PESTA HALLOWEEN BULAN NOVEMBER
(Translater : Fulcrum)

Kerusuhan yang disebabkan Insiden Yokohama akhirnya berhasil ditenangkan pada Jumat kedua bulan November 2095.
“Kita memutuskan untuk mengadakan pesta Halloween untuk semua murid.”
Di kabin sepulang sekolah, saat berita itu disampaikan Miyuki, “Ah?” keluar dari mulut Tatsuya, menunjukkan kebingungannya, tidak seperti dirinya yang biasanya.
Lanjutan berita tersebut mengatakan ‘karena Kompetisi Thesis dibatalkan, sebagai gantinya kita akan mengadakan acara sekolah’, yang mana acara ini sendiri dicetuskan oleh Mayumi.
Saat mendengar itu, Tatsuya bahkan tidak tahu apa yang mau disalahkannya dari hal itu; ‘Kompetisi Thesis bukanlah hal sembarangan’, atau ‘Kenapa Mayumi, yang sudah bukan anggota dari OSIS lagi, bisa mengadakan hal ini?’, dan sebagainya.
Tapi lebih baik membiarkannya seperti itu. Pikirnya, anak kelas 3 seperti Mayumi, OSIS, bahkan Azusa sekalipun, pasti menyiapkan diri untuk ujian akhir jadi mereka pasti butuh hiburan.
Bukan Tatsuya saja yang berpikiran seperti ini, kebanyakan murid yang lain juga sepemikiran.
Dia tidak merasa kalau pekerjaan OSIS telah melebihi ekspektasinya. Semuanya seperti apa yang dikatakan Miyuki. Apa yang mereka sudah kerjakan patut dihargai, pikir Tatsuya, tapi banyak pertanyaan yang ada di benaknya.
“Miyuki.”
“Ya?”
Ada alasan lain yang membuat Tatsuya bertanya kepada Miyuki dengan serius selain tentang pekerjaan OSIS yang patut dihargai.
“Kenapa Halloween? Ini sudah tengah-tengah November.”
Paruh pertama perkataannya sebenarnya ingin mengatakan kalau Halloween sebenarnya dirayakan tanggal 31 Oktober. Hari ini sudah 11 November. Mereka sudah terlambat untuk mengadakannya.
“Itu karena kita tidak diberi izin untuk mengadakannya pada 31 Oktober.”
Hal itu disebabkan karena salah satu aturan baru yang dikeluarkan setelah Perang Dunia terakhir yang bertujuan sebagai tindak pencegahan; ‘Aksi Penjagaan Keamanan Nasional’, saat masa darurat. Pada saat diberlakukannya masyarakat tidak diperbolehkan keluar saat malam hari, meskipun sambil menaiki kendaraan. Semua moda transportasi umum selepas petang dibatasi juga, jadi pesta pun tidak bisa diadakan.
Tapi bukan itu maksud Tatsuya.
“Bukan itu, maksudku kenapa Halloween?”
“Karena, Onii-sama, di bulan November tidak ada perayaan apapun. Para murid ‘kan  tidak mungkin merayakan Shichigosan[1]?”
“Aku masih ragu apa memang seperti itu……”
Tatsuya menghela napas saat dia menatap langit. Bukan karena dia tidak ingin Miyuki untuk melihat wajah bingungnya, tapi karena dia tidak sadar kalau Miyuki sedang menunjukkan wajah tersipunya yang tidak disadarinya sendiri.

Keesokan harinya, Pesta Halloween menjadi perbicangan hangat di waktu pagi. Saat jam istirahat; di seluruh kelas, lorong, dan bagian sekolah dapat terdengar kegembiraan para murid yang meramaikan suasana.
Kebanyakan murid terlihat menerima acara itu. Para murid senang dengan keputusan OSIS. Alasan utamanya adalah di Universitas Sihir, mereka tidak akan mengadakan acara apapun. Ada beberapa alasan dibalik itu. Satu-satunya acara besar yang tersisa yang akan mereka rasakan hanyalah acara pelepasan yang akan dilaksanakan setelah upacara kelulusan, jadi nanti mereka tidak akan mengikuti festival budaya, olahraga, ataupun karya wisata lagi.
Meskipun SMA 1 & 2 mengadakan acara pelepasan, Pesta Halloween ini menjadi acara yang hanya diadakan oleh SMA 1, yang tidak membedakan para murid Golongan 1 & 2 jadi semua murid bisa ikut meramaikan acara. Ini bisa dibilang memanfaatkan situasi yang ada.
Namun, masih tetap sulit bagi mereka untuk menghilangkan penghalang antara kedua golongan itu. Sebenarnya, sudah disiapkan dua rangkaian kegiatan yang berbeda untuk masing-masing golongan. Pesta kali ini akan menggabungkan kedua rangkaian acara. Di kelas 1 E, Tatsuya sedang berbicara dengan teman-temannya.
“Omong-omong, kita mau beli topeng dimana?”
Mikihiko menanyai Tatsuya dengan wajah yang sedikit malu.
“Karena ini pesta kostum….. bukankah lebih baik kalau kita buat sendiri topengnya?”
Jangan bertanya padaku, pikir Tatsuya pada saran Leo
Dari dialog antara Mikihiko dan Leo, bisa disimpulkan kalau di pesta ini para murid tidak boleh mengenakan seragam sekolah dan perlu menyembunyikan wajah mereka. Salah satu alasan dibalik itu ialah untuk menghilangkan penghalang antara Golongan 1 & 2. Tentu saja mereka tetap tidak diizinkan untuk menggunakan sihir sembarangan, karena mereka tidak diperlukan untuk menggunakan sihir sedikit pun, tidak peduli seberapa besar kekuatan sihir mereka.
