SIAPA KAU SEBENARNYA?
Pertarungan telah dimulai,
membuat semua penonton semakin bersorak kegirangan. Shina dan Aeldra memberikan
tatapan khawatir pada Selenia yang menahan tendangan musuh.
“Kiri Atas!!” batin Nia melebarkan mata.
Dia menggunakan kemampuannya, meramal masa depan akan serangan selanjutnya.
Benar saja, tebakan Nia tepat. Gadis
berambut hitam itu lekas berlari memutari lawan. Berniat memukul keras
punggungnya.
Melihat hal itu, Indah lekas
berbalik. Berteriak dan berkonsentrasi menutup mata.
“Penguatan
Tubuh, Kekuatan Tangan level 2!!” Kedua tangannya bersinar merah delima, meski
hanya sesaat. Dia menyilangkan kedua tangan tepat di dada. Menahan serangan sang
musuh.
Tidak dalam kurung waktu yang lama.
Indah lekas membuka kedua tangan, melemparkan Nia dengan dorongan kuat dari tenaganya
yang sudah bertambah.
Nia terlempar cukup jauh, berputar
vertikal ke belakang. Mendarat dengan sempurna, dan tanpa terluka sedikitpun.
Bagaikan akrobatik yang membuat para penonton bersorak kagum.
Nia langsung berlari menghampiri
lawan sejak dia pertama kali menyentuh tanah. Sangat cepat dan lincah. Meski
kecepatan larinya masih tetap di bawah Aeldra.
Indah terkejut melihat pergerakan
Nia yang sangat cepat. Dia mulai beteriak, dan berkonsentrasi mengeluarkan
kemampuannya.
“Penguatan
Tubuh, Kekuatan Tangan Kanan level 3!!” Kali ini hanya tangan kanannya yang
bersinar sesaat. Berwarna merah yang lebih gelap.
Indah membuka sebelah matanya,
terlihat kelelahan. Menatap musuh yang terus berlari mendekatinya.
“Aku
tak tau apa yang anda lakukan, tapi bisakah anda menghentikan ini, Yang
Mulia!!” batin Indah, mulai memukul tempat berpijaknya. Terdengar keras
ketika benturan antara lantai dengan tangan kanannya.
Memunculkan dorongan angin yang hebat di
sekitar. Meski lantai itu tak retak sedikitpun karena daya tahannya yang
benar-benar kuat.
Nia tersenyum lebar, lekas jongkok dan
menempelkan kedua tangannya di lantai. Sontak, tindakannya itu membuat para
penonton dan rekan timnya terkejut.
“Ap-apa yang dia lakukan? Apa dia sudah
menyerah?” Shina bertanya kebingungan sambil memberikan tatapan tajam pada Selenia.
“Ni-Nia?” khawatir Aeldra yang juga
keheranan.
Dorongan angin paska benturan dari Indah
terus menyebar di setiap penjuru arena. Tak ada tempat bersembunyi. Jika Nia
keluar arena, dia diskualifikasi.
“Belum
belum!!” Nia menatap tajam dorongan angin itu, kedua kakinya bergemetar.
Dia tak bisa menghentikan senyuman bersemangatnya. Sensasi pertarungan saat ini
benar-benar pertama kalinya untuknya, maka tak heran jika hal itu membuatnya
bahagia.
“Ja-jangan katakan!?” Aeldra mulai
menyadari sesuatu. Lalu lekas berteriak hingga membuat Shina berwajah khawatir
dan menatap penasaran.
Di detik-detik terakhir terkena serangan,
Nia melompat ke depan. Cukup tinggi, membuat semua orang terkejut melebarkan
mata dengan mulut yang menganga.
“Ap-apa!?”
Indah terkejut bukan main sampai tubuhnya bergemetar.
Nia berputar cepat ke depan secara
vertikal. Lebih dari dua kali. Saat di putaran terakhir, ketika sudah dekat
dengan lawan, gadis bermata biru itu memberikan tendangan dari atas ke bawah
dengan kaki belakangnya.
Indah berwajah ketakutan, mundur
menghindari serangan Nia. Tapi serangan Nia tidak selesai sampai di sana.
