangkaian aktivasi.”
“Baik. Untuk jaga-jaga, apa ada ruangan di sini yang aman untuk pengujian
tembakan partikel cahaya ini?”
Lina menerima tantangan dari Stuart bukan karena kenaifannya, tapi karena sifat
keras kepalanya.
“Tentu saja. Di sini.”
Tentunya, Stuart segera mengangguk senang melihat responnya.
Dia memandu Lina ke sebuah ruang eksperimen, dindingnya tahan panas dan
kuat menahan ledakan.
Hanya ada satu pintu masuk. Di dalamnya sudah ditempatkan target. Lina
sudah pernah melihat tempat seperti ini di Phoenix.
“Lina, apa kau bisa mendengarku?”
Stuart berada di ruang di sampingnya. Di antara kedua ruangan terdapat
sebuah jendela dua arah.
“Aku mendengarnya, doktor.”
Namun, kedua ruangan itu memiliki peredam suara, jadi mereka harus
berkomunikasi menggunakan perangkat nirkabel.
“Ruangan ini bisa tahan, bahkan jika kau menggunakan 100% kekuatan
purwarupa itu. Cobalah untuk membuat rangkaian aktivasinya sekarang.”
Lina mendadak ingin bertanya apa yang akan terjadi saat sang target
terkena tembakannya, tapi dia membiarkan pertanyaan itu tetap di kepalanya.
“Aku mengerti” jawab Lina, dan, untuk berjaga-jaga, mempersiapkan
purwarupa itu terlebih dahulu, dan mengarahkannya ke target.
Di depan jendela antara kedua ruangan itu diturunkan pelindung. Itu bisa
disebut ‘sekat’. Dilihat dari tindakan pencegahan itu, jelas ia tidak
memercayai kemampuan Lina, yang membuatnya kesal.
Tapi dia hanya menunjukkannya dari ekspresi wajahnya. Tidak ngomong
apa-apa, Lina berbalik menghadap ke target.
Di pegangannya tidak ada sesuatu seperti pelatuk. Dia sudah diberitahu
kalau rangkaian aktivasi itu akan secara otomatis muncul saat ia sudah
mengalirkan Psion ke dalamnya. Tepat seperti itulah yang Lina lakukan; dia
mengalirkan Psion-nya melalui gagang Brionac. Dengan sedikit keterlambatan,
purwarupa yang disebut ‘Brionac’ itu membentuk rangkaian aktivasinya.
“Apa…. Ini….? Sulit….. sekali…..”
Rangkaian aktivasinya benar-benar luar biasa, tapi yang isi rangkaian itu
benar-benar kompleks dan membingungkan.
Tapi, itu bukan berarti Lina tahu apa isi rangkaian aktivasi itu. Tapi itu
bukan hanya Lina saja, itu adalah hal yang umum bagi semua penyihir. Rangkaian
aktivasi, untuk membacanya dalam waktu yang pendek, bukanlah sesuatu yang bisa
dilakukan alam sadar manusia, tapi masih mungkin oleh alam bawah sadar.
Penyihir tidak membaca rangkaian aktivasi, biasanya mereka hanya akan
diteruskan menuju area kalkulasi sihir yang ada di alam bawah sadar. Apa yang
terjadi di area kalkulasi sihir disebut seperti black box seorang penyihir. Seorang penyihir hanya bisa menggunakan
hasil proses dari area kalkulasi sihir. Setelah membaca rangkaian aktivasi,
sang penyihir umumnya sudah bisa tahu efek seperti apa yang akan dihasilkan
rangkaian sihirnya, dan apa yang ada di area kalkulasi sihirnya saat dia
memproses rangkaian sihir tersebut.
Dan pemrosesan rangkaian aktivasi Brionac itu sangat sulit untuk Lina.
Di usia 12 tahun, dia sudah lebih hebat daripada kebanyakan penyihir
dewasa dalam hal kemampuan pemroses sihir. Buktinya adalah Stars menilai
kemampuan Lina ‘setara dengan Kelas Bintang 1’.
Dan Lina yang sehebat itu sampai mengalami kesulitan hanya dari ‘membaca’
rangkaian aktivasi. Sejauh ini dia masih bisa menahannya, skala spasial dan
temporal perubahan fenomena yang disebabkan sihir ini tidak sebesar itu. Semua
beban yang dirasakannya muncul karena banyaknya perubahan fenomena yang
dilakukan. Dia mencoba untuk membuat banyak rangkaian aktivasi sihir yang
memiliki efek sinergis, melawan hukuk alam, yang mana menjadi dasar alam
semesta. Itulah rangkaian yang sekarang sedang dibuatnya.
Apapun yang terjadi, sekarang dia sudah tahu gambaran besarnya: kenapa
sihir ini membutuhkan Brionac, dan apa yang ingin Stuart lakukan pada CAD
sekaligus senjata ini. Membuat semua kesimpulan itu, Lina mencoba menghancurkan
rangkaian sihir yang terlah terbentuk.
“Lina, tembakkan saja!”
Namun, hal itu terlintas di benaknya tepat saat perintah dari Stuart
terdengar dari alat komunikasinya.
Suaranya terdengar putus asa dan memohon. Lina secara refleks menghentikan
‘proses pembatalan rangkaian aktivasi sihirnya’.
Pembentukan rangkaian sihir berdasarkan rangkaian aktivasi sudah
terselesaikan. Di dalam rangkaian aktivasi ini, koordinat dan dimensi target,
kekuatan perubahan fenomena, dan juga durasi penggunaannya dari awal sampai
selesai sudah dimasukkan.
Dengan kata lain, sihir ini akan berhenti secara otomatis saat pembentukan
rangkaian aktivasinya selesai.