Meski Miyuki telah menunjukkan kebahagiaannya dengan mengatakan, “Senang rasanya ada pesta kostum”, Tatsuya merasa kalau semuanya akan menjadi lebih mudah kalau saja yang mereka adakan adalah pesta dansa bertopeng.
(Walaupun tentu saja topeng yang dimaksud bukan topeng Noh[2], ‘kan?)
Erika lupa untuk membuatnya jadi sarkas dan malah menghina Leo. Meski mereka tidak setuju, bukan hanya Tatsuya dan Erika saja yang berpikir seperti itu.
“Walaupun ini sudah terlambat tiga minggu, tetap saja ini Pesta Halloween.”
“Mungkin ini aneh, apa boleh pakai kostum Jack-o’lantern[3]?”
“…..Memangnya menurutmu kamu cocok jadi itu?”
Mendengar itu ia segera berbicara tanpa berpikir panjang, merubah topik pembicaraan.
“Walau ada toko peralatan pesta, terkadang kita memang perlu membuatnya sendiri.”
“Apa kau akan membuat topengmu sendiri?”
“Ya…. Emm, Yoshida-kun, apa kau mau aku membuatkannya untukmu?”
“Shibata-san mau membuatkan topengku? Nanti merepotkan.”
“Tidak. Lagipula aku memang ingin membuat sendiri topengku, jadi itu tidak masalah.”
“Be-benarkah? Kalau begitu terima kasih.”
Pembicaraan ini membuat salah satu diantara mereka berdua tersipu.
Tatsuya melihat pasangan ini, memikirkan apa yang perlu dibeli untuk kostumnya.

Pesta Halloween akan diadakan Sabtu, 19 November, minggu depan. Belanja online membuat kebutuhan belanja siapapun bahkan yang paginya sekolah atau kerja sekalipun jadi lebih mudah. Namun, ini hari Minggu jadi akan lebih baik kalau berbelanja langsung. Tatsuya memikirkan kostum apa yang akan dikenakannya selagi menonton I-Vision (TV Cerdas) di ruang keluarga, yang menunjukkan jualan toko-toko. Dia berencana untuk belanja online bukan karena ia tidak punya waktu karena perlu mengunjungi FLT, tapi karena dia memang lagi tidak ingin pergi langsung.
Namun, setelah melihat-lihat katalog Halloween yang bertuliskan ‘Topeng’ dan ‘Kostum’ dari beberapa toko yang berbeda, Tatsuya menjadi lelah. Sebenarnya, dia tidak peduli sama sekali dengan acara ini. Setelah kembali melihat ke katalog toko pertama, dia memutuskan untuk mengenakan jubah panjang sekaki, dan topeng hitam. Tetapi dia tidak mengklik tombol ‘beli’.
Sesaat setelahnya, Miyuki masuk ke ruangan itu.
“Onii-sama, jangan beli dulu.”
Mungkin karena itu dia tidak menekan tombol itu.
“….Miyuki, ada apa?”
Namun, pertanyaan Tatsuya bukan tertuju pada permintaan Miyuki.
“Kain-kain itu?”
Tapi Miyuki membawa banyak sekali tumpukan kain. Tidak ada banyak pilihan warna diantaranya. Hampir semuanya berwarna gelap; merah dan hitam. Perbedaannya hanya pada renda-renda dan dekorasi lain yang ada.
Pada pandangan pertama, semuanya itu tampak seperti apa yang baru saja dilihatnya di toko online. Tatsuya akhirnya entah bagaimana bertanya kepada Miyuki yang memunculkan senyum bahagia di wajahnya.
“Ya, Miyuki akan membuatkan kostum untuk pesta nanti.”
Setelah mendengar jawaban itu, Tatsuya sadar kalau dia terlambat menyadari apa niat adiknya.
“Kau akan membuatnya dari itu semua?”
“Seperti yang Onii-sama bisa lihat sendiri.”
Pertanyaan itu, walaupun tidak mendapat jawaban negatif, dijawab dengan jelas secara tersirat.
“Apa kau akan membuatkan kostumku?”
“Ya, aku sudah ingin sekali melakukannya sejak dulu.”
Tatsuya hanya bisa menghela napas. Dia tidak ingin menghentikan kesenangan adiknya. Membuat baju sendiri bukanlah hal yang sulit. Di masa kini penggunaan mesin jahit otomatis menjadi sesuatu yang populer, robot yang disebut mesin jahit. Membuat baju sendiri lebih murah daripada menyewa baju di toko. Desain yang dihasilkan juga sederhana, bahkan menggunakan satu atau dua motif saja sudah cukup. Tentu saja, programnya sendiri juga tidak sulit dijalankan. Selain itu, penggunaan mesin jahit dan teknik-tekniknya menjadi bagian dari kurikulum Kelas Ekonomi Rumah Tangga.
Jadi apa yang dikhawatirkan Tatsuya bukanlah apa semua ini bisa selesai tepat waktu. Tatsuya hanya tidak bisa mengerti apa senangnya melakukan semua ini.
“Apa menurut Onii-sama lebih baik kita beli saja…….?”
Melihat reaksi Tatsuya yang tidak terlalu positif, Miyuki bertanya dengan curiga.
“Tidak, bukan itu. Tidak apa-apa kita buat sendiri.”
Kalau adiknya sudah menunjukkan muka seperti itu, mustahil bagi Tatsuya untuk menolaknya. Sebenarnya, dia tidak setuju dengan pemikiran Miyuki, dan dia juga tidak berencana untuk menghentikannya.