Ketika Nia kembali menyentuh tanah, dia
lekas kembali melompat, berputar horizontal memberikan tendangan kiri amat
keras. Sangat tinggi dan hampir mengenai kepala Indah.
Tapi Indah segera menahan serangan itu
dengan kedua tangannya. “Aku tak memiliki
waktu!” batin Indah ketakutan lalu terlempar ke samping kanan.
Tubuhnya membentur tanah keras. Tapi dia
segera bangkit, memasang wajah kemarahan berniat menyelesaikan pertarungan.
“Penguatan
Tubuh, Kelincahan Kaki level 3!!”
“Penguatan
Tubuh, Kekuatan Tangan level 3!!”
Indah berteriak, kembali berkonsentrasi keras
hingga menutup mata sangat rapat. Keringat kelelahan terlihat jelas di sekitar
wajah. Membuat semua penonton dan rekan tim berwajah khawatir menatap dirinya.
Setelah dia meneriakkan kemampuannya,
gadis bermata hitam itu langsung berada di belakang Nia. Dia sangat capat dan seolah
terlihat menggunakan teleportasi.
Tapi Nia tidak takut, tetap menutup
matanya.
“Hyaa!!” Indah berniat memukul belakang
kepala Nia dengan sangat kuat dan bertenaga. Tapi, seketika kepala Nia
menghilang.
Nia jongkok, mulai membuka matanya. Dia
berteriak keras dan membuat semua orang dibuat terkejut kesekian kali olehnya.
“Sekarang!!” Nia memutar tubuhnya ke
kanan, memberikan tendangan bawah yang keras pada kedua kaki lawan.
“Eh ...?” Indah kehilangan keseimbangan
dan terjatuh ke samping kiri.
Saat Indah dalam posisi tak
menguntungkan itu. Nia lekas memasang kuda-kuda terlatihnya, berniat memukul
Indah dengan tangan kanan.
Sesaat, Nia mengambil nafas amat dalam,
mengontrol pernafasan, dan mengkorvesinya menjadi kekuatan. Lalu, dia mulai
memukul keras dada lawan bersamaan dengan menghembuskan nafas sebelumnya.
“Hyaa!!” Nia berteriak keras, memukul
mundur Indah.
Untungnya Indah kembali menyilangkan
kedua tangan, menahan serangan Nia. Tapi tetap saja dia terpental jauh dan
kembali menabrak lantai.
Nia lekas berlari, menghampiri Indah
yang terlihat sangat kelelahan. Tak memberinya jeda waktu untuk bersiap-siap.
Indah yang melihat hal itu langsung
berlari cepat, lebih cepat dari Nia. Dia memukul langsung kepala Nia dengan
kekuatannya yang mengerikan, tapi Nia sedikit memiringkan kepala. Menghindari
serangannya tanpa membuang banyak tenaga.
Nia menyentuh pundak Indah. Membuat
pundaknya sebagai tumpuan baginya untuk melompat tinggi. Terlihat elegan dan
mengagumkan. Membuat semua orang merinding, terkagum-kagum melihat atraksinya.
Di bangku petarung, Aeldra terlihat
terkejut, tersenyum bersemangat menutup sebagian mulut. Dia mulai berucap
seakan tahu alasan Nia bisa mendominasi pertarungan.
“Kau akhinya menemukannya, Nia.
Bagaimana cara menggunakan kemampuan kinesismu. Ga-gawat ..., kau benar-benar
terlihat keren sekarang.”
“Eh, apa maksudmu –“ Shina bertanya
penasaran.
“Kak Shina, Nia sekarang Kineser tingkat
berapa?” Aeldra bertanya, melirik khawatir Shina.
“Enam, memangnya kenapa?”
“Pa-pantas saja.” Aeldra menutup mata
sesaat.
“Hei, katakan! Apa yang terjadi pada Nia
hingga bisa menjadi kuat seperti ini!? Apa yang kau lakukan padany –“
“Aku tak melakukan apapun, aku hanya
melatih fisiknya saja. Ini murni kemampuannya sendiri. Tapi tahuka Kak ..., Nia
sejak tadi menggunakan ilmu kinesisnya.”