Sebuah medan sihir terbentuk, ada sebuah lapisan tipis yang menyelimuti
tubuh Lina. Itu adalah pelindung untuk sihir seperti ‘Muspelheim’ yang
berfungsi melindungi tubuh pengguna sihir dengan menggunakan sihir kekuatan
tinggi. Pelindung itu mampu menghalau gelombang elektromagnetik yang akan
menerjangnya.
Segera setelah munculnya pelindung itu, sebuah cahaya terang terbentuk di
ujung purwarupa itu.
Dan tepat saat itu juga sebuah plasma logam berat itu terlepas dari
silinder itu.
Itu jelas adalah tembakan plasma.
Tidak mampu menahan energi sebesar itu, ‘batang’ purwarupa itu meledak dan
terlempar ke segala arah. Pecahan-pecahan purwarupa itu terlempar dan menuju ke
Lina.
Diselimuti plasma di luar pelindungnya, dia segera melempar purwarupa itu
dan terjatuh. Itu terlihat seperti tindakan tak berguna kalau plasma itu
meledak, tapi itu adalah refleks seseorang yang tak bisa dikendalikan.
Sebuah suara pekak terdengar dari speaker alat komunikasi itu, yang mana
membuat Lina sampai tersungkur dan bermuka masam. Walaupun pelindungnya, yang
menghalau semua gelombang elektromagnetik yang ada, masih aktif, pelindung itu
tidak mampu menghalau gelombang radio yang terbentuk sehingga mengganggu alat
komunikasinya. Dan suara dari ledakan plasma itu juga terkirim alat komunikasi
itu.
“…….On, apa kau bisa mendengarku, Lina!?”
“…..Aku mendengarnya, doktor.”
Saat ledakan itu mengecil, koneksi mereka mulai terhubung lagi.
Terhubung kembali, hanya untuk berjaga-jaga, sambil terus mengaktifkan
pelindungnya, Lina bangkit. Sekat pelindung jendela itu juga perlahan terbuka,
menunjukkan isi ruangan sampingnya. Bahkan dari kejauhan, bisa terlihat
kelegaan di wajah Stuart.
“Lina, semuanya sudah selesai, kau bisa mematikan pelindung itu.”
“Baik.”
Lina menghentikan sihir pelindung gelombang elektromagnetiknya, dan
melihat mata Stuart.
“Maaf, doktor. Aku merusak purwarupa itu.”
“Aku juga harus minta maaf! Tapi berkatmu aku mendapat data yang berharga.
Untuk hari ini, mungkin, sampai sini saja.”
“Tapi? …..Baiklah.”
Walaupun dia bilang hari itu sudah selesai, tapi bukannya mereka baru saja
mulai? Sekarang masih bisa dibilang pagi. Tapi purwarupa itu rusak, maka Lina
hari ini, benar-benar, tidak bisa apa-apa. Sepertinya juga tidak ada purwarupa
cadangan.
“Kalau begitu, aku permisi dulu.” Lina mengatakan selamat tinggal dan
meninggalkan ruang eksperimen itu, tanpa melepas alat komunikasi dari
telinganya.
◊ ◊ ◊
Sampai matahari terbenam, Lina menghabiskan waktunya menyendiri di ruangan
yang disediakan untuknya di institusi itu. Tapi dia juga tidak bermain apa-apa,
tapi hanya belajar melalui terminalnya, yang diberikan kepadanya dari militer.
Bergabung bersama tentara bukan menjadi alasan untuk bisa menghindari
pendidikan wajibnya. Sebaliknya daripada datang ke sekolah, militer sudah
menyiapkan latihan-latihan yang setara dengan tingkatan kurikulum sekolah.
Saat sore hari, kepala Lina pusing akibat aljabar, dia senang sekali
mendengar sinyal panggilan untuk beroperasi.
……Namun, ekspresinya segera berubah kusam.
Saat itu juga ketika ia membuka lemari baju dan melihat ‘kostum
operasinya’, ekspresi Lina menjadi lebih putus asa dibanding saat ia
mengerjakan aljabar.
Sebiah miniskirt berdekorasi, yang tingginya 10 cm di atas lutut. Yang
biasa dipakai anak kecil. Kaos kaki bergaris, yang biasa dipakai anak kecil.
Sepatu hak pendek dengan tali yang seperti untuk anak bayi. Sebuah blus pendek
dengan bahu terbuka yang membuatmu bisa melihat perutnya. Sarung tangan
bermotif bunga. Pita besar sebagai ikat tambut. Sebuah topeng yang hanya
menutupi area matanya, dan membiarkan hidung dan mulutnya terlihat.
Lina terserang rasa malunya, karena sebentar lagi dia akan menjadi anak
remaja.
……Tapi itu tugasnya, tugasnya. Itu cara yang bagus.
Menguatkan dirinya dengan berpikir seperti itu, Lina menjulurkan tangannya
mengambil kostum Mahou Shoujo itu.
“Ini kostum tentara sihir. Ini kostum tentara sihir. Bukan Mahou Shoujo, tapi kostum tentara
sihir.” Dia mencoba untuk meyakinkan dirinya. Dia dengan usaha keras mencoba
menghilangkan kesan ‘cantik’nya menjadi ‘tentara sihir’, walaupun dia
mengatakannya dalam hati.
Walaupun waktu penyerangan mereka ditunda satu jam, ada lebih banyak
pejalan kaki di jalanan itu dibanding kemarin. Tidak seperti kemarin malam,
kebanyakan adalah laki-laki membawa kamera.
“Mereka memenuhi jalan…..”, komplain Lina, melihat keadaan. Dilihat dari
usianya, ini merupakan hal yang hebat baginya dapat menahan diri tidak
mengatakannya keras-keras. Namun, yang lain tidak akan mengerti kalau dia tidak
mengatakannya keras-keras.
“Lina, hari ini kau dapat perintah untuk pergi ke Selatan.”