“Terima kasih Onii-sama!”
Miyuki tersenyum lagi saat ia mendekati Tatsuya, dan menaruh tumpukan kain itu di sofa.
Lalu ia mengatakan sesuatu dengan tersenyum.
“Kalau begitu sekarang, tolong buka bajumu, Onii-sama.”
Wajah Tatsuya berubah serius secara tak sadar.
“…..Kau bilang apa Miyuki?”
Telinga Tatsuya tidak salah dengar. Tentu saja, dia salah mengerti apa maksud Miyuki. Tapi, secara tidak langsung, dia menunjukkan penolakan.
“Lepas bajumu, Onii-sama. Semuanya… ah… tapi Onii-sama tidak perlu melepas pakaian dalam.”
Pipi Miyuki memerah tersipu malu saat ia segera merubah perkataannya. Ekspresinya imut, seperti biasa, pikirnya. Namun, semuanya hanya seperti itu.
“Untuk apa memangnya?”
“Tentu saja, untuk mengukur ukuran kostum.”
“Seharusnya tidak apa-apa pengukurannya sambil masih pakai baju.”
“Tidak, harus lepas baju agar ukuran kostumnya nanti bisa pas dengan tubuh Onii-sama.”
Apa Miyuki sedang mabuk? Pertanyaan itu terlintas di kepala Tatsuya.
(Di rumah ini tidak ada minuman beralkohol sedikit pun… Apa mungkin karena arak masak?)
Jelas Miyuki tidak sedang mabuk. Kecuali kalau ini semua karena Miyuki yang terbawa suasana membuatkan Tatsuya kostum (bisa dibilang ia sedikit berhalusinasi), yang mana akan berakhir dengan euforia berlebihan di fantasinya. Lagipula, tidak ada gunanya mengatakan apapun kepadanya saat ia sudah begini. Tatsuya menyerah untuk membujuk Miyuki. Dan juga, dia tidak masalah adiknya melihatnya dengan pakaian dalam.
Setiap minggu, dia melihat adiknya sendiri yang hanya mengenakan pakaian dalam. Jadi mereka tidak merasa ada masalah sama sekali dalam hal ini.
Tapi setidaknya dia ingin mengatakan sesuatu.
“Baik aku mengerti. Meski aku agak menentangnya, apa harus disini dan sekarang?”
Waktu itu sudah malam, ditambah lagi ada seorang kakak laki-laki yang setengah telanjang di hadapan adiknya, berduaan. Lagipula, Tatsuya merasa kalau apa yang akan terjadi bertentangan dengan akal sehat dan moral.
Saat Tatsuya mengulangi pertanyaannya, Miyuki, tersipu selama beberapa kali, menjawab “di kamar Onii-sama”, dengan suara yang lebih kecil daripada sebelumnya. Tatsuya merasa kalau itu terlalu merepotkan, tapi memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi.

Setelah selesai melakukan semua pengukuran, Miyuki segera pergi menuju ke sebuah butik. Hari ini ia pergi sendirian. Sepanjang perjalanan, walaupun ada beberapa orang yang mencoba untuk mendekati Miyuki, mereka semua mundur oleh tatapan dinginnya seketika. Untungnya, ia tidak bertemu dengan seorang masokis.
Omong-omong, tidak ada yang berani mengganggunya, karena auranya membuat mental semua orang ciut seketika, selagi membawa tas besar dan akhirnya sampai juga di butik tujuannya. Selain itu, perjalanan dari rumah ke stasiun, dan stasiun ke butik bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum, jadi tidak ada masalah membawa tas besar seperti yang dibawanya.
Di butik itu ia disambut dengan wajah familiar. Sebenarnya, butik itu berada dibawah naungan Keluarga Yotsuba, dan semua administrasinya juga. Jadi, Miyuki merasa senang berbelanja di sana, meskipun kali ini hanya kebetulan saja.
“Manager, maaf mengganggu. Seperti yang sudah kukatakan tempo hari, aku ingin meminjam mesin jahitmu.”
“Tentu saja silakan.”
Miyuki memiringkan kepalanya, tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Omong-omong, orang yang diajak bicara Miyuki adalah pemilik butik itu, jadi dia bukan karyawan di butik itu, tetapi hal itu tidak diketahui oleh pelanggan lain. Tetapi sepertinya dia ingin dipanggil ‘manager’ oleh semua orang.
“Apa kau tahu dimana dia?”
“Ya, tidak usah repot-repot. Terima kasih.”
Miyuki menunduk sekali lagi dan masuk ke ruang produksi didalam butik itu.

Mesin jahit itu adalah mesin semi-otomatis yang dilengkapi dengan beberapa lengan. Fungsi utamanya sama seperti robot-robot industri pada umumnya. Mereka dibuat dalam beberapa tipe, yang mana beragam dari 6 lengan sampai 12 lengan, dan yang 12 lengan menjadi yang paling canggih.
Miyuki pertama-tama menyiapkan semua kain yang dipakai di meja kerjanya, dan menuju ke mesin desain. Dengan terminal yang berisi desain dan ukuran tubuh kakaknya dia menginput semuanya. Setelah data itu dibaca mesin, hanya perlu menunggu mereka untuk menyelesaikan semuanya.
(Apa yang akan dibuat sekarang adalah topeng.)
Semua persiapannya juga sudah disiapkan.
Miyuki duduk memandangi semua pembuatan ini dengan senyuman di wajahnya sembari kain-kain itu sedang dikerjakan oleh mesin 12 lengan itu.

Seminggu sudah lewat dalam sekejap. Semua penantian ini sudah berakhir.