“Physcometry
...? dalam pertarungan?” Shina
menatap penasaran Nia. Semakin melebarkan mata dengan tubuh yang merinding. Dia
juga akhinya tahu alasan Nia bisa mendominasi pertarungan.
“Ja-jangan katakan?!”
“Ya, dia meramal pergerakan lawannya di
masa depan. Kau juga melihatnya kan, jika Nia lebih banyak menyentuh lawannya.
Dia mendapatkan informasi itu dari sana.”
“Jika di-dia memang bisa seperti itu.
Dia benar-benar tak terkalahkan untuk petarung jarak dekat ....” Shina tetap
melebarkan matanya. Terkejut ketakutan.
“Ya, aku setuju dengan pendapatmu.”
Kembali ke arena, Indah semakin berwajah
marah, menatap tajam Nia di atasnya. Dia mulai melompat mendekati lawan,
berniat memukul perutnya.
Nia tersenyum, menutup mata. Berputar
horizontal menghindari serangan Indah. Indah terkejut bukan main, kini dia yang
dalam posisi yang tak menguntungkan.
Sesaat, Nia juga menyentuh kecil
pergelangan tangan Indah. Matanya berkilauan seperti sebelumnya, pertanda
kembali mendapatkan informasi. Lalu, dia pun berniat memukul dada Indah
kembali.
“La-lagi!?
Ketika dia bersentuhan denganku, matanya akan terlihat seperti itu.“ Indah
kembali menyilangkan kedua tangannya. Bermaksud menahan serangan musuhnya.
Tapi, saat tangan kanannya hampir
bersentuhan. Nia lekas mengubah arah, menjadi memukul keras perutnya.
Indah tak memiliki cukup waktu untuk
menahan, apalagi menghindar. Dia terkena telak serangannya, membentur lantai
sangat keras.
Langsung tak sadarkan diri karena
benturan kepala dan rasa letihnya.
Arena sesaat terasa hening melihat
pertarungan telah berakhir. Nia tersenyum khawatir, mengambil nafas karena sedikit
kelelahan.
Namun setelah itu, penonton langsung
bersorak. Berteriak mengaggumi Selenia. Stadion bergemetar, para penonton
merayakan kemenangan pertama Sang Terlemah.
Sungguh, semua orang dibuat terkejut
oleh pertarungannya. Termasuk Alyshial dan Sophia. Mereka juga bergemetar,
menatap penasaran Selenia yang tersenyum menyapa para penonton.
“Ap-apa
yang sebenarnya terjadi? Apa yang dia lakukan pada Nia, hingga Nia bisa sekuat ini!?”
batin Alyshial, terus menatap Nia penuh penasaran.
***
Waktu berjalan cepat, pertarungan
kedua dimulai dengan atmosfer arena yang lebih dalam. Suasana semakin memanas
setelah kemenangan Putri Selenia.
Di pertandingan kedua juga seperti
sebelumnya. Musuh benar-benar dibuat kerepotan oleh Nia. Gadis bermata biru itu
dengan cermat melihat pergerakan selanjutnya dari lawan, membalas serangan
dengan cepat dan akurat.
Karena sistem royal rumbel dari
masing-masing tim, Selenia benar-benar kehabisan tenaga dibanding lawan kedua.
Itu semua disebabkan oleh pertarungan sebelumnya.
Tapi di detik-detik akhir, dia bisa memenangkan
pertarungan.
Benar-benar terlihat sengit, membuat semua
orang semakin bergemetar, merinding melihat kemampuan Nia yang tak diduga
sebelumnya.
Tapi sayang, saat melawan lawan
terakhir. Nia langsung kalah telak, hanya hitungan beberapa menit saja.
Selain karena tubuh yang sudah mencapai
batas, lawan ketiganya juga merupakan Kineser tipe jarak jauh. Tak mengherankan
jika Nia dipaksa turun dari arena.
Kini giliran Shina yang maju, membalas
kekalahan adik kelasnya. Penonton terdiam, bergemetar melihat gadis terkuat
memasuki arena, tak terkecuali bagi Alyshial.
Alyshial tak pernah bisa menang melawan
Shina sekalipun. Bahkan untuk mendapatkan hasil seri pun, Alyshial tak pernah
bisa.