Buffy, yang menyetir van hari
ini menggantikan yang kemarin, mengingatkan Lina seolah mengabaikan
perasaannya. Lina mengangguk, menerima perintah itu, tidak membantah, karena
Mizar sudah memberitahunya.
Van itu mulai jalan. Dia menyetir perlahan melewati jalan
Boston di malam hari dari ujung Barat ke ujung Selatan. Mereka tidak
terburu-buru, dan mereka tidak punya tujuan pasti. Tugasnya adalah untuk masuk
ke TKP dan menggunakan sihir. Pada saat itu, tidak ada kejahatan yang terjadi,
mereka hanya berputar-putar di kota.
Semoga tidak terjadi apa-apa. Dan misalkan terjadi sesuatu, semoga
semuanya bisa selesai dengan cepat.
Lina punya harapan yang bagus, tapi tujuannya juga tidak bisa dibilang
tulus. Tapi, sayangnya, harapannya tidak terwujud.
“Insiden pencurian. Lokasinya sekitar 300 meter ke utara dari posisimu sekarang.
Di toko perhiasan.”
“Polisi?”
“Mereka sudah datang ke TKP. Pelaku tidak berhasil melarikan diri, jadi
dia menyandera karyawan toko. Saat ini situasinya masih ada waktu.”
Lina mendengak melihat langit malam dan menghela napas berat. Kejahatan
lagi. Tapi dia mendengar kalau Boston, pusat pengembangan sihir USNA, punya
tingkat kriminal yang rendah.
“Apa dia punya senapan serbu?”
“Tidak, sepertinya.”
“….Kalau tidak ada senapan serbu, setidaknya pistol, atau mungkin karabin[2], semuanya
sama saja. Aku ke sana sekarang. Tolong buka sunroofnya.”
“Apa perlu berhenti dulu?”
“Tidak, malahan, tingkatkan kecepatan. Jadi akan lebih sulit mereka tahu
aku dari mana.”
“Baik.”
Buffy menekah tomboh, dan atap van
diatas Lina itu terbuka. Lina memakai topengnya dan melompat keluar mobil.
Dengan menggunakan penyamaran optiknya, dia mendarat di atap sebuah
bangunan yang berseberangan dengan TKP. Penyamarannya itu tidak membuatnya
benar-benar tak terlihat, tapi untuk malam hari yang agak gelap itu sudah
cukup.
“Sepertinya penyamaranmu bekerja dengan baik, asalkan kau tidak pergi ke
tempat terang.”
Lina, yang lega tidak ada yang melihatnya, secara tidak sadar bergumam
“Sial!”. Saat dia ingat bisa menggunakan sihir penyamaran lain.
“Kalau aku menggunakan ‘Parade’ selama operasi ini, maka tidak butuh
kostum.”
Walaupun dia sudah berkata seperti itu, kekesalannya tidak bisa hilang.
‘Parade’ adalah Sihir Non-Sistematik yang diwarisinya dari kakek dari ibunya
yang orang Jepang, lalu turun ke Lina. Sihir itu membuatnya dapat menulis ulang
Eidos penampilannya untuk menyamar jadi orang lain.
Dengan bantuan sihir hal seperti itu bisa dilakukan. Itulah Sihir Modern
saat ini. Di dalam legenda kuno, sihir dikatakan mampu merubah orang menjadi
kodok atau naga. Tapi jelas sihir-sihir kuno itu hanya menampilkan semacam
ilusi, memanipulasi cahaya, dan menimbulkan halusinasi, menganggu pikiran. Dan
untuk melakukan transformasi yang sebenarnya, mereka perlu merubah molekul
tubuh mereka. Mereka juga perlu melakukan transformasi materi dan massa
seseorang. Sementara hal seperti itu melebihi kemampuan sihir.
‘Parade’, yang dipelajari ibu Lina dari kakeknya, bukanlah sihir yang
merubah wujud penggunanya. Sihiritu hanya merubah penampilan luar mereka.
Ilusi yang diciptakan dengan memanipulasi cahaya tampak, gambaran termal
dari sinar inframerah, dan ilusi dari Sihir Tipe Berat. Dengan bersembunyi di
balik ilusi itu, dengan bantuan Sihir Non-Sistematik, seorang penyihir bisa
menipu orang lain yang membaca Eidos mereka.
Dengan menggabungkan beberapa sihir-sihir lain, sihir penyamaran itu
menjadi sempurna, yang bahkan tidak bisa disadari oleh orang lain kapan sihir
itu digunakan. Itulah ‘Parade’ miliki Keluarga Kudou.
Tapi, sayangnya, dengan kemampuan Lina saat itu, dia hanya bisa
menggunakan Parade selama lima menit. Setelah lima menit, penyamaran itu akan
menghilang. Sihir seperti itu tidak bisa digunakannya untuk bertugas.
“Setelah misi ini selesai, aku perlu benar-benar berlatih ‘Parade’ dengan
serius.”
Lina tidak terlalu menganggap penting sihir itu karena mengira kalau itu
tidak berguna di pertempuran. Tapi faktanya, walau tidak memiliki kekuatan,
sihir itu tetap berguna. Dengan sihir itu, setidaknya, kau bisa melindungi diri
(dan harga diri) sendiri.
Menguatkan tekad di hatinya, tidak memerhatikan apa yang terjadi di depan
matanya, Lina melompat menuju toko yang dikelilingi oleh mobil-mobil patroli.
◊ ◊ ◊
Keesokan harinya, kegiatan hariannya dihentikan. Mizar pergi mencari
informasi sendirian, tapi Lina tetap di institusi berjaga-jaga.
Dengan tidak adanya Mizar, tidak ada yang bisa diajak ngomong tentang
tugasnya.
Lina sangat lega kalau aktivitasnya kemarin malam tidak disadari siapapun.
