SESUATU YANG HILANG
Ingatan adalah salah satu unsur penting dalam
kehidupan manusia. Tanpa ingatan, hidup kita akan terasa membosankan dan hambar. Bagaikan sebuah masakan
tanpa bumbu penyedap. Bagaikan segelas air soda tanpa es penyegar.
Aku tak menuntut kalian untuk sependapat dengan
pemikiranku ini. Aku juga tak
menyalahkan kalian jika tidak menyukai cara pandangku ini. Kalian berhak
memiliki pemikiran dan cara pandang kalian sendiri.
“Menurut pendapat kalian, apakah unsur penting dalam
kehidupan manusia saat ini?”
“Pengetahuan, Pak!” jawab lantang seorang gadis dengan
rambut coklat panjang bergelombang.
Seperti yang kukatakan sebelumnya. Sylvia, gadis yang
baru saja menjawab pertanyaan guru kami itu memiliki pemikirannya sendiri.
Menurut dia, pengetahuanlah yang menjadi unsur penting dalam kehidupan manusia.
“Ya, jawabanmu bagus, Sylvia," sahut guru kami
sambil mengangguk menyetujui sebelum
melanjutkan penjelasan. "Sejak gempa raksasa di tahun 2024, seluruh
kedaulatan negara di muka bumi ini sudah dihilangkan. Seluruh negara sepakat
untuk bersatu dan membentuk kedaulatan baru, yakni Alliance Of Earth. Setelah kejadian yang memakan korban hingga
mencapai 2/3 mahluk di bumi itu, pemerintah baru mulai meningkatkan berbagai
infrastruktur di seluruh dunia, khususnya dalam bidang pengetahuan. Nah, ada
yang tahu apalagi dampak dari gempa besar itu terhadap dunia?”
Tapi, alasanku
mengemukakan pendapat di atas adalah
..., karena saat
ini aku mengalaminya. Aku merasakan betapa hambarnya kehidupan ini ketika tidak
memiliki ingatan akan beberapa hal.
“Perubahan besar pada tata letak bumi, Pak!” tegasku
sambil mengangkat tangan. Seketika seluruh tatapan sinis para siswa mulai tertuju
padaku.
Aku hanya tersenyum tipis tidak mempedulikan tatapan
dingin sekelilingku.
“Ya kamu benar, Angela. Seperti yang kita ketahui jika dahulu sebelum gempa besar itu datang, tata letak
dunia tidak seperti sekarang yang hanya memiliki dua benua besar. Karena dampak
dari gempa besar itu, tata letak bumi berubah secara signifikan. Benua Eropa
dan Afrika bersatu menjadi benua baru yang dinamakan Frosy. Benua Amerika, Australia dan Asia juga bersatu menjadi benua
baru yang bernama Dealendra.”
Keheningan menyapu ruang kelas tersebut ketika tatapan
para murid beralih sepenuhnya pada gambar peta yang ditunjuk Pak Guru.
“Selain itu, ada lagi yang tahu dampak dari gempa
besar tersebut?” tanya Pak Guru sambil
mengamati seisi ruangan.
Ah, tidak hanya
hambar. Aku juga sering merasakan kebingungan dan hati nyeri ketika mengalami beberapa
peristiwa. Entah dari ucapanku atau orang lain. Entah dari tindakanku atau
orang lain. Dan entah dari kegiatan yang kulakukan bersama teman atau keluarga.
“Karena pengetahuan dan teknologi yang berkembang
pesat, mulailah muncul orang-orang yang bisa menggunakan Ilmu Kinesis, yakni Kineser atau Kinesis User. Orang
awam biasa menyebut mereka dengan sebutan Esper,”
jawab seorang gadis berambut twintails ungu dengan senyuman yang mampu menarik perhatian seluruh kelas. Nadanya
terdengar ramah dan membuat sekitar tersenyum kagum padanya.
“Kamu juga benar, Salsa. Kineser merupakan sebutan
bagi seseorang yang bisa menggunakan ilmu kinesis tertentu, baik berupa elemen
maupun material. Ada yang bisa menjelaskan kenapa mereka bisa menggunakan ilmu
kinesis tersebut?”
Sylvia lekas mengangkat tangan, tersenyum bangga membusungkan dada sambil
menjawab pertanyaan guru di
depan kelas.
“Pada dasarnya manusia normal hanya bisa mengelola
otak mereka sebanyak 8%-10%. Tapi, di masa ini sudah ada beberapa manusia yang
bisa mengelola otaknya sampai 18%, bahkan lebih dari itu. Merekalah yang mendapat julukan Esper atau Kineser
itu. Kineser dibagi menjadi delapan tingkatan dengan dua tipe. Tipe pertama
adalah tipe pasif, contoh jelasnya seperti Pyschometry.
Lalu untuk tipe yang kedua adalah tipe aktif dengan contoh seperti Pyrokinesis.”
“Ya,
terima kasih atas jawabanmu, Sylvia. Lebih lanjut lagi, Kineser itu dibagi
menjadi delapan tingkatan. Mulai dari Beginner,
Amateur, Regular, Veteran, Expert, Master, Lord, dan yang tertinggi adalah Divinity. Tiap tingkatan ini memiliki
batasan kemampuannya sendiri. Karena itulah, di Highschool of Kinesis, tempat kalian bersekolah ini, kami bertujuan
untuk membimbing kalian sebaik mungkin agar bisa mengendalikan dan memanfaatkan
kinesis kalian sendiri.”
Sungguh ..., ada sesuatu yang hilang, ada ingatan yang
terlepas dari diriku. Sudah cukup lama aku menyadari kejanggalan yang ada di dalam kepala ini. Saat aku
mempertanyakan masalah ini, orang-orang di sekelilingku selalu memberikan dua
tanggapan yang berbeda.
“Ah, perlu
diingat juga ketika kalian mencapai tingkat Veteran
atau sudah mencapai pengelolaan otak antara 31% – 42%, kalian akan diawasi
agen pemerintah secara langsung karena begitu berbahayanya kekuatan kalian itu,
terutama saat mencapai tingkatan tersebut. Jadi, Bapak peringatkan sekali lagi
untuk tidak bermain-main mengenai masalah ini.”
Tanggapan pertama adalah tawa kebingungan karena
pertanyaanku yang aneh. Dan tanggapan kedua hanyalah sebuah senyum tipis penuh
arti tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
“Kalian memang memiliki kekuatan super seperti di
dalam dunia fantasi. Kalian juga
pasti merasa
keren karena berbeda dari yang lainnya. Tapi ini dunia nyata, dunia di mana
kalian hanya punya satu kali kesempatan hidup. Jadi, tolong pikirkan sebab dan
akibat dari tindakan kalian, baik terhadap diri sendiri ataupun sekitar kalian.”
“Baik, Pak!!” teriak serentak seluruh siswa.
Tanggapan kedua dari sekitarlah yang membuatku semakin
penasaran akan apa yang terjadi padaku di masa lalu. Aku tahu jika telah
terjadi sesuatu hingga kehilangan ingatan akan beberapa hal.
Rasa sakit dalam hati ini juga menjadi bukti kuat
bahwa suatu kejadian penting telah
terjadi di
masa laluku
itu.
“Baik, tadi kita sudah membahas sedikit pengetahuan
tentang beberapa hal. Ada yang tahu lagi unsur penting dalam kehidupan manusia
saat ini?”
Tak ada jawaban lain dari kami, seolah seisi kelas
sudah setuju dengan pendapat Sylvia. Termasuk aku sendiri yang hanya terdiam malas
memalingkan wajah menatap langit biru di luar jendela.
***
0 Comments
Posting Komentar