Bergabungnya Shina juga menjadi tanda tanya
besar bagi seluruh siswa. Gadis yang terkenal membenci turnamen itu dengan
mudahnya bisa bergabung dengan Aeldra. Banyak pertanyaan dan asumsi akan alasan
Shina bergabung.
Mulai dari dia diancam oleh Aeldra, atau
bahkan sebaliknya. Meski terkuat dan dikenal seluruh siswa, Shina termasuk
siswa yang memiliki banyak misteri. Tak banyak orang yang mengetahui tentang
dirinya. Jika ada, itu hanya segelintir orang saja, mereka juga tidak mengenal
Shina lebih dalam. Contoh jelasnya seperti Aeldra, Selenia, Haikal, dan yang
lainnya.
Hanya hitungan puluhan detik saja sampai
lawannya dilempar keluar dari arena. Gadis berambut merah muda itu
memperlihatkan perbedaan kekuatan yang signifikan. Memberikan intimidasi pada
seluruh petarung yang menonton pertandingan.
Mereka terdiam ketakutan akan
kekuatannya. Termasuk para guru dan komentator. Mereka terdiam, menatap Shina
penuh kekhawatiran. Hanya keheningan yang menyambut kemenangannya.
Dengan seluruh tatapan khawatir sekitar,
Shina berjalan turun meninggalkan arena. Berjalan sendirian di tengah
keheningan yang ia ciptakan sendiri.
Tapi meski begitu, dia tersenyum
bahagia. Karena ada dua orang yang bersorak untuknya di bangku cadangan, Aeldra
dan Nia. Ya meski Nia masih terbaring kelelahan, tapi dia tetap mengucapkan
kata selamat pada kakak kelasnya itu.
Semenjak saat itu, kemenangan terus di
dapatkan oleh kelompok Aeldra. Kebanyakan, Selenia yang bertarung. Dia bahkan
pernah menyapu bersih musuhnya sendirian. Dia benar-benar gadis berbahaya
setelah bisa memanfaatkan kemampuannya.
Shina hanya muncul beberapa kali dalam
pertarungan, menyambut musuh yang berani menantangnya. Jika ingin dihitung,
mungkin dia hanya bertarung empat kali dari 12 pertandingan.
Karena betapa kuatnya dua gadis itu.
Aeldra benar-benar tak mendapatkan penampilan di atas arena, dan itu sesuai
dengan keinginannya. Seluruh musuh selalu kalah di tangan kedua rekan timnya.
Karena jarang tampil itu, Alys
kekurangan informasi akan kekuatan Aeldra. Dia bersungguh-sungguh ingin
mengalahkan lelaki berambut hitam itu. Dia benar-benar membencinya.
Kini di malam hari sebelum pertarungan
semi finalnya melawan Aeldra. Alys
memasuki gedung pusat informasi Kekaisaran Aeldra yang berada di Kerajaan
Skyline, yakni dekat dengan istana kerajaannya sendiri, Skyline.
Dia menyelinap masuk, berniat mencari
informasi akan lelaki bernama Aeldra. Seperti apa kehidupannya, orang tuanya,
tempat tinggalnya dulu dan tentunya tentang ilmu kinesisnya.
Dia mencari dengan akunnya sendiri. Tapi
ketika dia menginputkan nama Aeldra pada hologram biru itu ..., yang muncul
hanya beberapa orang saja.
Mereka para pahlawan yang berjuang di
masa lalu, temasuk ibu dan keluarganya.
Tak ada nama Aeldra di sana.
Dia mempersempit pencarian, memasukan
karakteristik, bahkan gambar yang ia dapat dari guru di sekolah.
Tapi yang muncul malah sebuah peringatan
keras. Dalam bahasa peri, mirip seperti lambang-lambang di jaman mesir kuno.
Alys menyipitkan mata, mengeja bahasa
itu. Dia sudah mempelejari bahasa itu sedikit dari ayahnya yang juga setengah
peri.