Hari ini Sabtu, 19 November. Jam enam sore. Sekarang, SMA 1 sedang di tengah-tengah Pesta Halloween.
Auditorium SMA 1 disulap menjadi aula dansa, dan ditempati para murid yang berkostum dan bertopeng. Di beberapa titik di ruangan, ada pemandangan-pemandangan yang aneh. Kau bisa melihat seorang gadis dengan dandanan gotik, topeng hitam, dan manik-manik hitam, dan juga seorang laki-laki mengenakan jas dan topi tinggi.
Kau juga bisa melihat seorang gadis yang cuma mengenakan kaos dan celana jeans. Dan juga seorang laki-laki memakai syal setinggi hidungnya bersama teman-temannya (sebenarnya mereka sudah tidak tahan ingin makan). Beberapa murid berkostum sebagai karakter-karakter Science Fiction dengan kacamata tebal; bisa jadi bukan, tapi ada salah seorang dari mereka yang terlihat seperti mengenakan topeng pemburu. Dari segala penjuru, ruangan ini menjadi parade kostum lintas zaman.
Namun, kebanyakan dari mereka juga mengenakan jubah dilengkapi topi tinggi yang menunjukkan gaya seorang penyihir Barat. Bisa dibilang mereka berdandan seperti itu karena Halloween.
Miyuki saat ini tidak ikut mengenakan kostum, karena dia bekerja sebagai OSIS. Tampaknya, tugasnya adalah menyiapkan minuman, mengabsen murid yang datang, dll. Namun, tidak lama lagi ia akan segera berganti ke kostumnya dan memakai topeng miliknya untuk ikut bercengkerama ke dalam keramaian.
Tengah auditorium yang kosong, perlahan-lahan mulai diisi oleh para murid yang melangkah masuk mengikuti irama sembari berdansa. Bagi mereka yang tidak berdansa (kesulitan karena kostum mereka) sedang menikmati hidangan yang ada atau berbincang-bincang di pinggir ruangan. Sejalan dengan semua kesenangan ini, sepertinya tema yang diusung di pesta kali ini cukup sukses.
Tatsuya terlihat berdiri dekat salah satu meja makanan, saat seorang gadis muda mendekatinya. Gadis itu mengenakan sebuah gaun bergaya rokoko[4] yang dilengkapi dengan sayap kupu-kupu warna warni dan sebuah topeng. Itu kostum yang cukup bagus.
Trick or Treat!
Rasanya aneh mendengar ia berbicara dengan aksen Inggrisnya yang seperti itu.
Dengan suara yang lucu, Mayumi berbicara kepada Tatsuya. Bahkan dengan wajahnya yang ditutupi topeng, Tatsuya bisa mengatahuinya dari suaranya. Pertama-tama, topeng dan gaun itu tidak terlalu menyembunyikan warna asli Mayumi.
Treat.”
Jawab Tatsuya, mengambil beberapa permen dari mantelnya. Selagi menerima semua itu, Mayumi memandangi Tatsuya yang berkostum dengan mendalam.
“Gayamu cukup aneh. Apa mungkin, kau menjadi Odin?”
Tatsuya menatap mata Mayumi dibalik satu-satunya celah di topeng itu dan sekaligus menjawab pertanyaannya dengan mengangkat kedua bahunya.
“Dilihat dari mana aku seperti Odin? Aku tidak pakai jenggot.”
Odin Gadungan, atau ‘Iblis berwajah Odin’. Kostumnya terinspirasi dari mitologi tua yang menceritakan iblis yang menipu raja Norwegia untuk menjadi pengikut Kekristenan. Tentu saja bukan itu niat Miyuki saat membuat kostum itu, dia hanya fokus pada kesan ‘raja penyihir’ pada kostum Tatsuya.
Namun, walaupun ukuran kostum itu pas dengan Tatsuya, desainnya tidak. Mengkesampingkan topi lebar dan wig panjang peraknya, kostum itu tidak cocok dengan gaya Tatsuya. Selain itu, kombinasi jubah dan celananya tidak menunjukkan kesan seorang karakter mitologi Nordik.
“Apa Miyuki-san yang membuat kostummu? Tatsuya-kun sampai sekarang masih senang meminta tolong ke adiknya, ya?”
“Lagipula, ini hanya kostum. Tidak apa-apa kalau tidak cocok.”
Mayumi tertawa terbahak-bahak mendengar respon Tatsuya…. Memang masuk akal, tapi alasan itu terdengar murahan.

Kalau ditanya kostum apa yang paling mencolok, itu pasti kostum si manusia labu, pikir Tatsuya.
Trick or Treat!
“Aku pilih…… aku benar-benar tidak menduga kau akan memakai kostum seperti ini.”
Mengeluarkan permen dibalik mantelnya, Tatsuya merespon dengan ekspresi terkejut pada kostum labu Leo.
“Saat aku tanya kakakku, dia bilang, ‘Kalau Halloween, pasti yang ini’, dan dia menyiapkan semuanya….. Apa aku kelihatan aneh?”
“Tidak, kau benar-benar terlihat seperti Jack-o’-lantern……….”
Saat Leo berbalik badan, banyak murid yang langsung mengalihkan pandangan mereka. Kostum Tatsuya dan Leo menarik perhatian banyak murid lain.
“Menurutmu jelek? Seperti semua orang merasa itu bagus.”
Selain mereka berdua, berdiri seorang gadis, berkostum Peter Pan dan bertopeng hijau.
Trick or Treat!
“Treat.”
Tatsuya mengeluarkan beberapa truffle coklat dari mantelnya, dan memberikannya kepada Erika yang menjadi Peter Pan.
