ALASAN KEDATANGANNYA
“Kak, bangun! Kak Angela,
bangun!”
Angela perlahan mulai
terbangun oleh suara lembut adik kembarnya. Wajahnya yang masih
terlihat sangat mengantuk melihat raut wajah adiknya yang kesal.
“Ya,“ jawab Angela
setengah sadar.
Semenjak Angelina
mengetahui tentang keberadaan kedua kakaknya, dia pun
memutuskan
untuk tinggal bersama mereka. Itulah alasan dia bisa membangunkan Angela di
pagi hari seperti ini.
“Cepet ke ruang makan!
Kak Keisha udah nungguin kita,” ujar Angelina lagi sambil berjalan pergi
meninggalkan kamar Angela. Balutan perban bekas pertarungan masih terlihat di sebelah
tangannya.
“Ah, Angelina! Tunggu!” seru
Angela sambil bangkit dari kasurnya..
“Ap-apa, Kak?” tanya
Angelina penasaran melihat sorot mata serius Angela, lalu berjalan kembali
menghampiri kakak kembarnya itu.
“Jika dipikir-pikir,
kita belum membuat perjanjian, ya?”
“Hah? Perjanjian apa?”
tanya Angelina kebingungan.
“Ok, dengarkan Kakak,”
Angela mulai menyusun kata-katanya, “saat di sekolah, kita tidak memiliki
hubungan keluarga. Kita hanya sebatas teman sekolah. Kau jangan pernah kasih tahu
semua temanmu kalau kakak ini adalah kakak kandungmu. Mengerti?”
“Ehhh?! Kenapa? Kok
gitu? Aku gak keberatan kok, Kak. At-atau ..., apa Kakak masih marah karena
tindakanku dulu?” Angelina kelihatan terguncang dengan mata
berkaca-kaca.
“Bukan, bukan itu Angelina,” kata Angela panik
melihat wajah sedih Angelina. “Jika semua teman kamu tahu bahwa aku adalah
kakak kembarmu, maka otomatis identitas kemampuanku yang sebenarnya akan lebih
mudah terbongkar. Kamu ngerti?”
“Tapi, Kak –“
“Gak ada tapi-tapian,” potong
Angela lalu turun dari kasurnya dan bergegas menuju kamar mandi.
Angelina hanya bisa terdiam
cemberut melihat kakaknya. Dia kemudian pergi menuju ruang makan tempat Keisha
menunggu setelah kakak kembarnya tersebut masuk ke dalam kamar mandi.
“Mana saudaramu?”
“Lagi di kamar mandi,”
jawab Angelina sambil duduk di atas kursi makan.
“Tangan kamu gimana?”
tanya Keisha khawatir menatap tangan adiknya yang terluka.
“Aku nggak apa-apa,
Kak,” sahut Angelina ringan sambil tersenyum lalu menikmati sarapan yang ada di
depannya.
Untuk beberapa saat,
suasana terasa sangat tenang. Angelina terlihat lahap menyantap sarapannya,
sedangkan Keisha hanya tersenyum menatap sayang adik perempuannya yang seperti itu.
“Kak?” Angelina bingung.
“Wajah dan warna rambutmu benar-benar mirip seperti ibu kita, Angelina,”
batin Keisha sambil tersenyum kecil.
“Kakak?” panggil Angelina
sambil cemberut, membuatnya terlihat menggemaskan.
“Eh iy-iya apa?” Keisha menjawab
kaget dan tersadar dari lamunannya.
“Kak Keisha kenapa?”
tanya Angelina.
“Tidak, enggak kenapa-napa,” senyumnya kembali dengan tertawa kecil salah
tingkah. “Tapi Angela lama, yah?” lanjutnya melihat ke langit-langit, lebih
tepatnya kamar Angela yang berada di lantai atas.
“Kenapa nggak panggil
aja?” usul Angelina sebelum minum air dari gelasnya.
“Ya, kamu benar. Angel–“
teriak Keisha berniat memanggil Angela, tetapi segera terhenti oleh suara
Angela yang berjalan cukup cepat menuruni tangga dan memasuki ruang makan.
“Aku di sini, Kak ...,” sapa Angela sambil berjalan
ke arah meja makan.