Musuh kemarin bersenjatakan pistol otomatis, dan tidak ada orang bodoh
dengan kamera di TKP itu. Tapi sebaliknya karena tidak ada mereka, ada beberapa
reporter itu tempat itu.
Sosok Lina, yang melompat dari atap bangunan seberang ke toko itu,
tertangkap kamera.
Karena dia berhasil menggunakan ‘Parade’ dan merubah bentuk hidung, dagu,
dan bahkan fisiknya untuk sesaat sebelum tertangkap kamera, dia tidak takut
sama sekali kalau foto itu tersebar. Namun, dia tidak tahan mendengar judul
artikel ‘Mahou Shoujo Cantik Plasma
Lina meghajar pencuri’.
Dan semua surat kabar terlihat sama, mengusung berita ‘Mahou Shoujo Cantik Plasma Lina’. Karena
malu, Lina ingin pergi jauh, jauh sekali.
Kenyataannya, dia tidak bisa melakukannya, tidak bisa meninggalkan
tugasnya. Dia tidak bisa melakukan hal itu karena sikapnya, dan bukan karena
tidak bisa. Baginya, seorang gadis yang jujur dan baik tidak boleh meninggalkan
pekerjaanmu.
Untuk melupakan semua hal itu, dia membuka textbooknya (jelas maksudnya bukan buku cetak), tapi, sayangnya,
ada hal tidak penting yang tidak pergi dari kepalanya.
Ini sudah lewat siang hari, saat Lina, yang menghabiskan waktunya tidak
seperti yang diinginkannya, diapnggil.
“Doktor.”
“Hai, Lina. Terima kasih sudah datang.”
Kalimat ‘Terima kasih sudah datang’ terdengar aneh karena mereka berada di
gedung yang sama, tapi Lina bukan orang yang akan mengatakan hal seperti itu
dan merusak suasana.
Selain itu, dia penasaran bagaimana ruang eksperimen itu sekarang. Tapi
Lina dibawa ke ruangan lain, tapi bukan yang kemerin. Dinding ruangan itu sama
memiliki ketahanan terhadap panas dan tahan ledakan, tapi di ujung ruangan itu
tidak ada target, melainkan sebuah meja satu kaki di tengah ruangan.
Lina melihar dari ruangan di sampingnya melalui jendela yang ada.
(Tapi dengan ini, kita tidak bisa melakukan percobaan dengan purwarupa
‘Brionac’, bukan?)
Lina berpikir keras.
“Kenyataannya, peningkatan Brionac masih belum selesai.”
Keraguan Lina terlihat di wajahnya. Stuart sendiri mulai menjelaskan
bahkan sebelum Lina bertanya.
“Kemarin aku bilang kalau Brionac dibuat berdasarkan ‘Muspelheim’, tapi lebih
tepatnya purwarupa itu dibuat untuk membuat sihir baru berdasar ‘Muspelheim’.”
“Membuat sihir baru? Jadi, ‘sihir original’ itu masih belum sempurna?”
Lina tidak waktu menanyakan hal itu, karena Stuart sekali lagi menjawabnya
sebelum dia mengatakannya.
“Kalau sihir ini sempurna, maka rencananya akan disebut ‘Metal Burst’,
tapi sayangnya, tidak ada penyihir yang bisa menggunakannya. Lalu, Brionac
kemarin seharusnya sudah membatasi dan menekan kompleksitasnya.”
“…..Apa maksud doktor walaupun rangkaian sihir itu sempurna, karena
kekuatan sihir yang dibutuhkan terlalu besar, jadi tidak ada yang bisa
menggunakan?”
“Aku yakin itu sudah sempurna.”
Lina tidak kagum, tapi sejujurnya dia mengagumi kepercayaan diri Stuart.
Lina sendiri tidak yakin apakah sebuah sihir yang tidak bisa digunakan bisa
disebut sempurna. Mustahil untuk menciptakan ulang semua fungsi sihir di
simulasi.
Kau membuat rangkaian aktivasi yang akan membuat rangkaian sihir yang
secara teori bisa digunakan. Namun, sejauh ini dari pengalaman, kenyataan
seperti itu. Karena itu, bisa dibilang ‘kalau sihir tidak bisa digunakan, maka
kemampuan penyihirnya kurang’.
Kalau Lina lebih dewasa, dia pasti akan menganggap kepercayaan diri itu
‘menjijikkan’. Tapi dia masih di usia di mana ia dengan lugu menerima perkataan
peneliti itu. Oleh karenanya, mudah sekali baginya untuk menerima penjelasan
itu.
“Lina, kau mungkin bisa menggunakan Metal Burst.”
“Aku?”
“Kalau kamu bisa menggunakannya tembakan plasma itu dengan kekuatan yang
melebihi batasan purwarupa itu, maka kau bisa menggunakan ‘Metal Burst’. Tidak,
kau pasti bisa!”
“…..Akan kucoba sebisaku.”
Lina, yang melihat sedikit kegilaan di mata yang tertuju padanya, hanya
bisa menerimanya.
CAD di tangannya adalah tipe khusus, dengan bentuk karabin dengan laras
pendek. Lina biasanya menggunakan CAD biasa, tapi dia bisa dengan mudah
menggunakan tipe khusus itu. Brionac kemarin juga merupakan CAD tipe khusus,
CAD sekaligus senjata.
Lina menaruh pandangannya pada sebuah barel stainless yang ditempatkan di meja di ruangan samping. Sebuah kain
penutup turun di jendela itu, menutup ruang pengamatan itu dari pandangan mata,
tapi fitur bantuan CAD itu membantunya mengingat lokasi barel itu.
“Mulai.” Stuart memberi sinyal kepada Lina, sambil duduk di meja di
belakang Lina.
“Baik.” Jawab Lina dan menarik pelatuk CADnya.