“Bagaimana caramu mengenaliku? Walaupun rasanya aneh, maksudku kostumku ini tidak seperti aku yang biasanya.”
“Oh ya, tapi itu murni kebetulan. Aku tahu itu Tatsuya-kun karena hanya Tatsuya-kun saja yang akan berbicara dengan si manusia labu.”
Jadi begitu, pikir Tatsuya. Beberapa hari lalu Leo sudah memberitahu kalau ia akan memakai kostum labu, jadi tidak heran kalau sekarang Erika tahu siapa si manusia labu.
Tapi bagaimana Leo bisa mengenali Tatsuya? Itu sudah beda cerita…..
“Tidak perlu dipikir lagi, ini pesta Halloween, ‘kan? Jadi tidak peduli siapa pakai kostum apa, yang penting ‘Trick or Treat’.”
Sepertinya itu hanya kebetulan. Selain itu, Leo mungkin saja mengenali Tatsuya mengingat fakta kalau ia temannya.
Saat mereka sedang berjalan menuju meja makan, Leo dan Erika terlihat sedang berdebat.
Lalu ada dua orang murid yang datang mendekati Tatsuya, salah satu dari mereka mengenakan gaun gadis desa Tyrol[5] dan yang satunya mengenakan kostum pemburu Swiss.
“E-Emm. Trick or Treat.”
Itu Mizuki yang sedang malu-malu, mendekati Tatsuya sambil mengenakan topeng kelinci.
“Treat.”
Tatsuya kali ini mengeluarkan kukis bentuk hati dibalik mantelnya dan menyerahkannya ke Mizuki.
“Untuk Mikihiko, ini.”
Tatsuya memberinya pretzel yang dihiasi salib, cocok dengan kostum pemburunya. Topeng Mikihiko bergambar serigala. Seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, Mizuki lah yang membuatkan topengnya.
(Ekspresi seperti apa yang ada dibalik topeng itu?)
“Trims, terima kasih, Tatsuya. Maaf aku tidak bawa apa-apa.”
“Jadi, apa kamu mau kukerjai?........ Aku hanya bercanda.”
Jawaban Tatsuya murni bercanda, tapi segera setelah mengatakan itu, berdua Mizuki dan Mikihiko menunjukkan ekspresi yang tidak terduga. Bahkan Tatsuya bisa melihat ekspresi takut Mizuki daribalik topeng. Tatsuya benar-benar kaget melihat respon mereka. Untungnya, meskipun ia tidak memakai jenggot panjang, seluruh wajahnya kecuali satu matanya tertutup topeng, jadi mereka tidak bisa melihat ekspresinya, jadi Tatsuya memutuskan untuk segera merubah arah pembicaraan ini.
“Apa Mizuki yang membuat topeng itu?”
Ditanya seperti itu, berdua Mizuki dan Mikihiko mengangguk bersamaan. Sepertinya hubungan mereka berdua sudah sedikit berkembang, pikir Tatsuya melihat mereka berdua.
“Kelihatan bagus. Buatan sendiri?”
“Eh, benarkah?”
Saat Tatsuya bertanya, Mikihiko terlihat kaget mendengarnya.
(Kutarik lagi perkataanku, sepertinya perkembangan mereka tidak sejauh itu.)
Tatsuya berpikir seperti itu sambil tersenyum dibalik topengnya.

Selagi Tatsuya sedang berbicara dengan teman-temannya, Miyuki dan Azusa menghilang dari tempat mereka. Sepertinya tugas OSIS mereka sudah selesai.
Merasakan adanya keriuhan di belakangnya, Tatsuya melihat sepasang murid laki-laki dan perempuan, dengan set kostum bajak laut, yang berlari masuk dari pintu keluar darurat.
(Jadi begitu, kalau begitu, apa mereka semua akan masuk dari pintu darurat?)
Walaupun Tatsuya hanya berpikir seperti itu, pasangan itu sudah kelabakan untuk membela diri.
“E-Ini-..”
Tatsuya bisa saja salah menilai, tapi menurutnya sang perempuan sedang mencoba untuk merubah suasana.
T-Trick or Treat!”
Nada bicaranya cukup tinggi mengingat ia yang sedang kelabakan. Seperti dugaan, itu adalah Ketua Komite Moral Publik, Kanon. …….. Seharusnya ketua mengawasi kerja anggotanya, tegur Tatsuya dalam hati. Walaupun ia ingin mengatakan itu, dia merasa tidak baik untuk mengatakannya. Malam ini ialah malam pesta, biarkan saja mereka menikmatinya.
“Treat.”
Tatsuya mengeluarkan sebuah kantong kecil berisi permen dari balik mantelnya dan memberikannya pada Isori.
“E-Emm……… Apa mungkin kau Shiba-kun?”
“Ya. Jadi kau mengenaliku, huh?”
“Ah, ya, aku sadar dari postur tubuh dan ukuran tanganmu.”
Tatsuya sedikit mengintip ke dalam topeng itu. Dia tidak menduga akan mendapat jawaban sejujur itu. Memang benar kalau ia memakan sarung tangan, jadi masuk akal kalau bilang mengenalinya dari ukuran tangannya. Tapi, tidak semua orang bisa menilai seperti itu. Mari bilang kalau Isori ahli dalam bidang teoretis, tapi bukannya ia juga ahli di bidang teknis juga? Pikir Tatsuya.
“Ngomong-ngomong, kau benar-benar menyiapkan permen.”
Di sisi lain, Isori juga mengangguk mengiyakan. Mungkin terkejut setelah menerima permen itu. Sebenarnya alasan Tatsuya memberikan permen bukanlah untuk menerima pujian atau terima kasih dari orang lain.
