PERTARUNGAN TERAKHIR DI ASRAMA GADIS
(Translater : Zerard;
Typo-checker : Gian)
Kami
kembali dari ruang putih menuju medan tempur di depan asrama gadis.
Aku
memastikan situasi sekeliling kami dengan cepat.
Tamaki
masih menangis di lenganku. Dan beberapa meter dari pintu masuk asrama gadis,
arisu dan dua Puppet Golem sedang menggengam senjata mereka. Sementara Mia
bersembunyi sedikit lebih jauh di dalam hutan.
Momen
ini, raungan yang membuat kulit merinding menggema keluar dari asrama gadis.
Tamaki
memelukku lebih erat dan Arisu bersiap siaga. Aku mengintip mengarah Mia, aku
tidak tahu apakah karena dia takut, dia sedang terduduk di tanah.
Ini
gawat. Dalam situasi terguncang seperti ini, kami harus berhadapan dengan Elite
Orc….
“Arisu
kesini! Aku akan gunakan untukmu!”
“Ta-tapi~”
“Tidak
usah pedulikan soal Puppet Golem!”
Seraya
Arisu berlari padaku, Orc berwarna perunggu juga keluar dari dalam asrama
gadis.
Itu
adalah Elite Orc. Orc ini yang lebih besar dari Orc lainnya, menggunakan kapak
raksasa dengan sangat mudah, dan menghancurkan salah satu dari Puppet Golem
dalam sekali serang. Puppet Golem tergeletak di tanah, menghilang dari badan
bagian atas.
Puppet
Golem lainnya menggunakan tongkatnya untuk menjatuhkan Elite Orc, tapi
sepertinya benar-benar tidak berguna.
Ah,
ini sudah sesuai dugaan, aku menggenggam tangan Arisu yang berlari mengarahku.
“”
“Maju!”
“Ya.”
Elite
Orc telah menghancurkan Puppet Golem kedua.
Dalam
detik berikutnya, Arisu yang menggenggam tombak metal, berlari menuju Elite Orc
dan menusukkan mata tombak pada tubuh Orc itu.
Elite
Orc meraung murka, dan menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan kanan, membuat tubuh
kecil Arisu terbang.
Pada
saat Arisu kembali menyentuh tanah, dia berputar singkat dan berdiri dengan
cepat.
Elite
Orc berlari mendekatinya.
Arisu
yang telah mendapatkan menyiapkan langkahnya, menggenggam tombak
dan menusuk tajam pada kaki Elite Orc.
Darah
segar berwarna biru menciprat, menodai rerumputan. Kaki telanjang Elite Orc
mengalami luka berat, dan sekali lagi meraung.
Walaupun
terlihat seperti tidak terlalu berpengaruh. Namun ini memiliki efek untuk
menahan gerakannya, dan Elite Orc tidak mengejarnya lagi. Arisu mengambil
kesempatan besar ini, dan mengambil jarak di antara mereka.
Bagus.
Dia benar-benar menggunakan seluruh pengalamannya yang dia dapat dari
pertarungan kemarin, dan bertarung tanpa buru-buru. Paling tidak dia sudah
mendapatkan sedikit waktu untuk kita.
Aku
memutuskan momen ini untuk memanggil familiar baru.
“”
Seekor
serigala dengan bulu panjang abu-abu muncul di sampingku.
Makhluk
ini memili mata biru jernih yang tampak pintar, tubuhnya sepanjang 1,5m.
makhluk ini melihatku, seolah menunggu instruksi
Up>, , .”
Aku
menggunakan support magic pada familiar ini. Efek menyebabkan
bulunya berubah menjadi emas. Pada momen ini, tiga Orc keluar dari dalam gadis
asrama.
Sercara
perlahan aku menepuk punggung serigala, dan menunjuk pada Orc yang baru saja muncul.
“Singkirkan
mereka! Selama kalian bisa memberikan kita waktu, maka tidak ada masalah!”
Serigala
emas melolong dan berlari menerjang pada tiga Orc yang menggenggam pedang dan
tombak.
Serigala
mengigit pundak dari Orc yang paling depan, dan mendorongnya terjatuh.
Dua
Orc lainnya mulai menyerang serigala emas. Serigala emas yang pintar ini
membatalkan serangan selanjutnya dan mundur dengan melompat kebelakang sebelum
serangan pedang dan tombak itu.
Berkat
efek , kelincahan serigala emas jauh di atas Orc. Serigala itu
tidak memaksakan untuk menyerang, hanya mempermainkan tiga Orc itu.
Kenyataannya
adalah, walau hanya dengan menghindari serangan, serigala emas ini sudah cukup
kerepotan. Setelah serangan pertamanya. Serigala ini tidak mempunyai kesempatan
lagi untuk memberikan luka pada musuh. Kemudian secara perlahan, seseuatu
terjadi, dan bulu emas mulai memudar. Aku rasa ketika efek telah
habis, maka itu akan jadi momen kematiannya.
“Tamaki,
kamu bisa berdiri?”
“Hmm,
mmm… iya, aku bisa”
Wajah
Tamaki pucat, tapi dia masih mengeratkan giginya dan berdiri. Dia menatapku dan
menunjukkan senyum yang di paksa.
“Setelah
kembali kesini. Rokku masih basah. Padahal tadi sudah kering waktu di sana.”
Tamaki
melihat bagian bawah tubuhnya, dan berkata sambil tersenyum sarkasme.
“Kamu
boleh mengompol sebanyak kamu mau hari ini.”
“Aku
akan mengelapkannya ke tubuhmu.”
“Aku
dengar di tempat tertentu, itu merupakan semacam hadiah.”