Rangkaian aktivasinya seketika masuk ke area kalkulasi sihir Lina.
Itu adalah sebuah rangkaian sihir besar yang ukurannya tak bisa diterima
akal sehat. Isi rangkaian aktivasi itulebih banyak daripada Brionac kemarin.
Lina merasakan perbedaannya dengan jelas.
Kekuatan gangguan yang dibutuhkan sangat besar. Butuh kekuatan gangguan
yang benar-benar berbeda. Meski kelihatannya masih memungkinkan untuk membuat
rangkaian sihir dan ‘menembak’ target, kenyataannya sulit sekali untuk
melakukan perubahan fenomena yang diinginkan rangkaian sihir ini.
Saat dia berpikir seperti itu, sebuah pembentukan rangkaian sihir sedang
terjadi di alam bawah sadarnya.
CAD tipe khusus itu punya fungsi bantuan. CAD itu membantu menentukan
koordinat rangkaian aktivasi yang diaktifkan. Di penggunaannya, skala,
kekuatan, dan durasi sihirnya juga ditentukan. Pengguna hanya perlu membantu
proses pengaktifan sihir.
Rangkaian sihir itu dilepaskan ke target, dan Lina dengan setengah sadar
memberikan kekuatan gangguan yang cukup untuk menggunakan sihir itu.
Barel di meja di ruangan sampingnya hancur. Barel itu berubah menjadi
plasma, awal tak berbentuk, menyebar bercahaya.
Sengatan listrik kecil di udara membentuk sebuah lingkaran horizontal di
sekitar bekas objek itu.
Berhasil menggunakan sihir itu, Lina sadar kalau plasma itu terbentuk dari
elektron yang diekstrak keluar dari stainless
steel.
Di atas meja itu ada semacam gas atom-atom besi, krom, dan nikel.
Logam-logam berat yang menyusun stainless
steel berada dalam wujud plasma
berisi kation[3].
Mereka tidak dihamburkan oleh tolakan listrik karena mereka disatukan oleh
sihir Lina.
Tapi semuanya tidak berakhir sampai situ. Sesaat setelahnya, plasma dari
nukleus logam-logam berat itu terkompresi atas bawah, membentuk sebuah
piringan.
Di saat yang sama, listrik-listrik kecil di lingkaran horizontal berhenti.
Plasma, yang memiliki proton-proton di dalamnya, dengan kecepatan tinggi,
terbang di lingkaran elektron yang mengitarinya.
Menyebar ke segala arah horizontal, plasma itu mengulangi proses ionisasi
dan rekombinasinya, membentuk sebuah gelombang kejut temperatur tinggi.
Dinding, lantai, dan plafon ruang eksperimen itu, terbuat dari campuran
besi tahan ledakan, membendung gelombang kejut dari plasma itu. Lina secara
refleks mengeluarkan pelindung anti-objek pada dirinya dari Stuart.
Getaran di dinding ruangan itu segera berhenti. Memastikan sudah tidak
berbahaya, Stuart menaikkan kain penutup jendela itu. Ruang eksperimen itu
sekarang berada dalam keadaan buruk. Kaki meja yang melekat pada lantai
bengkok, dan permukaannya , yang dibuat dari besi tahan panas, sedikit meleleh.
Permukaan dinding yang terkena serangan langsung sedikit terbakar.
“Itu kekuatan yang….. cukup besar. Menakjubkan! Kerja bagus, Lina!”
Stuart melompat dari kursinya. Tidak mampu menahan emosinya, dan
menggenggam tangan Lina dan menyalaminya ke atas-bawah.
“Um, doktor?”
“Dengan kekuatan seperti ini, ‘Metal Burst’ bukan lagi mainan. Nama
seperti itu tidak cocok menggambarkan kekuatan penuh sihir ini. Benar, ‘Heavy
Metal Burst’. Aku akan menyebut sihir ini ‘Heavy Metal Burst’!” Stuart teriak
dengan kegirangan, tidak memerdulikan Lina yang sedang bingung melihatnya.
◊ ◊ ◊
Saat Mizar kembali, tiga jam sudah berlalu sejak suksesnya percobaan
‘Heavy Metal Burst’. Namun, kegirangan Stuart masih belum hilang sama sekali.
“Lina, apa sesuatu terjadi pada Abby?”
Suara Mizar saat bertanya pada Lina tidak terdengar sedang bercanda. Dia
benar-benar mengkhawatirkan temannya itu.
“Tidak, bagaimana menjelaskannya…….?”
“Tidak ada apa-apa. Angie.”
Tidak tahu bagaimana harus menjawab, Lina memotong Angie yang masih
kegirangan. Lebih tepatnya, bisa dibilang Lina membantunya. Setidaknya Stuart
merasa seperti itu.
“Omong-omong, kau lebih cepat dari yang kuduga. Apa kau kembali ke sini
karena tidak mendapatkan apa-apa?”
Cara bicara Stuart cukup kasar, tapi Mizar tidak memermasalahkannya,
mengingat Stuart yang saat itu seperti itu/
“Sebenarnya.”
Mizar memutuskan untuk tidak buang-buang waktu mengatakannya, dan mulai
menjelaskan tugasnya.
“Mereka bekerja lebih cepat dari yang kita duga. Mata-mata itu akan
melarikan diri dari Boston Selatan menaiki kapal kecil malam ini. Sepertinya
mereka bekerja untuk Uni Soviet Baru.”
“Hmm.”
Stuart kembali memasang ekspresi seriusnya. Sepertinya dia merasa kalau
ini bukan waktunya untuk bercanda.
“Itu terlalu cepat. Lagipula, Plasma Lina baru muncul dua kali.”
Lina terdiam dan pipinya memerah di saat yang sama. Tapi, sayangnya, baik
Stuart ataupun Mizar tidak menyadarinya.