“Aku sebenarnya mengira akan ada murid yang akan mengerjaiku kalau aku tidak memberi mereka permen. Dan murid-murid di sekolah ini tidak akan setengah-setengah dalam mengerjai orang.”
Selama pekan rekrutmen anggota klub di April, Tatsuya sebagai anggota baru Komite Moral Publik sudah mengalami sendiri beberapa hal itu. Walaupun Miyuki bilang “Tidak perlu khawatir”, Tatsuya tetap merasa perlu berhati-hati. Lagipula, pada akhirnya tidak ada salahnya memberi sesuatu ke teman.
“Jadi begitu….”
Kanon menyesal sudah berpikir positif tentang Tatsuya.

Kanon dan Isori lalu berjalan menuju lantai dansa.
Sekarang semua anggota OSIS ataupun Komite Moral Publik sedang menikmati pesta. Tampaknya mereka sudah tidak peduli dengan tugas mereka. Selain Tatsuya, hanya Morisaki lah yang masih menjalankan tugasnya. Semua anggota yang lain sudah meninggalkan tugas mereka, membuat Tatsuya perlahan jadi hilang semangatnya.
Trick or Treat!
Saat ia mendengar suara itu, Tatsuya segera menoleh ke belakang. Berdiri seorang berambut perak dan mantel. Melihat Tatsuya yang seperti pelakon di teater, ‘pelayan’ itu pun terdiam.
Bukan sembarang ‘pelayan’. Di awal abad ke 21, kostum ‘pelayan’ yang berhiaskan renda menjadi populer. Bahkan topeng yang menutupi orang itu dipenuhi renda. Topeng itu tidak terlalu menyembunyikan wajah pemakainya daripada yang lain. Daripada menyembunyikan identitasnya, topeng itu hanya mengutamakan penampilannya saja.
“Treat.”
Tatsuya menjawab saat ia mengeluarkan satu coklat putih yang seukuran tangannya dan memberikannya kepada Honoka yang berkostum pelayan.
Tapi, Honoka terkejut melihat itu. Entah bagaimana Tatsuya dapat merasakan tatapan tajam dari Honoka yang bersemangat.
“Honoka, Honoka.”
Gadis disamping Honoka mengenakan kostum butler. Saking melamunnya, ia sampai-sampai dipanggil berkali-kali bahkan sampai disikut. Saat Honoka tidak menjawab panggilan itu, teman baiknya hanya menggelengkan kepalanya selagi berpikir ‘Ini tidak ada gunanya’, jadi Shizuku yang berkostum butler pun menghadap ke Tatsuya dan berbisik pelan “Trick or Treat!
“Treat.”
Tatsuya kembali memasukkan tangan satunya ke balik mantelnya, dan dengan dua coklat putih di kedua tangannya, ia memberikan salah satunya untuk Shizuku.
“Kalau Honoka tidak mau, apa aku ambil saja dua-duanya?”
“Jangan!”
Shizuku sudah terbiasa dengan shock therapy seperti itu, setelah mengenal sifat teman baiknya untuk waktu yang cukup lama. Melihat Tatsuya (yang sepertinya) akan memberikannya, Honoka tidak akan membiarkan kesempatan ini sirna begitu saja, setelah kembali terbangun dari lamunannya. Mengingat kalau apa yang dilakukannya bisa meninggalkan kesan rakus, wajahnya berubah merah.
“Ngomong-ngomong, hebat sekali kau bisa mengenaliku.”
Mengabaikan semua hal itu, Tatsuya segera berusaha merubah suasana. Tatsuya entah bagaimana bisa memahami apa yang dipikirkan Honoka.
“Tentu saja! Tidak mungkin aku tidak mengenali Tatsuya-san!”
Berkat omongan Tatsuya, Honoka akhirnya bisa kembali lebih tenang. Seolah-olah saklarnya baru saja dinyalakan.
“Mengenali orang adalah salah satu kelebihan Honoka.”
Shizuku menyikut lagi teman baiknya selagi mengatakan itu.
“Emm….. Apa Tatsuya-san tidak keberatan untuk berdansa bersama?”
Musik di tempat itu berubah jadi wals. Cocok sekali untuk berdansa.
“Aku masih bertugas disini….”
Tatsuya tersenyum kecut saat mengatakannya. Namun, suasana di tempat itu seolah berkata kalau kau terus melakukan tugasmu berarti kau orang bodoh.
“Kalau begitu aku saja yang menggantikan tugas Tatsuya-san.”
Jawab Shizuku sambil memberikan kode kepada Tatsuya. Tatsuya mengajak Honoka dengan berkata “Mari berdansa” atau “Ayo”. Selagi berjalan bersama Honoka, tidak terlihat adanya penolakan dari Tatsuya, dan ia sendiri memang tidak berencana untuk mengelak. Setelah mendapat tawaran ini, Honoka jelas senang dengan semua ini.

“Honoka.”
Tatsuya menggandeng Honoka. Hal seperti ini sudah pernah terjadi saat penutupan Kompetisi Sembilan Sekolah. Kalu ini dia sudah tidak ragu-ragu lagi.
“Apa kau mau berdansa.”
“Ya.”
Tentu saja, Honoka tidak menolaknya.

(Itu….. Honoka. Lagi berdansa.)
Melihat pemandangan kakaknya dan sang ‘pelayan’ sedang berdansa, Miyuki hanya bisa menghela napas sambil dikerumuni oleh banyak orang.