“Kamu lama banget, cepat
makan sarapannya! Entar kesiangan gimana?”
“Iya Kak, maaf, maaf,” sahut
Angela lalu duduk di kursi dekat Angelina dan ikut menyantap sarapan bersama
kedua saudarinya itu.
Selama sarapan bersama
itu, suasana terasa cukup damai diselingi suara percakapan ringan. Keharmonisan
keluarga benar-benar terasa di antara mereka. Hanya satu saja yang kurang dari kedamaian itu.
Ya, jika saja kedua
orang tua mereka masih hidup, kebahagiaan mereka akan terasa lebih sempurna.
“Kak Angela?” tanya
Angelina sambil melirik penasaran kakak kembarnya.
“Hmm?” Angela membalas lirikan Angelina sambil meneguk air minumnya.
“Kalau tidak salah di
kelas kakak ada murid pindahan, yah?”
“Ohh iya …, dia seorang
gadis yang terlihat masih muda.” Angela menjawab.
“Beneran? Aku juga
denger-denger kalau ada gadis kecil yang masuk HoK,” sahut Angelina terlihat
gembira dan bersemangat.
“Kenapa kamu malah
antusias?” tanya Angela.
“E-eh? Memangnya ggak
boleh!?” protes Angelina.“Bu-bukanya aku suka anak kecil atau apa, yah! Aku
hanya ingin bertanya tentang murid pindahan itu!”
“Ya, ya, baik baik ...,”
Angela menyahut datar mengalihkan pandangan.
“Kira-kira dia sekecil
apa yah? Apa segini?” Angelina terlihat riang sambil menunjuk wadah saus tomat.
“Angelina, dia masih
seorang manusia,” sahut Angela menatap adiknya.
“Iih, Kakak. Aku ‘kan
cuman bercanda, hahahaha.”
“Dia kira-kira umur
berapa, Angela?” tanya Keisha yang masuk dalam pembicaraan.
“Mungkin berumur sekitar
14 tahun.”
“Namanya? Siapa
namanya?” tanya Angelina lagi dengan penasaran.
Angela merasa ragu dan
gugup, namun akhirnya menjawab dengan suara sekecil mungkin, “Si-Silca.”
“Silca?! Wah nama yang
bagus! Aku jadi pengen ketemu dengan——“ perkataan Angelina langsung terpotong
oleh Keisha yang tersedak makanan.
“Uhuk uhuk!!”
“Kakak?!” Angelina
terlihat khawatir memberikan minuman pada Kakaknya.
“Si-Silca?!” seru Keisha
terkejut tak percaya. Wajahnya membiru ketakutan
melirik Angela.
“…Iya…, Silca…,” Angela
mengangguk pelan lalu memalingkan wajahnya.
“…Mu-mungkin bukan Silca
yang itu, yah..., hahaha——“ gumam pelan Keisha mencoba berpikir positif dan
tertawa sebisa mungkin.
“…Dia yang asli…, Silca Elica De Liviandra…,” Angela
kembali berkata dengan nada yang lebih pelan.
Setelahnya, ruang makan
itu hening sama sekali, hingga membuat Angelina kebingungan sambil menatap
bergantian kedua kakaknya yang bertingkah aneh.
“Ah, wah, wah. Ga-gawat sudah siang,” Angela tiba
berbicara sangat keras lalu berdiri dari kursinya .
“Ah, iya. Aku juga harus
berangkat!” Angelina ikut berdiri seperti Kakanya.
“Ang-Angela! tunggu dulu…,
ada yang mau kakak bicarakan sebentar,” Keisha ikut berdiri dan menatap Angela penuh
arti.
“Tapi, Kak? Kita udah
tel——“ protes Angelina.
“Kau duluan aja, nanti
Kakak nyusul,” sahut Angela sambil tersenyum.
“Tapi ——“
“Ini urusan cukup
penting, Angelina.”
“Ya-ya udah, deh. Aku
berangkat duluan, yah!” pamit Angelina terlihat cemas lalu berlari pergi ke
arah sekolah.
Setelah Angelina pergi,
untuk sesaat suasana tiba-tiba kembali menjadi tegang. Keisha dan Angela saling
menatap khawatir satu sama lain.