“Sepertinya dampak munculnya tentara sihir bertopeng misterius lebih besar
dari yang diduga.”
Mendengar perkataan Mizar, Lina bergumam dengan ekspresi kaget:
“Misterius…..”
“Aku juga akan melakukan hal yang sama kalau aku mereka.”
Mizar mengabaikan gumaman Lina.
“Saat ada orang dengan penampilan semencolok itu bertarung menggunakan
sihir, terlihat seperti suatu demonstrasi kekuatan. Dan kita tidak ragu-ragu
menggunakan sihir. Aku penasaran apa mereka tahu kalau itu sebenarnya kostum
untuk investigasi ilegal?”
“Memangnya mereka sendiri tidak ilegal?”
“Aku tidak membantahnya seratus persen.”
Lina menunjukkan wajah terkejut. Dia tidak mendengar kalau kostumnya punya
tujuan seperti itu. Tapi sebelum dia bia bertanya, pembicaraan Stuart dan Mizar
sudah berlanjut.
“Dan apa yang akan kau lakukan? Maksudku, malam ini semua mata-mata
melarikan diri, bukan? Kalau kau membuat salah mengambil keputusan, maka
masalah ini tidak akan selesai dengan baik.”
“Kemungkinan gagal memang ada, tapi kita tidak bisa membiarkan mereka
pergi begitu saja.”
“Jadi kau akan bergerak?”
“Kita bawa mereka ke laut.”
“Sudah ada tim yang disiapkan. Bagaimana cara kita melakukannya, rahasia.”
“Rahasia militer?”
Mizar melihat Stewart dengan ekspresi wajah seakan berkata “tentu saja”.
“Angie. Em, Letnan.”
Lina, yang menunggu kesempatan untuk menyela, melakukannya saat mereka
berdua akhirnya diam dan hanya saling bertatapan.
“Apa aku juga ikut dalam operasi penangkapan nanti?”
“Lina, aku mengerti perasaanmu, tapi hanya anggota tim dengan pengalaman
menjalankan misi penyergapan yang akan ikut menyerang kapal itu. Sayangnya, kau
tidak bisa ikut.”
“……Saya mengerti.”
Tapi respon Mizar mengecewakan Lina.
“Katakan padaku. Apa yang akan kau lakukan pada kapal mereka setelah
menangkap semua mata-mata itu?”
Stuart mengabaikan Lina dan bertanya pada Mizar.
Mizar juga berpikir daripada menghibur Lina, akan lebih baik untuk
membiarkannya berpikir sendiri jadi dia akan mengerti. Dia kembali ke Stuart.
“Diledakkan.”
“Jadi nanti penumpang dan kru kapalnya akan dilaporkan hilang?
“Ya.”
Kalau kau meledakkan kapal di pelabuhan Boston atau di teluk
Massachusetts, itu akan membuat kerusakan pada ekositem laut Boston. Namun,
militer lebih mengutamakan kerahasiaan.
“Kalau begitu, apa aku bisa menggunakan kapal ini sebagai eksperimen?”
Tawaran Stuart juga tidak memertimbangkan kemungkinan kerusakan pada orang
lain.
“Eksperimen? Dengan sihir baru?”
“Berkat Lina, ‘Heavy Metal Burst’ akhirnya sempurna. Kalau percobaan dalam
kondisi pertempuran normal berhasil, maka Stars akan memiliki sebuah sihir
Kelas Taktis baru.”
Mizar sedikit menyipitkan matanya.
“Akan kusampaikan permintaan itu ke markas pusat.”
Mizar menjawab Stuart, tanpa terlalu berpikir panjang. Mendengar tentang
sihir Kelas Taktis, ini bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja.
◊ ◊ ◊
21:00. Kebanyakan kapal bekerja
menggunakan panel surya, jadi mereka akan pergi meninggalkan pelabuhan saat
pagi hari. Dan saat ini hanya ada kapal yang mendatangi pelabuhan.
Dan sebagai pengecualian, sebuah kapal kecil pergi meninggalkan pelabuhan.
Itu sepertinya ide buruk, karena itu tindakan yang aneh dan mencurigakan,
namun, sepertinya mereka sudah melakukan evakuasi terlebih dahulu. Sambil
memikirkan itu, Lina sedang menunggu untuk kapal kecil ini muncul di depan
matanya.
Dia berdiri di dek sebuah yacht
kecil yang berlayar di pantai timur Pulau Deer, Winthrop bagian selatan,
pinggiran Boston. Dia sedang tidak memakai kostum ‘Mahou Shoujo’nya, melainkan sebuah sweter dan celana pendek warna
gelap. Mata cerahnya tersembunyi di balik kacamata hitam tidak tembus pandang,
dan rambut pirangnya disebunyikan di dalam topi.
“Lina, apa kau siap?”
Dari alat komunikasi yang dipasang di telinganya, terdengar suara Stuart.
Dia juga ada di yacht yang sama, tapi
saat ini dia sedang melihatnya dari kabin kapal.
“Siap kapan saja.”
Jawab Lina, sambil memegang CAD tipe khusus berbentuk senapan karabin. Itu
adalah CAD, yang mampu membentuk rangkaian aktivasi ‘Heavy Metal Burst’.
Saat Mizar meminta izin untuk meledakkan kapal menggunakan sihir, markas
pusat memberikannya lampu hijau. Saat Mizar meminta izin, respon mereka bukan
hanya positif, tapi mereka dengan agresif menyetujuan izinnya.
Mereka memang benar-benar tergesa-gesa untuk mengembalikan kekuatan mereka
setelah perang rahasia. Berada di Kelas Bintang 2, Mizar tidak tahu apa yang
sebenarnya dipikirkan atasannya, para penyihir Kelas Bintang 1. Namun, dia bisa
dengan mudah menebak situasi di sana berdasarkan fakta kalau ada enam posisi
kosong.