Setelah menyelesaikan semua tugas OSISnya, Miyuki juga berencana untuk ikut berpesta dengan Tatsuya secepatnya. Namun, dia salah masuk dari pintu darurat itu. Sebenarnya Tatsuya berdiri didekat pintu itu empat menit yang lalu, tapi sekarang ia sedang berada di tengah auditorium. Disamping lantai dansa ada banyak murid yang sedang mencari pasangan dansa.
Miyuki benar-benar mengenakan kostum yang sesuai dengan pesta itu. Kostum dan topengnya bahkan lebih bagus daripada milik Mayumi dan Honoka dalam hal menyembunyikan wajahnya. Sayangnya, walaupun ia mencoba untuk menyembunyikannya, dia tetap tidak bisa menyembunyikan kecantikannya.
Para anak laki-laki segera mengerubunginya, dan dia jadi tidak bisa pergi terhalang kerumunan orang-orang itu. Ada beberapa suara yang memuji penampilannya dengan bersemangat.
Pertama-tama, Miyuki bingung menanggapi situasi itu. Lalu dia mulai makin khawatir setelah melihat pemandangan Tatsuya berdansa dengan Honoka.
(Onii-sama disana …. Sementara Miyuki sedang dalam masalah……)
Kenapa Onii-sama tidak datang menolong Miyuki?, keinginan tidak masuk akal Miyuki mulai bermunculan.
Namun, seperti malam liburan musim panas itu, seperti yang dikatakannya kepada Shizuku, dia tidak ingin untuk menjadi orang ketiga antara Tatsuya dan Honoka. Diantara orang-orang yang mengerubunginya tidak ada seorang pun yang bermaksud jahat, jadi Miyuki bisa mengontrol emosinya dan tidak membiarkan sihirnya meluap begitu saja hanya karena kecemasannya sampai-sampai membekukan seisi ruangan. Meski begitu, ia tetap saja kesulitan mengatur kecemasannya.
Kesabaran Miyuki akhirnya habis dan ‘tidak peduli’ lagi untuk melanggar janjinya dan berpikir “Aku akan mendatangi Onii-sama, tidak peduli apapun yang terjadi”. Tepat setelah musik itu berakhir. Walaupun itu hanya pergantian lagu dan lagu selanjutnya pun sudah diputar, Tatsuya dan Honoka memilih untuk minggir dan berhenti.
Miyuki melihat Tatsuya melepas topinya dan menyerahkannya kepada Honoka, dan disaat yang sama juga melepas mantelnya dan memberikannya kepada Honoka. Tanpa mantelnya, tubuhnya terlihat lebih kekar daripada biasanya. Situasi ini terlihat seperti film romantis pada umumnya. Ada alasan khusus sehingga ia melepas topengnya tadi.
Dia memakai ikat lengan Komite Moral Publik miliknya. Memakainya membuat orang lain dapat melihatnya saat ia berjalan menembus kerumunan orang-orang yang mengerumuni Miyuki. Semua yang mengerumuni Miyuki adalah kakak kelas, tapi mereka seketika terdiam melihat Tatsuya yang mendatangi Miyuki seperti adegan drama.
“Aku anggota Komite Moral Publik.”
Jelas semua orang sudah tahu, dilihat dari ikat lengannya, tapi tetap saja Tatsuya merasa perlu untuk mengatakannya dengan sikap yang agak tegas.
“Kalau kalian ingin menari pasangan dansa, tolong lakukanlah dengan halus. Tidak ada gunanya terlalu memaksa orang lain.”
Berbanding terbalik dengan sikapnya, nada bicara Tatsuya terdengar agak halus. Bahkan rasanya benar-benar menenangkan. Mereka yang mengerumuni Miyuki langsung terlihat menyesal (setidaknya ia bisa merasakannya dari balik topeng-topeng itu) dan segera pergi meninggalkan Miyuki. Tatsuya berhasil menyelamatkan Miyuki, yang mulai tertawa setelah berhasil melangkah masuk ke dalam auditorium.
“Ah, Onii-sama mau ke mana?”
Panggil Miyuki pada kakaknya. Tatsuya sedikit menoleh untuk melihatnya, Tatsuya tampak bingung mendengar pertanyaan itu.
“Ke mana? …… Ganti baju.”
Ini malam pesta kostum. Menunjukkan wajahnya berarti sama saja dengan melanggar peraturan. Tidak ada gunanya lagi baginya untuk terus berkostum sebagai  ‘Odin Gadungan’ bahkan dengan topi dan topengnya. Sekarang walaupun dia memakai topengnya lagi, semuanya sudah tidak ada gunanya. Untuk itu dia berpikir untuk ganti baju saja.
Kenapa dia bisa membawa baju ganti? Jawabannya adalah  : karena Miyui sudah menyiapkan semuanya.
“Kalau begitu biar Miyuki bantu.”
Mendengar tawaran dari Miyuki, Tatsuya kaget dan tidak tahu harus berbuat apa. Apa kau mengerti apa yang baru saja kau katakan?, pikir Tatsuya. Ini berbeda dari di rumah. Kau tidak bisa seenaknya masuk ke ruang ganti laki-laki, ‘kan…….?
“Bu-bukan itu maksudku!”
Miyuki tidak bisa memertahankan ekspresi santainya. Rasa malu terpajang di wajahnya, akhirnya Miyuki menyadari perkataannya dan segera menariknya kembali.
“Maksudku untuk sentuhan akhirnya saja! Onii-sama ‘kan tidak bisa melihat cermin dengan jelas kalau pakai topeng.”
Miyuki sendiri lah yang membuat topeng itu. Meski Tatsuya masih ragu-ragu, dia tidak menolaknya.
“Kalau begitu tidak apa-apa.”