“Apa benar yang kamu
katakan tadi, Angela?” tanya Keisha memastikan.
“Ya, aku juga sempat
terkejut dengan kedatangannya.”
“…Apa yang sedang dia
lakukan di sini? Untuk apa gadis itu datang ke Dealendra?” gumam Keisha dengan
nada yang terdengar sangat serius.
“Aku masih belum tahu.
Tapi Kak, jika dia sampai berada di sini ....,”
“Sesuatu yang buruk
pasti akan terjadi?” Keisha melanjutkan perkataan Angela. Wajahnya berubah
menjadi sangat cemas.
“Iya. Atau mungkin malah
sebaliknya, Kak.”
“Sesuatu yang buruk itu
sudah terjadi. Begitukah ”
Angela mengangguk pelan
sambil berjalan menuju pintu keluar.
Saat dia mulai membuka
pintu, Keisha kembali bersuara memperingatkan adiknya.
“Angela, dengarkan
Kakak. Untuk saat ini, hanya sampai dia berada di sini, Kakak mohon agar kamu
jangan berbuat yang aneh-aneh. Tolong jangan pernah membuat gadis itu marah.”
Angela terdiam saat
menatap Keisha yang terlihat begitu cemas dan serius.
“…Ya, Kak. Tenang saja
aku bukan orang bodoh. Aku tahu batasanku. Dia beratus-ratus kali lebih kuat
dariku…atau mungkin lebih dari itu,” kata Angela mantap keluar dari pintu dan pergi
meninggalkan rumah menuju sekolah sendirian.
Sesampainya di gerbang
sekolah, Angela dibuat terdiam melihat sekumpulan siswa HoK
yang berkumpul di sana, membuat penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi
sampai siswa-siswa HoK itu berkumpul.
“Ada apa?” tanya Angela
ke salah satu murid yang berkumpul.
“HoK diserang, uang kas
sekolah diambil oleh Kineser tingkat atas tipe Aerokinesis!” jelas murid tersebut terlihat
cemas.
“Eh, benarkah!?” tanya
Angela terkejut.
“Iya, itu benar. Lihatlah,
Gedung C saja sampai terbelah dua seperti itu!” Salsa berjalan menghampiri
Angela, setelah itu dia menunjuk gedung C yang terbelah mengerikan.
“Lalu bagaimana dengan
sekolahnya?” tanya Angela berbalik melihat Salsa.
“Sepertinya akan
diliburkan sampai gedung itu diperbaiki,” jawab Salsa sambil melihat gedung C.
“Begitu, ya...,” gumam
Angela pelan.
“Apa yang sebenarnya terjadi tadi
malam? Kenapa aku bisa tidak tahu jika ada perampokan di sekitar sini?” batin
Angela dalam hati.
“Tapi yang paling
terlihat marah di sini sepertinya Silca deh,” senyum Salsa yang terlihat
senang.
“Eh?!” Angela cukup terkejut
mendengar pernyataan gadis berambut ungu itu. “Eh? Ke-kenapa kamu bisa tau hal
itu?”
“Entahlah. Tapi setelah
Silca melihat kejadian ini, dia terlihat sangat marah lalu pergi begitu saja.”
“Ke-ke mana dia pergi?!”
tanya Angela penasaran.
“Ke sana,” Salsa
menunjuk salah satu lapangan gedung lama yang tidak jauh dari sana.
“Ok terima kasih Salsa,
aku berhutang padamu …,” senyum Angela lalu langsung berlari ke arah yang
ditunjukan Salsa.
Ketika Angela berjalan
pergi, Salsa mulai tersenyum meliriknya. Senyuman yang
terlihat
berbeda seakan sudah mengetahui tentang lelaki berambut
putih itu.
“Kejadian ini pasti berhubungan dengan
kedatangan Silca ke daerah ini,“ gumam Angela dalam hati sambil terus
berlari menuju tempat tujuannya.
Di lain tempat yang
tidak jauh dari tempat Angela. Shina berjalan melewati lapangan gedung sekolah lama
yang dituju oleh Angela dengan sangat bersemangat.