Lina dipilih untuk misi karena kekuatan sihirnya setara dengan penyihir
Kelas Bintang 1. Bergantung pada kekuatan sihir baru, mereka bahkan mungkin
ingin segera menerima Lina sebagai anggota reguler Stars secepat mungkin. Itu
kesimpulan Mizar.
Benar atau salah, Mizar hanya bisa menjalankan perintah markas pusat.
Faktanya, dia tidak ingin membawa gadis muda seperti Lina ke medan pertempuran,
tapi Mizar hanya bisa menekan perasaannya. Dia memberitahu Lina dan Stuart
kalau mereka diizinkan, mempersiapkan kapal terpisah untuk mereka, dan memberitahu
mereka untuk datang ke koordinat penyerangan.
Dan sekarang Lina dan Stuart sedang menunggu di laut.
Kapal, yang digunakan untuk melarikan diri, diputuskan untuk
ditenggelamkan di laut di antara Pulau Deer dan Pulau Calf, di laut yang
disebut Kanal Boston Selatan. Tapi saat itu, sudah tidak akan ada orang lagi di
dalam kapal, jadi kapal itu sudah kosong.
“Kapal ditemukan. Mengirimkan datanya kepadamu.”
“Terima kasih.”
Data kapal yang digunakan oleh mata-mata itu cukup detail, mulai dari
bentu dan ukuran, sampai informasi tentang suara mesin kapalnya. Mizar, yang
mempersiapkan kapal yang Lina naiki sekarang, mengirimkan data ke komputer
kapal itu terlebih dahulu.
(Perkejaan yang luar biasa)
Pikir Lina. Ini pertama kalinya ia menjalani sebuah misi serius. Oleh
karenanya, dia tidak pernah menduga kalau Stars akan bekerja sehati-hati ini,
atau ini semua inisiatif Mizar sendiri.
“Dan, pekerjaan Angie, seperti biasa, sempurna. Seperti yang diharapkan
dari murid departemen inteligen.”
Kata Stuart, meskipun Lina tidak mengatakannya keras-keras. Tapi perkataan
itu tidak ditujukan untuk Lina. Dia hanya berbicara sendiri.
“Oh….”
Buktinya, ada suara yang terdengar dari speaker, berisi kewaspadaan akan
kesalahannya.
Alat komunikasi itu tidak bersuara. Entah perkataan itu bukan ditujukan
untuk Lina atau Stuart tidak akan menjelaskannya kepada Lina.
Lina juga memutuskan untuk tidak menyentuh masalah itu. Pura-pura tidak
dengar, itu adalah sikap orang dewasa, tapi sekarang ada hal yang perlu ia
perhatikan.
Lina mengirimkan CAD bantuan ke kapal musuh. CAD tipe khusus punya fungsi
yang dapat membantu pembidikan. Hanya dengan membidik barel itu, kau bisa
menemukan koordinat yang pas dari target melalui dimensi informasi. Dan saat
koordinat sudah diketahui, kau suda bisa membaca informasi tentang apa yang ada
di dalam dan di sekitar objek.
Lina mendengar kalau ada penyihir di dunia yang punya ‘kemampuan tak
biasa’ yang disebut ‘Elemental Sight’, yang membuat seseorang dapat membaca
informasi yang terekam di dalam Eidos. Tapi Lina sendiri tidak bisa mengetahui
apa ada ‘sesuatu’ di dalam kapal itu. Bahkan dengan bantuan CAD, dia hanya bisa
membaca keberadaan objek yang terlihat.
Tapi itu juga berarti, dengan menggunakan CAD khusus, Lina dapat
mengetahui keberadaan sebuah objek yang jauh jaraknya. Dia tidak tahu apa yang
disembunyikan di dalam kapal itu, namun, tidak seperti teleskop, dengan arah
CAD yang benar dia bisa melakukan sihir itu dengan baik.
Dan saat ini, dengan CAD khusus-nya, Lina mengenali sosok-sosok orang yang
mencoba menaiki kapal kecil itu di kegelapan.
“Sepertinya Letnan dan krunya sudah mulai menyergap kapal musuh.”
“Kau sudah mengetahuinya….. aku saja belum mendapat informasi itu. Seperti
yang diharapkan dari kandidat terbaik Stars.”
Kali ini, juga, Lina mengabaikan komentar Stuart.
Ditambah lagi, dia juga tidak bisa menjawab apapun, karena dia sendiri
tidak tahu seberapa besar kemungkinannya lolos menjadi anggora reguler Stars.
“Em? Ya, informasinya sudah masuk sekarang. Mereka tidak menemukan banyak
kesulitan. Mungkin itu strategi mereka untuk menggunakan tuntutan salah tangkap
nanti di pengadilan? Apa mereka ingin menarik perhatian media?”
“Mereka tidak akan punya kesempatan untuk itu.”
Lina menjawab hanya untuk meneruskan perbincangannya dengan Stuart, yang
mendadak jadi banyak bicara.
“Benar. Angie…. Stars tidak bodoh. Lagipula, ini bukan penahanan, ini
kasus hilangnya kapal akibat ledakan misterius. Tidak akan ada orang yang bisa
komplain.
Seolah-olah puas dengan jawabannya, Stuart diam sesaat. Dia berbicara lagi
segera setelah Lina memastikan tidak ada orang yang tersisa di dalam kapal,
baik penumpang maupun kru.
“Operasi Angie sudah selesai. Selanjutnya tugasmu.”
“Baik.”
“Kira-kira….. dalam lima menit target akan memasuki area tembak. Akan
kuberitahu kapan waktu menyerangnya.”
“Aku mengerti.”
Kapal, yang dinaiki Lina, juga berlayar dari pantai ke laut lepas. Bukan
karena sihirnya tidak sampai, tapi agar tidak meninggalkan jejak sihir di
daratan.