“To-long ja-ngan me-ngakses in-for-masi
.... Ti-dak ba-ik, ber-ba-ha-da– ehh ber-bahaya ..., apa maksudnya ini –“ Alys
memasang wajah keheranan, terdiam karena ada tulisan kecil di bawahnya. Kali
ini menggunakan bahasa biasa.
“Anda tak memiliki hak untuk mengakses
informasi?” Alys membaca tulisan itu. Dia tersenyum kecil sambil menutup matanya
sesaat.
“Kenapa tidak terlihat dari tadi. Aku
kan tak perlu menerjemahkan bahasa peri itu.”
“....” Alys mencari sesuatu di dalam
tasnya.
“Tapi aku sudah menduga ini,” senyum
Alys bersemangat, mengeluarkan sebuah kartu berkilauan berwarna perak.
Dia mulai mengakses informasi dengan
akun ibunya. Kartu berwarna perak terlihat berharga, hanya tinggal memasukkan
ke mesin, seperti kartu ATM di abad 20.
Hologram itu berputar, memuat informasi.
Alys tersenyum lebar, berpikir jika hak akses ibunya akan berhasil.
Tapi kembali lagi seperti sebelumnya,
peringatan itu kembali terlihat. Kartu itu pun keluar dari dalam mesin. Alys tekejut,
lalu berpikir dengan wajah khawatirnya.
“Ib-ibu juga tidak diperbolehkan, yah?”
Alys mulai mengeluarkan kartu berwarna kuning keemasan, kali ini milik ayahnya.
Sang Raja di Kerajaan Skyline.
“Ayah dan Ibu pasti marah besar jika tau
aku meminjam kartu mereka tanpa izin,” Alys semakin berwajah khawatir sambil memasukan
kartu akses ayahnya.
“Dengan ini, aku bisa mengetahui siapa sebenarnya
lelaki itu. Kenapa dia sangat kuat? Kenapa dia datang ke sekolahk –“ Alys
terdiam, sangat terkejut melihat tampilan yang sama seperti sebelumnya.
Bahkan sang raja dan penguasa kerajaannya
pun tak diperkenankan mengakses informasi itu. Tulisannya tetap sama, dalam
bahasa peri yang memiliki arti peringatan bahaya.
“Ha-hanya satu orang yang memiliki hak
ases yang lebih tinggi dari ayah. Penguasa mutlak Dealendra, penguasa tertinggi
..., Empress Halsy,” pelan Alys. Wajahnya pun berubah jadi membiru cukup
ketakutan.
“....”
“Ap-apa Aeldra berhubungan dengan ....”
“Aeldra?! Jika tak salah, Empress juga
memiliki nama belakang Aeldra. Seperti ibu dan tante Heliasha,” Alys berpikir
keras, menyentuh dagu. Keringat dingin mulai mengucur, melirik hologram, melirik
tulisan yang berisi peringatan.
“Ap-apa maksudnya ini? Apa dia ada
hubungannya dengan Empress Halsy? Dengan Ibu? Dengan tante Heliasha? Dengan
keluarga Aeldra? Dengan ke-kekaisaran ini ...?” Alys memegang kepalanya semakin
kebingungan. Tak tau harus berasumsi apa lagi tentang Aeldra. Dia benar-benar
buntu tentangnya. Segala informasi tentang lelaki bernama Aeldra itu tak pernah
ada di database pusat. Hanya peringatan itu saja yang muncul.
Tak lama setelah itu, dia menyerah. Tetap
tak membuahkan hasil meski sudah mencari berjam-jam.
Gadis bermata biru itu berjalan keluar,
kembali ke istananya dengan rasa penasaran yang terus mengganjal di hati. Asumsi
liar tentang Aeldra terus berputar di dalam kepalanya.
Dia menghentikan langkah sesaat, membayangkan
lelaki yang kini ada di dalam pikirannya. Bergumam pelan pada rembulan yang
kini sedang menatap dirinya.
“Segala informasi yang berhubungan
denganmu selalu berakhir dengan peringatan itu. Kenyataan bahwa kau lahir
dimana, dan siapa orang tuamu benar-benar menjadi misteri. Bagai kau tak pernah
lahir di dunia ini.