SWISSHHH!! SYAATT!!
Saat dia masih berjalan,
tiba-tiba datang angin yang sangat tajam menyerang kakinya.
Shina yang kurang
waspada langsung terkena serangan tersebut dan langsung terjatuh dengan kaki kanannya
yang terluka cukup parah dan mengalirkan darah merah.
“Si-siapa?!” tanya Shina kesakitan namun tetap
waspada.
“Kenapa seorang gadis
kecil sepertimu bisa berada di sini?”
Sosok seorang gadis
berambut merah darah dengan potongan mirip lelaki mendadak muncul di hadapan
Shina. Dia adalah perampok yang sebelumnya bertarung dengan Angela.
“Ke-kenapa kamu
menyerangku!? Apa salahku!?” tanya Shina marah sekaligus takut.
“Bukankah sudah jelas?”
kata gadis tersebut sambil tersenyum mengerikan. “Tentu saja untuk membungkam
mulutmu…”
***
Masih di tempat yang sama, di lapangan gedung kosong,
Shina terlihat mencoba berdiri sambil menatap tajam si gadis perampok itu.
“Ja-jadi dengan kata lain kamu adalah penjahat
yang sedang bersembunyi itu?”
“Mungkin saja,” jawa gadis
perampok itu dengan nada arogan.
“Kalau begitu biar kubalas
seranganmu!”
Shina mulai
berkonsentrasi keras dan mengeluarkan <> ke arah gadis tersebut.
SWISHH!!
<<Air Cut>>, kemampuan tingkat bawah
dari tipe Aerokinesis. Pengguna
membuat pisau angin tajam berbentuk seperempat lingkaran, lalu setelah itu
pengguna akan melemparkan angin tersebut ke arah targetnya.
“Menarik,” ujar gadis
tesebut lalu menghindari angin yang ditembakan
oleh Shina. “Sayang sekali kamu hanya tingkat bawah, padahal kamu kineser yang
cukup tangguh,” lanjut gadis tersebut sambil melayang di udara.
“Flo-floating air? Tidak mungkin!!
Hanya kineser tingkat atas saja yang bisa menggunakan kemampuan itu!
Jangan-jangan dia...,” batin Shina dengan wajah memucat.
“Ya, aku kineser tingkat
atas!” ujar gadis itu lagi, seolah-olah menjawab isi hati dari Shina.
SWISSHH!! SWISSHH!! SWISSHH!!
“Sial! Sial! Sial!”
Shina menyerang gadis tersebut kembali dengan kemampuan sebelumnya.
Tapi serangan Shina itu
dengan mudahnya dihindari oleh lawan. Gadis perampok itu malah tertawa sambil
berkata.
“Hahahahaha, apa-apaan
pemotong anginmu itu? Lambat sekali ….”
“Sial...,” Shina merasa
putus asa menatap musuhnya.
“Sini, biar aku tunjukan
skill Air Cut yang
sebenarnya!” kata gadis itu lalu mulai menyerang Shina dengan kemampuan
serupa.
SWISHHH!!!
Shina terkejut ngeri.
Dia tidak bisa melihat laju serangannya itu karena terlalu cepat. Secara
otomatis gadis berambut hitam itu pun langsung terkena serangan tepat
diperutnya dan terpental sejauh tiga meter.
SYATTTT!!! Draghh!
Dia mendarat tepat
dihadapan Silca yang baru saja sampai di tempat tersebut. Sambil memasang wajah
menyesal, dia memperlihatkan isi tulisan dalam bukunya.
Kamu tidak apa-apa!?
Shina tidak merespon
tulisan Silca, dia hanya bisa terus melihat Silca dengan tatapan lemah karena lukanya yang
terus mengeluarkan darah.
“Wah, wah ..., senang
bertemu denganmu lagi Kak Silca,“ sambut si gadis pencuri ketika melihat
kedatangan Silca.
Segera hentikan
perbuatanmu itu, Fie!, gertak Silca memperlihatkan bukunya.
“Ayolah, Kak! Aku hanya
bercanda, kita cuman bermain-main seben——“
Perkataan Fie terpotong
karena menghindari tembakan meriam listrik dari samping kanannya.