Tamaki
tersenyum dan berkata. “Apa itu, mesum.” Dia menggunakan tangannya yang gemetar
dan menggenggam kapak raksasa kembali.
Aku
menyentuh perlahan pundak Tamaki dan menggunakah kepadanya. Tubuh
Tamaki bercahaya emas.
“Tidak
peduli seberapa jelek atau memalukan, aku akan selalu menjagamu. Pergi kalahkan
mereka!”
Aku
menepuk pelan punggungnya. Tamaki melangkah maju dan hampir terjatuh. Dia
melototiku seraya berputar, seolah dia memprotesnya…
Dengan
cepat dia memutar tubuhnya kembali ke depan.
Gadis
itu menelan liurnya.
“Aku
akan maju, perhatikan aku!”
Tamaki
berlari menuju serigala emas yang bertarung dengan Orc.
Serigala
emas telah berhasil mengalihkan perhatian para Orc. Tamaki dengan
sembunyi-sembunyi pergi hingga berada di belakang para Orc, dan memberikan
punggung Orc yang tidak terlindungi dengan sebuah serangan.
Tubuh
Orc telah terbelah menjadi dua dengan tebasan miring, darah biru terciprat, dan
Orc terjatuh di tempat.
Dua
Orc lainnya memutar kepala mereka mengarah ke Tamaki dengan terkejut. Serangan
ini yang mengabaikan pertahanan, dengan cantik telah membelah orc menjadi dua
bagian.
Tubuh
Orc terjatuh ke kiri dan kanan.
Tamaki
meletakkan kapak besarnya tanpa kesulitan, dan berdiri di tempat, bermandikan
darah biru Orc.
Momen
ini, serigala emas merobek tenggorokan Orc ketika yang telah di dorong jatuh
olehnya, dan melancarkan serangan mematikan.
Dengan
ini, semua Orc biasa telah binasa.
“Oke,
selesai!”
“Ah…
Kazu-senpai.”
Tamaki
berputar dengan wajah pucat.
“Ap…apa
aku sudah membantu?”
“Mmm,
tentu saja.”
Tamaki
berkata “Syukurlah”, dan tersenyum.
Di
sisi lain, pertarungan antara Arisu dan Elite Orc telah mencapai puncaknya.
Arisu
hampir tidak bisa menghindari serangan Elite Orc, dan pada waktu yang sama,
menjaga jarak dengannya.
Walaupun
tadi aku berfokus pada Tamaki, aku juga berpikir untuk menggunakan
pada Arisu, tapi aku tidak dapat mencari waktu yang tepat.
Benar-benar
suatu kebetulan kemarin.
Hal
terpenting dari adalah waktu untuk menggunakannya. Jika
gagal, Arisu akan terbelah menjadi dua jika menggunakan
tanpa menggunakan taktik psikolgi tertentu, ini tidak terlihat mudah.
Oleh
karena itu, sebelum mendapatkan cara lainnya—
“Mia!
Mia, sihir, kamu pasti bisa!”
Aku
berteriak pada mia yang masih bersembunyi di dalam hutan. Gadis itu yang
menjadi bingung di karenakan teriakan mendadak ini, tersadarkan kembali dan
dengan cepat berdiri…
Dia
melihatku, dan pipinya tersipu.
Ah,
orang ini juga mengompol.
Yah,
ini memang tidak banyak yang bisa di lakukan soal ini. Raungan itu memang bisa
memberikan efek dahsyat pada musuh berlevel lebih rendah.
Tiba-tiba
aku menyadari satu hal. Seharusnya aku menggunakan terlebih
dahulu pada semuanya sebelum Elite Orc
muncul!
Wah,
ini kesalahanku. Aku sudah tahu bahwa Elite Orc itu akan meraung, kenapa aku
tidak melakukan persiapan terlebih dahulu?
Oke,
lupakan saja. Nanti ketika kita melakukan sesi renungan, aku akan meminta maaf
pada semuanya.
“Mia,
bisa kamu gunakan pada Elite Orc?
“Mmm,
aku bisa!”
Mia
mengangguk dan berdiri.
Dia
menjulurkan telapak tangannya, dan membidik pada kapak raksasa yang di genggam Elite
Orc.
“”
Sebuah
cahaya merah kehitaman terbang dari telapak Mia, dan mengenai kapak raksasa Elite
Orc.
Kapak
itu mengikuti lintasannya dan menebas ke bawah, dan Arisu menghindari serangan
itu pada detik terakhir, tapi dia telempar di karenakan angin dan terjatuh di
tanah.
Elite
Orc mencoba untuk mengejarnya, dan menggenggam erat pegangan kapak, berpikir
untuk mengayunkannya kembali….
Sebuah
aroma daging terbakar tercium.
Elite
Orc mengerang kesakitan, dan melepaskan kapak besar di tangannya.
“Arisu!”
“Ya!”
Arisu
melompat, dan pada saat yang sama, menusuk tombaknya pada Elite Orc.
Di
bawah tekanan kuat, tombak itu menusuk masuk pada dada musuh yang tak
terlindungi.
Hantaman
ini menembus jantung Elite Orc dengan sangat cantik.
Jeritan
Elite Orc menggema di sekeliling.
Elite
Orc melangkah mundur terhuyung.
Kemudian
terjatuh di tanah. Tak berdaya.
Tubuh
besar berwarna perunggu itu secara perlahan menghilang.
Akhirnya,
yang tersisa adalah permata biru seperti kemarin.
“Ah.”
Selain
aku, mereka bertiga berteriak.
“Level
up”
Kami
di transfer pada ruang putih. Dengan ini, sepertinya experience poinnya telah
cukup.
0 Comments
Posting Komentar