Tapi jika semua informasi itu berada di
balik peringatan itu, lalu kenapa Sang Demigod membekukannya? Tak memperkenanku
bahkan ayah yang seorang raja untuk mengakses informasi itu.
Aku masih membencimu, masih banyak yang
tak kuketahui tentangmu, aku benar-benar kesulitan menghancurkanmu.” Alys
mengkerutkan dahinya, menatap tajam rembulan di atasnya. Melanjutkan untaian
katanya.
“Sungguh, siapa kau sebenarnya, Aeldra
...?”
Lalu di tempat lainnya, di kamar
lelaki yang ada di dalam pikiran Putri Alyshial, kamar Aeldra.
Lelaki berambut hitam itu terlihat
baru selesai mebersihkan badan. Dia setengah telanjang, handuk kecil berwarna
putih menutupi bagian bawahnya.
Dia berjalan mendekati jendela,
menatap halaman di balik jendela kamarnya dengan datar.
Ukiran gambar terlihat jelas di
permukaan punggungnya. Itu bukan luka bakar, tato, bahkan tanda lahir.
Coretan itu lebih mirip seperti lambang di
seluruh permukaan punggung.
Lingkaran hitam pekat yang dihubungkan
oleh garis linear tebal. Terlihat mengerikan dan sangat menakutkan. Membuat
siapapun merinding ngeri menatap lambang itu yang menyatu dengan bekas luka
bakar.
Aeldra yang sedang menatap langit
lewat jendela, langsung menutup mata perlahan. Mulai berucap pelan dengan nada
datar.
“Apa yang kau inginkan ...?”
“....” Suasana langsung terasa
hening, hingga...
“Mau dilihat darimanapun, segel itu
memang terlihat menakutkan. Bagaimana caramu menyembunyikan segel itu dari
orang-orang sekitar?” suara lelaki yang familiar kembali terdengar. Suara dari lelaki
sang pembunuh goblin sebenarnya.
Hardy D. Mayfield.
“Karena kau memakai topeng dan jubah
aneh itu, aku tak mengenalimu di pertemuan sebelumnya.” Aeldra tetap menutup
mata, memasang senyuman kecil di wajah.
“Tapi aku bisa mengenalimu, meski
kau terlihat sangat berbeda, Lis–“
“Aeldra ....”
“Baik baik. Maafkan aku, Aeldra.”
Hardy tertawa kecil, berjalan mendekati Aeldra. Lebih tepatnya, mendekati foto wanita
di atas laci dekat jendela, dekat kamar tidur.
“Apa maumu?” Aeldra bertanya,
melirik Hardy cukup tajam.
“....” Hardy terdiam sesaat,
menyentuh foto itu dan membuatnya berdiri. Terlihat jelas kembali wanita
rupawan yang ada di dalam foto itu.
Suasana terasa hening ketika Aeldra dan
Hardy menatap foto wanita itu.
“Raja Angela telah mati. Mahluk itu
telah bangkit,” pelan Hardy, menghancurkan keheningan. Dia membuka kupluk dan topengnya.
Menundukkan kepala dan punggung di hadapan wanita dalam foto. Sangat dalam, seolah
menaruh kehormatan yang amat dalam.
Wajah Hardy cukup rupawan, berambut
panjang dengan warna merah muda seperti Sang Demigod.
“....” Aeldra kembali memasang wajah
datar, terlihat tak peduli dengan pernyataannya. Dia hanya menutup mata sesaat.
“Lalu kenapa kau mengatakan hal ini
padaku?” Aeldra kembali membuka mata, melirik Hardy di belakangnya.
“So-soal itu ....” Hardy berwajah
khawatir, membuang wajah dari Aeldra. Dia menatap sedih foto ibu Aeldra yang
sudah tertutup kembali.
“Maaf.” Hardy mengepalkan kedua
tangannya sangat erat. Lalu bergemetar karena suatu alasan.
“Meski kau terus memberi hormat
padanya, wanita itu takkan pernah kembali. Takkan pernah muncul lagi ke dunia
ini.”
“Aeldra ....” Hardy menyipitkan
mata, terlihat ingin menangis menatap punggung Aeldra yang dipenuhi oleh luka
bakar dan segel mengerikan.
***
0 Comments
Posting Komentar