“Railgun? Tipe Electrokinesis?
Jangan-jangan…laki-laki yang waktu itu?” batin Fie waspada
namun antusias sambil terus melayang di udara.
“Railgun …” Angela terlihat berjalan memasuki arena pertarungan.
Wajahnya terlihat marah menatap tajam gadis yang sedang melayang di hadapannya
itu.
“Sudah kuduga …,” batin Fie lagi terlihat bersemangat.
“Berhentilah
berterbangan seperti burung, Gadis Perampok!” seru Angela jengkel.
Saat Angela datang dan
mengamati sekitar, dia terbelalak melihat Shina yang berlumuran darah. Wajahnya
terlihat begitu murka saat berteriak pada gadis bernama Fie.
“Apa yang kamu lakukan
padanya?!”
“Bufft–“ Fie menahan tawa seakan-akan mengejek Angela.“Jangan-jangan,
gadis lemah itu kekasihmu? Wahahahaahha,
apa kamu serius?” canda Fie sambil tertawa terbahak-bahak.
“Diam kau!” hardik Angela
sambil melirik khawatir Shina yang tak berdaya. “Dia…dia bukan kekasihku!”
“Wahahahaha! wajahmu, wajahmu! Terlihat jelas dari wajahmu kalau
kamu masih menyukainya! Apa kamu sudah dicampakkan olehnya? Kamu dicampakkan,
kan?” goda Fie sambil tertawa kurang ajar.
“Sudah cukup!! “ hardik
Angela lagi.“Kenapa kamu menyerang Shina?”
“Kenapa aku menyerangnya?
Hahaha,” ulang Fie yang masih mencoba
menghentikan tawanya.
“….”
Angela semakin menatap
tajam gadis berambut merah darah itu.
“Mungkin…karena aku
sedang bosan, makanya aku menyerangnya,” jawab Fie dengan tatapan arogan dan
merendahkan.
“Sialan ….,” Angela
menggeram marah. “Apa kamu lupa pertarungan kita waktu itu?”.
“Ah, tentu saja aku
tidak akan lupa pertarungan itu,” jawab Fie santai, “tapi sekarang aku tidak
akan kalah! Jika dipikir-pikir, aku hanya harus menghindari serangan petir
besar itu. Ya’kan?” senyum Fie membalas ejekan Angela.
“Begitu... Baiklah, biar
kutunjukan lagi kemampuanku yang lebih bagus dari it——“ Angela menanggapi
dengan senyuman penuh percaya diri, akan tetapi…
DREDEDED BUARR
BUARR!!! CRANKS CRANKSS!!
Dataran gemetar tak
karuan, bangunan kosong di sekitarnya juga terlihat mulai runtuh dan hancur lebur.
Kaca-kaca bangunan pecah dengan suara yang mengerikan.
Masih terpana oleh
keadaan sekitarnya, Angela tiba-tiba mendengar suara teriakan yang cukup
familiar baginya. Suara itu terdengar lembut menenangkan
hati, tapi suara itu juga terasa begitu merusak.
Angela merasa pernah
mendengar suara indah itu sebelumnya.
“Schyte Room ...!” seru
Silca mengeluarkan suaranya yang tak pernah terdengar sebelumnya. Gadis itu
hanya mengeluarkan dua kata dari mulutnya, tapi daerah sekitarnya sudah begitu berantakan
hingga terlihat mengerikan. Semuanya itu hampir menyamai dampak dari kemampuan
tingkat atas milik Angela.
Saat dia berbalik untuk
melihat gadis itu, wajah Silca terlihat begitu serius. Gadis itu mengangkat
tangannya ke atas dengan tatapan tajam yang mengarah pada Fie.
“Schyte Room??!” batin
Angela ngeri. Akan tetapi, dirinya langsung menghilang tanpa jejak. Begitu pula
dengan Fie, Silca, dan Shina. Mereka juga menghilang layaknya dipindahkan oleh
suatu hal.
Mereka berempat
dipindahkan secara paksa ke dimensi baru oleh kemampuan khusus dari
tingkat Divinity.
《Schyte Room》
***
1 Comments
gue kira di publish ulang nihh :(
BalasHapusPosting Komentar