Gelombang laut tidak terlalu kuat. Berdiri diam di dek yang sedikit
berguncang, Lina memegang CAD di tangannya menunggu sinyal dari Stuart.
“…….Lina, target sudah mencapai posisi.”
Tepat lima menit setelahnya, Stuart memberikan sinyalnya.
“Baik.”
Lina memegang CAD itu dengan posisi menembak.
“Tidak ada kejanggalan pada CAD.”
Dia memastikan tidak adanya masalah pada CAD, bukan hanya dari data yang
muncul di layar kacamatanya, tapi juga dari sensasi saat memasukkan Psion ke
dalamnya.
“Baca rangkaian aktivasi.”
“Membaca rangkaian aktivasi ‘Heavy Metal Burst’.”
Mengikuti instruksi Stuart, Lina menarik pelatuk CADnya.
Rangkaian aktivasi, yang merubah data digital menjadi sinyal Psion, muncul
dari CAD itu menuju badan Lina, dan masuk ke area kalkulasi sihir yang ada di
alam bawah sadarnya.
“Aktifkan ‘Heavy Metal Burst’.”
“Mengaktifkan ‘Heavy Metal Burts’.”
Tim Lina dan Stuart berbicara bersamaan.
Rangkaian sihir, yang dibuat Lina, menyerang kompartemen mesin kapal kecil
itu, yang sekarang berjarak dua kilometer dari mereka.
Sesaat kemudian.
Sebuah kilatan cahaya muncul di permukaan air.
Di saat yang bersamaan dengan petir, menenggelamkan suara ledakan kapal,
sebuah awal perak terbentuk, menyebarkan percikan ke segala arah.
Dan itu datang.
Lina secara refleks menekan tombol darurat di sabuk yang sudah dilengkapi
CAD sekali pakai, dan, dengan demikian, mengaktifkan pelindung gelombang
elektromagnetik, menyelimuti seluruh kapal dengan itu.
Untungnya, plasma ledakan itu berhenti lima ratus dari kapal Lina sebelum
tenggelam ke laut.
Kalau boleh diomong, daripada sebuah awan plasma, yang mengapung di
permukaan laut adalah kumpulan ikan mati. Permukaan laut itu dipenuhi ikan
mati. Hal itu terjadi akibat kejutan listrik yang terjadi.
“Pemandangan yang……. menakutkan sekali.”
Lina tidak ingin tertawa mendengar perkataan Stuart. Dia juga tidak tahu
harus berkata apa.
“Maksudnya mengerikan itu kerusakan pada ekosistem? Atau kerugian industri
ikan?”
“Di penggunaan pertamanya di pertempuran asli, diameter kerusakannya
mencapai dua kilometer….? Penilaianku kalau sihir ini setingkat Kelas Taktis
salah. ‘Heavy Metal Burst’ adalah sihir Kelas Strategis.”
Tidak ada kebahagiaan dari suara Stuart. Tidak ada kegirangan. Nada
bicaranya berbeda, mungkin karena dirinya sedang terkejut.
“…….”
Dan pikiran Lina juga sedang kacau.
“Sihir Kelas Strategis? Apa aku akan menjadi penyihir Kelas Strategis……?”
Saat itu hanya ada 12 penyihir Kelas Strategis yang diakui secara resmi
oleh dunia. Dan dia akan segera bergabung menjadi salah satu dari mereka…..?
Bagi Lina itu seperti sesuatu yang luar biasa dan tak terbayangkan.
Jadi ‘Twelve Apostles’ menjadi ‘Thirteen Apostles’.
Itu adalah momen ‘kelahiran’ penyihir Kelas Strategis baru dan terkuat
yang diakui USNA.
◊ ◊ ◊
Situasi itu tak terduga, ketika sebuah sihir Kelas Strategis baru muncul,
misi ‘operasi Mahou Shoujo’ yang
diberikan kepada Lina langsung dihentikan, dan dibatalkan secara bersamaan,
tanpa ada keselesaian.
Sekarang misi itu diserahkan kepada Mizar yang masih mencari mata-mata di
Boston.
Lina juga tidak dipanggil ke Phoenix, tapi ke markas pusat Stars, terletak
di pinggiran Roswell. Abigail Stuart juga secara sukarela-paksa ‘diminta’
datang ke markas pusat Stars.
Stuart diminta untuk segera menyelesaikan sihir Kelas Strategis ‘Heavy
Metal Burst’ secepat mungkin, dan sekaligus menyempurnakan Brionac agar efek
‘Heavy Metal Burts’ bisa diperkecil, seukuran pertarungan lokas.
Diputuskan kalau Lina akan naik ke pangkat jadi Letnan Dua dan berada di
Kelas Bintang 1. Tapi butuh waktu untuk memutuskan kode nama yang cocok
untuknya, dan dia diperintahkan untuk melanjutkan latihannya sebagai anggota
Starlight untuk sementara waktu.
Dia belum diberikan misi keluar, dan di markas, Komandan Pasukan 1 Stars,
Canopus, akan mengawasinya. Sebagai gadis yang memiliki kecantikan langka dan
sikap yang ramah, dia dengan cepat menjadi ‘maskot’ Pasukan 1.
“Plasma Lina, maukah kau membuatkan kopi untukku?”
“Aku bukan Plasma Lina!”
“Mahou Shoujo Cantik Plasma
Lina, aku, juga, satu cangkir.”
“Tolong panggil saja aku Lina!”
Dengan begitu, Angelina Shields menjadi Lina.
[1] Magical Girl
[2] Senjata api yang daya tembaknya tidak sebesar
senapan laras panjang karena ukurannya lebih pendek.
[3] Ion yang terbentuk dari suatu atom yang
kehilangan elektronnya.
0 Comments
Posting Komentar