Bahkan dari balik topengnya ia dapat merasakan kebahagiaan Miyuki yang terpancar dari wajahnya.

Saat mereka berjalan meninggalkan auditorium itu, Miyuki menggandeng tangan Tatsuya dan bertanya “Apa bisa kita bergandengan seperti ini?”. Walaupun Honoka dan Shizuku sedang menunggunya, dan ia harus segera kembali ke auditorium, Tatsuya tidak bisa menolak permintaan Miyuki, jadi dia mengiyakannya.
Mereka berdua berjalan melewati barisan pohon. Hanya cahaya bulan yang menerangi jalan mereka. Bahkan didalam kegelapan Tatsuya masih bisa berjalan tanpa tersandung sedikit pun. Mereka berjalan pelan-pelan; jarak diantara mereka begitu dekat akibat gandengan itu, seolah-olah ada lem yang merekatkan mereka.
Tidak lama setelah itu, mereka akhirnya sampai di sebuah tempat kosong dibawah pohon-pohon, dimana mereka berhenti. Tatsuya lalu menyadari kalau Miyuki masih memakai topengnya. Dengan jalan yang gelap, rasanya sulit sekali membayangkan kalau Miyuki harus berjalan sambil masih memakai topeng yang menghalangi pandangannya. Ini bukti seberapa besar rasa percaya Miyuki kepada Tatsuya.
Keadaan ini bukan sengaja dibuat, semuanya murni hanya kebetulan, tidak ada lampu jalan sama sekali, tapi malam ini langit tidak berawan. Cahaya bulan itu cukup menerangi mereka, tapi meski begitu, pohon-pohon itu menghalanginya.
Topi dan mantel hitam. Rok selutut dengan renda dan pita perak di lehernya. Stocking berwarna gelap berpadukan sepatu hak pendek. Itu adalah kostum yang dipakai Miyuki, sempurna menggambarkan seorang ‘penyihir Halloween’.
“Onii-sama, emm….. T-Trick or Treat.”
Pinta Miyuki dengan sedikit rasa tidak enak pada Tatsuya.
Akibat mendengar Mayumi yang berkata ingin mengadakan acara sekolah, sang Wakil Ketua OSIS, adiknya, mengusulkan untuk mengadakan pesta Halloween, tiga minggu yang lalu. Apa mungkin tujuannya agar ia bisa mengatakan itu?, pikir Tatsuya.
Suara pesta dari kejauhan masih sayup terdengar. Saat ini hanya ada mereka berdua. Melihat adiknya yang sudah tidak sabar mendengar jawabannya, Tatsuya ingin sedikit mengganggunya.
“Trick.”
“……Emm, Onii-sama?”
“Trick.”
Mata Miyuki melebar saat ia menerima jawaban itu. Kalau begitu harus kuapakan Onii-sama?.
“Emm, kalau begitu…….”
Miyuki mengangguk dan mengambil dua langkah mendekati Tatsuya.
“Hei-Hei !?”
Miyuki melihat Tatsuya yang terkejut, melihatnya sampai tidak bisa berkata lagi untuk menghentikan Miyuki.
Miyuki berdiri persis didepan Tatsuya, mengalungkan tangannya di lehernya, mendekatkan wajahnya yang dihiasi dengan mata memikat…. Dengan lembut menyodok hidung Tatsuya.
“Emm ini hukumannya!”
Miyuki mengatakannya dengan keras kepada Tatsuya, terdiam di tempatnya, terkejut. Namun, Miyuki masih mengatakannya dengan sedikit malu-malu.
Sebulan yang lalu, Tatsuya melakukan hal yang sama persis kepada Miyuki. Ini pembalasannya. Faktanya, orang lain mungkin menganggap kalau permen seharusnya lebih baik daripada ini, tapi bagi Miyuki ini sudah luar biasa.
‘Trick’ Miyuki berjalan dengan baik.
Namun, bukan Tatsuya yang terlihat gelagapan, sebaliknya Miyuki lah yang seperti itu. Tidak bisa memandang langsung kakaknya, telinga dan wajahnya benar-benar merah, malu dengan apa yang dilakukannya. Rasa bingung dan kaget memenuhi diri mereka berdua.
“……….”
“……….”
“……..Onii-sama.”
“……Oh ya.”
“Ini…….”
“………Miyuki.”
“…….! Y-Ya ?!”
“Kau tahu lah……”
“………..”
Percakapan ini benar-benar tidak bisa berjalan dengan baik.
Karena itu, mereka berdua terlambat untuk penutupan pesta itu, membuat mereka berdua terjebak di situasi sulit dengan pertanyan “Ke mana saja kalian berdua?”. Erika bertanya lagi dan lagi, Leo melihatnya dengan rasa penasaran yang sama, Mikihiko mengabaikan hal itu, wajah Mizuki merah padam, Honoka menggembungkan pipinya, dan Shizuku hanya memandangi mereka berdua dengan tatapan dingin.
Butuh waktu seminggu untuk meluruskan semua kesalahpahaman Tatsuya ini kepada semua teman-temannya.




[1] Upacara di Jepang untuk merayakan pertumbuhan anak umur tujuh (Shichi), lima (Go), dan tiga (San) tahun. Upacara itu diadakan setiap tanggal 15 November setiap tahunnya.
[2] Topeng tradisional Jepang yang digunakan dalam drama musikal.
[3] Hiasan saat Halloween yang berupa labu yang sudah dikerok dan diukir untuk membuat wajah yang menyeringai.
[4] Gaya klasik abad 18 yang fokus pada seni dekoratif yang umumnya berupa ornamen bunga dan tanaman.
[5] Daerah di Austria.